Cedera di kepala Abian sangat serius, kondisinya kritis dan butuh penanganan intensif, sehingga ia ditempatkan di ruang ICU. Yang penanganannya cepat.
Hanya ada satu orang yang diizinkan untuk menunggui Abian disana, sehingga mau tak mau Diah mengajak ibu mertuanya pulang dan menitipkannya pada salah satu tetangga mereka.Sejak kematian suaminya, Halwa mengalami gangguan mental. Halwa sering kebingungan dan cemas tanpa sebab. Terkadang meracau tidak jelas. Namun dokter bilang, Halwa tidaklah gila. Ia hanya mengalami depresi ringan."Terimakasih ya mbak Nila sudah mau menjaga ibu!" ujar Diah dengan penuh rasa terimakasih."Jangan sungkan-sungkan, Diah!" ucap Nila, "Sebelumnya, mbak juga pernah merepotkan kamu!"Nila adalah tetangga Diah yang posisi rumahnya berada tepat disebelah rumah Diah.Sebelumnya, Nila juga pernah menitipkan anak kembarnya pada Diah. Saat suaminya mengalami struk dan harus dirawat di rumah sakit."Lalu sekarang bagaimana keadaan Abian?!" tanya Nila kemudian.Diah menghela nafas berat, wajah cantik Diah tiba-tiba berubah kusut."Mas Bian dinyatakan mengalami koma, mbak!" sahut Diah lemah."Ya ampun!! Koma?!" Nila terperanjat, ia pikir kecelakaan yang menimpa Abian tidak terlalu parah. "Mbak pikir Abian cuma kecelakaan ringan! Mbak tak menyangka dia sampai koma!! Berarti Abian mengalami kecelakaan berat ya!?" imbuh Nila, "Semoga Abian bisa cepat sadar dan pulih, Diah!""Terimakasih ya mbak!" ujar Diah tulus, "Saya titip ibu, ya mbak!"Setelah berpamitan pada Nila, Diah segera meluncur ke rumah sakit. Sedetik saja meninggalkan Abian, hati Diah tidak tenang. Ia takut tiba-tiba mendapat kabar buruk dari dokter saat ia datang.Duduk di luar ruangan ICU, ia hanya bisa terbengong dengan tatapan kosong. Diah merasa sedang memikirkan sesuatu, tapi ia tidak tahu apa itu. Kini Diah tengah diliputi oleh kebingungan.Diah merasa sedang bermimpi!! Ia tidak merasa sedang ada di dunia nyata. Suaminya yang beberapa waktu lalu, sehat sentosa. Tiba-tiba saja sekarang terbaring koma.'Kenapa ini bisa terjadi sama kamu, mas?!' batin Diah pilu."Diah?!" suara bariton berat kembali membuyarkan lamunan Diah.Diah menoleh secara refleks dan kembali melihat pria yang sama, yang ia lihat di kantor polisi kemarin."Demas?!" Diah kaget. Tak menyangka akan melihat Demas."Kenapa kamu ada disini?!" tanya Demas kemudian, pria itu duduk di sebelah Diah."Oh... suamiku di rawat disini!" menunjuk ke arah ruang ICU, secara alami ia menambah jarak diantara mereka.Demas tersenyum tipis, melihat tingkah canggung Diah padanya. Sejak dulu, Demas paling menyukai sikap canggung Diah itu. Terlihat manis di matanya."Kamu kenapa bisa ada disini?!" Diah balik bertanya."Istriku juga dirawat disana!" Demas menunjuk ruangan yang sama dengan Diah."Oh?!" Diah kaget. "Ternyata, wanita di sebelah itu istrimu?!"Demas mengangguk. Ia tahu bahwa pria yang dirawat di sebelah istrinya adalah Abian, suami Diah. Namun ia tak mengungkapkan apa-apa sebelumnya.Demas paham bahwa Diah menolak diantar pulang olehnya, karena tidak ingin terlibat lagi dengannya.Tapi sepertinya, takdir menginginkan hal yang berbeda."Kamu sudah makan?!" celetuk Demas."A-ah.. sudah!" dusta Diah. Namun suara keroncongan mengalun dari perutnya, tepat setelah ia mengatakan 'sudah', hingga membuatnya malu seketika. Diah ketahuan