Tluk....
Dari balik tasnya, sebuah gawai hitam keluar dan meluncur di lantai dengan mulus."Ah!!" Diah terkejut. Ia lupa telah membawa gawai asing itu bersama dengannya.Saking kagetnya ia dengan keadaan suaminya yang dinyatakan koma, Diah lupa akan kecurigaannya.Tergopoh, Diah berusaha meraih gawai itu. Saat gawai itu menyentuh tangannya, perasaan ganjil yang asing kembali menghantuinya.Ia tercenung menggenggam gawai itu dengan tatapan kosong."Ada apa, Diah?!" tanya Demas yang baru datang dari toilet."Ah!!" Diah tersentak kaget. "Tidak apa!"Diah kembali ke tempat duduknya dengan tergesa. Mencengkeram gawai di tangan kanannya.Demas menatap benda yang digenggam Diah, kemudian mengerti tanpa mendengar penjelasannya."Kamu sudah memeriksanya?!" tanya Demas, seraya mengikuti langkah Diah."Huh?!" Diah mengernyit. "Memeriksa?!""Apa kamu sudah memastikan bahwa itu milik suamimu?!" tanya Demas.Diah terdiam. Ia belum memeriksanya. Selain karena ia telah melupakannya. Juga karena rasa takut yang selalu menyerangnya, setiap kali memikirkan kebenaran apa yang tersembunyi di dalam gawai tersebut."Bagaimana denganmu?! Apa kamu sudah memeriksanya?!" Diah balik bertanya.Demas tersenyum tipis, senyumnya getir. Lalu mengangguk lemah.Alih-alih memeriksanya, Diah ingin bertanya saja pada Demas, apa yang ada di dalam gawai tersebut. Namun entah kenapa lidahnya kelu untuk bertanya."Tidak perlu diperiksa kalau kamu belum kuat!" ucap Demas.Dheg!!!Kata-kata Demas melecutkan rasa penasaran di hati Diah."Apa maksud kamu?!" tanya Diah bingung, "Kenapa aku harus menguatkan diri segala?! Memang apa isinya?!"Demas menghela nafas, "Kamu periksa saja dulu! Akan lebih baik kamu melihatnya langsung, ketimbang aku kasih tau!"Dheg!!Sekali lagi hati Diah seolah mencelos mendengar kata-kata Demas.'Apa sih?!' batin Diah bingung. Ia menatap gawai di cengkeramannya dengan linglung."Paswordnya hari ulang tahun istriku, 1707!!" ujar Demas. Ada getar di suara pria itu, ia kemudian bangkit tanpa mengatakan apapun lagi. Tanpa menoleh lagi pada Diah, Demas melangkahkan kakinya untuk pergi.Diah terpaku dalam keheningan, ia hanya bisa terdiam sembari menatap gawai di tangannya.****"Bagaimana cara kamu menjaga anak kami?! Kenapa dia bisa seperti ini?!" seorang wanita tua, datang dengan tergopoh-gopoh dan langsung memukul Demas tanpa peringatanDemas yang dipukul bertubi-tubi, tidak melawan, ataupun menghindar. Ia biarkan saja wanita tua itu menghantamnya dengan tamparan dan pukulan.Diah yang melihatnya hanya bisa tersentak kaget. Dari perkataan wanita itu, Diah menyimpulkan bahwa wanita itu adalah mertua Demas."Bu! Sudah Bu!" seorang pria tua dengan uban yang menutupi seluruh rambutnya, langsung merangkul wanita itu. Menahan tangan keriput itu yang terus memukul Demas."Ayah liat sendiri, anak kesayangan kita malah jadi begitu!" ujar wanita tua itu, air matanya luruh tak terkendali, "Putri cantik kita yang berharga sekarang koma!! Tidak tahu kapan akan sadarnya!! Bagaimana ini?!""Ini semua karena dia!"Wanita tua itu menunjuk Demas dengan wajah garangnya, "Kalau saja dia tidak bersikeras tinggal di rumahnya dan tinggal bersama kita, tidak mungkin Citra jadi seperti ini!!""Sudah