“Jadi, Bu Indy minta semua dekorasi bunganya di ubah jadi bunga baby breath?”
“Iya, Bu.” cicit Tara.
Mia menggerutu kasar sambil membanting dokumen di atas meja dengan tangan yang sudah mengepal geram.
“Kenapa nggak bilang saya dari jauh hari! kamu tau kan ini udah hampir hari H Tara!” omel Mia nggak tertahankan.
“S-aya juga baru dapat kabar tadi Bu, kata Bu Indy dia nggak akan nikah kalau dekorasinya nggak pakai bunga baby breath.” ucap Tara dengan suara bergetar takut.
Mia sudah tau jika Tara akan mengucapkan alasan seperti itu. Bukan satu atau dua kali Mia mendengar alasan klasik seperti itu lagi, tapi sudah berkali kali Mia mendengar alasan yang menurut Mia sudah sangat basi di telinganya.
“Oke. Saya coba cari Florist yang punya bunga itu” kata Mia sudah menurunkan notasi suaranya. “Kalau mereka minta macam macam lagi, bilang ke mereka saya akan minta tambahan biaya dua kali lipat!”
“Baik Bu.”
Setelah kepergian Tara. Mia langsung melihat daftar Vendor yang bekerja sama di dalam komputernya. Sisa dua hari lagi pernikahan Bu Indy akan dilaksanakan dan sisa dua hari lagi Mia harus mendapatkan vendor florist baru untuk bekerja sama dengannya.
Sebenarnya bukan hal biasa bagi Mia dengan permintaan klien yang tiba tiba seperti ini. Bisa dibilang selama dia merintis usahanya ini dia sering kali mendapatkan permintaan aneh. Mulai dari permintaan yang dikatakan berat sampai yang ringan pun Mia pasti akan selalu mencari cara untuk menuruti keinginan dari para kliennya itu. Tentu dengan batasan yang Mia berikan.
Motto hidup Mia adalah kesuksesan ada jika dia bersungguh sungguh melewati berbagai rintangan. Dan permintaan para klien adalah sebuah rintangan bagi Mia untuk usaha wedding plenernya ini.
“Baik, alamatnya sudah saya catat, besok sore saya akan kesana untuk membicarakan kerjasama ini? oke terima kasih sebelumnya.”
And see?
Setelah dua jam bersunggung sungguh mencari vendor baru. Mia akhirnya berhasil mendapatkan vendor florist baru itu dalam waktu dua jam. Memang menjadi seorang wedding planner membuat Mia kadang harus siap rugi. Tapi, dia nggak mempermasalahkan hal itu kalau sebuah kepuasaan klien adalah sumber kebahagiaan untuk saat ini. Bagi Mia sibuk berkerja adalah cara yang ampuh untuk mengalihkan rasa sakit pada hatinya ini.
“Hotel udah, cincin udah, tinggal gaun dan jasnya.” Mia bergumam sendiri sambil mengecek list daftar pada buku plannernya.
Fokusnya seketika teralihkan saat merasakan getaran dari ponselnya.
(Shela Call)
“Iya Shel”
“May, gue udah ketemu bahan yang kemarin Lo minta nih, Lo kapan mau ke butik?” sahut Shela dari balik ponsel Mia,
Shela adalah salah satu teman kampus sekaligus asisten desainer yang sudah lama bekerja dengan Mia. Shela juga sudah menjadi tangan kanan Mia untuk mengurus segala pekerjaannya ini. Bisa dibilang Shela adalah bayangan Mia.
“Siang ini gue ke sana ya, Lo tunggu aja sekalian kita lunch bareng, oke?” balas Mia setelah melihat arloji di tangannya.
Setelah mendapatkan respon oke dari Shela, Mia memutus sambungan telepon itu dengan sorot mata yang kembali menatap bukunya. Nafasnya sedikit berat, tak lama Mia langsung memasukan buku kerjanya itu kedalam tas dan bersiap untuk menuju butik miliknya.
Selain menjadi Wedding Planner, Mia juga adalah seorang Desainer. Designer Wedding dress yang cukup terkenal yang kerap kali namanya muncul di majalah sebagai wanita kelas A yang berpengaruh dalam dunia fashion and style.
Sejujurnya Mia nggak pernah berharap jika cita cita itu akan berkembang pesat seperti sekarang ini. Berawal dari merancang gaun untuk klien biasa, kini Mia sudah mampu merancang gaun untuk para artis papan atas. Cita citanya menjadi seorang Desainer benar benar kesampaian, ditambah dengan menjadi direktur pelaksana sebuah wedding organizer membuat Mia sering dijuluki wonder woman papan atas.