berbohong.Mendengar suara perut Diah, Demas tersenyum geli. "Kamu masih suka menahan lapar ya?! Apa masih suka diet juga?!""Ng.. bukan begitu!" ucap Diah malu. Ia memalingkan wajahnya yang berubah merah padam. Ketahuan berbohong di depan orangnya langsung, itu benar-benar sesuatu!"Tunggu, ya!" ucap Demas tiba-tiba, ia bangkit dari duduknya, kemudian meninggalkan Diah sembari berkata, "Aku akan membelikan sesuatu!""Ti-tidak usa—" belum habis kata-kata Diah, pria itu sudah berlari meninggalkan Diah."Hhh..." Diah mendesah. Diah yakin, akan ada masalah yang muncul jika mereka bertemu seperti ini!!Hubungan Diah dan Demas putus bukan karena keinginan mereka berdua, juga bukan karena adanya orang ketiga. Hubungan mereka putus, karena restu orang tua.Ibu Demas, Ayudia telah memiliki calon yang hendak dipasangkan untuk Demas. Sehingga saat Diah muncul dan menjadi kekasih Demas, Ayudia keberatan.Ayudia tak pernah menyukai Diah, meski sebaik apapun Diah bersikap. Selama beetahun-tahun Diah berusaha mengambil hati Ayudia. Namun Ayudia hanya bergeming. Ia tetap tak merestui hubungan diantara Diah dan Demas.Diah tak pernah menyerah akan cintanya, Demas juga demikian. Tapi kakak Diah tak memiliki pikiran yang sama. Sebagai wali adiknya, Bagus selalu mencemaskan Diah yang merupakan adik satu-satunya.Bagus takut adiknya hanya melakukan perjuangan sia-sia. Karena sepertinya ibu Demas tak akan pernah berubah pikiran.Awalnya Bagus bersabar karena Diah juga masih muda, tapi pikiran Bagus berbalik saat umur Diah sudah mencapai batas usia menikah.Bagus kemudian menuntut kesungguhan Demas pada adiknya, ia meminta Demas untuk meminang Diah. Tapi Demas kesulitan menyanggupi permintaan Bagus, karena ketiadaan restu dari ibunya.Demas sempat berpikir untuk menikah tanpa restu ibunya, namun Diah menolak dan memilih mengakhiri hubungan mereka.Setelah berpisah dengan Demas, Diah sempat menutup diri dan menolak setiap pria yang datang padanya. Sampai Abian muncul dan meminangnya.Diah tak pernah bertemu dengan Demas lagi setelah itu. Bagi Diah, tak ada manfaat yang akan muncul dari pertemuan dua orang yang pernah memiliki masa lalu.Walaupun terkesan kaku, tapi Diah merasa menjaga perasaan pasangan jauh lebih penting ketimbang menjalin silaturahmi dengan orang yang pernah mengisi hati.Meski pun tak sengaja menghindar, Diah dan Demas tak pernah bertemu sekalipun setelah perpisahan mereka waktu itu.Tinggal di kota yang sama, tak menjadikan mereka sering bertemu. Seolah ada di dimensi yang berbeda, Diah maupun Demas tak pernah saling berpapasan.Namun anehnya, di saat seperti ini mereka malah bertemu! Bahkan terhubung melalui pasangan mereka masing-masing.Sungguh permainan takdir yang membingungkan!!"Lama menunggu?!" Demas kembali dengan membawa dua kresek penuh makanan dan minuman. Ia kemudian kembali duduk di sebelah Diah, membongkar bungkusan yang ia bawa dan memperlihatkannya pada Diah."Roti buaya atau roti boy?!" tanya Demas. Ia paling tahu selera Diah. Wanita yang pernah menjadi kekasihnya selama delapan tahunan itu, menyukai berbagai jenis roti. Salah satunya roti buaya dan roti boy."Atau mungkin keduanya?!" kelakar Demas.Tidak ingin membuat Demas kecewa, Diah meraih roti boy dari tangan Demas. "Terimakasih!"Melihat Diah mengambil pemberiannya, Demas tersenyum cerah.Demas kembali mengobrak-abrik kresek satunya dan menyerahkan sebotol minuman jus buah untuk Diah.Tidak lupa Demas membuka tutup botolnya terlebih dulu. Seperti kebiasaannya saat mereka berpacaran beberapa tahun lalu.Demas tahu, Diah selalu kesulitan membuka tutup botol minuman kemasan."Kamu masih suka jus mangga kan?!" tanya Demas kemudian.