Melapisi es batu dengan sapu tangan putih berinisial 'D', Diah menyerahkannya pada Demas.
Senyum tipis seketika terukir di wajah pria itu, kala melihat sulaman kecil yang sangat dikenalnya."Kau masih menyimpannya!" ucap Demas senang, sembari meletakkan es batu berlapis sapu tangan itu di pipinya.Menyentuh saku kemejanya dengan tangan lainnya, Demas memeriksa sapu tangan serupa yang ia simpan disana. Yang sama persis seperti milik Diah.Diah tersentak kaget. ia lupa telah menggunakan saputangan itu."Ah.. itu.. aku hanya membawanya karena menyukai coraknya!" sahut Diah seadanya. Ia berbohong sia-sia.Sapu tangan itu tak bercorak. Hanya berwarna putih polos dengan sulaman huruf 'D' berwarna biru langit. Terang saja Demas mengetahui Diah berdusta.Tapi meskipun begitu, Demas tetap bahagia. Mengetahui bahwa Diah masih menyimpan pemberiannya. Sapu tangan itu adalah pemberian Demas pada Diah, saat mereka merayakan hubungan mereka yang keenam tahun.Meski hanya saputangan biasa. Namun itu sangat berarti untuk Demas. Karena ia membuatnya dengan susah payah.Sulaman yang ada di ujungnya adalah sulaman yang dibuat oleh Demas dengan penuh perjuangan.Meski tak rapi, namun sesuatu yang tercipta dari hasil ketulusan seorang pria. Sungguh membuatnya menjadi sangat indah. Melebihi sapu tangan lain dengan corak yang lebih rumit.Diah tetap menyimpannya karena menghargai ketulusan Demas yang ada di dalamnya."Ibuku sudah meninggal, Diah..." ucap Demas tiba-tiba.Mendengar kata-kata Demas, hati Diah bergetar.'Tante sudah meninggal?!' batin Diah. Terbayang di benaknya raut wajah judes Ayudia.Terngiang setiap gerik dan kata-katanya, saat Diah datang mengunjungi rumahnya. Rasa perih mengiris dada Diah seketika.Walaupun Diah tak memiliki kenangan baik dengan ibu Demas, namun ada semacam ikatan yang muncul di hatinya untuk wanita tua itu.Seperti seorang anak yang mendamba kasih sayang dan cinta orang tuanya, begitulah hati Diah selama bertahun-tahun mengharap Ayudia bisa menerimanya. Sehingga hatinya pedih mendengar berita kematian Ayudia."Bahkan..meski ibuku berhasil memisahkan kita, dia tak bisa mewujudkan keinginannya!" ujar Demas, "Aku tetap tak bisa menikahi wanita yang ia inginkan!"Diah terkejut!!"Bukannya istrimu yang sekarang adalah wanita itu?!" tanya Diah. Mereka sering memanggil menantu pujaan Ayudia sebagai 'wanita itu'."Bukan, Diah..!" sahut Demas, "Citra adalah anak dari kolega ayahku! Aku bersedia menikahi Citra yang tengah hamil muda, untuk melunasi hutang-hutang ayahku!""Ah?!" Diah kembali dibuat terkesiap."Aku bukan suami untuknya, Diah.. aku juga bukan menantu untuk mereka! Aku hanya alat, aku hanya boneka yang bisa mereka gerakkan sesukanya.. seperti yang kau lihat tadi!" lirih Demas.Selama ini tak pernah sekalipun mereka menganggap Demas sebagai seorang menantu. Apalagi latar belakang Demas yang kurang. Yang hanya bos sebuah restaurant kecil yang terbilang tak berarti bagi ayah Citra, yang merupakan CEO dari sebuah perusahaan konstruksi besar.Jika saja Citra tidak hamil, mana mungkin mereka mau anaknya menjadi istri dari seorang Demas."Selama ini aku pikir kamu sudah berbahagia...aku tidak berpikir kamu mengalami hal semacam ini!" ucap Diah."Aku sudah mati saat kau tinggalkan dulu.. tak ada artinya aku hidup atau tidak!" ujar Demas, "Menjadi boneka pun tidak masalah. Setidaknya aku lebih berguna seperti ini, daripada menjadi makanan belatung di bawah tanah!"Mendengar kata-kata Demas, hati Diah sungguh terluka. Dirinya juga merasakan hal yang sama saat mereka berpisah.Namun Diah melakukannya demi kakaknya yang merupakan walinya, satu-satunya keluarga paling berharga yang ia punya. Ia juga memikirkan ibu Demas, yang menjadi keluarga satu-satunya yang Demas miliki saat itu.Diah tahu jika mereka bersikeras, hanya penyesalan yang mungkin mereka dapat. Sehingga Diah nekat, memberanikan diri untuk bertindak. Dan mengakhiri hubungan mereka."Aku minta maaf.. aku tidak tahu kau begitu menderita!" ujar Diah penuh penyesalan.