Home / Romansa / What Is Love / 03. Prestante

Share

03. Prestante

Author: Etna.S
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Kalian sudah disini."

Robert Damiano menatap kedua murid berbakatnya dengan pandangan binar-binar di matanya. Dia adalah seorang pria paruh baya yang berambut klimis dengan kumis koboinya dan bertubuh gempal seperti pria rata-rata di umurnya, dan dikenal memiliki sense fashionnya yang eksentrik karena warna-warna pilihannya terlalu cerah.

"Jadi ada apa Mr. Damiano?" Tanya Genevra. Meski berkali-kali dosennya itu menyuruhnya memanggil dalam panggilan informal, Genevra masih tidak nyaman memanggil Robert hanya dengan nama. Pada akhirnya, dia tetap gurunya yang harus dihormati.

"Aku akan memperkenalkan kalian dengan Vikas Ignazio." Ucapnya.

Genevra memekik senang ketika mendengar nama pelukis terkenal se Italia, bahkan Eropa itu datang ke acara dan bahkan dia berkesempatan bisa bertemu dengannya.

Anna menatap Robert dan menyeringai ke gurunya itu. Robert terkadang bisa mengejutkannya dengan betapa luasnya jaringan pertemanan dosennya itu.

"Kutebak, Vikas dulunya temanmu dan atau teman dari temanmu." Ia berkata, belajar dari perkataan-perkataan Robert yang dulu.

Robert menggeleng dan berkata dengan nada geli, "Sebenarnya dia teman dari temannya saudara sepupu istri kakakku." Ujarnya.

Dia membawa Genevra dan Anna ke dalam ruang galeri, melewati sekelompok pengapresiasi seni dan mendarat ke kerumunan di sebelah lukisan Per la Bellezza milik Vikas yang menjadi bintang utama dalam pameran ini.

Robert merangsek maju. "Hei Vikas, my friend. Ini dia dua muridku yang aku ceritakan." 

Vikas yang memakai pakaian kasual yang tampak salah tempat diantara lautan orang-orang berpakaian formal berhenti berbicara kepada seorang wanita yang menyatakan diri penggemarnya dan menoleh kearah pria yang baru saja datang dengan dua orang dibelakangnya.

Dia memberi perhatian kearah mereka. "Ah Robert," ia menyapa.

Mereka berjabat tangan. 

Vikas lebih tua dari Robert. Tampangnya seperti stereotip seorang seniman pada umumnya. Berbaju seadanya, rambut panjang bergelombang yang awut-awutan, janggut yang terlihat tidak pernah dicukur dalam satu bulan, dan mata liarnya yang persis layaknya gelandangan tuna wisma. Singkatnya dia tidak repot-repot berusaha berpenampilan lebih baik.

"Yang mana yang melukis Fiori Nel Buio?" Dia menanyai dua wanita itu.

"Itu aku." Jawab Anna.

"Harus kuakui sayang, lukisanmu menakjubkan." Pujinya.

"Terimakasih."

Vikas kemudian melirik Genevra yang sedikit tersisihkan. "Kamu juga," ia menambahkan.

Mereka diinterupsi oleh kedatangan pejabat yang datang dan langsung memonopoli Vikas. Anna yang tidak terlalu antusias bertemu artist itu memilih keluar dari kerumunan.

Ia bergerak menyusuri ruangan. Matanya melihat sekeliling dengan seksama. Mencari keberadaan Adonisnya sebelum Adonisnya keburu pergi. Dia tidak mau kehilangan potensial modelnya sebelum dia bertindak.

Alih-alih menemukan pria berambut brunette yang dia inginkan. Matanya malah melihat pria yang tengah berjalan lambat sambil tangannya menggandeng seorang perempuan. Anna mengenalinya, dia juga kenal siapa perempuan yang dibawanya.