****Tluk....Dari balik tasnya, sebuah gawai hitam keluar dan meluncur di lantai dengan mulus. "Ah!!" Diah terkejut. Ia lupa telah membawa gawai asing itu bersama dengannya. Saking kagetnya ia dengan keadaan suaminya yang dinyatakan koma, Diah lupa akan kecurigaannya. Tergopoh, Diah berusaha meraih gawai itu. Saat gawai itu menyentuh tangannya, perasaan ganjil yang asing kembali menghantuinya. Ia tercenung menggenggam gawai itu dengan tatapan kosong."Ada apa, Diah?!" tanya Demas yang baru datang dari toilet. "Ah!!" Diah tersentak kaget. "Tidak apa!"Diah kembali ke tempat duduknya dengan tergesa. Mencengkeram gawai di tangan kanannya.Demas menatap benda yang digenggam Diah, kemudian mengerti tanpa mendengar penjelasannya. "Kamu sudah memeriksanya?!" tanya Demas, seraya mengikuti langkah Diah."Huh?!" Diah mengernyit. "Memeriksa?!""Apa kamu sudah memastikan bahwa itu milik suamimu?!" tanya Demas.Diah terdiam. Ia belum memeriksanya. Selain karena ia telah melupakannya. Juga karena
Melapisi es batu dengan sapu tangan putih berinisial 'D', Diah menyerahkannya pada Demas. Senyum tipis seketika terukir di wajah pria itu, kala melihat sulaman kecil yang sangat dikenalnya."Kau masih menyimpannya!" ucap Demas senang, sembari meletakkan es batu berlapis sapu tangan itu di pipinya. Menyentuh saku kemejanya dengan tangan lainnya, Demas memeriksa sapu tangan serupa yang ia simpan disana. Yang sama persis seperti milik Diah.Diah tersentak kaget. ia lupa telah menggunakan saputangan itu. "Ah.. itu.. aku hanya membawanya karena menyukai coraknya!" sahut Diah seadanya. Ia berbohong sia-sia.Sapu tangan itu tak bercorak. Hanya berwarna putih polos dengan sulaman huruf 'D' berwarna biru langit. Terang saja Demas mengetahui Diah berdusta.Tapi meskipun begitu, Demas tetap bahagia. Mengetahui bahwa Diah masih menyimpan pemberiannya. Sapu tangan itu adalah pemberian Demas pada Diah, saat mereka merayakan hubungan mereka yang keenam tahun. Meski hanya saputangan biasa. Namun
Diah segera terperanjat saat melihat gambar dua orang yang saling berpelukan dan berciuman, terpampang di layar gawai itu!! Dirinya tak akan seterkejut itu, jika saja pria tersebut bukanlah orang yang dia kenal. Ya!! Pria yang tengah memeluk dan mencium pipi istri Demas adalah suaminya, Abian!!!Dheg!!Jantung Diah seolah berhenti berdetak. Tubuhnya meremang seketika, bahkan tangannya tiba-tiba lemas. Ia hampir saja melepaskan gawai itu dari genggamannya. Namun ia segera meletakkannya di atas pangkuannya. Baru saja membuka smartphone itu, ia sudah dibuat kelimpungan seperti ini. Bagaimana saat mengobrak-abrik isi di dalamnya?! Diah tidak bisa melanjutkannya!!"Sebuah kebenaran tidak akan menghilang meski kau menghindarinya, Diah!" suara bariton berat mengalun di telinganya. Diah menatap ke arah suara, dan menemukan Demas yang menatapnya lekat-lekat disana. "Terkadang lebih baik mengetahui kebenaran yang menyakitkan, ketimbang hidup dalam kebahagiaan palsu, Diah!" sambung Demas.
