Kalau saja Shela nggak nyenggol Mia sekarang, mungkin rahang Mia sudah patah akibat melihat sosok tegap nan gagah di depanya ini. Dari sekian banyak tubuh tegap lelaki yang Mia lihat di acara ini, kenapa bisa Mia nggak mengenali punggung Juna. Padahal dulu Mia selalu tau bagaimana bentuk postur tubuh Juna dari depan dan belakang. Tapi sekarang rasanya semua terlihat berbeda,dari kejauhan Mia sudah nggak bisa lagi mengenal bentuk postur tubuh lelaki itu. Bagaimana nggak Lelaki yang sedang menyinggungkan senyum ke arah Mia ini sudah jauh lebih berbeda sekarang. Mia terkejut, sangat … terkejut. Dari sekian tahun lamanya perubahan Juna membuat pikiran Mia tiba tiba saja buyar.
OMG Kenapa dia tambah ganteng sih!
Mia ikut menyinggungkan senyum tipis dan membalas uluran tangan Juna.
“Hai Jun,
Mia masih termenung di dalam mobil. Perkataan Juna beberapa jam lalu membuat kepala Mia pusing. Mia melewatkan satu perkiraan dalam kepalanya. Bukan karena si Juna datang sendiri, status Juna adalah single, Bisa saja pacar Juna memang sedang sibuk atau sakit makanya dia nggak bisa ikut. Dasar bodoh! bodoh! kenapa bisa Mia terlalu kegeeran kalau Juna masih sendiri dan nggak bisa melupakannya.Dan kini Mia harus menelan kenyataan pahit kalau JUNA MAU MEMAKAI JASA WEDDING ORGANIZER UNTUK PERNIKAHANNYA!oh shit! apa yang sejak tadi Mia rasakan saat bersama Juna tadi. Perasaan lega karena Juna datang sendirian ternyata hanyalah pengalihan untuk diri Mia Yang memang berharap Juna datang seorang diri.“May, ini kita mau kemana, kok jadi muter-muter nggak jelas kita” ujar Shela yang sedang sibuk m
Sesuai janji pesan semalam, Pagi sekali Juna sudah datang ke kantor Mia. Shela yang sedari tadi penasaran dengan kedatangan Juna terus menatap ke arah ruangan Mia. Buru buru Mia tutup tirai ruangan nya dengan memberikan tatapan sinis ke arah Shela. Nenek lampir itu pasti kepo dengan apa yang akan Mia lakukan. “Biar enak aja ngobrol nya” ucap Mia menjawab raut wajah Juna yang sedari tadi menatapnya Juna mengangguk dan sedikit tertawa. “Hmm kamu sendirian?” tanya Mia mantap Juna heran. Lagi, Juna merespon dengan mengangguk. Kerutan di kedua alis Mia pun terbentuk.”Calon istri kamu mana?” “Harus bawa calon istri ya, May?” tanya balik Juna dengan sorot mata yang sudah sedikit keberatan.
“Saya juga akan mewujudkan BEM yang aktif, bersinergi, sosialis, kompetitif, dan kreatif untuk mengembangkan organisasi lebih maju”“Coba bisa mengembangan perasaan cinta.” Suara celetukan itu bergema lantang keseluruh ruang rapat. Seluruh anggota yang ada di sana seketika menatap ke arahnya.“Mati gue!”“Ya ... Mia apa ada yang ingin kamu sampaikan?” Bima, cowok yang sedari tadi berpidato kini sudah menatapnya penuh tanya. Suasana di ruang rapat seketika menjadi garing akibat celetukan Mia tadi.Mia coba untuk tersenyum lebar, lebih tepatnya meringis lebar. “Maaf maksud saya, mengembangkan organisasi lebih maju itu bagus kalau juga ada kajian umum untuk anak-anak fakultas, contohnya tentang budaya, dan desain gitu.”“Ide bagus” Bima menyahut tanpa berpikir panjang. “Kalau begitu saya akan langsung buat tim bagian untuk kajian itu” lanjutnya dengan sorot ma
“Jadi, Bu Indy minta semua dekorasi bunganya di ubah jadi bunga baby breath?”“Iya, Bu.” cicit Tara.Mia menggerutu kasar sambil membanting dokumen di atas meja dengan tangan yang sudah mengepal geram.“Kenapa nggak bilang saya dari jauh hari! kamu tau kan ini udah hampir hari H Tara!” omel Mia nggak tertahankan.“S-aya juga baru dapat kabar tadi Bu, kata Bu Indy dia nggak akan nikah kalau dekorasinya nggak pakai bunga baby breath.” ucap Tara dengan suara bergetar takut.Mia sudah tau jika Tara akan mengucapkan alasan seperti itu. Bukan satu atau dua kali Mia mendengar alasan klasik seperti itu lagi, tapi sudah berkali kali Mia mendengar alasan yang menurut Mia sudah sanga
