Tubuh Raellyn kontan kembali bergetar. Emosinya mulai didominasi oleh amarah. Dia tidak percaya akan mendapatkan tuduhan tidak terhormat dari pria yang baru dia temui. Merasa terhina, Raellyn kontan menatap tajam pada sang director.
“Sebuah komitmen dalam hubungan asmara tidak harus didahului dengan kehamilan dan seorang anak, Pak Director.” Melihat sang director mengangkat kedua alisnya perlahan-lahan. Raellyn mengangkat kembali pisau lipatnya tepat di hadapan sang director, mengambil resiko untuk kembali menantangnya atas bekal pengetahuan yang dia dapat dari Arsene. “Kau itu pria yang berpengalaman dengan wanita. Harusnya kau tahu bahwa kehamilan bisa dicegah saat kau tidak menginginkannya.” Sesaat Raellyn bisa melihat ada kedutan kecil di ujung bibir sang director.“Kau bisa menurunkan pisau lipatmu, Miss Raell. Namun jangan kira aku akan mengakuimu sebagai seorang wanita terhormat. Sebab seorang wanita terhormat tidak akan pernah bertingkah barbar seperti dirimu sekarang ini.” Jemari sang director berhenti mengetuk-ngetuk meja. “Yang pasti, aku tidak bisa memahami apa yang kau butuhkan dariku sebagai bentuk pertanggung jawaban yang kau mau sekaligus memuaskan kata sepadan yang sejak tadi kau ucapkan padaku. Mengapa tiba-tiba aku dilibatkan dalam kisah asmara kalian?”Arnav menggeser tempat duduknya, jas yang menutupi pundak lebarnya tertarik mengikuti gerakan. Ketika itu pula Raellyn bersumpah bahwa rompi berwarna hijau tua yang dikenakan oleh sang director adalah rompi terbaik yang pernah dilihat oleh si gadis sejauh dia hidup.“Semua yang aku sampaikan ada dalam catatan yang terselip dalam berkas yang kau terima.”Pria itu menaikan sebelah alisnya. Kemudian membuka lembar pertama. Disana Raellyn memang telah menyiapkan sebuah catatan kecil dari tulisan tangannya. Inti dari seluruh aksinya hari ini. Arnav terlihat menyangsikannya.“Catatan kecil ini lebih seperti penggambaran atas malapetaka dan ancaman atas terjadinya skandal dan juga kematian dalam keluargaku khususnya untuk adikku yang nakal Arsene.” Dia kemudian menutup kembali berkas tersebut. Pria itu justru enatap kearah Raellyn dengan penuh minat. “Semua orang tahu bahwa hubungan cinta tidak akan bisa berjalan hanya karena satu orang saja. Tapi baiklah akan aku kesampingkan soal itu, aku akan mencoba untuk menerka inginmu dengan cepat. Mari kita berdua bicara soal bisnis sekarang. Apa yang kau inginkan dariku? Uang? Rumah? Emas permata? Tentukan sekarang, karena aku tidak punya banyak waktu untuk meladeni perempuan antah berantah sepertimu.”Raellyn kontan lagi-lagi merasa bahwa harga dirinya telah diinjak dengan kalimat yang baru saja pria itu lontarkan. Wanita itu secara konstan langsung melempar pisau lipat yang ada ditangannya. Pergerakan yang cepat tadi membuat Arnav langsung berhenti melakukan pergerakan untuk menghindari benda itu menyabet kepalanya. Padahal Arnav baru saja hendak membuka laci meja kerjanya. Entah mau mengambil apa.“Kau beruntung memiliki kemampuan refleks yang bagus, Sir. Jika tidak mungkin kali ini kepalamu yang terluka.” Raellyn menarik napasnya dalam-dalam, mencoba untuk tidak termakan amarah meskipun nyatanya rasa itu telah lebih dulu berkobar di dalam dirinya.“Oh, dan apakah seorang pria terhormat tidak bisa menyaring ucapannya sendiri? coba balik posisinya sekarang. Jika kau memiliki saudara perempuan dan seseorang pria kurang ajar memperdayai dan memikatnya dengan sebuah janji suci akan cinta dan pernikahan. Lalu tiba-tiba saja mencampakannya begitu saja dengan menikahi perempuan lain. Balasan seperti apa yang akan kau tuntut dari dia? Apakah cukup dengan uang? Rumah? Emas permata?” tanya gadis itu sembari mengetukan jemarinya pada pegangan kursi yang terbuat dari kayu secara konstan. Arnav sendiri malah balik memberinya sebuah senyuman yang Raellyn artikan sebagai sebuah senyum menyebalkan.“Ya, kau benar. Kurasa hanya kematian yang sepadan dengan itu.” Mendengar jawaban dari Arnav sontak Raellyn goyah, ketukan yang dia buat langsung terhenti, wajahnya mengkerut tidak senang. Pria ini sudah gila kah?“Aku tidak menginginkan kematian Arsene.” Entah mengapa tiba-tiba saja perut Raellyn bergejolak hanya karena memikirkan kemungkinan buruk tersebut. “Membicarakan kematian adikmu dengan sangat mudah membuatku sadar bahwa reputasimu benar-benar buruk Director Arnav.”Anehnya bibir sensual pria itu malah menyeringai geli dan bukannya tahu diri, hal yang membuat Raellyn semakin geram padanya.