"Kami kembali pulang dulu, kamu jaga Citra dengan baik!" titah Arya pada Demas. Tatapan pria tua itu masih garang. Hatinya masih marah pada menantunya yang tak berguna itu. Demas hanya mengangguk pelan tanpa bicara. Seperti biasa, sikap dingin Demas selalu membuat Arya geram. Orang-orang disekitar Arya selalu berusaha dekat dengannya, sibuk memuji dan menyenangkan hatinya. Namun satu-satunya pria yang menjadi menantunya, sama sekali tak melakukannya!Alih-alih menyanjungnya, Demas malah bertindak acuh tak acuh. Bahkan terkadang bersikap sangat lancang.Arya adalah pria yang gila akan sanjungan, Ia merasa dirinya pantas dan layak untuk menerima segala pujian. Dari harta dan status keluarga, tak usah diragukan lagi. Dia merasa ada di atas strata paling tinggi. Semua orang di dunia ini harus tunduk pada nya, begitu pikirnya!!"CK!!" malas mengomeli sikap menantunya yang tak pernah berubah, Arya akhirnya mengajak istrinya untuk kembali pulang ke kotanya. Rencananya, setelah mengurusi
Kembali ke rumah untuk mengecek keadaan ibu mertuanya yang dirawat oleh Nila, Diah memeriksa barang-barang milik suaminya. Hanya ada beberapa peralatan yang biasa dibawa oleh suaminya saat pergi perjalanan dinas. Tidak ada yang aneh sedikitpun. Itu seperti barang-barang yang ia siapkan sebelumnya untuk Abian. Dalam smartphone suaminya yang retak dan dipenuhi oleh noda kehitaman darah yang mengering, tak ada panggilan atau pesan aneh. Itu hanya panggilan dari bos Abian dan beberapa teman-teman kantornya. Pesannya pun hanya mengacu pada pekerjaan. Dan beberapa pesan manis yang dialamatkan suaminya untuk dirinya. 'Tidak ada apapun!' batin Diah. Ia kemudian kembali ke rumah sakit untuk mencari tahu, apa yang Demas dapatkan. Hampir sama dengan Diah, Demas juga kembali dengan tangan hampa. Ia tak menemukan barang-barang yang mencurigakan. Smartphone Citra juga berisikan pesan-pesan singkat dari manager dan teman-temannya. 'Apa ini?! Kenapa aneh sekali!' batin Demas. Kenyataan bahwa A
"Ancaman?!!" Diah yang sejak tadi menguping dari balik pintu pun, akhirnya bersuara saking kagetnya. Ia awalnya ingin mengecek keadaan suaminya, namun saat ia membuka pintu. Ia mendengar Demas sedang berbicara dengan seseorang dan menyebut nama suaminya. Membuat Diah mematung di tempat. "Ancaman apa?!" tanya Diah lagi. Demas dan Renata serentak menatap ke arah Diah. Dengan pandangan penuh tanda tanya, Renata menatap Demas. Seolah mengirimkan sinyal, 'Siapa dia' pada Demas. Memahami tatapan Renata padanya, Demas berkata, "Dia istri pria itu, mbak! Diah Candra Dewi!" Renata terkesiap. Ia sekarang tambah bimbang. Sepertinya ini akan menjadi hal yang buruk!"Tolong beritahu saya, apa yang sebenarnya terjadi antara suami saya dan Citra!" pinta Diah, "Saya benar-benar bingung, apa yang sebenarnya terjadi!"Diah akhirnya menangis. Air mata yang ia tahan sejak kemarin akhirnya meluap. "Saya bahkan tak bisa bertanya pada suami saya, saya benar-benar kebingungan!" ucap Diah. Ia terisak d