Namanya Nathan. Pria miliknya hingga untuk sekitar seminggu kemudian. Mereka mulai bersama lima hari yang lalu setelah Anna mencampakkan Matius. Dia mengerutkan keningnya, menatap marah kearah punggung Nathan. Selain Evan dan Leo, omong-omong dia tidak pernah meniduri Julian,- dia tidak senang jika modelnya berhubungan dengan wanita lain saat sedang bersamanya. Hanya dia yang memiliki kontrol dan suara dalam hubungan. Nathan hanyalah submisifnya, sama seperti kumpulan mantan modelnya yang ia tinggalkan setelah dia bosan.

Bagus, dia akan mencampakkannya sekarang.

Lagipula dia telah mendapatkan potensial modelnya. Meski Anna belum tahu namanya, dia memiliki kepercayaan diri yang besar untuk bisa menaklukkannya. Dia cantik, dia seksi, dua hal itu telah menjadi magnet yang mudah untuk menarik para pria kedalam genggamannya.

Dia berhenti didepan lukisan yang tampak sepi dan diacuhkan. Melukiskan sosok pemuda yang tengah membungkuk menatap pantulan dirinya di sungai. Sebagai penjelasan, tema pameran ini adalah melukis kembali sejarah mereka, sehingga sepanjang ruangan ditempati oleh lukisan yang mengisahkan peradaban romawi kuno dan dewa-dewinya.

"Narcissus." Bisiknya.

Anna tahu kisah Narcissus. Dia sering mendapat tawaran untuk melukis tokoh-tokoh mitologi sehingga dia banyak mengetahui di ranah itu. Pokoknya, penyebutan kata narsis berasal dari nama tokoh ini. 

"Anna, disini kau. Aku mencarimu." 

Anna menoleh dan melihat Robert mendatanginya dengan senyuman lebarnya yang konyol. 

"Ada apa lagi?" Tanyanya.

"Kau tidak percaya ini dan sebenarnya aku juga masih tidak percaya ini tetapi percayalah bahwa lukisanmu ditawar lima ratus juta." Ucap Robert dalam satu tarikan napas.

Alis Anna terangkat. "Sungguh?"

"Ini gila Anna. Oh aku bangga kepadamu."

Anna meringis melihat sisi dramatis Robert muncul. Dosennya itu sekarang tengah mengipasi wajahnya dengan tangis imajiner.

Lima ratus juta, pikirnya. Itu merupakan nominal yang sangat besar mengingat dia masih tidak memiliki nama. Biasanya, yang berani membeli lukisan dengan harga mahal adalah kelompok orang kaya yang ingin menghabiskan uang. Tetapi golongan itu biasanya membeli karena nama pelukis bukan karena lukisan itu sendiri. Anna jadi ingin tahu siapa orang kaya gila yang mau membeli lukisannya.

"Siapa dia?" Tanyanya. Dia ingin menemuinya.

"Robert!" 

Sebelum Robert membalas jawabannya, dia telah dirangkul oleh pria pendatang baru yang Anna tebak salah satu temab Robert. Robert dibawa pergi dan pria itu memberi tanda kearahnya bahwa mereka akan membicarakan ini nanti.

Anna bisa memakluminya. Robert pria yang sibuk dan dia sosialis sejati. Karena penyebutan lukisannya, Anna memutuskan untuk pergi melihat Fiori Nel Buio, karyanya sendiri.

Dan disitulah dia melihat Adonisnya.

Anna berhenti melangkah lebih dekat. Memilih berhenti untuk memandangi sosok pria itu dari samping. Adonisnya yang dia cari-cari selama ini tengah berdiri menatap lukisannya. Anna memandangi pria itu dengan jeli. Rambutnya tertata dengan rapi dan semua pada tempatnya. Dia bercukur. Anna lebih menyukai pria yang bercukur karena itu terlihat lebih rapi. Posturnya tinggi, dia bisa menjadi seorang model. Tetapi Anna tidak berpikir dia bekerja sebagai model. Aura disekitarnya terlalu kuat sehingga tidak hanya dia yang melihatnya, ada beberapa wanita lain yang memandanginya sama seperti dirinya. Yah, Adonisnya sendiri terlihat sangat berpengalaman dengan wanita.

Itu membuatnya bersemangat untuk bisa menggunakan pria itu sebagai modelnya.

