Kembali ke rumah untuk mengecek keadaan ibu mertuanya yang dirawat oleh Nila, Diah memeriksa barang-barang milik suaminya.
Hanya ada beberapa peralatan yang biasa dibawa oleh suaminya saat pergi perjalanan dinas. Tidak ada yang aneh sedikitpun. Itu seperti barang-barang yang ia siapkan sebelumnya untuk Abian.Dalam smartphone suaminya yang retak dan dipenuhi oleh noda kehitaman darah yang mengering, tak ada panggilan atau pesan aneh. Itu hanya panggilan dari bos Abian dan beberapa teman-teman kantornya.Pesannya pun hanya mengacu pada pekerjaan. Dan beberapa pesan manis yang dialamatkan suaminya untuk dirinya.'Tidak ada apapun!' batin Diah. Ia kemudian kembali ke rumah sakit untuk mencari tahu, apa yang Demas dapatkan.Hampir sama dengan Diah, Demas juga kembali dengan tangan hampa. Ia tak menemukan barang-barang yang mencurigakan. Smartphone Citra juga berisikan pesan-pesan singkat dari manager dan teman-temannya.'Apa ini?! Kenapa aneh sekali!' batin Demas.Kenyataan bahwa Abian dan Citra bisa bertemu di luar kota dan menggunakan mobil yang sama, membuat Demas berpikir bahwa keduanya pasti saling berhubungan dan berkomunikasi untuk melakukannya.Tidak mungkin kan mereka bertemu secara tidak sengaja dengan sangat kebetulan seperti itu?!'Apa dia menghapus pesan dan riwayat panggilannya!?' batin Demas menduga-duga. 'Atau menggunakan ponsel lainnya lagi?!'Semakin dipikirkan semakin membingungkan!! Demas benar-benar ingin mengungkap kebenarannya. Ia ingin membuat Diah melihat kebusukan suaminya.Dheg!!Demas kaget. 'Apa yang aku pikirkan??' batinnya.'Kenapa aku ingin Diah melihat suaminya dengan buruk?!' batinnya. Ia tidak sadar, mulai mengharapkan Diah.Jauh di dalam lubuk hatinya, ia berharap menemukan bukti konkret akan perselingkuhan Abian dan Citra. Ia ingin membuat Diah mengetahui bahwa Abian bukanlah pria yang baik.Kebersamaan mereka beberapa hari ini, kembali memantik perasaan lama yang disimpan oleh Demas. Ia awalnya hanya berharap untuk kebahagiaan Diah, tapi sekarang ia mulai serakah. Dan ingin Diah berpisah dengan suaminya, agar dia bisa memiliki kesempatan untuk bersama dengan Diah.'Tidak!!' tolak Demas. Ia berusaha menghempas pikirannya. 'Bukankah bagus jika ternyata mereka tak berselingkuh?! Artinya pria itu tak menyakiti Diah!''Ya! Benar.. ini bagus!' Demas mendikte dirinya. Bahwa apa yang terjadi saat ini adalah hal yang bagus. Namun berbeda dari apa yang benaknya sebutkan, hati Demas terasa perih.Ada retakan-retakan kecil yang tercipta di sudut hatinya. Sebuah harapan yang menggunung yang tersimpan di kedalaman hatinya, runtuh dan hancur berantakan.****"Kamu menemukan sesuatu?!" tanya Demas, saat melihat kedatangan Diah.Diah menggeleng. "Tak ada apapun! Bagaimana denganmu?!""Aku juga tak menemukan apapun!" ujar Demas."Ah...b-baguslah!" seru Demas, berbanding terbalik dengan kata hatinya "Itu berarti.. kemungkinan besar, mereka tak lagi berhubungan! Mungkin mereka hanya kebetulan bertemu!"Diah terdiam, ia tercenung memikirkan kata-kata Demas.'Kebetulan bertemu?!' Diah merasa itu tidaklah benar!! Ia bukan wanita yang bodoh. Dia tahu kebetulan seperti itu, jarang sekali terjadi.Kecurigaan Diah kemudian terjawab, saat manager Citra datang berkunjung untuk menemui Citra.Sebelumnya Renata, manager Citra tak bisa mengunjungi Citra karena ada di luar kota untuk mengurusi beberapa model yang juga menjadi tanggung jawabnya."Ya ampun!! Bagaimana bisa begini??" ucap Renata. Ia menatap sendu pada Citra, yang tengah terbaring tak