______________________
“Siang Shelaaaa!!”
“Ya ampun kaget gue!” Shele tersentak melihat kedatangan Mia yang sudah cengengesan di depannya. Shela pun langsung mengambil sebuah tote bag yang berisi sebuah bahan yang Mia butuhkan.
“Nih, Coba Lo liat dulu itu bukan bahan yang Lo Mau.” Shela berikan totagbag tersebut dengan sedikit melemparnya. “Gue udah cari tuh bahan sampai ke ujung mall loh May. Ya kali Lo tega kalo bilang tuh bahan salah lagi.” ujarnya menatap Mia penuh harap kalau bahan yang dibelinya itu sudahlah benar.
Kalau sampai bossnya itu bilang salah lagi sudah Shela pastikan akan langsung mengambil cutinya selama tiga bulan besok! Jujur saja Shela memang senang bekerja dengan Mia yang super baik dan menawan ini. Terlebih lagi Mia adalah temannya bahkan bisa dibilang sahabat karibnya dari dulu ,tapi semua kata atau julukannya itu nggak akan berlaku lagi jika sudah menyangkut tentang urusan pekerjaan.
Mia, adalah sosok wanita yang sangat telaten apapun yang sedang di jalaninya sudah pasti akan menjadi hal yang serius. Mia akan sangat berubah 180 derajat kalau sudah sangat serius dengan pekerjaan nya ini, dan itulah kenapa Shela kadang merasa takut melihat Mia yang sedang serius, karena Mia akan benar-benar sangatlah berbeda dari Mia yang Shela kenal.
Bisa bisa Shela nggak akan mendapatkan gaji kalau saja Shela nggak bekerja dengan benar saat ini.
“Oke!” sahut Mia.
Shela menghela nafas lega mendengar ucapan itu. Sepertinya Mia tau jika Shela sudah sangatlah bersusah payah untuk mencari bahan yang menurut Shela sudahlah sangat langkah itu. Bayangkan saja Mia meminta Shela untuk mencari sebuah Tulle yang sesuai dengan produksi seperti abad ke-18!
She really crazy Right?!
Bagaimana bisa Shela mencari bahan yang seperti abad ke-18 sedangkan Shela saja hidup di abad ke-21 saat ini!
She can get really crazy as you know! bisa menjadi sangat serius nyatanya Mia juga bisa menjadi sangat gila! Satu hal yang membuat Shela takut lagi adalah permintaan Mia yang bisa di bilang nggak biasa! Namun, mari kita lupakan kebiasaan itu. Yang jelas saat ini satu beban di pikiran Shela hilang sudah.
“So, kita jadi lunch bareng ka May?”
“Di Sushi tea mau?”
“Ya mau dong kan bos yang traktir!” ledek Shela mengedipkan satu matanya.
Mia tertawa renyah. “Dasar Lo ya celamitan! Ya udah ayo.”
___________
Di dalam mobil sebuah lagu berjudul memulai kembali terdengar dari dalam radio mobil Mia. Lagu yang dinyanyikan pleh Monita Tahalea menjadi sebuah candu untuk Mia selama dua tahun ini. Lagu yang Mia setel berkali kali dan berhasil membuat diri Mia kembali percaya diri.
“Ku tunggu kau putus.” Mia bersenandung mengikuti irama reff dari lagu yang sedang didengarnya itu sambil mengetuk jari di stir mobil.
“Udah putus kali bu.” sahut Shela rese.
“Sialan Lo!”
Mereka pun tertawa di tengah menunggu lampu lalu lintas berubah menjadi hijau.
”Gue denger katanya si Bima mau nikah ya, May.”
“Bima mana tuh?” Mia kembali menjalankan mobil setelah lampu lalu lintas sudah berbuah menjadi hijau.
Shela menghela nafas panjang. “Bima, May. Abimanyu Mahesa ketua BEM yang dulu jadi pujaan cewek cewek kampus.”
alis Mia semakin mengerut berusaha mengingat.“Bima? Bima? Bima ... ?”
Cittttt!
Mobil yang dikendarai Mia tiba- tiba berhenti sampai membuat tubuh Shela terhuyung ke depan dashboard mobil. Matanya kini pun membesar menatap Shela tak percaya.
“Maksud Lo Bima yang dulu naksir gue itu!”
