“Hati-hati Miss, benda kecil itu bisa melukai.” Suara sang pria terdengar begitu santai, padahal situasinya sedang berada dibawah kendali seorang perempuan yang bisa mencabut nyawanya kapan saja. Tangan si pelaku berusaha untuk tidak gemetaran ketika dia menodongkan sebuah pisau lipat kearah pria yang sedang duduk nyaman ditempatnya dari arah belakang.
“Kau pikir aku bermain-main?” tukas Raellyn sembari tetap menodongkan pisau lipat miliknya kearah pria itu. Gadis itu mencoba untuk menghilangan getaran yang tidak perlu pada jemari tangannya. “Dengarkan aku Sir Arnav yang terhormat! alasanku kemari adalah untuk menuntut tindakan kejahatan paling keji yang telah adikmu lakukan. Aku meminta pertanggung jawabannya secara penuh atas dosanya itu!” Raellyn sempat melirik kearah papan nama di atas meja yang tengah pria itu duduki. Seolah perlu memastikan kembali bahwa dia tidak salah dalam menyebutkan namanya.Pria yang dipanggil Arnav tersebut tetap duduk dengan santai di kursinya seakan-akan ucapan dan juga pergerakan yang Raellyn buat untuknya bukanlah jenis ancaman serius. Raellyn menggertakan giginya dan tidak mengacuhkan sama sekali keangkuhan pria yang sedang meremehkannya kini. Justru sebaliknya, gadis itu malah semakin menjadi dengan menodongkan senjata miliknya lebih dekat, sejajar dengan leher sang Director. Bahkan menggoresnya hingga darah mengalir dari sana.“Pertanggung jawaban kah? Kalau begitu silahkan turunkan benda itu dan duduklah disana.” Arnav menunjukan satu buah kursi bersandar tinggi yang posisinya tepat di hadapannya. Pria itu juga tidak memperlihatkan sedikitpun keraguan dalam ekspresi wajahnya.Raellyn melirik kearah kursi yang ditunjuk oleh Arnav, lututnya memang sempat gemetaran. Ini adalah akibat dari salah satu tindakan nekat yang dia buat, sekali dalam seumur hidupnya. Raellyn berharap dengan ini dia bisa mendapatkan apa yang dia kehendaki.Dibandingkan berdiri dan merasa pegal, akhirnya gadis itu memilih untuk duduk di tepi kursi yang sudah sang tuan tawarkan dengan sangat hati-hati. Berkali-kali dia menggaris bawahi tindakan yang dia pilihnya saat ini bukan karena dia mematuhi pria itu. Raellyn memilih genjatan senjata sementara, dan berperilaku seperti manusia terpelajar pada umumnya.“Baiklah sekarang katakan padaku kejahatan keji apa yang sudah aku lakukan, hingga kau bergerak secara nekat menyerbu kantorku dan melakukan tindakan kriminal yang bisa memastikan hukuman pidana bagimu?” Suara Arnav kini berubah menjadi sangat datar namun tajam. Raellyn kontan membanting sebuah lembaran koran di atas meja sang director dari tempat dia duduk. Permukaan meja yang terbuat dari kayu ek memang cukup licin, sehingga membuat koran tersebut meluncur ke sebrang meja dengan sangat mudah.“Bagian headline surat kabar tersebut membahas soal rencana pernikahan adikmu dengan Miss Sylvia.” Bibir Raellyn berkerut sedikit mengejek tatkala menyebut nama wanita itu di depan sang Director. Ingin rasanya dia meludahi wanita itu sekalian bila saja dia punya kesempatan bertemu.Lagipula wanita mana yang akan senang saat ada seorang perempuan gatal mencoba mencuri kekasihnya, bahkan membuat pria itu berpaling sampai mau menikahinya ? tentu tidak akan ada.