berdaya.Alat-alat yang terpasang ditubuhnya, memantik rasa sakit di hati Renata yang melihatnya.Meski hubungan mereka sekarang adalah manager dan model, tapi sebelumnya mereka adalah teman. Citra adalah salah satu juniornya di kampus."Dia pergi ke kota sebelah untuk menemui orangtuanya. Saya menawarkan diri untuk mengantarnya, tapi dia bilang akan pergi bareng mbak yang kebetulan ada job di kota sebelah!" jelas Demas."Aku gak ada job disana Demas, aku ada job di tempat lain!!" ujar Renata. Ia sendiri terkejut saat Demas menanyainya terkait hal itu.Citra bahkan tak menjawab telepon dari Renata beberapa waktu lalu, saat Renata menawarkan job baru."Lalu dia pergi dengan siapa!?!" tanya Renata kemudian.Tanpa menjawab, Demas menatap ke arah ranjang sebelah. Dimana seorang pria berbaring disana.Meski Demas tidak mengatakannya secara gamblang, Renata memahaminya bahwa jawaban dari pertanyaannya adalah pria itu.Melangkah lebih dekat, berusaha memeriksa wajah pria itu. Renata terkejut karena ia mengenalinya."Tuan Abian?!" pekik Renata."Mbak mengenalnya?!" Demas kaget.'Berarti benar mereka pernah bertemu terkait pekerjaan!' batin Demas.Renata mengangguk, "Pemotretan di K Hotel waktu itu, kami berurusan dengannya!"Terlihat ragu-ragu, Renata hendak mengatakan sesuatu. Tapi ia akhirnya hanya bisa terpaku, menatap Citra dan Abian secara bergantian.Memahami bahwa Renata mengetahui sesuatu, Demas kemudian memancingnya untuk bicara."Aku menemukan sesuatu yang menarik.. apa mbak mengetahuinya juga?!" ujar Demas."Ah?! Ah?! Apa?!" Renata tergagap. "Sesuatu menarik apa!?""Citra dan pria itu, mereka memiliki hubungan, kan!?!" ucap Demas.Seketika, Renata mendelik. Seolah begitu kaget dengan apa yang di dengarnya dari Demas."Bisakah mbak memberitahuku?!! Apa saja yang mbak ketahui mengenai hubungan diantara mereka?!!" ucap Demas "Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi! Kenapa istriku bisa berada dalam satu mobil dengannya?!"Lama Renata tercenung, ia menimbang di dalam hatinya. Apakah kata-katanya ini akan menjadi hal yang baik ataukah buruk?! Apa dia harus mengatakannya atau tidak?! Renata kebingungan."Aku hanya ingin mengetahui kebenaran di balik kecelakaan istriku, mbak..." ujar Demas lagi.Meski Demas dan Citra adalah pasangan kontrak, yang tak memiliki sedikitpun percikan asmara di dalam hubungan mereka. Namun di depan yang lainnya, mereka adalah pasangan yang harmonis.Walaupun jauh dari kata mesra, mereka adalah pasangan yang terlihat saling mengandalkan satu sama lain. Demas juga merupakan sosok yang ramah dan cepat akrab. Sehingga baik Renata maupun rekan-rekannya berpikir bahwa Demas adalah suami yang sangat baik.Mendengar ucapan Demas, hati Renata terketuk juga. Ini pasti sangat tidak adil bagi Demas, tahu-tahu istrinya kecelakaan dan seketika koma.Bahkan setelahnya, Demas dihadapkan dengan kenyataan bahwa istrinya berbohong dan bersama pria lain."Mbak tidak tahu apa kata-kata mbak ini akan menjadi hal yang baik atau hal yang buruk untukmu.." ujar Renata, membuka kata, "Tapi mbak merasa harus mengatakan apa yang mbak tahu padamu!"Demas mengangguk, dengan wajah sendu ia berujar, "Tolonglah mbak.. saya sangat menghargai, jika mbak mau jujur mengenai Citra dan pria itu!"Menghela nafas panjang, Renata pun mengungkapkan apa yang ia tahu mengenai Citra dan Abian.Renata tak tahu apa jelasnya hubungan diantara keduanya. Namun saat Citra melihat Abian, Citra terlihat sangat terkejut. Ia bahkan linglung beberapa saat dan setelahnya