“Naksir Lo? Lo yang naksir dia kale.” kelak Shela rese.“Iy-a ... Maksud gue gitu. Bima yang gue taksir dulu itu kan? Dia beneran mau nikah?” tanya Mia sedikit tergugup.Shela mengangguk. “Iya, May. Bima yang cool itu loh yang ganteng nya sampe keliatan tujuh tanjakan. Info yang gue dapat dari anak Grup alumni kampus sih gitu. Nih, masih rame banget di bahas sama cewe cewe penggemar Bima.” Shela tunjukan isi chat grup alumni kampusnya itu pada Mia.Mia mendengus setelah melihat banyak sekali emot menangis dari para cewek
“OMG Mayvvvvvvinaaa!!!” triak Shela memejamkan kedua mata terkejut jijik.Sedangkan Mia sudah melebarkan kedua mata panik .“Sorry, Sorry gue kelepasan!” Mia segera mengambil tisu dan membersihkan wajah Shela buru buru.Shela rebut tisu dari tangan Mia dengan kerutan kesal. “Kelepasan Lo itu udah kayak dukun tau nggak! Main sembur aja. Lo kira gue pasien di guna guna!" Geram Shela lanjut membersihkan sisa jus di mukanya.“Lo sih sebut nama Juna gue kan jadi kaget.” ucap Mia menyesal.“Hellow May, cuma Juna May, Juna. Cowo kulkas itu bikin Lo
Hari pernikahan Bima akhirnya tiba. Hari yang ditunggu tunggu Shela yang nggak sabar mau melihat bagaimana tampang si Reno, bahkan Shela rela berdandan berjam jam di salon tempat langganan nya. Katanya biar Reno pangling melihat Shela. Dan Mia hanya mendengarkan saja biar cewek rempong itu senang. Tepat di jam sebelas pagi Mia dan Shela akhirnya sampai di halaman pesta tersebut. Di sebuah Ballroom hotel bintang lima yang terletak di kawasan Jakarta. Ya Mia dan Shela sepakat datang saat resepsi sedang berlangsung, biar si Shela bisa langsung menyantap hidangannya dan sebagai antisipasi agar isi dompet Mia aman dari palakannya Shela. Setelah selesai isi buku tamu kehadiran. Dekorasi bertema Garden Room menyam
Sesuai janji pesan semalam, Pagi sekali Juna sudah datang ke kantor Mia. Shela yang sedari tadi penasaran dengan kedatangan Juna terus menatap ke arah ruangan Mia. Buru buru Mia tutup tirai ruangan nya dengan memberikan tatapan sinis ke arah Shela. Nenek lampir itu pasti kepo dengan apa yang akan Mia lakukan. “Biar enak aja ngobrol nya” ucap Mia menjawab raut wajah Juna yang sedari tadi menatapnya Juna mengangguk dan sedikit tertawa. “Hmm kamu sendirian?” tanya Mia mantap Juna heran. Lagi, Juna merespon dengan mengangguk. Kerutan di kedua alis Mia pun terbentuk.”Calon istri kamu mana?” “Harus bawa calon istri ya, May?” tanya balik Juna dengan sorot mata yang sudah sedikit keberatan.
Mia masih termenung di dalam mobil. Perkataan Juna beberapa jam lalu membuat kepala Mia pusing. Mia melewatkan satu perkiraan dalam kepalanya. Bukan karena si Juna datang sendiri, status Juna adalah single, Bisa saja pacar Juna memang sedang sibuk atau sakit makanya dia nggak bisa ikut. Dasar bodoh! bodoh! kenapa bisa Mia terlalu kegeeran kalau Juna masih sendiri dan nggak bisa melupakannya.Dan kini Mia harus menelan kenyataan pahit kalau JUNA MAU MEMAKAI JASA WEDDING ORGANIZER UNTUK PERNIKAHANNYA!oh shit! apa yang sejak tadi Mia rasakan saat bersama Juna tadi. Perasaan lega karena Juna datang sendirian ternyata hanyalah pengalihan untuk diri Mia Yang memang berharap Juna datang seorang diri.“May, ini kita mau kemana, kok jadi muter-muter nggak jelas kita” ujar Shela yang sedang sibuk m