****"Yah, apa sih maksudnya si Demas itu?!" ucap Jannah. Wanita tua itu bertanya pada suaminya, yang tengah termenung di sebelahnya.Arya yang juga tengah memikirkan hal yang sama, hanya menggeleng pelan.Sebagai lelaki yang telah hidup lebih dari setengah abad, samar-samar Arya memahami maksud dari perkataan menantunya itu. Namun ia tak mau mengungkapkannya pada istrinya."Sudahlah Bu, tak usah dipikirkan apa yang dikatakan manusia tidak berguna itu!" ucap Arya, "Kita fokus saja sama keadaan putri kita!"Jannah menghela nafas berat. Rasanya amarah yang ada di hatinya belum sirna sepenuhnya. Setelah apa yang Demas lakukan pada putri mereka, pria itu bahkan pantas untuk dibunuh olehnya.Sudah untung hutang milyaran rupiah bisa lunas hanya dengan menikahi putri cantiknya. Tapi bisa-bisanya pria itu berlagak!!!Bukannya memperlakukan Citra dengan baik, Demas malah selalu bersikap dingin. Sok-sokan tidak mau menjadi benalu dan mewarisi perusahaan konstruksi Arya, Demas malah membuka warung kecil yang tak ada pelanggan.Mana bisa mencukupi kebutuhan Citra sehari-hari?! Untungnya Citra anak yang mandiri. Saat suaminya tak bisa melakukan apa-apa, dia sendiri yang banting tulang mencukupi kebutuhannya sendiri!!"Huh!" semakin dipikirkan, Jannah semakin sebal. Pokoknya semua yang terjadi pada Citra ini adalah ulah Demas. Gara-gara Demas!!!"Yah, kita pindahkan saja Citra ke rumah sakit lain!" ujar Jannah, "Biar mereka berdua cerai saja!"Arya mengernyit, seharusnya Demas dan Citra sudah bercerai setahun yang lalu. Perjanjian mereka kan hanya untuk pernikahan setahun, setelah anak Citra lahir.Bahkan Citra keguguran di usia kandungannya yang menginjak empat bulan, harusnya saat itu mereka sudah berpisah. Tapi entah kenapa Citra tidak mau berpisah dari Demas dan terus mempertahankan rumah tangga mereka.Awalnya Arya pikir, Citra menyukai Demas makanya putrinya itu tetap ingin bertahan. Namun mendengar perkataan Demas, sepertinya bukan itu alasannya."Kita lihat saja nanti, Bu! Kita tunggu Citra sadar dulu!" ucap Arya, "Nanti kita bujuk dia untuk bercerai dari menantu sampah itu!!""Kalau masalah pindah ke rumah sakit lain, kita tunggu kondisi Citra stabil dulu, Bu! Terlalu beresiko kalau kita pindahkan Citra sekarang!" sambung Arya.Jannah yang mendengar perkataan suaminya, mengangguk setuju. Ia merasa ucapan suaminya itu ada benarnya juga.****Hati Diah bergemuruh. Tiap kali sendirian, Diah merasa tidak nyaman. Ia selalu memikirkan perkataan Demas mengenai gawai itu.Bagaimana bisa password dari gawai yang konon milik suaminya, adalah hari ulang tahun istri Demas?! Seberapa spesial hubungan mereka hingga bisa seperti itu?? Bahkan Abian tidak pernah menggunakan ulang tahunnya, sebagai password hape segala!!Semakin dipikirkan, semakin penasaran Diah dibuatnya.Dengan tekad yang dipaksakan, akhirnya Diah mengaktifkan smartphone tersebut.Belum masuk ke dalam menu saja, Diah sudah terperanjat melihat gambar yang terpampang di layar.Dia disapa oleh gambar seorang wanita cantik di layar kuncinya. Meskipun wajah wanita di sebelah ranjang suaminya dipenuhi