Bu! Sudah! Malu dilihat banyak orang!" ujar pria tua itu. Memaksa istrinya untuk duduk dan lebih tenang. Ia malu dengan tatapan semua orang yang tertuju pada mereka."Kita bicarakan ini di tempat lain, Bu!" pinta pria tua itu lagi.Dengan nafas tersengal-sengal, wanita tua itu menghempas tangan suaminya. Ia tak lagi berusaha untuk memukul Demas, sebagai gantinya ia melemparkan tatapan tajam yang ganas. Seolah hendak memakan Demas."Ikut saya!!!" sentak pria tua itu kemudian.Demas dengan patuh mengikuti keinginan ayah mertuanya. Bagai kerbau di cocok hidungnya, menolak pun ia tidak bisa.Mengikuti kehendak kedua mertuanya, Demas mengikuti langkah pria tua itu menuju ke tempat yang lumayan sepi. Di dekat parkir, depan kamar mayat. Disanalah mereka berhenti.Plakkk!!!Sebuah tamparan pelak menghantam wajah tampan Demas. Namun meski semu merah muncul di pipinya, Demas hanya bergeming."Apa kau tidak bisa menjaga putriku?! Sampai begini dia dibuat olehmu!!?" hardik Arya, ayah mertua Demas. Tangannya sampai kebas setelah menampar menantunya. Tapi pria itu hanya diam tanpa ekspresi. Benar-benar membuat Arya merasa kesal.Dua tahun menikahi putrinya, sikap Demas tidak berubah. Tetap saja dingin sampai ke tulang."Apa yang terjadi?! Apa dia hendak pulang menemui kami?! Kenapa dia bisa kecelakaan di jalan tol?!" cecar Jannah, ibu mertua Demas."Citra tidak menemui ayah dan ibu?!" alih-alih menjawab, Demas balik bertanya."Apa maksudmu?! Kenapa kamu malah bertanya pada kami?! Kau kan suaminya! Seharusnya kau lebih tau tentang Citra, setelah dia menikah denganmu!!" sentak Arya marah."Jika istrimu ingin mengunjungi orang tuanya. Hendaknya kau antarkan dia!! Kemana kau hingga tak bisa mengantarkan istrimu?!" imbuh Jannah."Begini Ayah, Ibu.." setelah hanya diam selama beberapa waktu, akhirnya Demas buka suara. "Citra yang tidak mau saya antarkan. Dia bilang ingin ikut managernya!""Manager?!" Arya dan Jannah saling pandang."Lalu dimana managernya sekarang?! Apa dia juga terluka?!" ucap Jannah."Begini Bu.. setelah saya cari tahu, Citra tak pernah pergi bersama managernya. Dia pergi dengan orang lain!" ucap Demas."Orang lain?! Siapa?!" Arya semakin bingung. Ia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Setelah mendengar putrinya kecelakaan dan mengalami koma, ia langsung melesat ke kota sebelah. Begitu saja!! Ia tidak tahu hal-hal lainnya."Pria koma yang dirawat di sebelahnya! Citra bersama pria itu!" ujar Demas. "Citra sudah pergi selama seminggu! Dia kecelakaan saat hendak pulang. Jika kalian tidak bertemu dengannya. Kemana kiranya Citra pergi selama ini?!"Mendengar ucapan Demas, kedua orang tua itu kaget. Mereka saling melirik dengan pandangan rumit.Demas yang melihat ekspresi terkejut mertuanya itu, hanya menghela nafas kemudian berbalik pergi.Jika dalam cerita roman, ada siti Nurbaya yang terpaksa kawin dengan pria tua untuk melunasi hutang orang tuanya. Sedangkan di dalam kehidupannya, dirinyalah yang menjadi Siti Nurbaya.Demi melunasi hutang-hutang milik ayahnya, Demas terpaksa menikahi Citra yang saat itu tengah hamil muda. Ia menjadi suami diatas kertas Citra selama satu tahunan. Namun setelah Citra keguguran, bukannya menghentikan pernikahan tanpa cinta mereka. Citra malah memaksa untuk tetap melanjutkan pernikahan.Karena hal itu juga, Ibu Demas, Ayudia meninggal dunia. Ambisinya untuk menikahkan Demas dan putri sahabatnya menjadi sirna, karena Citra.