Meski bertemu, Diah dan Demas sama sekali tak bertegur sapa. Setelah kejadian saat itu, selama beberapa hari mereka bertingkah bagaikan orang yang tak saling mengenal. Sampai mertua Demas muncul dan membuat Demas terluka."Tak tahu diuntung!!" geram Arya. Arya menendang kaki Demas hingga ia tersungkur jatuh ke lantai. "Setelah semua yang kami lakukan padamu, begini caramu memperlakukan kami?!! Dasar menantu sampah tak berguna!!" sentak Arya sembari menendang-nendang tubuh Demas yang terjerembab di lantai.Demas merintih kesakitan, ia hanya bisa menelungkup. Berusaha menahan sakit yang diakibatkan oleh mertuanya. Diah yang kebetulan melihatnya, merasa sangat pilu. Ia ingin menolong Demas, namun ia takut kehadirannya malah mengacaukan segalanya. "Karena kau yang tidak becus, Citra jadi seperti ini kan?!" teriak Arya, "Sudah sepatutnya kau bertanggung jawab!! Lagipula kau adalah suami Citra, sudah sepantasnya kau membiayai istrimu!!"Arya terus menendang Demas hingga ia terengah-enga
Demas berusaha meminjam uang ke semua kenalannya, namun sulit untuk mengumpulkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat. Demas menghela nafas berat. Tabungannya habis, setelah digunakan oleh Citra untuk membeli beberapa tas mewah sebelumnya. Apalagi untuk membayar perawatan rumah sakit Citra, untuk membayar gaji karyawannya bulan ini saja kurang. "Tunggu! Tas mewah...?!" Demas kemudian memiliki sebuah ide cemerlang di benaknya. Segera ia berlari menuju ke dalam kamar istrinya, membuka lemari kaca Citra yang dipenuhi dengan tas-tas mewah dan aksesoris mahal. Sebagian isinya, dibeli dari uang jerih payah Demas. Selama ini, Citra telah mengambil sebagian besar uang Demas dengan dalih hak sebagai seorang istri.Walaupun telah mendapatkan uang dari Demas untuk nafkah. Tapi Citra sering 'mencuri' uang Demas secara sembunyi-sembunyi. Namun alih-alih menggunakan uang yang diberikan Demas untuk kebutuhan sehari-hari, Citra selalu menggunakan uangnya untuk membeli barang-barang bermerk ya
"Kau tahu aku bukan pria semacam itu kan?!" ucap Demas. Diah memalingkan wajahnya. Ia malu karena ketahuan memikirkan hal-hal aneh oleh Demas. Itu benar!! Demas bukanlah pria yang berlaku sembarangan pada wanita. Demas selalu saja menjaga batas kesopanan. Selama bertahun-tahun berhubungan dengan Diah, tak sekalipun Demas meminta hal-hal aneh. "Jadi bagaimana?! Kamu mau kan?!" tanya Demas lagi. Diah kemudian mengangguk. Ia juga rindu ingin bertamu ke rumah Demas. Meski Ayu selalu berlaku buruk padanya. Tapi rumah Demas menjadi saksi perjuangan mereka saat muda. Cinta yang bersemi diantara restu yang minim dari orang tua. Menjadikan cinta mereka semakin kuat dan kuat. Seperti kata orang, sesuatu yang terlarang akan semakin menyenangkan untuk dilakukan. Begitulah perasaan keduanya saat itu.Walaupun sulit, tapi hubungan mereka terasa sangat manis. "Iya.. Aku mau, Demas!" ucap Diah kemudian. Mendengar jawaban
Demas terpana. Netranya tak bisa lepas dari sosok cantik Diah di depannya. Bukan karena dimabuk kepayang oleh cinta lama yang masih tertinggal. Namun Diah memang benar-benar berpenampilan menawan malam ini. Terbukti dari banyaknya orang yang terpana, dan ikut melirik ke arah Diah."Kamu cantik sekali, Diah!" bisik Demas saat Diah sampai di depannya. Dengan jantung yang berdebar-debar, Demas menuntun Diah menuju ke mejanya. Yang telah ditata dengan romantis oleh para karyawannya. "Silahkan duduk, sayang..." bisik Demas. Diah tersentak kaget. Merasa asing dengan panggilan familiar Demas. Meski dulu Demas selalu memanggil Diah dengan sebutan 'sayang' yang mesra. Namun itu sudah lama berlalu. Belakangan ini, Abianlah orang yang memanggilnya dengan mesra begitu. Tapi alih-alih protes dengan panggilan Demas terhadapnya, Diah malah membalasnya. Mengingat suaminya, Diah juga mengingat bagaimana Abian memanggil Citra dengan sayang. Ia ingin melakukan hal yang sama juga. Ia sungguh ingin ba