luka dan ditutupi oleh alat bantu pernapasan, namun Diah bisa mengenali bahwa gambar wanita cantik itu adalah istri Demas.'Kenapa ada gambar istri Demas di hape mas Abian?!' batin Diah.Jantung Diah seolah diremas begitu ia melihat nya. Tangannya yang terangkat dan siap bergulir itu melorot seketika. Jatuh di atas pahanya.Diah menarik dan menghela nafasnya dengan perlahan, ia berusaha mengatur detak jantungnya yang tak karuan.Setelah dirasa lebih tenang, Diah kembali mengangkat benda pipih itu mendekatkannya, hingga terlihat lebih jelas dalam jarak pandangnya.Menarikan jari jemarinya di atas layar, Diah menekan tombol seperti yang diinstruksikan oleh Demas tempo hari.1707Begitu ia menekan tombol 'OK', Diah segera memejamkan matanya. Takut dengan apa yang akan ia lihat. Deru jantungnya semakin kuat dan kuat.Diah ingin menghindar. Tapi ia tahu, ini sudah terlambat!! Diah kemudian membuka matanya perlahan.Diah segera terperanjat saat melihat gambar dua orang yang saling berpelukan dan berciuman, terpampang di layar gawai itu!! Dirinya tak akan seterkejut itu, jika saja pria tersebut bukanlah orang yang dia kenal. Ya!! Pria yang tengah memeluk dan mencium pipi istri Demas adalah suaminya, Abian!!!Dheg!!Jantung Diah seolah berhenti berdetak. Tubuhnya meremang seketika, bahkan tangannya tiba-tiba lemas. Ia hampir saja melepaskan gawai itu dari genggamannya. Namun ia segera meletakkannya di atas pangkuannya. Baru saja membuka smartphone itu, ia sudah dibuat kelimpungan seperti ini. Bagaimana saat mengobrak-abrik isi di dalamnya?! Diah tidak bisa melanjutkannya!!"Sebuah kebenaran tidak akan menghilang meski kau menghindarinya, Diah!" suara bariton berat mengalun di telinganya. Diah menatap ke arah suara, dan menemukan Demas yang menatapnya lekat-lekat disana. "Terkadang lebih baik mengetahui kebenaran yang menyakitkan, ketimbang hidup dalam kebahagiaan palsu, Diah!" sambung Demas.
"Kami kembali pulang dulu, kamu jaga Citra dengan baik!" titah Arya pada Demas. Tatapan pria tua itu masih garang. Hatinya masih marah pada menantunya yang tak berguna itu. Demas hanya mengangguk pelan tanpa bicara. Seperti biasa, sikap dingin Demas selalu membuat Arya geram. Orang-orang disekitar Arya selalu berusaha dekat dengannya, sibuk memuji dan menyenangkan hatinya. Namun satu-satunya pria yang menjadi menantunya, sama sekali tak melakukannya!Alih-alih menyanjungnya, Demas malah bertindak acuh tak acuh. Bahkan terkadang bersikap sangat lancang.Arya adalah pria yang gila akan sanjungan, Ia merasa dirinya pantas dan layak untuk menerima segala pujian. Dari harta dan status keluarga, tak usah diragukan lagi. Dia merasa ada di atas strata paling tinggi. Semua orang di dunia ini harus tunduk pada nya, begitu pikirnya!!"CK!!" malas mengomeli sikap menantunya yang tak pernah berubah, Arya akhirnya mengajak istrinya untuk kembali pulang ke kotanya. Rencananya, setelah mengurusi
Kembali ke rumah untuk mengecek keadaan ibu mertuanya yang dirawat oleh Nila, Diah memeriksa barang-barang milik suaminya. Hanya ada beberapa peralatan yang biasa dibawa oleh suaminya saat pergi perjalanan dinas. Tidak ada yang aneh sedikitpun. Itu seperti barang-barang yang ia siapkan sebelumnya untuk Abian. Dalam smartphone suaminya yang retak dan dipenuhi oleh noda kehitaman darah yang mengering, tak ada panggilan atau pesan aneh. Itu hanya panggilan dari bos Abian dan beberapa teman-teman kantornya. Pesannya pun hanya mengacu pada pekerjaan. Dan beberapa pesan manis yang dialamatkan suaminya untuk dirinya. 'Tidak ada apapun!' batin Diah. Ia kemudian kembali ke rumah sakit untuk mencari tahu, apa yang Demas dapatkan. Hampir sama dengan Diah, Demas juga kembali dengan tangan hampa. Ia tak menemukan barang-barang yang mencurigakan. Smartphone Citra juga berisikan pesan-pesan singkat dari manager dan teman-temannya. 'Apa ini?! Kenapa aneh sekali!' batin Demas. Kenyataan bahwa A