****Diah terdiam. Di antara ranjang suaminya dan ranjang istri Demas. Ia menatap kedua orang itu, yang berbaring tak berdaya dengan kosong.Di hati Diah terkecamuk begitu banyak pertanyaan.'Kenapa kalian bisa bersama?! Apa hubungan yang kalian miliki berdua?!'Diah benar-benar penasaran. Ia ingin mengetahui kebenarannya, tapi juga takut kebenaran itu akan menyakitinya!!Berbalik untuk keluar dari ruangan itu, langkah Diah terhenti oleh kehadiran Demas. Pipi sebelah kanan pria itu memerah. Bekas jejak tangan tercetak jelas disana.'Pasti tamparannya sangat keras!' batin Diah. Simpati muncul di hatinya.'Apa ini hidup yang selama ini kamu jalani?!' batin Diah sendu.Diah yang saat itu telah menikah, mendengar kabar pernikahan Demas dari teman-temannya. Ia berharap Demas bahagia dengan pilihannya. Namun alih-alih bahagia, Demas sepertinya hidup penuh tekanan."Jangan menatapku dengan simpati begitu! Aku baik-baik saja, Diah!" celetuk Demas. Senyumnya tersungging dengan lembut.Melapisi es batu dengan sapu tangan putih berinisial 'D', Diah menyerahkannya pada Demas. Senyum tipis seketika terukir di wajah pria itu, kala melihat sulaman kecil yang sangat dikenalnya."Kau masih menyimpannya!" ucap Demas senang, sembari meletakkan es batu berlapis sapu tangan itu di pipinya. Menyentuh saku kemejanya dengan tangan lainnya, Demas memeriksa sapu tangan serupa yang ia simpan disana. Yang sama persis seperti milik Diah.Diah tersentak kaget. ia lupa telah menggunakan saputangan itu. "Ah.. itu.. aku hanya membawanya karena menyukai coraknya!" sahut Diah seadanya. Ia berbohong sia-sia.Sapu tangan itu tak bercorak. Hanya berwarna putih polos dengan sulaman huruf 'D' berwarna biru langit. Terang saja Demas mengetahui Diah berdusta.Tapi meskipun begitu, Demas tetap bahagia. Mengetahui bahwa Diah masih menyimpan pemberiannya. Sapu tangan itu adalah pemberian Demas pada Diah, saat mereka merayakan hubungan mereka yang keenam tahun. Meski hanya saputangan biasa. Namun
Diah segera terperanjat saat melihat gambar dua orang yang saling berpelukan dan berciuman, terpampang di layar gawai itu!! Dirinya tak akan seterkejut itu, jika saja pria tersebut bukanlah orang yang dia kenal. Ya!! Pria yang tengah memeluk dan mencium pipi istri Demas adalah suaminya, Abian!!!Dheg!!Jantung Diah seolah berhenti berdetak. Tubuhnya meremang seketika, bahkan tangannya tiba-tiba lemas. Ia hampir saja melepaskan gawai itu dari genggamannya. Namun ia segera meletakkannya di atas pangkuannya. Baru saja membuka smartphone itu, ia sudah dibuat kelimpungan seperti ini. Bagaimana saat mengobrak-abrik isi di dalamnya?! Diah tidak bisa melanjutkannya!!"Sebuah kebenaran tidak akan menghilang meski kau menghindarinya, Diah!" suara bariton berat mengalun di telinganya. Diah menatap ke arah suara, dan menemukan Demas yang menatapnya lekat-lekat disana. "Terkadang lebih baik mengetahui kebenaran yang menyakitkan, ketimbang hidup dalam kebahagiaan palsu, Diah!" sambung Demas.