Anna merapikan pakaiannya. Dia memutuskan untuk menyapanya.

"Terlihat berbeda bukan?"

Related chapters

  • What Is Love   04. Affetto

    "Terlihat berbeda bukan?"Anna berdiri disamping pria itu. Tidak, ia tidak menoleh kearahnya. Dia berpura-pura tertarik dengan lukisannya dan mengabaikan sosoknya agar pria itu tidak melabelinya sebagai salah satu dari wanita-wanita pengagumnya di belakang.Pria disebelahnya mengangguk. Ia juga tidak menoleh kearahnya. Matanya tetap setia meneliti setiap goresan kuas dari lukisan didepannya."Fiori Nel Buio, aku tidak pernah melihat yang seperti ini dari lukisan lain. Penggambaran Persephone maksudku."Anna menatap sosok Persephone yang dilukisnya. Setiap kali kisah dewi itu ditulis atau dibicarakan, mereka akan banyak berbicara tentang betapa cintanya dia dengan Hades hingga rela hidup di dunia bawah. Tetapi Anna tidak pernah berpikir Persephone melakukan itu dengan suka rela, atau berpikir bahwa Persephone mencintai Hades, suaminya.Persephone di lukisannya tampak meronta dan dengan ekspresi terluka ketika Hades dengan keretanya menjemputny

  • What Is Love   05. Ingannare

    Orang yang menariknya membawanya menjauhi kerumunan dan mengarahkannya ke toilet pria yang tampak kosong. Pria itu kemudian membuka setiap bilik pintu, memastikan tidak ada pria malang didalam ruangan. Lalu dia kembali kedepan untuk memajang papan 'Sedang Diperbaiki' ke depan pintu toilet dan menguncinya dari dalam.Anna melihatnya melakukan semua itu dalam diam.Setelah selesai dan memastikan tidak ada gangguan. Pria itu kemudian menatap Anna dan mendekat kearahnya. Matanya menatap bibir merah perempuan itu dengan pandangan keinginan untuk segera melumatnya.Anna menyeringai melihatnya dan tangannya mendorong pria itu masuk ke dalah satu bilik dan mendudukkannya di dudukan toilet. Dia kemudian duduk diatasnya.Mata mereka saling mengunci dan Anna dengan senyum bermain-main di wajahnya dengan sengaja menggoda laki-laki itu yang sangat ingin menciumnya."Kumohon," bisik pria itu dengan serak."Katakan itu lagi." Perintahnya."Kumohon A

  • What Is Love   06. Persona

    Anna belum mendapatkan nomornya, tetapi Jason Dane telah mengajaknya ke restoran mewah malam ini dan dia harus puas dengan pengaturan itu. Dia telah pergi sekarang, hal pekerjaan katanya. Anna tersenyum dan mengendikkan bahu untuk salam perpisahan dan melihat Jason pergi dalam diam."Siapa itu?"Anna menoleh ke Genevra yang langsung mendekatinya setelah kepergian Jason. Sudah pasti dia mengawasi mereka entah untuk berapa lama. Anna melihatnya dan menyadari penampilan Genevra menjadi lebih kacau dan dia tampak seperti wanita hipsy yang suka meramal."Dia yang membeli lukisanku." Jawabnya."Ah!" Genevra berseru. "Si lima ratus juga!"Suara kerasnya membuat beberapa orang menoleh kearah mereka. Tetapi tampaknya Genevra yang terlalu heboh tidak menyadari itu. "Dia masih muda. Siapa namanya?" Tanyanya ingin tahu."Aku tidak tahu. Aku tidak menanyakan." Anna berbohong. Dia ingin melepaskan diri dari Genevra. Wanita itu manis dan baik, tetapi kepri