"Ancaman?!!" Diah yang sejak tadi menguping dari balik pintu pun, akhirnya bersuara saking kagetnya. Ia awalnya ingin mengecek keadaan suaminya, namun saat ia membuka pintu. Ia mendengar Demas sedang berbicara dengan seseorang dan menyebut nama suaminya. Membuat Diah mematung di tempat. "Ancaman apa?!" tanya Diah lagi. Demas dan Renata serentak menatap ke arah Diah. Dengan pandangan penuh tanda tanya, Renata menatap Demas. Seolah mengirimkan sinyal, 'Siapa dia' pada Demas. Memahami tatapan Renata padanya, Demas berkata, "Dia istri pria itu, mbak! Diah Candra Dewi!" Renata terkesiap. Ia sekarang tambah bimbang. Sepertinya ini akan menjadi hal yang buruk!"Tolong beritahu saya, apa yang sebenarnya terjadi antara suami saya dan Citra!" pinta Diah, "Saya benar-benar bingung, apa yang sebenarnya terjadi!"Diah akhirnya menangis. Air mata yang ia tahan sejak kemarin akhirnya meluap. "Saya bahkan tak bisa bertanya pada suami saya, saya benar-benar kebingungan!" ucap Diah. Ia terisak d
Meski bertemu, Diah dan Demas sama sekali tak bertegur sapa. Setelah kejadian saat itu, selama beberapa hari mereka bertingkah bagaikan orang yang tak saling mengenal. Sampai mertua Demas muncul dan membuat Demas terluka."Tak tahu diuntung!!" geram Arya. Arya menendang kaki Demas hingga ia tersungkur jatuh ke lantai. "Setelah semua yang kami lakukan padamu, begini caramu memperlakukan kami?!! Dasar menantu sampah tak berguna!!" sentak Arya sembari menendang-nendang tubuh Demas yang terjerembab di lantai.Demas merintih kesakitan, ia hanya bisa menelungkup. Berusaha menahan sakit yang diakibatkan oleh mertuanya. Diah yang kebetulan melihatnya, merasa sangat pilu. Ia ingin menolong Demas, namun ia takut kehadirannya malah mengacaukan segalanya. "Karena kau yang tidak becus, Citra jadi seperti ini kan?!" teriak Arya, "Sudah sepatutnya kau bertanggung jawab!! Lagipula kau adalah suami Citra, sudah sepantasnya kau membiayai istrimu!!"Arya terus menendang Demas hingga ia terengah-enga
Demas berusaha meminjam uang ke semua kenalannya, namun sulit untuk mengumpulkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat. Demas menghela nafas berat. Tabungannya habis, setelah digunakan oleh Citra untuk membeli beberapa tas mewah sebelumnya. Apalagi untuk membayar perawatan rumah sakit Citra, untuk membayar gaji karyawannya bulan ini saja kurang. "Tunggu! Tas mewah...?!" Demas kemudian memiliki sebuah ide cemerlang di benaknya. Segera ia berlari menuju ke dalam kamar istrinya, membuka lemari kaca Citra yang dipenuhi dengan tas-tas mewah dan aksesoris mahal. Sebagian isinya, dibeli dari uang jerih payah Demas. Selama ini, Citra telah mengambil sebagian besar uang Demas dengan dalih hak sebagai seorang istri.Walaupun telah mendapatkan uang dari Demas untuk nafkah. Tapi Citra sering 'mencuri' uang Demas secara sembunyi-sembunyi. Namun alih-alih menggunakan uang yang diberikan Demas untuk kebutuhan sehari-hari, Citra selalu menggunakan uangnya untuk membeli barang-barang bermerk ya