"Kami kembali pulang dulu, kamu jaga Citra dengan baik!" titah Arya pada Demas. Tatapan pria tua itu masih garang. Hatinya masih marah pada menantunya yang tak berguna itu. Demas hanya mengangguk pelan tanpa bicara. Seperti biasa, sikap dingin Demas selalu membuat Arya geram. Orang-orang disekitar Arya selalu berusaha dekat dengannya, sibuk memuji dan menyenangkan hatinya. Namun satu-satunya pria yang menjadi menantunya, sama sekali tak melakukannya!Alih-alih menyanjungnya, Demas malah bertindak acuh tak acuh. Bahkan terkadang bersikap sangat lancang.Arya adalah pria yang gila akan sanjungan, Ia merasa dirinya pantas dan layak untuk menerima segala pujian. Dari harta dan status keluarga, tak usah diragukan lagi. Dia merasa ada di atas strata paling tinggi. Semua orang di dunia ini harus tunduk pada nya, begitu pikirnya!!"CK!!" malas mengomeli sikap menantunya yang tak pernah berubah, Arya akhirnya mengajak istrinya untuk kembali pulang ke kotanya. Rencananya, setelah mengurusi
Kembali ke rumah untuk mengecek keadaan ibu mertuanya yang dirawat oleh Nila, Diah memeriksa barang-barang milik suaminya. Hanya ada beberapa peralatan yang biasa dibawa oleh suaminya saat pergi perjalanan dinas. Tidak ada yang aneh sedikitpun. Itu seperti barang-barang yang ia siapkan sebelumnya untuk Abian. Dalam smartphone suaminya yang retak dan dipenuhi oleh noda kehitaman darah yang mengering, tak ada panggilan atau pesan aneh. Itu hanya panggilan dari bos Abian dan beberapa teman-teman kantornya. Pesannya pun hanya mengacu pada pekerjaan. Dan beberapa pesan manis yang dialamatkan suaminya untuk dirinya. 'Tidak ada apapun!' batin Diah. Ia kemudian kembali ke rumah sakit untuk mencari tahu, apa yang Demas dapatkan. Hampir sama dengan Diah, Demas juga kembali dengan tangan hampa. Ia tak menemukan barang-barang yang mencurigakan. Smartphone Citra juga berisikan pesan-pesan singkat dari manager dan teman-temannya. 'Apa ini?! Kenapa aneh sekali!' batin Demas. Kenyataan bahwa A
"Ancaman?!!" Diah yang sejak tadi menguping dari balik pintu pun, akhirnya bersuara saking kagetnya. Ia awalnya ingin mengecek keadaan suaminya, namun saat ia membuka pintu. Ia mendengar Demas sedang berbicara dengan seseorang dan menyebut nama suaminya. Membuat Diah mematung di tempat. "Ancaman apa?!" tanya Diah lagi. Demas dan Renata serentak menatap ke arah Diah. Dengan pandangan penuh tanda tanya, Renata menatap Demas. Seolah mengirimkan sinyal, 'Siapa dia' pada Demas. Memahami tatapan Renata padanya, Demas berkata, "Dia istri pria itu, mbak! Diah Candra Dewi!" Renata terkesiap. Ia sekarang tambah bimbang. Sepertinya ini akan menjadi hal yang buruk!"Tolong beritahu saya, apa yang sebenarnya terjadi antara suami saya dan Citra!" pinta Diah, "Saya benar-benar bingung, apa yang sebenarnya terjadi!"Diah akhirnya menangis. Air mata yang ia tahan sejak kemarin akhirnya meluap. "Saya bahkan tak bisa bertanya pada suami saya, saya benar-benar kebingungan!" ucap Diah. Ia terisak d
Meski bertemu, Diah dan Demas sama sekali tak bertegur sapa. Setelah kejadian saat itu, selama beberapa hari mereka bertingkah bagaikan orang yang tak saling mengenal. Sampai mertua Demas muncul dan membuat Demas terluka."Tak tahu diuntung!!" geram Arya. Arya menendang kaki Demas hingga ia tersungkur jatuh ke lantai. "Setelah semua yang kami lakukan padamu, begini caramu memperlakukan kami?!! Dasar menantu sampah tak berguna!!" sentak Arya sembari menendang-nendang tubuh Demas yang terjerembab di lantai.Demas merintih kesakitan, ia hanya bisa menelungkup. Berusaha menahan sakit yang diakibatkan oleh mertuanya. Diah yang kebetulan melihatnya, merasa sangat pilu. Ia ingin menolong Demas, namun ia takut kehadirannya malah mengacaukan segalanya. "Karena kau yang tidak becus, Citra jadi seperti ini kan?!" teriak Arya, "Sudah sepatutnya kau bertanggung jawab!! Lagipula kau adalah suami Citra, sudah sepantasnya kau membiayai istrimu!!"Arya terus menendang Demas hingga ia terengah-enga
