Share

Keputusan penuh rasa putus asa

Sejak pembicaraannya dengan Fina tadi tentang menjual keperawanannya untuk biaya operasi sang ibu entah kenapa kata-kata penawaran dari Fina. Apakah dia sanggup mengorbankan harga dirinya dengan sejumlah uang? Selama ini ia tak memiliki apapun untuk di banggakan karena selama ini kehidupannya benar-benar sangat sulit. Lana hanya hidup bersama dengan ibunya saja bahkan setelah sang ayah meninggal sang ibu yang berjuang untuk bisa menghidupi mereka berdua. Walaupun kehidupan mereka tak mewah bahkan bisa dibilang susah tapi Lana tak pernah merasa mengeluh dengan semua itu. Ia masih sangat bersyukur dan bahagia bisa hidup dengan sang ibu hingga detik ini. Walaupun beberapa waktu terakhir kesehatan sang ibu tidak baik-baik saja tapi Lana masih bersyukur bisa melewati waktu bersama dengan sang ibu. Tapi sekarang kesehatan sang ibu semakin terpuruk dan itu benar-benar membuat Lana bingung apakah tawaran yang diberikan oleh Fina harus ia ambil? Dengan uang itu ia bisa membayar biaya operasi sang ibu dan biaya pengobatan selanjutnya. Tapi jika ia menerima tawaran dari Fina maka hidupnya tak berarti lagi. Tak ada hal yang ia bisa ia banggakan dari dirinya lagi. 

Lana mengusap wajahnya kasar karena memikirkan hal itu. Ia benar-benar merasa dilema. Walaupun sekarang ia sudah mendapatkan pekerjaan baru yang gajinya lumayan besar tapi tetap saja ia masih butuh uang yang banyak untuk biaya operasi sang ibu. Ketika Lana sedang pusing dan bingung tiba-tiba Fina masuk ke loker karyawan di club ini. Saat ini memang Lana sedang istirahat sejenak jadi ia memilih untuk berada di loker karyawan dimana bajunya berada. Walaupun ingin rasanya Lana mengganti seragam kerjanya yang seksi ini tapi ia tak bisa melakukannya. Di club ini memang di wajibkan untuk memakai seragam yang seksi walaupun Lana merasa tak nyaman tapi ia harus memakainya. Dan akibat seragam yang ia pakai sangat seksi di tubuhnya tak aneh jika ada tangan-tangan laki-laki hidung belang yang sering nakal kepada Lana. Tapi sampai detik ini Lana masih bisa menjaga dirinya. Kalau boleh memilih Lana tak mau bekerja disini. Tapi ia tak punya pilihan yang lain. Bekerja disini benar-benar membuat Lana memiliki tambahan penghasilan yang besar. Setidaknya dengan gaji di club ini ia bisa memakai uangnya untuk biaya sehari-hari dirinya dan sang ibu. Karena gajinya di kantor ia gunakan untuk membayar biaya pengobatan sang ibu. Walaupun ia sangat lelah tapi ia akan melakukan apapun untuk sang ibu. 

"Apa kamu masih memikirkan tawaran yang aku katakan tadi?" tanya Fina yang sudah duduk di samping Lana. 

"Hahhhhh..."

Lana menghembuskan nafasnya dengan begitu beratnya ketika mendengar pertanyaan dari Fina. 

"Aku benar-benar bingung harus berbuat apa lagi Fin? Semua cara sudah aku lakukan untuk bisa mencukupi biaya operasi ibu tapi sampai sekarang uang yang aku kumpulkan tak cukup juga. Ditambah lagi dokter sudah mengatakan jika ibu membutuhkan operasi secepat mungkin karena kondisi ibu benar-benar sudah sangat memburuk. Tapi apa aku harus mencari jalan pintas untuk bisa mendapatkan uang untuk biaya operasi ibu?" tanya Lana dengan nada yang sangat putus asa. 

Fina yang melihat temannya putus asa pun langsung memeluknya. Ia bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Lana karena dulu ia juga pernah berada di posisinya Lana. Fina terpaksa mengambil pekerjaan hina seperti ini karena terhimpit soal ekonomi. Sebagai putri sulung ia memiliki tanggung jawab yang besar untuk bisa membiayai kehidupan dirinya dan juga keluarganya jadi dengan sangat terpaksa ia mengambil pekerjaan ini. Dan bukan maksud Fina untuk menjerumuskan Lana untuk mengikuti jejaknya tapi ia tahu jika ini jalan paling cepat untuk bisa mendapatkan uang untuk biaya operasi sang ibu yang sangat besar itu. Tapi Fina tak mau memaksa Lana mengambil keputusan ini. 

"Jangan bersedih dan pikiran saja apa yang aku katakan tadi adalah angin lalu saja. Aku hanya asal memberikan penawaran seperti itu dan aku yakin kamu pasti akan mendapatkan cara lain untuk bisa mendapatkan uang untuk biaya operasi ibu kamu. Jadi gak usah terlalu di pikirkan soal hal itu," kata Fina yang tak ingin membebani Lana. 

Lana tak menjawab apapun dengan apa yang dikatakan oleh Fina. Ia sendiri masih bingung dengan keadaannya saat ini. Keputusan apa yang akan ia ambil nantinya. Karena apapun keputusan yang ia ambil akan sangat mempengaruhi kehidupan sang ibu dan juga dirinya. 

Sementara itu di ruang kerjanya Dante masih sibuk dengan segala pekerjaan yang tak ada habisnya. Ia benar-benar sangat bekerja sangat keras setelah kepemimpinan perusahaan Alfonso berpindah ke tangannya. Walaupun rasanya berat tapi Dante berusaha untuk mengatasi semuanya karena sebagai putra sulung di keluarga Alfonso ia memang diberikan tanggung jawab yang besar. Sedangkan sang adik memilih untuk tinggal bersama suaminya di Amerika. Jadi Dante yang harus menjadi pengganti sang Daddy untuk memimpin perusahaan. 