  • What Is Love   07. Bellissimo

    Anna menatap pantulan dirinya di cermin. Dia memutuskan untuk memakai gaun dalam acara makan malam pertama mereka. Dia tidak ingin terlihat salah kostum karena tempatnya diadakan berada di restoran mewah yang terletakdi Campo Belo, Sao Paulo. Dia juga ingin menciptakan impresi yang baik untuk lawannya, sehingga Anna mendaratkan pilihannya ke midi dress nya yang berwarna jingga seperti warna pada jerukmandarin. Gaun itu akan memamerkan bahu indahnya.Dia membiarkan rambut sebahunya tergerai, menatanya ke arah belakang telinganya, dia memakai jepit rambut warna hitam untuk mencegahnya keluar dari tatanan. Dia memakai riasan ringan, sedikit blush on, eyeliner sesuai garis, dan lipstik warna merah muda yang ia aplikasikan dengan tipis. Anna puas dengan hasil ini.Dia melihat jam yang berada di angka enam lebih dua puluh menit. Empat puluh menit lagi adalah waktu kesepakatannya. Mengingat dia harus berkendara melewati jalanScappnapoli yang selalurama

  • What Is Love   08. Relazione

    Anna melihat sapu tangan putih ditangannya. Terdapat nomor telepon Jason di sapu tangan itu. Jason berkata dia suka mencoba hal-hal klasik sehingga dia lebih memilih menuliskannya di sapu tangannya alih-alih hanya dengan menyebutkan nomornya untuk di simpan di ponsel Anna.Anna juga mendapatkan kartu nama yang juga memiliki ponsel didalamnya, tetapi nomor itu berbeda dari yang Jason tuliskan sendiri. Dia bilang itu nomor profesionalnya sedangkan yang ia tuliskan adalah nomor pribadinya. Anna merasa tersanjung dengan hal itu, sehingga dia membalasnya dengan cara tidak normal mengikutinya.Jason menatap telapak tangannya yang sekarang tertera nomor Anna."Kamu harus mencatatnya sebelum itu menghilang." Anna tersenyum melihat karyanya di tangan Jason dengan bolpoin birunya yang selalu tersedia di tasnya."Well, aku hanya harus menunggumu lebih dulu jika itu terjadi." Balas Jason. Dia menatap nomor di tangannya dan menghafalnya dalam diam.

  • What Is Love   09. Suo

    Hari berjalan seperti biasa. Lukisan Anna yang terjual dengan harga fantastis menjadi buah bibir lingkungan kampus di fakultas seni rupa. Membuat Anna mau tidak mau harus menghabiskan waktu lebih dari biasanya untuk membalas sapaan mahasiswa lain yang mendadak menyapanya. Itu terlihat menyenangkan, tetapi percayalah Anna lebih ingin dia menjalani perkuliahan dengan normal tanpa harus disinggung soal lima ratus juta.... dan tidak, bukan Robert yang membeberkan fakta itu melainkan Genevra. Gadis pirang itu meminta maaf kepadanya karena telah menginfokan hal itu ke grup fakultas. Sekali lagi grup fakultas. Anna memaksakan senyum dan mengatakan 'lupakan saja,' karena nasi sudah menjadi bubur.Anna berjalan menuju kantin jurusan sambil menenteng tabung gambarnya ke punggungnya. Dia mendapatkan tatapan dari banyak orang dan Anna bisa melihat Nathan menatapnya dari tempatnya yang tengah berdiri di sudut pilar.Anna tidak berkomunikasi dengannya setelah kejadian di toi

  • What Is Love   10. Confusione

    "APA?!" Jason secara otomatis mengambil langkah ke belakang satu langkah untuk menjauhkan diri dari Anna. Tangannya disilangkan ke dada, tampak defensif melindungi tubuhnya. Eskpresi menggoda Anna tergelincir dan berubah menjadi kebingungan dalam waktu singkat. Apa? Kenapa? Pikir Anna saat melihat reaksi Jason yang sama sekali tidak pernah dia bayangkan akan terjadi. Apa apaan ini?! Pikirnya lagi. Dia kesal suasana romantisnya yang dibangun harus hancur dalam sekejap karena respon Jason. "T-tunggu Anna," Jason merentangkan tangan kirinya ke depan. Mencegah Anna yang ingin berjalan mendekat kearahnya. "Kurasa kita salah paham akan hal ini." Lanjutnya masih dalam kegugupan. Jantung Jason masih berdebar debar dengan keras. "Kamu kesini untuk tidur denganku kan?" Anna memastikan. Rencana melihat lukisan di rumahnya hanyalah kegiatan sampingan lain. Anna sudah paham dengan taktik ini dimana orang seolah-olah berkata ingin pergi ke rumah tem