Demas berusaha meminjam uang ke semua kenalannya, namun sulit untuk mengumpulkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat. Demas menghela nafas berat. Tabungannya habis, setelah digunakan oleh Citra untuk membeli beberapa tas mewah sebelumnya. Apalagi untuk membayar perawatan rumah sakit Citra, untuk membayar gaji karyawannya bulan ini saja kurang. "Tunggu! Tas mewah...?!" Demas kemudian memiliki sebuah ide cemerlang di benaknya. Segera ia berlari menuju ke dalam kamar istrinya, membuka lemari kaca Citra yang dipenuhi dengan tas-tas mewah dan aksesoris mahal. Sebagian isinya, dibeli dari uang jerih payah Demas. Selama ini, Citra telah mengambil sebagian besar uang Demas dengan dalih hak sebagai seorang istri.Walaupun telah mendapatkan uang dari Demas untuk nafkah. Tapi Citra sering 'mencuri' uang Demas secara sembunyi-sembunyi. Namun alih-alih menggunakan uang yang diberikan Demas untuk kebutuhan sehari-hari, Citra selalu menggunakan uangnya untuk membeli barang-barang bermerk ya
Selama beberapa tahun terakhir, Demas tidak hanya berdiam diri saja. Ia tak hanya memasrahkan dirinya untuk menjadi bulan-bulanan keluarga istrinya. Demas juga menyusun rencana tersembunyi.Selain merekam semua penganiayaan yang telah ia terima selama ini. Ia juga mengumpulkan bukti, hal-hal ilegal yang dilakukan oleh mertuanya itu. Dari penggelapan dana, penyuapan hingga kekerasan terhadap para pekerja. Semuanya, ia kumpulkan dan ia simpan rapat-rapat.Demas awalnya tak berencana untuk menggunakan semua itu pada mertuanya. Mengingat, kebaikan Arya yang dulu pernah membantu ayahnya. Tapi sikap Arya sekarang sudah sangat keterlaluan. Sehingga Demas tak memiliki pilihan lain lagi. Ia harus bertindak tegas. "Ayah, Ibu! Selama ini saya masih sangat menghargai kalian sebagai orang yang telah membantu ayah saya. Tapi jika kalian terus menekan saya seperti ini, saya rasa saya tak memiliki pilihan lain!" ucap Demas, "Saya harap kali
"Kau tahu aku bukan pria semacam itu kan?!" ucap Demas. Diah memalingkan wajahnya. Ia malu karena ketahuan memikirkan hal-hal aneh oleh Demas. Itu benar!! Demas bukanlah pria yang berlaku sembarangan pada wanita. Demas selalu saja menjaga batas kesopanan. Selama bertahun-tahun berhubungan dengan Diah, tak sekalipun Demas meminta hal-hal aneh. "Jadi bagaimana?! Kamu mau kan?!" tanya Demas lagi. Diah kemudian mengangguk. Ia juga rindu ingin bertamu ke rumah Demas. Meski Ayu selalu berlaku buruk padanya. Tapi rumah Demas menjadi saksi perjuangan mereka saat muda. Cinta yang bersemi diantara restu yang minim dari orang tua. Menjadikan cinta mereka semakin kuat dan kuat. Seperti kata orang, sesuatu yang terlarang akan semakin menyenangkan untuk dilakukan. Begitulah perasaan keduanya saat itu.Walaupun sulit, tapi hubungan mereka terasa sangat manis. "Iya.. Aku mau, Demas!" ucap Diah kemudian. Mendengar jawaban
Demas terpana. Netranya tak bisa lepas dari sosok cantik Diah di depannya. Bukan karena dimabuk kepayang oleh cinta lama yang masih tertinggal. Namun Diah memang benar-benar berpenampilan menawan malam ini. Terbukti dari banyaknya orang yang terpana, dan ikut melirik ke arah Diah."Kamu cantik sekali, Diah!" bisik Demas saat Diah sampai di depannya. Dengan jantung yang berdebar-debar, Demas menuntun Diah menuju ke mejanya. Yang telah ditata dengan romantis oleh para karyawannya. "Silahkan duduk, sayang..." bisik Demas. Diah tersentak kaget. Merasa asing dengan panggilan familiar Demas. Meski dulu Demas selalu memanggil Diah dengan sebutan 'sayang' yang mesra. Namun itu sudah lama berlalu. Belakangan ini, Abianlah orang yang memanggilnya dengan mesra begitu. Tapi alih-alih protes dengan panggilan Demas terhadapnya, Diah malah membalasnya. Mengingat suaminya, Diah juga mengingat bagaimana Abian memanggil Citra dengan sayang. Ia ingin melakukan hal yang sama juga. Ia sungguh ingin ba