“Naksir Lo? Lo yang naksir dia kale.” kelak Shela rese.“Iy-a ... Maksud gue gitu. Bima yang gue taksir dulu itu kan? Dia beneran mau nikah?” tanya Mia sedikit tergugup.Shela mengangguk. “Iya, May. Bima yang cool itu loh yang ganteng nya sampe keliatan tujuh tanjakan. Info yang gue dapat dari anak Grup alumni kampus sih gitu. Nih, masih rame banget di bahas sama cewe cewe penggemar Bima.” Shela tunjukan isi chat grup alumni kampusnya itu pada Mia.Mia mendengus setelah melihat banyak sekali emot menangis dari para cewek
“OMG Mayvvvvvvinaaa!!!” triak Shela memejamkan kedua mata terkejut jijik.Sedangkan Mia sudah melebarkan kedua mata panik .“Sorry, Sorry gue kelepasan!” Mia segera mengambil tisu dan membersihkan wajah Shela buru buru.Shela rebut tisu dari tangan Mia dengan kerutan kesal. “Kelepasan Lo itu udah kayak dukun tau nggak! Main sembur aja. Lo kira gue pasien di guna guna!" Geram Shela lanjut membersihkan sisa jus di mukanya.“Lo sih sebut nama Juna gue kan jadi kaget.” ucap Mia menyesal.“Hellow May, cuma Juna May, Juna. Cowo kulkas itu bikin Lo
Hari pernikahan Bima akhirnya tiba. Hari yang ditunggu tunggu Shela yang nggak sabar mau melihat bagaimana tampang si Reno, bahkan Shela rela berdandan berjam jam di salon tempat langganan nya. Katanya biar Reno pangling melihat Shela. Dan Mia hanya mendengarkan saja biar cewek rempong itu senang. Tepat di jam sebelas pagi Mia dan Shela akhirnya sampai di halaman pesta tersebut. Di sebuah Ballroom hotel bintang lima yang terletak di kawasan Jakarta. Ya Mia dan Shela sepakat datang saat resepsi sedang berlangsung, biar si Shela bisa langsung menyantap hidangannya dan sebagai antisipasi agar isi dompet Mia aman dari palakannya Shela. Setelah selesai isi buku tamu kehadiran. Dekorasi bertema Garden Room menyam
Kalau saja Shela nggak nyenggol Mia sekarang, mungkin rahang Mia sudah patah akibat melihat sosok tegap nan gagah di depanya ini. Dari sekian banyak tubuh tegap lelaki yang Mia lihat di acara ini, kenapa bisa Mia nggak mengenali punggung Juna. Padahal dulu Mia selalu tau bagaimana bentuk postur tubuh Juna dari depan dan belakang. Tapi sekarang rasanya semua terlihat berbeda,dari kejauhan Mia sudah nggak bisa lagi mengenal bentuk postur tubuh lelaki itu. Bagaimana nggak Lelaki yang sedang menyinggungkan senyum ke arah Mia ini sudah jauh lebih berbeda sekarang. Mia terkejut, sangat … terkejut. Dari sekian tahun lamanya perubahan Juna membuat pikiran Mia tiba tiba saja buyar. OMG Kenapa dia tambah ganteng sih! Mia ikut menyinggungkan senyum tipis dan membalas uluran tangan Juna. “Hai Jun,
Mia masih termenung di dalam mobil. Perkataan Juna beberapa jam lalu membuat kepala Mia pusing. Mia melewatkan satu perkiraan dalam kepalanya. Bukan karena si Juna datang sendiri, status Juna adalah single, Bisa saja pacar Juna memang sedang sibuk atau sakit makanya dia nggak bisa ikut. Dasar bodoh! bodoh! kenapa bisa Mia terlalu kegeeran kalau Juna masih sendiri dan nggak bisa melupakannya.Dan kini Mia harus menelan kenyataan pahit kalau JUNA MAU MEMAKAI JASA WEDDING ORGANIZER UNTUK PERNIKAHANNYA!oh shit! apa yang sejak tadi Mia rasakan saat bersama Juna tadi. Perasaan lega karena Juna datang sendirian ternyata hanyalah pengalihan untuk diri Mia Yang memang berharap Juna datang seorang diri.“May, ini kita mau kemana, kok jadi muter-muter nggak jelas kita” ujar Shela yang sedang sibuk m
Sesuai janji pesan semalam, Pagi sekali Juna sudah datang ke kantor Mia. Shela yang sedari tadi penasaran dengan kedatangan Juna terus menatap ke arah ruangan Mia. Buru buru Mia tutup tirai ruangan nya dengan memberikan tatapan sinis ke arah Shela. Nenek lampir itu pasti kepo dengan apa yang akan Mia lakukan. “Biar enak aja ngobrol nya” ucap Mia menjawab raut wajah Juna yang sedari tadi menatapnya Juna mengangguk dan sedikit tertawa. “Hmm kamu sendirian?” tanya Mia mantap Juna heran. Lagi, Juna merespon dengan mengangguk. Kerutan di kedua alis Mia pun terbentuk.”Calon istri kamu mana?” “Harus bawa calon istri ya, May?” tanya balik Juna dengan sorot mata yang sudah sedikit keberatan.