Dante menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya. Ia pun memejamkan matanya karena matanya terasa lelah karena ia harus membaca beberapa dokumen penting. Terkadang Dante merasa jika apa yang ia jalani sampai detik ini benar-benar sangat melelahkan. Walaupun ia disibukkan dengan segala pekerjaan yang ada tapi ia merasa kesepian. Kesepian yang Dante maksud adalah kesepian karena sampai detik ini ia masih saja sendiri. Dante tahu dengan permintaan sang mommy yang menginginkan dirinya untuk segera menikah apalagi usianya sudah menginjak 30 tahun dan ini sudah waktunya untuk menikah. Tapi sayangnya kenangan di masa lalu membuat Dante mengurungkan niatnya untuk memulai sebuah hubungan yang baru dengan seorang. Bukan karena tak ada wanita yang masih dengan Dante karena Dante sendiri yang belum siap membuka hatinya untuk wanita baru. Rasa kecewa masih ia rasakan hingga detik ini kepada seorang wanita yang sangat ia cintai bahkan hampir menjadi istrinya. Tapi sayangnya wanita itu memilih bersikap egois dan mengorbankan hubungan mereka hanya dengan karier yang tak penting itu. Terkadang Dante sering berpikir kenapa mantan kekasihnya lebih memilih karier modelingnya yang tak penting itu daripada hidup bersama dengan dirinya. Padahal Dante sudah menjanjikan kepada mantan kekasihnya itu bahwa setelah mereka menikah Dante menjamin kehidupan wanita itu akan nyaman dan pastinya tak akan susah karena memang saat itu Dante sudah di pastikan akan menjadi pemimpin perusahaan Alfonso. Tapi sayangnya mantan kekasihnya itu memilih kariernya daripada dirinya. Mengingat semua hal itu membuat amarah yang Dante pendam selama ini bangkit kembali. Dan ia butuh pelampiasan untuk bisa menyalurkan rasa marah dan gairahnya. Dante pun mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang yang kiranya bisa membantunya. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya sambungan teleponnya pun di angkat. 

"Halo brother. Ada angin apa kamu telepon di jam segini. Kamu gak akan meminta aku untuk kembali ke kantor kan?" tanya Ryan penuh selidik. 

"Ryan carikan aku wanita malam ini juga. Dan kirim wanita itu ke apartemen aku sekarang juga," perintah Dante dengan suara yang penuh tegas. 

"Wow.. tunggu dulu. Aku gak salah dengar kan kalau seorang Dante Alfonso meminta seorang wanita untuk bisa menghangatkan ranjangnya. Are you ok Dante?" tanya Ryan penuh selidik. 

"Jangan banyak tanya Rya kamu bisa menjalankan perintah saya apa tidak?" tanya Dante dengan suara yang tak mau dibantah. 

"Ok bos. Aku akan mencarikan wanitanya dulu dan gak usah khawatir aku akan mencarikan wanita yang terbaik untuk bos dan aku jamin bos akan puas dengan pelayanan wanita itu," jawab Ryan penuh percaya diri.

Tanpa memperpanjang masalah lagi Dante langsung memutuskan sambungan telepon dengan Ryan. Ia benar-benar tak mau berlama-lama berbicara dengan anak buah sekaligus sahabatnya itu. Karena saat ini ia hanya butuh pelampiasan. 

Sementara itu setelah mendengar keadaan sang ibu memburuk Lana langsung menuju ke rumah sakit dan mendengar apa yang dikatakan oleh sang dokter membuat Lana sangat putus asa hingga ia pun menerima tawaran dari Fina untuk menjual dirinya sendiri. Ia sudah tak peduli lagi jika ia sudah tak perawan lagi karena saat ini yang lama butuhkan adalah uang untuk biaya operasi sang ibu. Dan hanya ini satu - satunya jalan agar sang ibu bisa di operasi. 

Ketika sedang menunggu di luar tiba -tiba ponselnya berdering dan nama Fina tertera di layar ponselnya. Tanpa pikir panjang Lana langsung mengangkat telepon dari Fina. 

"Halo Fina gimana kamu sudah mendapatkan orang yang mau membayar tubuh aku dengan harga yang mahal?" tanya Lana langsung. 

"Aku baru saja dapat tawaran dari seseorang yang menginginkan seorang wanita. Dan bayaran yang ditawarkan cukup besar dan aku rasa cukup untuk biaya operasi ibu kamu. Apa kamu mau mengambil tawaran itu?" tanya Fina memastikan. 

"Aku ambil tawaran kamu Fin. Siapapun orang yang mau membayar tubuh aku mahal maka aku bersedia melakukan apapun yang ia inginkan. Jadi dimana aku harus menemuinya?" tanya Lana dengan suara yang mencoba untuk kuat. 

"Kamu masih di rumah sakit kan? Aku akan menjemput kamu dan mengantarkan kamu kesana. Mungkin setengah jam lagi aku akan sampai di rumah sakit," jawab Fina dengan nada yang bersalah. 

"Ok. Aku tunggu kamu di rumah sakit," kata Lana mencoba memantapkan hatinya. 

Setelah itu sambungan telepon pun berakhir. Lana pun mencoba menyiapkan semuanya. Ia tahu setelah ini ia tak akan menjadi Lana yang sama. Tapi ia kembali mengingat bahwa apa yang ia lakukan untuk kepentingan sang ibu. 

"Lana ini semua demi ibu. Kamu harus kuat dan gak perlu protes sama sekali," kata Lana menyemangati dirinya sendiri. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status