Selama beberapa tahun terakhir, Demas tidak hanya berdiam diri saja. Ia tak hanya memasrahkan dirinya untuk menjadi bulan-bulanan keluarga istrinya. Demas juga menyusun rencana tersembunyi.Selain merekam semua penganiayaan yang telah ia terima selama ini. Ia juga mengumpulkan bukti, hal-hal ilegal yang dilakukan oleh mertuanya itu. Dari penggelapan dana, penyuapan hingga kekerasan terhadap para pekerja. Semuanya, ia kumpulkan dan ia simpan rapat-rapat.Demas awalnya tak berencana untuk menggunakan semua itu pada mertuanya. Mengingat, kebaikan Arya yang dulu pernah membantu ayahnya. Tapi sikap Arya sekarang sudah sangat keterlaluan. Sehingga Demas tak memiliki pilihan lain lagi. Ia harus bertindak tegas. "Ayah, Ibu! Selama ini saya masih sangat menghargai kalian sebagai orang yang telah membantu ayah saya. Tapi jika kalian terus menekan saya seperti ini, saya rasa saya tak memiliki pilihan lain!" ucap Demas, "Saya harap kali
Demas berusaha meminjam uang ke semua kenalannya, namun sulit untuk mengumpulkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat. Demas menghela nafas berat. Tabungannya habis, setelah digunakan oleh Citra untuk membeli beberapa tas mewah sebelumnya. Apalagi untuk membayar perawatan rumah sakit Citra, untuk membayar gaji karyawannya bulan ini saja kurang. "Tunggu! Tas mewah...?!" Demas kemudian memiliki sebuah ide cemerlang di benaknya. Segera ia berlari menuju ke dalam kamar istrinya, membuka lemari kaca Citra yang dipenuhi dengan tas-tas mewah dan aksesoris mahal. Sebagian isinya, dibeli dari uang jerih payah Demas. Selama ini, Citra telah mengambil sebagian besar uang Demas dengan dalih hak sebagai seorang istri.Walaupun telah mendapatkan uang dari Demas untuk nafkah. Tapi Citra sering 'mencuri' uang Demas secara sembunyi-sembunyi. Namun alih-alih menggunakan uang yang diberikan Demas untuk kebutuhan sehari-hari, Citra selalu menggunakan uangnya untuk membeli barang-barang bermerk ya
Meski bertemu, Diah dan Demas sama sekali tak bertegur sapa. Setelah kejadian saat itu, selama beberapa hari mereka bertingkah bagaikan orang yang tak saling mengenal. Sampai mertua Demas muncul dan membuat Demas terluka."Tak tahu diuntung!!" geram Arya. Arya menendang kaki Demas hingga ia tersungkur jatuh ke lantai. "Setelah semua yang kami lakukan padamu, begini caramu memperlakukan kami?!! Dasar menantu sampah tak berguna!!" sentak Arya sembari menendang-nendang tubuh Demas yang terjerembab di lantai.Demas merintih kesakitan, ia hanya bisa menelungkup. Berusaha menahan sakit yang diakibatkan oleh mertuanya. Diah yang kebetulan melihatnya, merasa sangat pilu. Ia ingin menolong Demas, namun ia takut kehadirannya malah mengacaukan segalanya. "Karena kau yang tidak becus, Citra jadi seperti ini kan?!" teriak Arya, "Sudah sepatutnya kau bertanggung jawab!! Lagipula kau adalah suami Citra, sudah sepantasnya kau membiayai istrimu!!"Arya terus menendang Demas hingga ia terengah-enga