tidak fokus saat pemotretan berlangsung.Itu menarik perhatian Renata, karena Citra jarang melakukan kesalahan semacam itu saat pemotretan.Dan yang lebih mencurigakan untuk Renata adalah saat ia tanpa sengaja memergoki Citra dan Abian bertengkar di taman hotel."Saat itu, baik tuan Abian dan Citra mengaku tak saling mengenal... tapi mbak tanpa sengaja melihat mereka bersitegang di taman hotel!" ucap Renata, ia menerawang mengingat kejadian beberapa waktu lalu."Bersitegang?! Mengenai apa mbak?!" tanya Demas penasaran."Mbak tidak begitu mendengarnya.. hanya samar-samar.. itu mengenai.." kata-kata Renata tercekat. Ia merasa bimbang untuk melanjutkan ucapannya."Mengenai apa mbak..?!" desak Demas lagi."Ancaman..." ujar Renata."Ancaman?!" Demas mengernyit. Ancaman?! Apa lagi ini?!'batin Demas."Ancaman?!!" Diah yang sejak tadi menguping dari balik pintu pun, akhirnya bersuara saking kagetnya. Ia awalnya ingin mengecek keadaan suaminya, namun saat ia membuka pintu. Ia mendengar Demas sedang berbicara dengan seseorang dan menyebut nama suaminya. Membuat Diah mematung di tempat. "Ancaman apa?!" tanya Diah lagi. Demas dan Renata serentak menatap ke arah Diah. Dengan pandangan penuh tanda tanya, Renata menatap Demas. Seolah mengirimkan sinyal, 'Siapa dia' pada Demas. Memahami tatapan Renata padanya, Demas berkata, "Dia istri pria itu, mbak! Diah Candra Dewi!" Renata terkesiap. Ia sekarang tambah bimbang. Sepertinya ini akan menjadi hal yang buruk!"Tolong beritahu saya, apa yang sebenarnya terjadi antara suami saya dan Citra!" pinta Diah, "Saya benar-benar bingung, apa yang sebenarnya terjadi!"Diah akhirnya menangis. Air mata yang ia tahan sejak kemarin akhirnya meluap. "Saya bahkan tak bisa bertanya pada suami saya, saya benar-benar kebingungan!" ucap Diah. Ia terisak d
Meski bertemu, Diah dan Demas sama sekali tak bertegur sapa. Setelah kejadian saat itu, selama beberapa hari mereka bertingkah bagaikan orang yang tak saling mengenal. Sampai mertua Demas muncul dan membuat Demas terluka."Tak tahu diuntung!!" geram Arya. Arya menendang kaki Demas hingga ia tersungkur jatuh ke lantai. "Setelah semua yang kami lakukan padamu, begini caramu memperlakukan kami?!! Dasar menantu sampah tak berguna!!" sentak Arya sembari menendang-nendang tubuh Demas yang terjerembab di lantai.Demas merintih kesakitan, ia hanya bisa menelungkup. Berusaha menahan sakit yang diakibatkan oleh mertuanya. Diah yang kebetulan melihatnya, merasa sangat pilu. Ia ingin menolong Demas, namun ia takut kehadirannya malah mengacaukan segalanya. "Karena kau yang tidak becus, Citra jadi seperti ini kan?!" teriak Arya, "Sudah sepatutnya kau bertanggung jawab!! Lagipula kau adalah suami Citra, sudah sepantasnya kau membiayai istrimu!!"Arya terus menendang Demas hingga ia terengah-enga
Demas berusaha meminjam uang ke semua kenalannya, namun sulit untuk mengumpulkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat. Demas menghela nafas berat. Tabungannya habis, setelah digunakan oleh Citra untuk membeli beberapa tas mewah sebelumnya. Apalagi untuk membayar perawatan rumah sakit Citra, untuk membayar gaji karyawannya bulan ini saja kurang. "Tunggu! Tas mewah...?!" Demas kemudian memiliki sebuah ide cemerlang di benaknya. Segera ia berlari menuju ke dalam kamar istrinya, membuka lemari kaca Citra yang dipenuhi dengan tas-tas mewah dan aksesoris mahal. Sebagian isinya, dibeli dari uang jerih payah Demas. Selama ini, Citra telah mengambil sebagian besar uang Demas dengan dalih hak sebagai seorang istri.Walaupun telah mendapatkan uang dari Demas untuk nafkah. Tapi Citra sering 'mencuri' uang Demas secara sembunyi-sembunyi. Namun alih-alih menggunakan uang yang diberikan Demas untuk kebutuhan sehari-hari, Citra selalu menggunakan uangnya untuk membeli barang-barang bermerk ya