Selama beberapa tahun terakhir, Demas tidak hanya berdiam diri saja. Ia tak hanya memasrahkan dirinya untuk menjadi bulan-bulanan keluarga istrinya. Demas juga menyusun rencana tersembunyi.Selain merekam semua penganiayaan yang telah ia terima selama ini. Ia juga mengumpulkan bukti, hal-hal ilegal yang dilakukan oleh mertuanya itu. Dari penggelapan dana, penyuapan hingga kekerasan terhadap para pekerja. Semuanya, ia kumpulkan dan ia simpan rapat-rapat.Demas awalnya tak berencana untuk menggunakan semua itu pada mertuanya. Mengingat, kebaikan Arya yang dulu pernah membantu ayahnya. Tapi sikap Arya sekarang sudah sangat keterlaluan. Sehingga Demas tak memiliki pilihan lain lagi. Ia harus bertindak tegas. "Ayah, Ibu! Selama ini saya masih sangat menghargai kalian sebagai orang yang telah membantu ayah saya. Tapi jika kalian terus menekan saya seperti ini, saya rasa saya tak memiliki pilihan lain!" ucap Demas, "Saya harap kali
Demas terpana. Netranya tak bisa lepas dari sosok cantik Diah di depannya. Bukan karena dimabuk kepayang oleh cinta lama yang masih tertinggal. Namun Diah memang benar-benar berpenampilan menawan malam ini. Terbukti dari banyaknya orang yang terpana, dan ikut melirik ke arah Diah."Kamu cantik sekali, Diah!" bisik Demas saat Diah sampai di depannya. Dengan jantung yang berdebar-debar, Demas menuntun Diah menuju ke mejanya. Yang telah ditata dengan romantis oleh para karyawannya. "Silahkan duduk, sayang..." bisik Demas. Diah tersentak kaget. Merasa asing dengan panggilan familiar Demas. Meski dulu Demas selalu memanggil Diah dengan sebutan 'sayang' yang mesra. Namun itu sudah lama berlalu. Belakangan ini, Abianlah orang yang memanggilnya dengan mesra begitu. Tapi alih-alih protes dengan panggilan Demas terhadapnya, Diah malah membalasnya. Mengingat suaminya, Diah juga mengingat bagaimana Abian memanggil Citra dengan sayang. Ia ingin melakukan hal yang sama juga. Ia sungguh ingin ba
"Kau tahu aku bukan pria semacam itu kan?!" ucap Demas. Diah memalingkan wajahnya. Ia malu karena ketahuan memikirkan hal-hal aneh oleh Demas. Itu benar!! Demas bukanlah pria yang berlaku sembarangan pada wanita. Demas selalu saja menjaga batas kesopanan. Selama bertahun-tahun berhubungan dengan Diah, tak sekalipun Demas meminta hal-hal aneh. "Jadi bagaimana?! Kamu mau kan?!" tanya Demas lagi. Diah kemudian mengangguk. Ia juga rindu ingin bertamu ke rumah Demas. Meski Ayu selalu berlaku buruk padanya. Tapi rumah Demas menjadi saksi perjuangan mereka saat muda. Cinta yang bersemi diantara restu yang minim dari orang tua. Menjadikan cinta mereka semakin kuat dan kuat. Seperti kata orang, sesuatu yang terlarang akan semakin menyenangkan untuk dilakukan. Begitulah perasaan keduanya saat itu.Walaupun sulit, tapi hubungan mereka terasa sangat manis. "Iya.. Aku mau, Demas!" ucap Diah kemudian. Mendengar jawaban
Demas terpana. Netranya tak bisa lepas dari sosok cantik Diah di depannya. Bukan karena dimabuk kepayang oleh cinta lama yang masih tertinggal. Namun Diah memang benar-benar berpenampilan menawan malam ini. Terbukti dari banyaknya orang yang terpana, dan ikut melirik ke arah Diah."Kamu cantik sekali, Diah!" bisik Demas saat Diah sampai di depannya. Dengan jantung yang berdebar-debar, Demas menuntun Diah menuju ke mejanya. Yang telah ditata dengan romantis oleh para karyawannya. "Silahkan duduk, sayang..." bisik Demas. Diah tersentak kaget. Merasa asing dengan panggilan familiar Demas. Meski dulu Demas selalu memanggil Diah dengan sebutan 'sayang' yang mesra. Namun itu sudah lama berlalu. Belakangan ini, Abianlah orang yang memanggilnya dengan mesra begitu. Tapi alih-alih protes dengan panggilan Demas terhadapnya, Diah malah membalasnya. Mengingat suaminya, Diah juga mengingat bagaimana Abian memanggil Citra dengan sayang. Ia ingin melakukan hal yang sama juga. Ia sungguh ingin ba
