“Saya juga akan mewujudkan BEM yang aktif, bersinergi, sosialis, kompetitif, dan kreatif untuk mengembangkan organisasi lebih maju”
“Coba bisa mengembangan perasaan cinta.” Suara celetukan itu bergema lantang keseluruh ruang rapat. Seluruh anggota yang ada di sana seketika menatap ke arahnya.
“Mati gue!”
“Ya ... Mia apa ada yang ingin kamu sampaikan?” Bima, cowok yang sedari tadi berpidato kini sudah menatapnya penuh tanya. Suasana di ruang rapat seketika menjadi garing akibat celetukan Mia tadi.
Mia coba untuk tersenyum lebar, lebih tepatnya meringis lebar. “Maaf maksud saya, mengembangkan organisasi lebih maju itu bagus kalau juga ada kajian umum untuk anak-anak fakultas, contohnya tentang budaya, dan desain gitu.”
“Ide bagus” Bima menyahut tanpa berpikir panjang. “Kalau begitu saya akan langsung buat tim bagian untuk kajian itu” lanjutnya dengan sorot mata yang sudah menatap kedepan. Bersiap untuk memilih. “Untuk tim desain saya pilih Shela dan Reno, kalian berdua pegang kajian untuk tema Desain ya” tunjuk Bima lalu bergantian mencari kandidat selanjutnya “Dan untuk tim Budaya saya pilih Mia dan Juna, kalian berdua pegang tema budaya. Proposal boleh langsung di buat, silahkan kalian boleh diskusi untuk buat agendanya- bla - bla-”
“What!! gue sama si Juna!” batin Mia bersorak kencang. “kenapa nggak sama Lo aja sih Bim! Padahal tadi itu rencana gue buat bisa kerja bareng sama lo! kenapa Bima nggak peka sih!!! Tapi gapapa deh kalau sama Juna juga.”
Mia menyukai Bima. Cowok keren yang banyak penggemarnya itu selalu membuat hari Mia teralihkan. Setiap Bima berbicara, berpidato bahkan berdiri pun Mia selalu terkesima, selalu berbunga bunga, pokoknya selalu buat hari Mia berwarna. Tapi ... untuk Bima yang banyak penggemarnya Mia nggak terlalu berharap lebih.
Dan Juna adalah salah satu kandidat kedua cowok yang Mia suka juga. Yap! Selain mempunyai cadangan barang, Mia juga selalu punya cadangan untuk cowok yang Mia suka. Juna contohnya, Cowok kalem yang nggak banyak bicara dan selalu mengumbar aura misterius tapi tetap terkesan cool di mata Mia itu, berhasil membuat Mia tertarik , berhasil membuat Mia tertantang dan penasaran, apa sih yang bisa bikin jantung Mia berdebar kencang setiap kali dekat dengan Juna? seperti apa sih dunia Arjuna Adipta.
“Jadi rencana gue mau angkat tema budaya tentang kesenian tari dan bla- bla- nanti gue yang buat proposal abis itu kita ajukan ini ke klub' tari”
“Kenapa nggak ajukan aku jadi pacar kamu aja”
“Sorry?” Juna yang sedang serius menjelaskan tentang soal idenya itu kaget dengan celetukan Mia yang berhasil memotong ucapnya. Setelah Bima membubarkan rapat tadi, Mia langsung mengajak Juna untuk membicarakan tentang tema apa yang mau di bawa nanti. Dan Juna mencoba menjelaskan itu, Tapi ...
Dengan spontan Mia nyengir lebar. Kalau bisa memukul mulutnya ini Mia ingin melakukan itu sekarang. Bisa- bisanya dia selalu keceplosan melihat wajah serius dari cowok cakep ini. “Sori... sori .. Maksud aku, kamu kan mau ajuin tema tentang kesenian tari. Kenapa kamu nggak sekalian aja ikut klub tari, kan kalau gitu kamu bisa berperan besar buat kajian nanti”
Juna makin melonggo menatap Mia heran.