Selama beberapa tahun terakhir, Demas tidak hanya berdiam diri saja. Ia tak hanya memasrahkan dirinya untuk menjadi bulan-bulanan keluarga istrinya. Demas juga menyusun rencana tersembunyi.Selain merekam semua penganiayaan yang telah ia terima selama ini. Ia juga mengumpulkan bukti, hal-hal ilegal yang dilakukan oleh mertuanya itu. Dari penggelapan dana, penyuapan hingga kekerasan terhadap para pekerja. Semuanya, ia kumpulkan dan ia simpan rapat-rapat.Demas awalnya tak berencana untuk menggunakan semua itu pada mertuanya. Mengingat, kebaikan Arya yang dulu pernah membantu ayahnya. Tapi sikap Arya sekarang sudah sangat keterlaluan. Sehingga Demas tak memiliki pilihan lain lagi. Ia harus bertindak tegas. "Ayah, Ibu! Selama ini saya masih sangat menghargai kalian sebagai orang yang telah membantu ayah saya. Tapi jika kalian terus menekan saya seperti ini, saya rasa saya tak memiliki pilihan lain!" ucap Demas, "Saya harap kali
Demas terpana. Netranya tak bisa lepas dari sosok cantik Diah di depannya. Bukan karena dimabuk kepayang oleh cinta lama yang masih tertinggal. Namun Diah memang benar-benar berpenampilan menawan malam ini. Terbukti dari banyaknya orang yang terpana, dan ikut melirik ke arah Diah."Kamu cantik sekali, Diah!" bisik Demas saat Diah sampai di depannya. Dengan jantung yang berdebar-debar, Demas menuntun Diah menuju ke mejanya. Yang telah ditata dengan romantis oleh para karyawannya. "Silahkan duduk, sayang..." bisik Demas. Diah tersentak kaget. Merasa asing dengan panggilan familiar Demas. Meski dulu Demas selalu memanggil Diah dengan sebutan 'sayang' yang mesra. Namun itu sudah lama berlalu. Belakangan ini, Abianlah orang yang memanggilnya dengan mesra begitu. Tapi alih-alih protes dengan panggilan Demas terhadapnya, Diah malah membalasnya. Mengingat suaminya, Diah juga mengingat bagaimana Abian memanggil Citra dengan sayang. Ia ingin melakukan hal yang sama juga. Ia sungguh ingin ba
"Kau tahu aku bukan pria semacam itu kan?!" ucap Demas. Diah memalingkan wajahnya. Ia malu karena ketahuan memikirkan hal-hal aneh oleh Demas. Itu benar!! Demas bukanlah pria yang berlaku sembarangan pada wanita. Demas selalu saja menjaga batas kesopanan. Selama bertahun-tahun berhubungan dengan Diah, tak sekalipun Demas meminta hal-hal aneh. "Jadi bagaimana?! Kamu mau kan?!" tanya Demas lagi. Diah kemudian mengangguk. Ia juga rindu ingin bertamu ke rumah Demas. Meski Ayu selalu berlaku buruk padanya. Tapi rumah Demas menjadi saksi perjuangan mereka saat muda. Cinta yang bersemi diantara restu yang minim dari orang tua. Menjadikan cinta mereka semakin kuat dan kuat. Seperti kata orang, sesuatu yang terlarang akan semakin menyenangkan untuk dilakukan. Begitulah perasaan keduanya saat itu.Walaupun sulit, tapi hubungan mereka terasa sangat manis. "Iya.. Aku mau, Demas!" ucap Diah kemudian. Mendengar jawaban