“Saya juga akan mewujudkan BEM yang aktif, bersinergi, sosialis, kompetitif, dan kreatif untuk mengembangkan organisasi lebih maju”“Coba bisa mengembangan perasaan cinta.” Suara celetukan itu bergema lantang keseluruh ruang rapat. Seluruh anggota yang ada di sana seketika menatap ke arahnya.“Mati gue!”“Ya ... Mia apa ada yang ingin kamu sampaikan?” Bima, cowok yang sedari tadi berpidato kini sudah menatapnya penuh tanya. Suasana di ruang rapat seketika menjadi garing akibat celetukan Mia tadi.Mia coba untuk tersenyum lebar, lebih tepatnya meringis lebar. “Maaf maksud saya, mengembangkan organisasi lebih maju itu bagus kalau juga ada kajian umum untuk anak-anak fakultas, contohnya tentang budaya, dan desain gitu.”“Ide bagus” Bima menyahut tanpa berpikir panjang. “Kalau begitu saya akan langsung buat tim bagian untuk kajian itu” lanjutnya dengan sorot ma
Sesuai janji pesan semalam, Pagi sekali Juna sudah datang ke kantor Mia. Shela yang sedari tadi penasaran dengan kedatangan Juna terus menatap ke arah ruangan Mia. Buru buru Mia tutup tirai ruangan nya dengan memberikan tatapan sinis ke arah Shela. Nenek lampir itu pasti kepo dengan apa yang akan Mia lakukan. “Biar enak aja ngobrol nya” ucap Mia menjawab raut wajah Juna yang sedari tadi menatapnya Juna mengangguk dan sedikit tertawa. “Hmm kamu sendirian?” tanya Mia mantap Juna heran. Lagi, Juna merespon dengan mengangguk. Kerutan di kedua alis Mia pun terbentuk.”Calon istri kamu mana?” “Harus bawa calon istri ya, May?” tanya balik Juna dengan sorot mata yang sudah sedikit keberatan.
Mia masih termenung di dalam mobil. Perkataan Juna beberapa jam lalu membuat kepala Mia pusing. Mia melewatkan satu perkiraan dalam kepalanya. Bukan karena si Juna datang sendiri, status Juna adalah single, Bisa saja pacar Juna memang sedang sibuk atau sakit makanya dia nggak bisa ikut. Dasar bodoh! bodoh! kenapa bisa Mia terlalu kegeeran kalau Juna masih sendiri dan nggak bisa melupakannya.Dan kini Mia harus menelan kenyataan pahit kalau JUNA MAU MEMAKAI JASA WEDDING ORGANIZER UNTUK PERNIKAHANNYA!oh shit! apa yang sejak tadi Mia rasakan saat bersama Juna tadi. Perasaan lega karena Juna datang sendirian ternyata hanyalah pengalihan untuk diri Mia Yang memang berharap Juna datang seorang diri.“May, ini kita mau kemana, kok jadi muter-muter nggak jelas kita” ujar Shela yang sedang sibuk m
Kalau saja Shela nggak nyenggol Mia sekarang, mungkin rahang Mia sudah patah akibat melihat sosok tegap nan gagah di depanya ini. Dari sekian banyak tubuh tegap lelaki yang Mia lihat di acara ini, kenapa bisa Mia nggak mengenali punggung Juna. Padahal dulu Mia selalu tau bagaimana bentuk postur tubuh Juna dari depan dan belakang. Tapi sekarang rasanya semua terlihat berbeda,dari kejauhan Mia sudah nggak bisa lagi mengenal bentuk postur tubuh lelaki itu. Bagaimana nggak Lelaki yang sedang menyinggungkan senyum ke arah Mia ini sudah jauh lebih berbeda sekarang. Mia terkejut, sangat … terkejut. Dari sekian tahun lamanya perubahan Juna membuat pikiran Mia tiba tiba saja buyar. OMG Kenapa dia tambah ganteng sih! Mia ikut menyinggungkan senyum tipis dan membalas uluran tangan Juna. “Hai Jun,