"Ancaman?!!" Diah yang sejak tadi menguping dari balik pintu pun, akhirnya bersuara saking kagetnya. Ia awalnya ingin mengecek keadaan suaminya, namun saat ia membuka pintu. Ia mendengar Demas sedang berbicara dengan seseorang dan menyebut nama suaminya. Membuat Diah mematung di tempat. "Ancaman apa?!" tanya Diah lagi. Demas dan Renata serentak menatap ke arah Diah. Dengan pandangan penuh tanda tanya, Renata menatap Demas. Seolah mengirimkan sinyal, 'Siapa dia' pada Demas. Memahami tatapan Renata padanya, Demas berkata, "Dia istri pria itu, mbak! Diah Candra Dewi!" Renata terkesiap. Ia sekarang tambah bimbang. Sepertinya ini akan menjadi hal yang buruk!"Tolong beritahu saya, apa yang sebenarnya terjadi antara suami saya dan Citra!" pinta Diah, "Saya benar-benar bingung, apa yang sebenarnya terjadi!"Diah akhirnya menangis. Air mata yang ia tahan sejak kemarin akhirnya meluap. "Saya bahkan tak bisa bertanya pada suami saya, saya benar-benar kebingungan!" ucap Diah. Ia terisak d
Kembali ke rumah untuk mengecek keadaan ibu mertuanya yang dirawat oleh Nila, Diah memeriksa barang-barang milik suaminya. Hanya ada beberapa peralatan yang biasa dibawa oleh suaminya saat pergi perjalanan dinas. Tidak ada yang aneh sedikitpun. Itu seperti barang-barang yang ia siapkan sebelumnya untuk Abian. Dalam smartphone suaminya yang retak dan dipenuhi oleh noda kehitaman darah yang mengering, tak ada panggilan atau pesan aneh. Itu hanya panggilan dari bos Abian dan beberapa teman-teman kantornya. Pesannya pun hanya mengacu pada pekerjaan. Dan beberapa pesan manis yang dialamatkan suaminya untuk dirinya. 'Tidak ada apapun!' batin Diah. Ia kemudian kembali ke rumah sakit untuk mencari tahu, apa yang Demas dapatkan. Hampir sama dengan Diah, Demas juga kembali dengan tangan hampa. Ia tak menemukan barang-barang yang mencurigakan. Smartphone Citra juga berisikan pesan-pesan singkat dari manager dan teman-temannya. 'Apa ini?! Kenapa aneh sekali!' batin Demas. Kenyataan bahwa A
"Kami kembali pulang dulu, kamu jaga Citra dengan baik!" titah Arya pada Demas. Tatapan pria tua itu masih garang. Hatinya masih marah pada menantunya yang tak berguna itu. Demas hanya mengangguk pelan tanpa bicara. Seperti biasa, sikap dingin Demas selalu membuat Arya geram. Orang-orang disekitar Arya selalu berusaha dekat dengannya, sibuk memuji dan menyenangkan hatinya. Namun satu-satunya pria yang menjadi menantunya, sama sekali tak melakukannya!Alih-alih menyanjungnya, Demas malah bertindak acuh tak acuh. Bahkan terkadang bersikap sangat lancang.Arya adalah pria yang gila akan sanjungan, Ia merasa dirinya pantas dan layak untuk menerima segala pujian. Dari harta dan status keluarga, tak usah diragukan lagi. Dia merasa ada di atas strata paling tinggi. Semua orang di dunia ini harus tunduk pada nya, begitu pikirnya!!"CK!!" malas mengomeli sikap menantunya yang tak pernah berubah, Arya akhirnya mengajak istrinya untuk kembali pulang ke kotanya. Rencananya, setelah mengurusi
Diah segera terperanjat saat melihat gambar dua orang yang saling berpelukan dan berciuman, terpampang di layar gawai itu!! Dirinya tak akan seterkejut itu, jika saja pria tersebut bukanlah orang yang dia kenal. Ya!! Pria yang tengah memeluk dan mencium pipi istri Demas adalah suaminya, Abian!!!Dheg!!Jantung Diah seolah berhenti berdetak. Tubuhnya meremang seketika, bahkan tangannya tiba-tiba lemas. Ia hampir saja melepaskan gawai itu dari genggamannya. Namun ia segera meletakkannya di atas pangkuannya. Baru saja membuka smartphone itu, ia sudah dibuat kelimpungan seperti ini. Bagaimana saat mengobrak-abrik isi di dalamnya?! Diah tidak bisa melanjutkannya!!"Sebuah kebenaran tidak akan menghilang meski kau menghindarinya, Diah!" suara bariton berat mengalun di telinganya. Diah menatap ke arah suara, dan menemukan Demas yang menatapnya lekat-lekat disana. "Terkadang lebih baik mengetahui kebenaran yang menyakitkan, ketimbang hidup dalam kebahagiaan palsu, Diah!" sambung Demas.