"Apa anda sungguh tidak mengenalnya?!" tanya petugas kepolisian itu. "Siapa maksud anda?!" Diah mengernyit. Tujuannya ke kantor polisi hanyalah untuk mengambil barang-barang suaminya yang tercecer di TKP. Tapi kenapa dia malah dicecar pertanyaan, seolah-olah dia adalah seorang tersangka?!"Citra Buana!" tegas petugas polisi itu berkata, "Wanita yang berada di mobil suami anda, saat kecelakaan itu terjadi!""Apa?! Wanita?!" Diah terpekik. Seingatnya, suaminya dinas keluar kota sendirian. Tidak bilang-bilang kalau ada temannya yang ikut serta."Saat kecelakaan itu terjadi, suami anda tidak sendiri! Ada seorang penumpang yang ikut mengalami kecelakaan bersama dengannya!" terang petugas itu lagi. "Seorang wanita bernama Citra Buana!"Diah mengingat-ingat, apa ada wanita dengan nama Citra Buana yang merupakan teman suaminya?! Namun sekeras apapun ia berusaha mengingat, ia tidak menemukan nama tersebut dalam list teman suaminya. "Saya tidak tahu, pak!" sahut Diah kemudian. "Saya tidak men
Cedera di kepala Abian sangat serius, kondisinya kritis dan butuh penanganan intensif, sehingga ia ditempatkan di ruang ICU. Yang penanganannya cepat.Hanya ada satu orang yang diizinkan untuk menunggui Abian disana, sehingga mau tak mau Diah mengajak ibu mertuanya pulang dan menitipkannya pada salah satu tetangga mereka. Sejak kematian suaminya, Halwa mengalami gangguan mental. Halwa sering kebingungan dan cemas tanpa sebab. Terkadang meracau tidak jelas. Namun dokter bilang, Halwa tidaklah gila. Ia hanya mengalami depresi ringan."Terimakasih ya mbak Nila sudah mau menjaga ibu!" ujar Diah dengan penuh rasa terimakasih. "Jangan sungkan-sungkan, Diah!" ucap Nila, "Sebelumnya, mbak juga pernah merepotkan kamu!"Nila adalah tetangga Diah yang posisi rumahnya berada tepat disebelah rumah Diah. Sebelumnya, Nila juga pernah menitipkan anak kembarnya pada Diah. Saat suaminya mengalami struk dan harus dirawat di rumah sakit."Lalu sekarang bagaimana keadaan Abian?!" tanya Nila kemudian.D
"Kau tahu aku bukan pria semacam itu kan?!" ucap Demas. Diah memalingkan wajahnya. Ia malu karena ketahuan memikirkan hal-hal aneh oleh Demas. Itu benar!! Demas bukanlah pria yang berlaku sembarangan pada wanita. Demas selalu saja menjaga batas kesopanan. Selama bertahun-tahun berhubungan dengan Diah, tak sekalipun Demas meminta hal-hal aneh. "Jadi bagaimana?! Kamu mau kan?!" tanya Demas lagi. Diah kemudian mengangguk. Ia juga rindu ingin bertamu ke rumah Demas. Meski Ayu selalu berlaku buruk padanya. Tapi rumah Demas menjadi saksi perjuangan mereka saat muda. Cinta yang bersemi diantara restu yang minim dari orang tua. Menjadikan cinta mereka semakin kuat dan kuat. Seperti kata orang, sesuatu yang terlarang akan semakin menyenangkan untuk dilakukan. Begitulah perasaan keduanya saat itu.Walaupun sulit, tapi hubungan mereka terasa sangat manis. "Iya.. Aku mau, Demas!" ucap Diah kemudian. Mendengar jawaban
Demas terpana. Netranya tak bisa lepas dari sosok cantik Diah di depannya. Bukan karena dimabuk kepayang oleh cinta lama yang masih tertinggal. Namun Diah memang benar-benar berpenampilan menawan malam ini. Terbukti dari banyaknya orang yang terpana, dan ikut melirik ke arah Diah."Kamu cantik sekali, Diah!" bisik Demas saat Diah sampai di depannya. Dengan jantung yang berdebar-debar, Demas menuntun Diah menuju ke mejanya. Yang telah ditata dengan romantis oleh para karyawannya. "Silahkan duduk, sayang..." bisik Demas. Diah tersentak kaget. Merasa asing dengan panggilan familiar Demas. Meski dulu Demas selalu memanggil Diah dengan sebutan 'sayang' yang mesra. Namun itu sudah lama berlalu. Belakangan ini, Abianlah orang yang memanggilnya dengan mesra begitu. Tapi alih-alih protes dengan panggilan Demas terhadapnya, Diah malah membalasnya. Mengingat suaminya, Diah juga mengingat bagaimana Abian memanggil Citra dengan sayang. Ia ingin melakukan hal yang sama juga. Ia sungguh ingin ba