Duh! Rasanya Mia ingin mengubur diri sendiri sekarang. Bagaimana bisa Mia malah ngajak bercanda Juna di saat dia sedang berbicara serius. Sudah jelas - jelas cowok yang ada di depan nya ini nggak punya jiwa harmonis sama sekali. Ya kali Juna bisa nari! Buat bercanda aja dia nggak bisa! Kenapa Mia jadi grogi gini sih!
“hahaha A- ku bercanda ... Bercanda Jun, ide kamu tadi buat aku takjub. Bisa aja gitu langsung kepikiran buat angkat tema tentang Kesenian tari. Nggak usah kesenian tari, aku juga bisa diangkat jadi pacar kam- ”
“Ukkh!” Juna tersedak seketika.
“Aduh! Maksud aku.. yang bisa jadi pacaran kamu nanti nggak aku doang, tapi anak tari juga bisa” Mia meringis memalingkan wajahnya malu. Plak! Kali ini Mia benar memukul mulutnya sendiri, dasar bego! “Duh! Kayaknya aku udah mulai ngaco deh! Aku balik ke kelas dulu ya Har. Untuk Proposal kalau udah jadi kabarin aku ya. Biar aku aja yang kasih lihat ke klub' tari. aku yakin mereka mau ikut bantu buat kajian kita nanti... Dah ya .. bye Juna!” Mia berlari keluar kantin dengan jantung yang hampir nyaris pecah.
Ya ampun kenapa Juna tidak menunjukkan reaksi apapun dan malah membuat Mia jadi melting. Dasar bodoh! Pasti Juna sudah berpikir kalau Mia adalah cewek genit yang nyaris saja menyatakan cinta!
Rusak sudah image Mia dimata Juna!
Sedangkan Juna masih tertegun menatap pintu keluar kantin. Mia sudah sepenuhnya hilang dari pandangan. Cewek ceria dan supel seperti Mia mampu membuat Juna berpaling untuk menatapnya berkali kali. Cewek yang sangat suka desain dan menggambar itu selalu membuat Juna tidak bisa berkata- kata banyak. Nggak heran jika Mia punya banyak teman dan mudah dekat dengan nya.
Juna tutup laptop yang habis digunakan untuk mencari bahan tema kajian dengan kecewa. Kenapa tadi Juna diam saja? Kenapa tadi Juna tidak menarik Mia dan bilang kalau Mia bisa jadi pacarnya, nggak perlu sampai ke anak tari, kalau yang Juna mau adalah Mia sendiri.
Dan ... kenapa setiap kali dekat Mia nyali Juna selalu menciut, selalu saja nggak percaya diri. Mia memang salah satu segelintir cewek yang bisa akrab dengannya, karena hal itu lah Juna mempunyai rasa tertarik dengan Mia. Bisa dibilang Juna menyukai Mia ... sudah sejak lama.. dan Juna belum pernah menyatakan perasaan cintanya ini.
Juna hanya tidak mau terlalu percaya diri. Mia juga mudah akrab dengan banyak orang dan membuat Juna kadang bertanya tanya pada dirinya sendiri. Apakah cewek gaul dan ceria seperti Mia mau berpacaran dengan cowok yang bahkan untuk mengungkapkan cinta saja nggak berani? terlalu menyedihkan bukan?