“Apa yang membuatmu terganggu atas hal ini?”Kedua tangan Raellyn kontan mengepal, apalagi saat Arnav memberikannya sebuah gestur meremehkan. Tubuh pria itu tercondong ke depan, menopang dagunya dengan kedua tangan. Seperti dia sedang mencoba mempelajari ekspresi wajah Raellyn layaknya ia adalah jenis lalat yang menakjubkan.“Arsene adikmu itu adalah kekasihku!” Raellyn yang marah tidak bisa menghentikan gerakan tubuhnya. Gadis itu berdiri dari posisi semula, hingga membuat suara deritan dari kursi kayu yang dia duduki beberapa saat yang lalu.“Bisa kau ulangi lagi perkataanmu barusan?” Suara Arnav terdengar begitu rendah. Untuk sesaat Raellyn bahkan tidak yakin pria itu menanggapi perkataannya karena nyaris lebih seperti berbisik. Namun, menyadari bahwa Arnav menatapnya dengan sangat serius dan tidak ditemukan adanya perubahan reaksi sama sekali. Kontan Raellyn diam-diam menelan saliva-nya sendiri.“Arsene adalah kekasihku. Kami sudah menjalin hubungan kurang lebih satu tahun, dan satu pekan lalu dia baru saja mengajakku untuk menikah. Buktinya adikmu memberikanku benda ini sebagai tanda kasih sayangnya. Tanda kami telah mempersatukan cinta juga sebagai tanda dia mencintaiku.” Raellyn mengeluarkan sesuatu dari sakunya.Ini adalah sebuah gertakan lain yang dapat Raellyn lakukan. Bukti kuat bahwa dia tidak berdusta, serta hubungan mereka memang ada secara realita.Gadis itu melemparkan sebuah liontin yang Arsene berikan padanya di musim salju tahun lalu. Rantai kalung dari benda itu bergemercing menyentuh permukaan meja dan kemudian meluncur begitu saja. Untungnya tidak sempat terjatuh lantaran ditahan oleh tangan sang director. Otot kening pria itu kontan berkedut ketika melirik kearah liontin dari sang wanita.“Arsene menghadiahkan benda ini padamu?” Pria itu bertanya seolah meragukan kebenarannya. Namun yang pasti, Raellyn bisa melihat pria itu nampak teliti memeriksa setiap detail dari benda yang dia lemparkan.“Ya, sebagai janji kesetiannya dan juga komitmennya terhadapku. Itulah yang dia deklarasaikan padaku saat itu.” Raellyn mengiyakan dengan penuh keyakinan. “Tapi sekarang, baru satu pekan setelah dia berkata ingin menjalani hubungan yang lebih serius tiba-tiba saja dia pergi. Dan surat kabar itu mengkonfirmasi keberadaan kekasihku yang ternyata hendak menikahi perempuan lain.” Pisau lipat di tangan Raellyn mulai bergetar gara-gara emosinya. Dia memang tidak lagi mengacungkan benda itu pada Sir Arnav, tapi si gadis masih menggenggam erat benda berbahaya itu di tangannya saat mereka berada dalam posisi duduk berhadapan seperti ini. Arnav hanya menghela napasnya.“Apakah begini cara orangtua dari kalangan masyarakat miskin mendidik anaknya? Melakukan langkah sembrono dengan mengancam orang saat putus asa. Memalukan diri sendiri hanya demi mendapatkan pengakuan dari orang yang punya uang lebih darinya? Aku tidak habis pikir.”Raellyn tersentak mendengar pernyataan halus bernada menghina dari Arnav. Tapi gadis itu tidak langsung hilang kendali, dia mencoba tetap tenang. Meskipun memang saat ini dia sangat paham bahwa orang yang sedang dia hadapi tengah mencari celah untuk mendorongnya dalam situasi merugikan. Membuatnya menyerah tanpa pertanggung jawaban setimpal.