  • What Is Love   11. Curioso

    "Katakan lagi apa? Hahahaha....!"Suara tawa menghiasi meja paling ujung di kantin fakultas seni. Pelakunya tak lain adalah Isabel. Wanita berambut ikal coklat itu tertawa tak terkontrol hingga memegangi perutnya saking tak tertahankannya mendengar cerita Anna yang sekarang tengah menatapnya dengan pandangan sinis."Tertawalah sampai mati." Gerutu sang pelukis cantik itu.Anna Aleksi masih tidak percaya pertemuannya dengan Jason Dane akan berakhir dengan... Kekacauan. Lupakan untuk menjadikannya modelnya. Pria itu jelas-jelas menipu dengan penampilannya. Siapa yang tahu, dengan wajah dan tubuh seperti itu, Jason Dane ternyata masih virgin.Dia harus menerima kenyataan. Jason tidak mengontaknya lagi setelah peristiwa malam itu dan Anna yakin laki-laki itu pasti telah menghapus nomornya. Sehingga dia mau tidak mau harus melupakan Adonisnya karena Adonisnya ternyata mirip dengan Narcissus yang menurutnya menyedihkan."Dia seorang perawan katamu?

Latest chapter

  • What Is Love   15. Avviare

    Pacaran tidak ada dalam kamusnya. Memangnya apa bagusnya hubungan yang mengikat itu jika ada hubungan lain yang lebih fleksibel? Pacaran atau kegiatan mengikat lain dalam jangka waktu lama bukanlah hal yang dia minati. Anna cepat bosan, dan jika dia masuk ke dalam hubungan pacaran, dia tidak bisa leluasa mencari kesenangan dengan pria lain. Meskipun dia di cap wanita brengsek, dia tidak ingin berselingkuh. Maksudnya, dari hubungannya yang sudah-sudah, ia tidak bisa dikatakan pacaran karena memang dia tidak. Itu hanya hubungan terbuka singkat yang berakhir dalam hitungan hari. Dia mengerang frustasi dan mengacak-acak rambutnya. Sudah dua jam dia duduk di kursi belajarnya dan dia tidak melakukan apa-apa selain menatap kosong layar monitor dalam proses berpikirnya. Secara teoritis, Anna tidak pernah pacaran. Pacaran berarti tanggung jawab, dan Anna tidak mau melakukan hal itu. Jika dia menerima tawaran Jason, maka laki-laki itu akan menjadi pacar pertamanya. Tapi sekali

  • What Is Love   14. Corteggiamento

    Kelas selesai ketika jam menunjukkan pukul empat sore. Isabel dan Leo mengambil langkah cepat keluar kelas dan meninggalkan Anna dan Evan yang lebih santai dalam menghabiskan sore hari ini."Carla tidak pernah curiga. Dia gadis manis." Kata Evan.Anna mengangguk-angguk mendengar cerita Evan mengenai pacarnya. Dia tidak terkesan dengan pria ini. Evan bisa menjadi lebih berbahaya dari yang terlihat. Dia terkesan seperti pria baik-baik namun dibalik semua fasad itu, Evan tidak ada ubahnya seperti mereka."Kenapa? Aku akan melakukannya jika dia-""Anna,"Panggilan itu menginterupsi mereka berdua yang langsung beralih melihat ke arah si pemanggil. Evan menatap bingung saat melihat pemilik Dane Holding, Jason Dane, berjalan mendekat dengan tatapan tertuju pada Anna. Dia segera melirik wanita disampingnya."Kau mengenalnya?" Dia bertanya.Anna tidak menjawab. Dia hanya merapikan blouse biru laut yang ia pakai, -sesuatu yang ia la