“Jadi, Bu Indy minta semua dekorasi bunganya di ubah jadi bunga baby breath?”“Iya, Bu.” cicit Tara.Mia menggerutu kasar sambil membanting dokumen di atas meja dengan tangan yang sudah mengepal geram.“Kenapa nggak bilang saya dari jauh hari! kamu tau kan ini udah hampir hari H Tara!” omel Mia nggak tertahankan.“S-aya juga baru dapat kabar tadi Bu, kata Bu Indy dia nggak akan nikah kalau dekorasinya nggak pakai bunga baby breath.” ucap Tara dengan suara bergetar takut.Mia sudah tau jika Tara akan mengucapkan alasan seperti itu. Bukan satu atau dua kali Mia mendengar alasan klasik seperti itu lagi, tapi sudah berkali kali Mia mendengar alasan yang menurut Mia sudah sanga
“Naksir Lo? Lo yang naksir dia kale.” kelak Shela rese.“Iy-a ... Maksud gue gitu. Bima yang gue taksir dulu itu kan? Dia beneran mau nikah?” tanya Mia sedikit tergugup.Shela mengangguk. “Iya, May. Bima yang cool itu loh yang ganteng nya sampe keliatan tujuh tanjakan. Info yang gue dapat dari anak Grup alumni kampus sih gitu. Nih, masih rame banget di bahas sama cewe cewe penggemar Bima.” Shela tunjukan isi chat grup alumni kampusnya itu pada Mia.Mia mendengus setelah melihat banyak sekali emot menangis dari para cewek
“OMG Mayvvvvvvinaaa!!!” triak Shela memejamkan kedua mata terkejut jijik.Sedangkan Mia sudah melebarkan kedua mata panik .“Sorry, Sorry gue kelepasan!” Mia segera mengambil tisu dan membersihkan wajah Shela buru buru.Shela rebut tisu dari tangan Mia dengan kerutan kesal. “Kelepasan Lo itu udah kayak dukun tau nggak! Main sembur aja. Lo kira gue pasien di guna guna!" Geram Shela lanjut membersihkan sisa jus di mukanya.“Lo sih sebut nama Juna gue kan jadi kaget.” ucap Mia menyesal.“Hellow May, cuma Juna May, Juna. Cowo kulkas itu bikin Lo
Hari pernikahan Bima akhirnya tiba. Hari yang ditunggu tunggu Shela yang nggak sabar mau melihat bagaimana tampang si Reno, bahkan Shela rela berdandan berjam jam di salon tempat langganan nya. Katanya biar Reno pangling melihat Shela. Dan Mia hanya mendengarkan saja biar cewek rempong itu senang. Tepat di jam sebelas pagi Mia dan Shela akhirnya sampai di halaman pesta tersebut. Di sebuah Ballroom hotel bintang lima yang terletak di kawasan Jakarta. Ya Mia dan Shela sepakat datang saat resepsi sedang berlangsung, biar si Shela bisa langsung menyantap hidangannya dan sebagai antisipasi agar isi dompet Mia aman dari palakannya Shela. Setelah selesai isi buku tamu kehadiran. Dekorasi bertema Garden Room menyam
Kalau saja Shela nggak nyenggol Mia sekarang, mungkin rahang Mia sudah patah akibat melihat sosok tegap nan gagah di depanya ini. Dari sekian banyak tubuh tegap lelaki yang Mia lihat di acara ini, kenapa bisa Mia nggak mengenali punggung Juna. Padahal dulu Mia selalu tau bagaimana bentuk postur tubuh Juna dari depan dan belakang. Tapi sekarang rasanya semua terlihat berbeda,dari kejauhan Mia sudah nggak bisa lagi mengenal bentuk postur tubuh lelaki itu. Bagaimana nggak Lelaki yang sedang menyinggungkan senyum ke arah Mia ini sudah jauh lebih berbeda sekarang. Mia terkejut, sangat … terkejut. Dari sekian tahun lamanya perubahan Juna membuat pikiran Mia tiba tiba saja buyar. OMG Kenapa dia tambah ganteng sih! Mia ikut menyinggungkan senyum tipis dan membalas uluran tangan Juna. “Hai Jun,
Mia masih termenung di dalam mobil. Perkataan Juna beberapa jam lalu membuat kepala Mia pusing. Mia melewatkan satu perkiraan dalam kepalanya. Bukan karena si Juna datang sendiri, status Juna adalah single, Bisa saja pacar Juna memang sedang sibuk atau sakit makanya dia nggak bisa ikut. Dasar bodoh! bodoh! kenapa bisa Mia terlalu kegeeran kalau Juna masih sendiri dan nggak bisa melupakannya.Dan kini Mia harus menelan kenyataan pahit kalau JUNA MAU MEMAKAI JASA WEDDING ORGANIZER UNTUK PERNIKAHANNYA!oh shit! apa yang sejak tadi Mia rasakan saat bersama Juna tadi. Perasaan lega karena Juna datang sendirian ternyata hanyalah pengalihan untuk diri Mia Yang memang berharap Juna datang seorang diri.“May, ini kita mau kemana, kok jadi muter-muter nggak jelas kita” ujar Shela yang sedang sibuk m
Sesuai janji pesan semalam, Pagi sekali Juna sudah datang ke kantor Mia. Shela yang sedari tadi penasaran dengan kedatangan Juna terus menatap ke arah ruangan Mia. Buru buru Mia tutup tirai ruangan nya dengan memberikan tatapan sinis ke arah Shela. Nenek lampir itu pasti kepo dengan apa yang akan Mia lakukan. “Biar enak aja ngobrol nya” ucap Mia menjawab raut wajah Juna yang sedari tadi menatapnya Juna mengangguk dan sedikit tertawa. “Hmm kamu sendirian?” tanya Mia mantap Juna heran. Lagi, Juna merespon dengan mengangguk. Kerutan di kedua alis Mia pun terbentuk.”Calon istri kamu mana?” “Harus bawa calon istri ya, May?” tanya balik Juna dengan sorot mata yang sudah sedikit keberatan.