Selama beberapa tahun terakhir, Demas tidak hanya berdiam diri saja. Ia tak hanya memasrahkan dirinya untuk menjadi bulan-bulanan keluarga istrinya. Demas juga menyusun rencana tersembunyi.Selain merekam semua penganiayaan yang telah ia terima selama ini. Ia juga mengumpulkan bukti, hal-hal ilegal yang dilakukan oleh mertuanya itu. Dari penggelapan dana, penyuapan hingga kekerasan terhadap para pekerja. Semuanya, ia kumpulkan dan ia simpan rapat-rapat.Demas awalnya tak berencana untuk menggunakan semua itu pada mertuanya. Mengingat, kebaikan Arya yang dulu pernah membantu ayahnya. Tapi sikap Arya sekarang sudah sangat keterlaluan. Sehingga Demas tak memiliki pilihan lain lagi. Ia harus bertindak tegas. "Ayah, Ibu! Selama ini saya masih sangat menghargai kalian sebagai orang yang telah membantu ayah saya. Tapi jika kalian terus menekan saya seperti ini, saya rasa saya tak memiliki pilihan lain!" ucap Demas, "Saya harap kali
Demas berusaha meminjam uang ke semua kenalannya, namun sulit untuk mengumpulkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat. Demas menghela nafas berat. Tabungannya habis, setelah digunakan oleh Citra untuk membeli beberapa tas mewah sebelumnya. Apalagi untuk membayar perawatan rumah sakit Citra, untuk membayar gaji karyawannya bulan ini saja kurang. "Tunggu! Tas mewah...?!" Demas kemudian memiliki sebuah ide cemerlang di benaknya. Segera ia berlari menuju ke dalam kamar istrinya, membuka lemari kaca Citra yang dipenuhi dengan tas-tas mewah dan aksesoris mahal. Sebagian isinya, dibeli dari uang jerih payah Demas. Selama ini, Citra telah mengambil sebagian besar uang Demas dengan dalih hak sebagai seorang istri.Walaupun telah mendapatkan uang dari Demas untuk nafkah. Tapi Citra sering 'mencuri' uang Demas secara sembunyi-sembunyi. Namun alih-alih menggunakan uang yang diberikan Demas untuk kebutuhan sehari-hari, Citra selalu menggunakan uangnya untuk membeli barang-barang bermerk ya
Meski bertemu, Diah dan Demas sama sekali tak bertegur sapa. Setelah kejadian saat itu, selama beberapa hari mereka bertingkah bagaikan orang yang tak saling mengenal. Sampai mertua Demas muncul dan membuat Demas terluka."Tak tahu diuntung!!" geram Arya. Arya menendang kaki Demas hingga ia tersungkur jatuh ke lantai. "Setelah semua yang kami lakukan padamu, begini caramu memperlakukan kami?!! Dasar menantu sampah tak berguna!!" sentak Arya sembari menendang-nendang tubuh Demas yang terjerembab di lantai.Demas merintih kesakitan, ia hanya bisa menelungkup. Berusaha menahan sakit yang diakibatkan oleh mertuanya. Diah yang kebetulan melihatnya, merasa sangat pilu. Ia ingin menolong Demas, namun ia takut kehadirannya malah mengacaukan segalanya. "Karena kau yang tidak becus, Citra jadi seperti ini kan?!" teriak Arya, "Sudah sepatutnya kau bertanggung jawab!! Lagipula kau adalah suami Citra, sudah sepantasnya kau membiayai istrimu!!"Arya terus menendang Demas hingga ia terengah-enga
"Ancaman?!!" Diah yang sejak tadi menguping dari balik pintu pun, akhirnya bersuara saking kagetnya. Ia awalnya ingin mengecek keadaan suaminya, namun saat ia membuka pintu. Ia mendengar Demas sedang berbicara dengan seseorang dan menyebut nama suaminya. Membuat Diah mematung di tempat. "Ancaman apa?!" tanya Diah lagi. Demas dan Renata serentak menatap ke arah Diah. Dengan pandangan penuh tanda tanya, Renata menatap Demas. Seolah mengirimkan sinyal, 'Siapa dia' pada Demas. Memahami tatapan Renata padanya, Demas berkata, "Dia istri pria itu, mbak! Diah Candra Dewi!" Renata terkesiap. Ia sekarang tambah bimbang. Sepertinya ini akan menjadi hal yang buruk!"Tolong beritahu saya, apa yang sebenarnya terjadi antara suami saya dan Citra!" pinta Diah, "Saya benar-benar bingung, apa yang sebenarnya terjadi!"Diah akhirnya menangis. Air mata yang ia tahan sejak kemarin akhirnya meluap. "Saya bahkan tak bisa bertanya pada suami saya, saya benar-benar kebingungan!" ucap Diah. Ia terisak d