Selama beberapa tahun terakhir, Demas tidak hanya berdiam diri saja. Ia tak hanya memasrahkan dirinya untuk menjadi bulan-bulanan keluarga istrinya. Demas juga menyusun rencana tersembunyi.Selain merekam semua penganiayaan yang telah ia terima selama ini. Ia juga mengumpulkan bukti, hal-hal ilegal yang dilakukan oleh mertuanya itu. Dari penggelapan dana, penyuapan hingga kekerasan terhadap para pekerja. Semuanya, ia kumpulkan dan ia simpan rapat-rapat.Demas awalnya tak berencana untuk menggunakan semua itu pada mertuanya. Mengingat, kebaikan Arya yang dulu pernah membantu ayahnya. Tapi sikap Arya sekarang sudah sangat keterlaluan. Sehingga Demas tak memiliki pilihan lain lagi. Ia harus bertindak tegas. "Ayah, Ibu! Selama ini saya masih sangat menghargai kalian sebagai orang yang telah membantu ayah saya. Tapi jika kalian terus menekan saya seperti ini, saya rasa saya tak memiliki pilihan lain!" ucap Demas, "Saya harap kali
Demas berusaha meminjam uang ke semua kenalannya, namun sulit untuk mengumpulkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat. Demas menghela nafas berat. Tabungannya habis, setelah digunakan oleh Citra untuk membeli beberapa tas mewah sebelumnya. Apalagi untuk membayar perawatan rumah sakit Citra, untuk membayar gaji karyawannya bulan ini saja kurang. "Tunggu! Tas mewah...?!" Demas kemudian memiliki sebuah ide cemerlang di benaknya. Segera ia berlari menuju ke dalam kamar istrinya, membuka lemari kaca Citra yang dipenuhi dengan tas-tas mewah dan aksesoris mahal. Sebagian isinya, dibeli dari uang jerih payah Demas. Selama ini, Citra telah mengambil sebagian besar uang Demas dengan dalih hak sebagai seorang istri.Walaupun telah mendapatkan uang dari Demas untuk nafkah. Tapi Citra sering 'mencuri' uang Demas secara sembunyi-sembunyi. Namun alih-alih menggunakan uang yang diberikan Demas untuk kebutuhan sehari-hari, Citra selalu menggunakan uangnya untuk membeli barang-barang bermerk ya
Meski bertemu, Diah dan Demas sama sekali tak bertegur sapa. Setelah kejadian saat itu, selama beberapa hari mereka bertingkah bagaikan orang yang tak saling mengenal. Sampai mertua Demas muncul dan membuat Demas terluka."Tak tahu diuntung!!" geram Arya. Arya menendang kaki Demas hingga ia tersungkur jatuh ke lantai. "Setelah semua yang kami lakukan padamu, begini caramu memperlakukan kami?!! Dasar menantu sampah tak berguna!!" sentak Arya sembari menendang-nendang tubuh Demas yang terjerembab di lantai.Demas merintih kesakitan, ia hanya bisa menelungkup. Berusaha menahan sakit yang diakibatkan oleh mertuanya. Diah yang kebetulan melihatnya, merasa sangat pilu. Ia ingin menolong Demas, namun ia takut kehadirannya malah mengacaukan segalanya. "Karena kau yang tidak becus, Citra jadi seperti ini kan?!" teriak Arya, "Sudah sepatutnya kau bertanggung jawab!! Lagipula kau adalah suami Citra, sudah sepantasnya kau membiayai istrimu!!"Arya terus menendang Demas hingga ia terengah-enga