“Apakah ini cara putus asamu Pak Director yang terhormat? Menyalahkan orangtuaku padahal jelas-jelas aku datang kemari akibat tingkah laku tidak bermoral yang telah adikmu lakukan! Apa penting membahas soal strata dalam pembicaraan ini?”Kedua alis Arnav kontan mengerut tak suka. Barangkali dia tidak memperkirakan akan mendapatkan balasan yang sama tajamnya dari sang gadis.“Lantas ? Apa sekarang kau tidak lagi berniat membunuhku dengan pisau kecilmu Miss Raell ?”Raellyn mengabaikan sepasang mata yang menjelajahi tubuhnya dengan pandangan tidak senonoh. “Aku akan mencabik-cabik tubuhmu dengan mudah, bila memang aku tidak mendapatkan keadilan yang pantas untuk ini.”Director muda itu pada akhirnya mengangkat dagu dari kedua tangannya dan menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Dia mengetuk-ngetukan jemarinya di atas meja. Seolah dengan hal itu akan dapat membuat Raellyn gelisah. Gerak gerik pria itu jelas sedang mencoba mempelajari tamu tak diundangnya. Raellyn sendiri harus mengakui bahwa dia sedikit terintimidasi, dan dia juga mengiyakan bila tindakannya sembrono dan memalukan. Tapi tetap saja dia tidak mungkin hanya bisa berdiam diri ketika kepercayaan yang dia miliki dihancurkan.Meskipun Raellyn hanyalah seorang putri dari orang biasa, dengan kondisi keuangan yang tidak cukup bagus. Tapi harga dirinya tetap nomor satu bagi gadis itu. Bahkan dia tidak menduga bahwa urusannya ini akan mempertemukan dia dengan orang yang kaya raya secara langsung begini.Padahal sebelumnya dia hanya mengenal pria bernama Arnav ini dari cerita yang kerap Arsene bagi padanya. Dulu dia pikir kekasihnya itu sedang berdusta, tapi setelah berhadapan seperti ini, Raellyn tidak percaya bahwa hubungan darah diantara mereka betul-betul sungguhan. Selain karena kepribadian mereka juga sangatlah berkebalikan.“Apa sekarang kau sedang hamil bayi adikku?”Tubuh Raellyn kontan kembali bergetar. Emosinya mulai didominasi oleh amarah. Dia tidak percaya akan mendapatkan tuduhan tidak terhormat dari pria yang baru dia temui. Merasa terhina, Raellyn kontan menatap tajam pada sang director. “Sebuah komitmen dalam hubungan asmara tidak harus didahului dengan kehamilan dan seorang anak, Pak Director.” Melihat sang director mengangkat kedua alisnya perlahan-lahan. Raellyn mengangkat kembali pisau lipatnya tepat di hadapan sang director, mengambil resiko untuk kembali menantangnya atas bekal pengetahuan yang dia dapat dari Arsene. “Kau itu pria yang berpengalaman dengan wanita. Harusnya kau tahu bahwa kehamilan bisa dicegah saat kau tidak menginginkannya.” Sesaat Raellyn bisa melihat ada kedutan kecil di ujung bibir sang director. “Kau bisa menurunkan pisau lipatmu, Miss Raell. Namun jangan kira aku akan mengakuimu sebagai seorang wanita terhormat. Sebab seorang wanita terhormat tidak akan pernah bertingkah barbar seperti dirimu sekarang ini.” J