Kembali ke rumah untuk mengecek keadaan ibu mertuanya yang dirawat oleh Nila, Diah memeriksa barang-barang milik suaminya. Hanya ada beberapa peralatan yang biasa dibawa oleh suaminya saat pergi perjalanan dinas. Tidak ada yang aneh sedikitpun. Itu seperti barang-barang yang ia siapkan sebelumnya untuk Abian. Dalam smartphone suaminya yang retak dan dipenuhi oleh noda kehitaman darah yang mengering, tak ada panggilan atau pesan aneh. Itu hanya panggilan dari bos Abian dan beberapa teman-teman kantornya. Pesannya pun hanya mengacu pada pekerjaan. Dan beberapa pesan manis yang dialamatkan suaminya untuk dirinya. 'Tidak ada apapun!' batin Diah. Ia kemudian kembali ke rumah sakit untuk mencari tahu, apa yang Demas dapatkan. Hampir sama dengan Diah, Demas juga kembali dengan tangan hampa. Ia tak menemukan barang-barang yang mencurigakan. Smartphone Citra juga berisikan pesan-pesan singkat dari manager dan teman-temannya. 'Apa ini?! Kenapa aneh sekali!' batin Demas. Kenyataan bahwa A
"Kami kembali pulang dulu, kamu jaga Citra dengan baik!" titah Arya pada Demas. Tatapan pria tua itu masih garang. Hatinya masih marah pada menantunya yang tak berguna itu. Demas hanya mengangguk pelan tanpa bicara. Seperti biasa, sikap dingin Demas selalu membuat Arya geram. Orang-orang disekitar Arya selalu berusaha dekat dengannya, sibuk memuji dan menyenangkan hatinya. Namun satu-satunya pria yang menjadi menantunya, sama sekali tak melakukannya!Alih-alih menyanjungnya, Demas malah bertindak acuh tak acuh. Bahkan terkadang bersikap sangat lancang.Arya adalah pria yang gila akan sanjungan, Ia merasa dirinya pantas dan layak untuk menerima segala pujian. Dari harta dan status keluarga, tak usah diragukan lagi. Dia merasa ada di atas strata paling tinggi. Semua orang di dunia ini harus tunduk pada nya, begitu pikirnya!!"CK!!" malas mengomeli sikap menantunya yang tak pernah berubah, Arya akhirnya mengajak istrinya untuk kembali pulang ke kotanya. Rencananya, setelah mengurusi
Diah segera terperanjat saat melihat gambar dua orang yang saling berpelukan dan berciuman, terpampang di layar gawai itu!! Dirinya tak akan seterkejut itu, jika saja pria tersebut bukanlah orang yang dia kenal. Ya!! Pria yang tengah memeluk dan mencium pipi istri Demas adalah suaminya, Abian!!!Dheg!!Jantung Diah seolah berhenti berdetak. Tubuhnya meremang seketika, bahkan tangannya tiba-tiba lemas. Ia hampir saja melepaskan gawai itu dari genggamannya. Namun ia segera meletakkannya di atas pangkuannya. Baru saja membuka smartphone itu, ia sudah dibuat kelimpungan seperti ini. Bagaimana saat mengobrak-abrik isi di dalamnya?! Diah tidak bisa melanjutkannya!!"Sebuah kebenaran tidak akan menghilang meski kau menghindarinya, Diah!" suara bariton berat mengalun di telinganya. Diah menatap ke arah suara, dan menemukan Demas yang menatapnya lekat-lekat disana. "Terkadang lebih baik mengetahui kebenaran yang menyakitkan, ketimbang hidup dalam kebahagiaan palsu, Diah!" sambung Demas.