"Ancaman?!!" Diah yang sejak tadi menguping dari balik pintu pun, akhirnya bersuara saking kagetnya. Ia awalnya ingin mengecek keadaan suaminya, namun saat ia membuka pintu. Ia mendengar Demas sedang berbicara dengan seseorang dan menyebut nama suaminya. Membuat Diah mematung di tempat. "Ancaman apa?!" tanya Diah lagi. Demas dan Renata serentak menatap ke arah Diah. Dengan pandangan penuh tanda tanya, Renata menatap Demas. Seolah mengirimkan sinyal, 'Siapa dia' pada Demas. Memahami tatapan Renata padanya, Demas berkata, "Dia istri pria itu, mbak! Diah Candra Dewi!" Renata terkesiap. Ia sekarang tambah bimbang. Sepertinya ini akan menjadi hal yang buruk!"Tolong beritahu saya, apa yang sebenarnya terjadi antara suami saya dan Citra!" pinta Diah, "Saya benar-benar bingung, apa yang sebenarnya terjadi!"Diah akhirnya menangis. Air mata yang ia tahan sejak kemarin akhirnya meluap. "Saya bahkan tak bisa bertanya pada suami saya, saya benar-benar kebingungan!" ucap Diah. Ia terisak d
Kembali ke rumah untuk mengecek keadaan ibu mertuanya yang dirawat oleh Nila, Diah memeriksa barang-barang milik suaminya. Hanya ada beberapa peralatan yang biasa dibawa oleh suaminya saat pergi perjalanan dinas. Tidak ada yang aneh sedikitpun. Itu seperti barang-barang yang ia siapkan sebelumnya untuk Abian. Dalam smartphone suaminya yang retak dan dipenuhi oleh noda kehitaman darah yang mengering, tak ada panggilan atau pesan aneh. Itu hanya panggilan dari bos Abian dan beberapa teman-teman kantornya. Pesannya pun hanya mengacu pada pekerjaan. Dan beberapa pesan manis yang dialamatkan suaminya untuk dirinya. 'Tidak ada apapun!' batin Diah. Ia kemudian kembali ke rumah sakit untuk mencari tahu, apa yang Demas dapatkan. Hampir sama dengan Diah, Demas juga kembali dengan tangan hampa. Ia tak menemukan barang-barang yang mencurigakan. Smartphone Citra juga berisikan pesan-pesan singkat dari manager dan teman-temannya. 'Apa ini?! Kenapa aneh sekali!' batin Demas. Kenyataan bahwa A
"Kami kembali pulang dulu, kamu jaga Citra dengan baik!" titah Arya pada Demas. Tatapan pria tua itu masih garang. Hatinya masih marah pada menantunya yang tak berguna itu. Demas hanya mengangguk pelan tanpa bicara. Seperti biasa, sikap dingin Demas selalu membuat Arya geram. Orang-orang disekitar Arya selalu berusaha dekat dengannya, sibuk memuji dan menyenangkan hatinya. Namun satu-satunya pria yang menjadi menantunya, sama sekali tak melakukannya!Alih-alih menyanjungnya, Demas malah bertindak acuh tak acuh. Bahkan terkadang bersikap sangat lancang.Arya adalah pria yang gila akan sanjungan, Ia merasa dirinya pantas dan layak untuk menerima segala pujian. Dari harta dan status keluarga, tak usah diragukan lagi. Dia merasa ada di atas strata paling tinggi. Semua orang di dunia ini harus tunduk pada nya, begitu pikirnya!!"CK!!" malas mengomeli sikap menantunya yang tak pernah berubah, Arya akhirnya mengajak istrinya untuk kembali pulang ke kotanya. Rencananya, setelah mengurusi
Diah segera terperanjat saat melihat gambar dua orang yang saling berpelukan dan berciuman, terpampang di layar gawai itu!! Dirinya tak akan seterkejut itu, jika saja pria tersebut bukanlah orang yang dia kenal. Ya!! Pria yang tengah memeluk dan mencium pipi istri Demas adalah suaminya, Abian!!!Dheg!!Jantung Diah seolah berhenti berdetak. Tubuhnya meremang seketika, bahkan tangannya tiba-tiba lemas. Ia hampir saja melepaskan gawai itu dari genggamannya. Namun ia segera meletakkannya di atas pangkuannya. Baru saja membuka smartphone itu, ia sudah dibuat kelimpungan seperti ini. Bagaimana saat mengobrak-abrik isi di dalamnya?! Diah tidak bisa melanjutkannya!!"Sebuah kebenaran tidak akan menghilang meski kau menghindarinya, Diah!" suara bariton berat mengalun di telinganya. Diah menatap ke arah suara, dan menemukan Demas yang menatapnya lekat-lekat disana. "Terkadang lebih baik mengetahui kebenaran yang menyakitkan, ketimbang hidup dalam kebahagiaan palsu, Diah!" sambung Demas.