Sesuai janji pesan semalam, Pagi sekali Juna sudah datang ke kantor Mia. Shela yang sedari tadi penasaran dengan kedatangan Juna terus menatap ke arah ruangan Mia. Buru buru Mia tutup tirai ruangan nya dengan memberikan tatapan sinis ke arah Shela. Nenek lampir itu pasti kepo dengan apa yang akan Mia lakukan. “Biar enak aja ngobrol nya” ucap Mia menjawab raut wajah Juna yang sedari tadi menatapnya Juna mengangguk dan sedikit tertawa. “Hmm kamu sendirian?” tanya Mia mantap Juna heran. Lagi, Juna merespon dengan mengangguk. Kerutan di kedua alis Mia pun terbentuk.”Calon istri kamu mana?” “Harus bawa calon istri ya, May?” tanya balik Juna dengan sorot mata yang sudah sedikit keberatan.
Mia masih termenung di dalam mobil. Perkataan Juna beberapa jam lalu membuat kepala Mia pusing. Mia melewatkan satu perkiraan dalam kepalanya. Bukan karena si Juna datang sendiri, status Juna adalah single, Bisa saja pacar Juna memang sedang sibuk atau sakit makanya dia nggak bisa ikut. Dasar bodoh! bodoh! kenapa bisa Mia terlalu kegeeran kalau Juna masih sendiri dan nggak bisa melupakannya.Dan kini Mia harus menelan kenyataan pahit kalau JUNA MAU MEMAKAI JASA WEDDING ORGANIZER UNTUK PERNIKAHANNYA!oh shit! apa yang sejak tadi Mia rasakan saat bersama Juna tadi. Perasaan lega karena Juna datang sendirian ternyata hanyalah pengalihan untuk diri Mia Yang memang berharap Juna datang seorang diri.“May, ini kita mau kemana, kok jadi muter-muter nggak jelas kita” ujar Shela yang sedang sibuk m
Kalau saja Shela nggak nyenggol Mia sekarang, mungkin rahang Mia sudah patah akibat melihat sosok tegap nan gagah di depanya ini. Dari sekian banyak tubuh tegap lelaki yang Mia lihat di acara ini, kenapa bisa Mia nggak mengenali punggung Juna. Padahal dulu Mia selalu tau bagaimana bentuk postur tubuh Juna dari depan dan belakang. Tapi sekarang rasanya semua terlihat berbeda,dari kejauhan Mia sudah nggak bisa lagi mengenal bentuk postur tubuh lelaki itu. Bagaimana nggak Lelaki yang sedang menyinggungkan senyum ke arah Mia ini sudah jauh lebih berbeda sekarang. Mia terkejut, sangat … terkejut. Dari sekian tahun lamanya perubahan Juna membuat pikiran Mia tiba tiba saja buyar. OMG Kenapa dia tambah ganteng sih! Mia ikut menyinggungkan senyum tipis dan membalas uluran tangan Juna. “Hai Jun,
Hari pernikahan Bima akhirnya tiba. Hari yang ditunggu tunggu Shela yang nggak sabar mau melihat bagaimana tampang si Reno, bahkan Shela rela berdandan berjam jam di salon tempat langganan nya. Katanya biar Reno pangling melihat Shela. Dan Mia hanya mendengarkan saja biar cewek rempong itu senang. Tepat di jam sebelas pagi Mia dan Shela akhirnya sampai di halaman pesta tersebut. Di sebuah Ballroom hotel bintang lima yang terletak di kawasan Jakarta. Ya Mia dan Shela sepakat datang saat resepsi sedang berlangsung, biar si Shela bisa langsung menyantap hidangannya dan sebagai antisipasi agar isi dompet Mia aman dari palakannya Shela. Setelah selesai isi buku tamu kehadiran. Dekorasi bertema Garden Room menyam