Kalau saja Shela nggak nyenggol Mia sekarang, mungkin rahang Mia sudah patah akibat melihat sosok tegap nan gagah di depanya ini. Dari sekian banyak tubuh tegap lelaki yang Mia lihat di acara ini, kenapa bisa Mia nggak mengenali punggung Juna. Padahal dulu Mia selalu tau bagaimana bentuk postur tubuh Juna dari depan dan belakang. Tapi sekarang rasanya semua terlihat berbeda,dari kejauhan Mia sudah nggak bisa lagi mengenal bentuk postur tubuh lelaki itu. Bagaimana nggak Lelaki yang sedang menyinggungkan senyum ke arah Mia ini sudah jauh lebih berbeda sekarang. Mia terkejut, sangat … terkejut. Dari sekian tahun lamanya perubahan Juna membuat pikiran Mia tiba tiba saja buyar. OMG Kenapa dia tambah ganteng sih! Mia ikut menyinggungkan senyum tipis dan membalas uluran tangan Juna. “Hai Jun,
Hari pernikahan Bima akhirnya tiba. Hari yang ditunggu tunggu Shela yang nggak sabar mau melihat bagaimana tampang si Reno, bahkan Shela rela berdandan berjam jam di salon tempat langganan nya. Katanya biar Reno pangling melihat Shela. Dan Mia hanya mendengarkan saja biar cewek rempong itu senang. Tepat di jam sebelas pagi Mia dan Shela akhirnya sampai di halaman pesta tersebut. Di sebuah Ballroom hotel bintang lima yang terletak di kawasan Jakarta. Ya Mia dan Shela sepakat datang saat resepsi sedang berlangsung, biar si Shela bisa langsung menyantap hidangannya dan sebagai antisipasi agar isi dompet Mia aman dari palakannya Shela. Setelah selesai isi buku tamu kehadiran. Dekorasi bertema Garden Room menyam
“OMG Mayvvvvvvinaaa!!!” triak Shela memejamkan kedua mata terkejut jijik.Sedangkan Mia sudah melebarkan kedua mata panik .“Sorry, Sorry gue kelepasan!” Mia segera mengambil tisu dan membersihkan wajah Shela buru buru.Shela rebut tisu dari tangan Mia dengan kerutan kesal. “Kelepasan Lo itu udah kayak dukun tau nggak! Main sembur aja. Lo kira gue pasien di guna guna!" Geram Shela lanjut membersihkan sisa jus di mukanya.“Lo sih sebut nama Juna gue kan jadi kaget.” ucap Mia menyesal.“Hellow May, cuma Juna May, Juna. Cowo kulkas itu bikin Lo
“Naksir Lo? Lo yang naksir dia kale.” kelak Shela rese.“Iy-a ... Maksud gue gitu. Bima yang gue taksir dulu itu kan? Dia beneran mau nikah?” tanya Mia sedikit tergugup.Shela mengangguk. “Iya, May. Bima yang cool itu loh yang ganteng nya sampe keliatan tujuh tanjakan. Info yang gue dapat dari anak Grup alumni kampus sih gitu. Nih, masih rame banget di bahas sama cewe cewe penggemar Bima.” Shela tunjukan isi chat grup alumni kampusnya itu pada Mia.Mia mendengus setelah melihat banyak sekali emot menangis dari para cewek
“Jadi, Bu Indy minta semua dekorasi bunganya di ubah jadi bunga baby breath?”“Iya, Bu.” cicit Tara.Mia menggerutu kasar sambil membanting dokumen di atas meja dengan tangan yang sudah mengepal geram.“Kenapa nggak bilang saya dari jauh hari! kamu tau kan ini udah hampir hari H Tara!” omel Mia nggak tertahankan.“S-aya juga baru dapat kabar tadi Bu, kata Bu Indy dia nggak akan nikah kalau dekorasinya nggak pakai bunga baby breath.” ucap Tara dengan suara bergetar takut.Mia sudah tau jika Tara akan mengucapkan alasan seperti itu. Bukan satu atau dua kali Mia mendengar alasan klasik seperti itu lagi, tapi sudah berkali kali Mia mendengar alasan yang menurut Mia sudah sanga
“Saya juga akan mewujudkan BEM yang aktif, bersinergi, sosialis, kompetitif, dan kreatif untuk mengembangkan organisasi lebih maju”“Coba bisa mengembangan perasaan cinta.” Suara celetukan itu bergema lantang keseluruh ruang rapat. Seluruh anggota yang ada di sana seketika menatap ke arahnya.“Mati gue!”“Ya ... Mia apa ada yang ingin kamu sampaikan?” Bima, cowok yang sedari tadi berpidato kini sudah menatapnya penuh tanya. Suasana di ruang rapat seketika menjadi garing akibat celetukan Mia tadi.Mia coba untuk tersenyum lebar, lebih tepatnya meringis lebar. “Maaf maksud saya, mengembangkan organisasi lebih maju itu bagus kalau juga ada kajian umum untuk anak-anak fakultas, contohnya tentang budaya, dan desain gitu.”“Ide bagus” Bima menyahut tanpa berpikir panjang. “Kalau begitu saya akan langsung buat tim bagian untuk kajian itu” lanjutnya dengan sorot ma