  • What Is Love   13. Inatteso

    Pikiran Anna sedang tidak difokuskan ke tempat dia berada sekarang ini, melainkan ia sekarang tengah sibuk menerka-nerka kemungkinan mengapa Jason Dane menelponnya setelah lima hari menghilang yang membuatnya yakin pria itu tidak akan menghubunginya lagi. Anna baru sadar pada dini hari bahwa ada telpon masuk disekitar waktu ketika dia sedang 'bersama' dengan Nile. Yang lebih mengejutkan lagi, nama peneleponnya adalah Jason Dane. Haruskah dia menelpon balik? Setelah memikirkan hal itu, dia memutuskan untuk membiarkannya saja. Jason mungkin salah pencet nomor. Alasan rasional apa lagi selain opsi ini? Jason jelas-jelas seorang perawan suci tak tersentuh. Virgin Boy, sesuai julukan Isabel. Dia tidak mungkin menelponnya dengan sengaja. Ia terkesiap ketika lengan atasnya disenggol oleh Isabel yang duduk disampingnya. "Bumi untuk Anna." Sindir gadis itu. Kesal ketika Anna tidak menjawab pertanyaannya. "Apa? Kau tanya apa tadi?" Seperti

  • What Is Love   12. Chiamata

    Klub berisik seperti biasa. Mereka pada akhirnya pergi ke Spazio yang merupakan salah satu klub terbaik di kota. Letaknya juga jauh dari area universitas sehingga kecil kemungkinan dia menemukan mahasiswa satu almamaternya disini selain grup nya tentu saja.Anna duduk di kursi bar paling sudut, wanita itu mencoba untuk tidak terlihat karena ingin menikmati Daiquiri malam ini terlebih dahulu. Dia duduk menyilangkan kakinya, gelas tersemat di tangan kirinya. Sambil menyesap perlahan, matanya tertuju ke area dance floor yang penuh dengan orang yang saling berjoget ria. Teman-temannya berada diantara kerumunan itu. Yang mengejutkan, Julian ikut kali ini, yang membuat Isabel semakin bersemangat."Mojito, tolong."Anna melirik sekilas seorang pria pirang berpakaian rapi yang datang entah dari mana sebelum mengambil kursi disampingnya dan membuat pesanan. Anna kembali memusatkan tatapannya pada pemandangan didepannya. Dia hanya memberi perhatian singkat kepada orang di

  • What Is Love   11. Curioso

    "Katakan lagi apa? Hahahaha....!"Suara tawa menghiasi meja paling ujung di kantin fakultas seni. Pelakunya tak lain adalah Isabel. Wanita berambut ikal coklat itu tertawa tak terkontrol hingga memegangi perutnya saking tak tertahankannya mendengar cerita Anna yang sekarang tengah menatapnya dengan pandangan sinis."Tertawalah sampai mati." Gerutu sang pelukis cantik itu.Anna Aleksi masih tidak percaya pertemuannya dengan Jason Dane akan berakhir dengan... Kekacauan. Lupakan untuk menjadikannya modelnya. Pria itu jelas-jelas menipu dengan penampilannya. Siapa yang tahu, dengan wajah dan tubuh seperti itu, Jason Dane ternyata masih virgin.Dia harus menerima kenyataan. Jason tidak mengontaknya lagi setelah peristiwa malam itu dan Anna yakin laki-laki itu pasti telah menghapus nomornya. Sehingga dia mau tidak mau harus melupakan Adonisnya karena Adonisnya ternyata mirip dengan Narcissus yang menurutnya menyedihkan."Dia seorang perawan katamu?

  • What Is Love   10. Confusione

    "APA?!" Jason secara otomatis mengambil langkah ke belakang satu langkah untuk menjauhkan diri dari Anna. Tangannya disilangkan ke dada, tampak defensif melindungi tubuhnya. Eskpresi menggoda Anna tergelincir dan berubah menjadi kebingungan dalam waktu singkat. Apa? Kenapa? Pikir Anna saat melihat reaksi Jason yang sama sekali tidak pernah dia bayangkan akan terjadi. Apa apaan ini?! Pikirnya lagi. Dia kesal suasana romantisnya yang dibangun harus hancur dalam sekejap karena respon Jason. "T-tunggu Anna," Jason merentangkan tangan kirinya ke depan. Mencegah Anna yang ingin berjalan mendekat kearahnya. "Kurasa kita salah paham akan hal ini." Lanjutnya masih dalam kegugupan. Jantung Jason masih berdebar debar dengan keras. "Kamu kesini untuk tidur denganku kan?" Anna memastikan. Rencana melihat lukisan di rumahnya hanyalah kegiatan sampingan lain. Anna sudah paham dengan taktik ini dimana orang seolah-olah berkata ingin pergi ke rumah tem