“OMG Mayvvvvvvinaaa!!!” triak Shela memejamkan kedua mata terkejut jijik.Sedangkan Mia sudah melebarkan kedua mata panik .“Sorry, Sorry gue kelepasan!” Mia segera mengambil tisu dan membersihkan wajah Shela buru buru.Shela rebut tisu dari tangan Mia dengan kerutan kesal. “Kelepasan Lo itu udah kayak dukun tau nggak! Main sembur aja. Lo kira gue pasien di guna guna!" Geram Shela lanjut membersihkan sisa jus di mukanya.“Lo sih sebut nama Juna gue kan jadi kaget.” ucap Mia menyesal.“Hellow May, cuma Juna May, Juna. Cowo kulkas itu bikin Lo
“Naksir Lo? Lo yang naksir dia kale.” kelak Shela rese.“Iy-a ... Maksud gue gitu. Bima yang gue taksir dulu itu kan? Dia beneran mau nikah?” tanya Mia sedikit tergugup.Shela mengangguk. “Iya, May. Bima yang cool itu loh yang ganteng nya sampe keliatan tujuh tanjakan. Info yang gue dapat dari anak Grup alumni kampus sih gitu. Nih, masih rame banget di bahas sama cewe cewe penggemar Bima.” Shela tunjukan isi chat grup alumni kampusnya itu pada Mia.Mia mendengus setelah melihat banyak sekali emot menangis dari para cewek
“Jadi, Bu Indy minta semua dekorasi bunganya di ubah jadi bunga baby breath?”“Iya, Bu.” cicit Tara.Mia menggerutu kasar sambil membanting dokumen di atas meja dengan tangan yang sudah mengepal geram.“Kenapa nggak bilang saya dari jauh hari! kamu tau kan ini udah hampir hari H Tara!” omel Mia nggak tertahankan.“S-aya juga baru dapat kabar tadi Bu, kata Bu Indy dia nggak akan nikah kalau dekorasinya nggak pakai bunga baby breath.” ucap Tara dengan suara bergetar takut.Mia sudah tau jika Tara akan mengucapkan alasan seperti itu. Bukan satu atau dua kali Mia mendengar alasan klasik seperti itu lagi, tapi sudah berkali kali Mia mendengar alasan yang menurut Mia sudah sanga
“Saya juga akan mewujudkan BEM yang aktif, bersinergi, sosialis, kompetitif, dan kreatif untuk mengembangkan organisasi lebih maju”“Coba bisa mengembangan perasaan cinta.” Suara celetukan itu bergema lantang keseluruh ruang rapat. Seluruh anggota yang ada di sana seketika menatap ke arahnya.“Mati gue!”“Ya ... Mia apa ada yang ingin kamu sampaikan?” Bima, cowok yang sedari tadi berpidato kini sudah menatapnya penuh tanya. Suasana di ruang rapat seketika menjadi garing akibat celetukan Mia tadi.Mia coba untuk tersenyum lebar, lebih tepatnya meringis lebar. “Maaf maksud saya, mengembangkan organisasi lebih maju itu bagus kalau juga ada kajian umum untuk anak-anak fakultas, contohnya tentang budaya, dan desain gitu.”“Ide bagus” Bima menyahut tanpa berpikir panjang. “Kalau begitu saya akan langsung buat tim bagian untuk kajian itu” lanjutnya dengan sorot ma