Satu hari sebelumnya…“Pria brengsek itu! bagaimana bisa dia mencampakan aku begitu saja? aku merasa tidak pernah berbuat salah padanya! dan lagi dia dengan lihainya pergi begitu saja setelah membuat publik gempar dengan berita murahan. Dia serius berselingkuh dengan wanita itu? keparat!” Raellyn bersumpah hari ini adalah hari yang terburuk baginya. Belum genap satu pekan sejak kekasihnya Arsene yang telah membuatnya jatuh hati dalam pandangan pertama, memintanya untuk menikah. Bisa-bisanya hari ini dia malah harus mendapati berita tak sedap muncul di media masa.Dengan situasi hati yang bercampur baur kontan gadis itu sampai pergi ke kantor agency kekasihnya untuk bertatap muka, tapi naasnya dia bahkan tidak bisa bertemu. Semua orang bilang kekasihnya telah pergi sejak tiga hari yang lalu. Lantas apakah itu bisa membuat Raellyn percaya? Tentu saja tidak.Akhir ceritanya sudah dapat dipastikan. Raellyn di usir dari kantor bahkan sebelum dia mendapatkan kesempatan untuk memvalidasi inf
Sejak kali pertama melihatnya, Arnav punya firasat bahwa gadis ini bisa dia jadikan sebagai targetnya. Kebetulan pula dia memang sedang dituntut untuk memiliki pasangan pengganti. Arnav tidak mengira bahwa dia akan mendapatkan penawaran menikahinya, meskipun hanya sebagai pengganti adiknya yang nakal. Ya, Arnav tidak begitu keberatan. Bukankah dengan ini mereka sama-sama menjadi pasangan pengganti untuk satu sama lain?Alhasil, pria itu langsung mengambil keputusan demikian begitu wanita asing dengan masker hitam di wajahnya itu tiba-tiba menodongkan pisau lipat dari dalam saku celana yang dia kenakan dan bergerak untuk mengancamnya dari belakang. Atau bahkan mungkin sebelum itu? Seperti saat asistennya mempersilahkan wanita itu masuk kemudian ia dapat mengagumi cara berjalannya yang agresif namun menggoda serta anggun. Semua itu adalah sebuah kombinasi yang komplikatif untuk membangkitkan sesuatu dalam dirinya yang telah padam bertahun lalu, bahkan bisa dibilang telah layu dan dingin
“Kau mengambil keuntungan dariku Tuan Director! Perbuatanmu barusan menunjukan seberapa rendah dirimu!” geram Raellyn, wanita itu lantas melesat kesamping menjauh dari pria itu. Dia tidak ingin membuat kekacauan lebih dari ini.Arnav hanya menelengkan kepala seraya melihat kearah Raellyn. “Tampaknya lidahmu yang tajam itu sangat bertolak belakang dengan kelihaianmu dalam menggunakan senjata, Miss Raellyn.”“Manusia cabul!” Belum ada sekitar tiga puluh menit sejak Raellyn menginjakan kakinya di ruang kerja pria itu. Tapi Arnav telah berhasil mendekatinya, bahkan mengambil satu ciuman darinya meskipun bukan yang pertama.Sesungguhnya Raellyn tidak berpikir pria itu akan cukup berani, dia hanya belajar dari semua orang bahwa pria akan merasa sangat sebal dengan perempuan yang mencoba menggodanya. Raellyn tidak mengira bahwa pria itu justru malah menyerangnya ketika dia berpura-pura melemparkan rayuan.Raellyn cukup kesulitan mengontrol debaran kencang di dalam dadanya. Lebih karena ciuma
“Bukannya itu permintaanmu? Aku tidak bisa memberikan saudaraku yang sudah memiliki istri padamu, ataupun menjanjikan kematiannya untukmu. Aku juga tidak berharap di bunuh di ruang kerjaku oleh seorang wanita antah berantah yang menuntut pertanggung jawaban. Kupikir aku tidak salah mengartikan bahwa kau bilang aku ini sudah mencukupi?”Raellyn masih tetap tidak bisa mempercayai pendengarannya. Apa ada sesuatu yang salah ? apa ada yang sempat dia lewatkan?“Aku sedikit terkejut dengan persetujuanmu yang cepat, Pak, err… Arnav. Sebelumnya kupikir aku harus menorehkan luka di tubuhku dulu supaya kau tidak meragukan maksudku.” Raellyn melirik ke arah pintu yang tertutup. “Kau memanggil penghulu?”“Ya, beliau akan menikahkan kita sesampainya kita dirumah.”Raellyn tertawa, suaranya terdengar begitu ringan dan nyaring. “Kau bergurau.”“Apakah sekarang kau enggan melakukannya? Mungkinkah aku salah mengartikan maumu saat menuntut pertanggung jawaban?”Raellyn kontan melonjak dan langsung berd