  • What Is Love   09. Suo

    Hari berjalan seperti biasa. Lukisan Anna yang terjual dengan harga fantastis menjadi buah bibir lingkungan kampus di fakultas seni rupa. Membuat Anna mau tidak mau harus menghabiskan waktu lebih dari biasanya untuk membalas sapaan mahasiswa lain yang mendadak menyapanya. Itu terlihat menyenangkan, tetapi percayalah Anna lebih ingin dia menjalani perkuliahan dengan normal tanpa harus disinggung soal lima ratus juta.... dan tidak, bukan Robert yang membeberkan fakta itu melainkan Genevra. Gadis pirang itu meminta maaf kepadanya karena telah menginfokan hal itu ke grup fakultas. Sekali lagi grup fakultas. Anna memaksakan senyum dan mengatakan 'lupakan saja,' karena nasi sudah menjadi bubur.Anna berjalan menuju kantin jurusan sambil menenteng tabung gambarnya ke punggungnya. Dia mendapatkan tatapan dari banyak orang dan Anna bisa melihat Nathan menatapnya dari tempatnya yang tengah berdiri di sudut pilar.Anna tidak berkomunikasi dengannya setelah kejadian di toi

  • What Is Love   08. Relazione

    Anna melihat sapu tangan putih ditangannya. Terdapat nomor telepon Jason di sapu tangan itu. Jason berkata dia suka mencoba hal-hal klasik sehingga dia lebih memilih menuliskannya di sapu tangannya alih-alih hanya dengan menyebutkan nomornya untuk di simpan di ponsel Anna.Anna juga mendapatkan kartu nama yang juga memiliki ponsel didalamnya, tetapi nomor itu berbeda dari yang Jason tuliskan sendiri. Dia bilang itu nomor profesionalnya sedangkan yang ia tuliskan adalah nomor pribadinya. Anna merasa tersanjung dengan hal itu, sehingga dia membalasnya dengan cara tidak normal mengikutinya.Jason menatap telapak tangannya yang sekarang tertera nomor Anna."Kamu harus mencatatnya sebelum itu menghilang." Anna tersenyum melihat karyanya di tangan Jason dengan bolpoin birunya yang selalu tersedia di tasnya."Well, aku hanya harus menunggumu lebih dulu jika itu terjadi." Balas Jason. Dia menatap nomor di tangannya dan menghafalnya dalam diam.

  • What Is Love   07. Bellissimo

    Anna menatap pantulan dirinya di cermin. Dia memutuskan untuk memakai gaun dalam acara makan malam pertama mereka. Dia tidak ingin terlihat salah kostum karena tempatnya diadakan berada di restoran mewah yang terletakdi Campo Belo, Sao Paulo. Dia juga ingin menciptakan impresi yang baik untuk lawannya, sehingga Anna mendaratkan pilihannya ke midi dress nya yang berwarna jingga seperti warna pada jerukmandarin. Gaun itu akan memamerkan bahu indahnya.Dia membiarkan rambut sebahunya tergerai, menatanya ke arah belakang telinganya, dia memakai jepit rambut warna hitam untuk mencegahnya keluar dari tatanan. Dia memakai riasan ringan, sedikit blush on, eyeliner sesuai garis, dan lipstik warna merah muda yang ia aplikasikan dengan tipis. Anna puas dengan hasil ini.Dia melihat jam yang berada di angka enam lebih dua puluh menit. Empat puluh menit lagi adalah waktu kesepakatannya. Mengingat dia harus berkendara melewati jalanScappnapoli yang selalurama

DMCA.com Protection Status