Selama beberapa tahun terakhir, Demas tidak hanya berdiam diri saja. Ia tak hanya memasrahkan dirinya untuk menjadi bulan-bulanan keluarga istrinya. Demas juga menyusun rencana tersembunyi.Selain merekam semua penganiayaan yang telah ia terima selama ini. Ia juga mengumpulkan bukti, hal-hal ilegal yang dilakukan oleh mertuanya itu. Dari penggelapan dana, penyuapan hingga kekerasan terhadap para pekerja. Semuanya, ia kumpulkan dan ia simpan rapat-rapat.Demas awalnya tak berencana untuk menggunakan semua itu pada mertuanya. Mengingat, kebaikan Arya yang dulu pernah membantu ayahnya. Tapi sikap Arya sekarang sudah sangat keterlaluan. Sehingga Demas tak memiliki pilihan lain lagi. Ia harus bertindak tegas. "Ayah, Ibu! Selama ini saya masih sangat menghargai kalian sebagai orang yang telah membantu ayah saya. Tapi jika kalian terus menekan saya seperti ini, saya rasa saya tak memiliki pilihan lain!" ucap Demas, "Saya harap kali
Demas berusaha meminjam uang ke semua kenalannya, namun sulit untuk mengumpulkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat. Demas menghela nafas berat. Tabungannya habis, setelah digunakan oleh Citra untuk membeli beberapa tas mewah sebelumnya. Apalagi untuk membayar perawatan rumah sakit Citra, untuk membayar gaji karyawannya bulan ini saja kurang. "Tunggu! Tas mewah...?!" Demas kemudian memiliki sebuah ide cemerlang di benaknya. Segera ia berlari menuju ke dalam kamar istrinya, membuka lemari kaca Citra yang dipenuhi dengan tas-tas mewah dan aksesoris mahal. Sebagian isinya, dibeli dari uang jerih payah Demas. Selama ini, Citra telah mengambil sebagian besar uang Demas dengan dalih hak sebagai seorang istri.Walaupun telah mendapatkan uang dari Demas untuk nafkah. Tapi Citra sering 'mencuri' uang Demas secara sembunyi-sembunyi. Namun alih-alih menggunakan uang yang diberikan Demas untuk kebutuhan sehari-hari, Citra selalu menggunakan uangnya untuk membeli barang-barang bermerk ya
Meski bertemu, Diah dan Demas sama sekali tak bertegur sapa. Setelah kejadian saat itu, selama beberapa hari mereka bertingkah bagaikan orang yang tak saling mengenal. Sampai mertua Demas muncul dan membuat Demas terluka."Tak tahu diuntung!!" geram Arya. Arya menendang kaki Demas hingga ia tersungkur jatuh ke lantai. "Setelah semua yang kami lakukan padamu, begini caramu memperlakukan kami?!! Dasar menantu sampah tak berguna!!" sentak Arya sembari menendang-nendang tubuh Demas yang terjerembab di lantai.Demas merintih kesakitan, ia hanya bisa menelungkup. Berusaha menahan sakit yang diakibatkan oleh mertuanya. Diah yang kebetulan melihatnya, merasa sangat pilu. Ia ingin menolong Demas, namun ia takut kehadirannya malah mengacaukan segalanya. "Karena kau yang tidak becus, Citra jadi seperti ini kan?!" teriak Arya, "Sudah sepatutnya kau bertanggung jawab!! Lagipula kau adalah suami Citra, sudah sepantasnya kau membiayai istrimu!!"Arya terus menendang Demas hingga ia terengah-enga