Arnav merasa bodoh sekarang, sepanjang malam ia merasa gelisah. Bertanya-tanya apakah perempuan itu akan menampakan dirinya atau menghilang begitu saja. Pagi ini saja, ia tidak berani untuk menelaah akan perasaan penuh kepuasan serta kegembiraan yang terpancar dari setiap sel tubuhnya saat kepala pelayan di kediamannya melaporkan tentang kedatangan seorang wanita bernama Raellyn tepat pada pukul delapan pagi.Senyum simpul menghiasi wajah pria itu ketika melihat wajah cantik Raellyn. Setidaknya hari ini dia lebih rapi dari kemarin. Rambutnya digelung tanpa menyisakan helaian sedikitpun, kecuali bagian yang memang terlalu pendek di bagian samping wajahnya. Bibirnya dilapisi oleh lipstick berwarna coral yang sangat tipis. Mata besarnya yang kemarin nyalang kini dibingkai dengan eyeliner yang semakin mempertajam sudut matanya. Wanita ini lebih cocok dijadikan model majalah ternama dibandingkan bekerja sebagai penulis naskah drama.“Selamat pagi Raellyn,” sapa Arnav saat wanita itu berdir
“Apa yang harus aku tunjukan agar aku bisa memuaskan rasa haus akan penasaranmu Arnav?” Perihal ciuman mereka sudah pernah melakukannya sekali sebelum mereka terikat dalam ikatan pernikahan. Raellyn mengakui bahwa itu adalah sebuah tindakan paling tidak senonoh yang mau tidak mau harus dia terima. Karena toh sekarang dia tidak kerugian satu apapun lantaran pria itu bertanggung jawab penuh dengan menikahinya.“Semuanya, aku pria yang cukup tamak kau tahu?”“Ya, aku sangat tahu itu. Saking tamaknya kau bahkan tidak memerlukan banyak waktu untuk mempertimbangkan calon istrimu,” sahut Raellyn tajam. Pria itu hanya terkikik pelan.“Kita sudah pernah membahas hal itu, tidakkah mestinya kau merasa bosan dengan topik yang sama?”“Kalau begitu tolong lepaskan aku dari pandangan liarmu terhadap tubuhku. Terus terang itu cukup mengganggu.”Sekali lagi Arnav tercengang dengan keberanian yang dimiliki oleh Raellyn. Perempuan itu selalu saja memiliki banyak kejutan yang tidak terduga dan jawaban-ja
Raellyn tidak banyak bicara, sepanjang dia keluar dari kediaman suaminya gadis itu tidak pernah bisa berhenti untuk menganggumi seluruh kekayaan material yang Arnav miliki. Rumah sang paman yang dulu dia tempati Raellyn pikir adalah sebuah istana, tentu saja bukan apa-apa bila dibandingkan dengan kediaman Arnav.Pekarangan rumah ini saja bisa seluas tiga lapangan sepak bola yang ditanami oleh hamparan rumput yang bahkan lebih terawat daripada tempat tinggalnya dikota ini. Sepanjang mata memandang pekarang tersebut sangatlah menakjubkan, ada banyak tumbuhan yang tumbuh subur disekelilingnya bahkan menurut pelayan yang ikut mengantarkan Raellyn beberapa saat yang lalu kediaman suaminya memiliki danau dihalaman belakang yang konon merupakan tempat dimana Arnav sering menghabiskan waktunya disana.Raellyn cukup penasaran dengan keindahan yang diagungkan oleh si pelayan, sebab gadis itu belum menyisir seluruh kediaman suaminya untuk sekarang. Namun dia akan memasikan untuk membuktikan peri