Hari pernikahan Bima akhirnya tiba. Hari yang ditunggu tunggu Shela yang nggak sabar mau melihat bagaimana tampang si Reno, bahkan Shela rela berdandan berjam jam di salon tempat langganan nya. Katanya biar Reno pangling melihat Shela. Dan Mia hanya mendengarkan saja biar cewek rempong itu senang. Tepat di jam sebelas pagi Mia dan Shela akhirnya sampai di halaman pesta tersebut. Di sebuah Ballroom hotel bintang lima yang terletak di kawasan Jakarta. Ya Mia dan Shela sepakat datang saat resepsi sedang berlangsung, biar si Shela bisa langsung menyantap hidangannya dan sebagai antisipasi agar isi dompet Mia aman dari palakannya Shela. Setelah selesai isi buku tamu kehadiran. Dekorasi bertema Garden Room menyam
“OMG Mayvvvvvvinaaa!!!” triak Shela memejamkan kedua mata terkejut jijik.Sedangkan Mia sudah melebarkan kedua mata panik .“Sorry, Sorry gue kelepasan!” Mia segera mengambil tisu dan membersihkan wajah Shela buru buru.Shela rebut tisu dari tangan Mia dengan kerutan kesal. “Kelepasan Lo itu udah kayak dukun tau nggak! Main sembur aja. Lo kira gue pasien di guna guna!" Geram Shela lanjut membersihkan sisa jus di mukanya.“Lo sih sebut nama Juna gue kan jadi kaget.” ucap Mia menyesal.“Hellow May, cuma Juna May, Juna. Cowo kulkas itu bikin Lo
“Naksir Lo? Lo yang naksir dia kale.” kelak Shela rese.“Iy-a ... Maksud gue gitu. Bima yang gue taksir dulu itu kan? Dia beneran mau nikah?” tanya Mia sedikit tergugup.Shela mengangguk. “Iya, May. Bima yang cool itu loh yang ganteng nya sampe keliatan tujuh tanjakan. Info yang gue dapat dari anak Grup alumni kampus sih gitu. Nih, masih rame banget di bahas sama cewe cewe penggemar Bima.” Shela tunjukan isi chat grup alumni kampusnya itu pada Mia.Mia mendengus setelah melihat banyak sekali emot menangis dari para cewek
“Jadi, Bu Indy minta semua dekorasi bunganya di ubah jadi bunga baby breath?”“Iya, Bu.” cicit Tara.Mia menggerutu kasar sambil membanting dokumen di atas meja dengan tangan yang sudah mengepal geram.“Kenapa nggak bilang saya dari jauh hari! kamu tau kan ini udah hampir hari H Tara!” omel Mia nggak tertahankan.“S-aya juga baru dapat kabar tadi Bu, kata Bu Indy dia nggak akan nikah kalau dekorasinya nggak pakai bunga baby breath.” ucap Tara dengan suara bergetar takut.Mia sudah tau jika Tara akan mengucapkan alasan seperti itu. Bukan satu atau dua kali Mia mendengar alasan klasik seperti itu lagi, tapi sudah berkali kali Mia mendengar alasan yang menurut Mia sudah sanga
“Saya juga akan mewujudkan BEM yang aktif, bersinergi, sosialis, kompetitif, dan kreatif untuk mengembangkan organisasi lebih maju”“Coba bisa mengembangan perasaan cinta.” Suara celetukan itu bergema lantang keseluruh ruang rapat. Seluruh anggota yang ada di sana seketika menatap ke arahnya.“Mati gue!”“Ya ... Mia apa ada yang ingin kamu sampaikan?” Bima, cowok yang sedari tadi berpidato kini sudah menatapnya penuh tanya. Suasana di ruang rapat seketika menjadi garing akibat celetukan Mia tadi.Mia coba untuk tersenyum lebar, lebih tepatnya meringis lebar. “Maaf maksud saya, mengembangkan organisasi lebih maju itu bagus kalau juga ada kajian umum untuk anak-anak fakultas, contohnya tentang budaya, dan desain gitu.”“Ide bagus” Bima menyahut tanpa berpikir panjang. “Kalau begitu saya akan langsung buat tim bagian untuk kajian itu” lanjutnya dengan sorot ma