"Ancaman?!!" Diah yang sejak tadi menguping dari balik pintu pun, akhirnya bersuara saking kagetnya. Ia awalnya ingin mengecek keadaan suaminya, namun saat ia membuka pintu. Ia mendengar Demas sedang berbicara dengan seseorang dan menyebut nama suaminya. Membuat Diah mematung di tempat. "Ancaman apa?!" tanya Diah lagi. Demas dan Renata serentak menatap ke arah Diah. Dengan pandangan penuh tanda tanya, Renata menatap Demas. Seolah mengirimkan sinyal, 'Siapa dia' pada Demas. Memahami tatapan Renata padanya, Demas berkata, "Dia istri pria itu, mbak! Diah Candra Dewi!" Renata terkesiap. Ia sekarang tambah bimbang. Sepertinya ini akan menjadi hal yang buruk!"Tolong beritahu saya, apa yang sebenarnya terjadi antara suami saya dan Citra!" pinta Diah, "Saya benar-benar bingung, apa yang sebenarnya terjadi!"Diah akhirnya menangis. Air mata yang ia tahan sejak kemarin akhirnya meluap. "Saya bahkan tak bisa bertanya pada suami saya, saya benar-benar kebingungan!" ucap Diah. Ia terisak d
Kembali ke rumah untuk mengecek keadaan ibu mertuanya yang dirawat oleh Nila, Diah memeriksa barang-barang milik suaminya. Hanya ada beberapa peralatan yang biasa dibawa oleh suaminya saat pergi perjalanan dinas. Tidak ada yang aneh sedikitpun. Itu seperti barang-barang yang ia siapkan sebelumnya untuk Abian. Dalam smartphone suaminya yang retak dan dipenuhi oleh noda kehitaman darah yang mengering, tak ada panggilan atau pesan aneh. Itu hanya panggilan dari bos Abian dan beberapa teman-teman kantornya. Pesannya pun hanya mengacu pada pekerjaan. Dan beberapa pesan manis yang dialamatkan suaminya untuk dirinya. 'Tidak ada apapun!' batin Diah. Ia kemudian kembali ke rumah sakit untuk mencari tahu, apa yang Demas dapatkan. Hampir sama dengan Diah, Demas juga kembali dengan tangan hampa. Ia tak menemukan barang-barang yang mencurigakan. Smartphone Citra juga berisikan pesan-pesan singkat dari manager dan teman-temannya. 'Apa ini?! Kenapa aneh sekali!' batin Demas. Kenyataan bahwa A
"Kami kembali pulang dulu, kamu jaga Citra dengan baik!" titah Arya pada Demas. Tatapan pria tua itu masih garang. Hatinya masih marah pada menantunya yang tak berguna itu. Demas hanya mengangguk pelan tanpa bicara. Seperti biasa, sikap dingin Demas selalu membuat Arya geram. Orang-orang disekitar Arya selalu berusaha dekat dengannya, sibuk memuji dan menyenangkan hatinya. Namun satu-satunya pria yang menjadi menantunya, sama sekali tak melakukannya!Alih-alih menyanjungnya, Demas malah bertindak acuh tak acuh. Bahkan terkadang bersikap sangat lancang.Arya adalah pria yang gila akan sanjungan, Ia merasa dirinya pantas dan layak untuk menerima segala pujian. Dari harta dan status keluarga, tak usah diragukan lagi. Dia merasa ada di atas strata paling tinggi. Semua orang di dunia ini harus tunduk pada nya, begitu pikirnya!!"CK!!" malas mengomeli sikap menantunya yang tak pernah berubah, Arya akhirnya mengajak istrinya untuk kembali pulang ke kotanya. Rencananya, setelah mengurusi
Diah segera terperanjat saat melihat gambar dua orang yang saling berpelukan dan berciuman, terpampang di layar gawai itu!! Dirinya tak akan seterkejut itu, jika saja pria tersebut bukanlah orang yang dia kenal. Ya!! Pria yang tengah memeluk dan mencium pipi istri Demas adalah suaminya, Abian!!!Dheg!!Jantung Diah seolah berhenti berdetak. Tubuhnya meremang seketika, bahkan tangannya tiba-tiba lemas. Ia hampir saja melepaskan gawai itu dari genggamannya. Namun ia segera meletakkannya di atas pangkuannya. Baru saja membuka smartphone itu, ia sudah dibuat kelimpungan seperti ini. Bagaimana saat mengobrak-abrik isi di dalamnya?! Diah tidak bisa melanjutkannya!!"Sebuah kebenaran tidak akan menghilang meski kau menghindarinya, Diah!" suara bariton berat mengalun di telinganya. Diah menatap ke arah suara, dan menemukan Demas yang menatapnya lekat-lekat disana. "Terkadang lebih baik mengetahui kebenaran yang menyakitkan, ketimbang hidup dalam kebahagiaan palsu, Diah!" sambung Demas.