“Aku sedang tidak membicarakan soal Arsene, aku sedang membicarakan tentang kematian pria kurang ajar yang menggoda dan mencampakan adik perempuanku, hasil dari rekaanmu sendiri beberapa saat lalu.” Bahkan kalimat yang dia sebutkan terdengar main-main seolah sengaja untuk mengejek Raellyn.“Jangan berbelit-belit Sir Arnav. Intinya aku menuntut pertanggung jawaban dari adikmu. Dia harus menikahi aku!” tegas Raellyn, suaranya meninggi.“Permintaanmu ditolak.” Kali ini Raellyn bisa melihat betapa seriusnya pria itu. Dia sudah seperti sebuah bencana, dimana setiap perkataannya, ekspresi wajah yang dibuatnya, terlalu sulit untuk diprediksi. Malah terkesan berubah-ubah laksana cuaca.“Apa maksudmu ditolak?” Raellyn tentu tidak terima. Usahanya untuk ini akan terbuang sia-sia begitu saja. Padahal dibutuhkan banyak persiapan untuk mendatangi pria ini secara illegal.Director Arnav menaikan sebelah tangannya lagi keatas meja. Membuat telapak tangannya menyangga salah satu pipi pria itu. “Aku tidak bermaksud untuk membuat situasi yang kau buat ini bertambah lucu, Miss. Hanya saja kenyataannya adikku memang sudah menikah. Kau itu hanya selingan bagi Arsene. Ya, bisa dibilang kau selingkuhannya.”Raellyn melemparkan tatapan gusar ke arah pria itu. “Kau hanya berusaha menutupi kesalahan adikmu! Tidak mungkin aku diduakan dan sudi menjadi selingkuhan orang!”Senyum tersungging di ujung bibir Arnav. Dia seperti sedang menertawakan Raellyn dan mencelanya dengan ekspresi itu.Wajah Raellyn memerah dan dia menelan ludah. Bukankah itu pernyataan yang mustahil. Bagaimana bisa? Arsene yang dia cintai tidak mungkin suami oranglain. “Tidak mungkin—”“Biar aku perjelas kembali situasinya. Adikku sejak awal memang sudah menikah dengan Miss Sylvia. Kau bukan kekasih pertamanya, melainkan wanita simpanannya. Untuk itulah aku hanya akan bisa menawarkan materi. Jika kau bertanya, apa aku percaya bahwa adikku menggodamu? Terus terang saja iya, aku percaya. Sebab hanya wanita gila yang akan menyerbu masuk ke dalam kantorku dengan cara yang tidak terduga. Terlebih aku terkesan karena kau berani menodongkan sebuah pisau lipat sembari menceritakan kisah luar biasa yang bisa dengan mudah dipastikan. Oh … tapi jangan salah, kau itu bukan satu-satunya wanita yang datang padaku dengan cerita yang sama.” Otot di kening Raellyn berkedut lagi. Arnav hanya mengulum senyumnya seolah menikmati setiap perubahan ekspresi dari wajahnya.“Ah, dari ekspresi yang kau buat aku bisa menebak sepertinya kau masih kesulitan untuk menerima ya? Biar aku persempit lagi persepektifnya. Karena Arsene adalah orang yang terkenal di industri hiburan, mulanya kami mencoba untuk menutupi soal asmaranya. Tapi melihat kini publik sudah tahu soal rahasia kecil itu, kami tidak punya pilihan lain untuk membuat konfirmasi resminya. Sekarang aku bahkan sedang menunggu keponakanku, karena Miss Sylvia sedang mengandung. Kalau kau penasaran kenapa acara pernikahan yang tertulis di koran dilaksanakan secara terlambat. Sebenarnya itu hanyalah penegasan kembali sumpah setia mereka sekaligus sebuah propaganda belaka agar terlihat seperti sebuah pernikahan mereka yang sebenarnya di mata masyarakat.”Air muka Raellyn kini pucat pasi. Kepalan tangan yang sudah siap untuk dia gunakan mengancam Arnav, kini lunglai di sisi tubuhnya. Pikiran gadis itu sibuk melanglang buana. Beberapa opsi dan kemungkinan di kepala membuat wanita itu kehilangan kekuatannya. Keputusasaan tiba-tiba saja hadir dan menjadikan suaranya berubah parau tatkala menanggapi perkataan sang director. Dia bukan tipikal orang yang mudah percaya, namun untuk sekarang entah mengapa dia merasa goyah.“Aku butuh bukti.”Kini giliran Arnav yang melempar kertas yang beberapa saat lalu hendak dia ambil dari lacinya. Sebuah kertas yang adalah surat resmi pendaftaran pernikahan tertulis jelas di kertas itu. Raellyn meraihnya dan tersentak melihat bukti yang terlalu konkret untuk dapat dia sangkal. Arsene-nya sudah menikah.Hal menyebalkan yang paling membuat wanita itu tidak bisa percaya adalah bahwa selama ini dia sudah diperdaya dan dijadikan sebagai wanita simpanan oleh pria itu. Ketulusan yang dia berikan pada Arsene benar-benar dibalas oleh penghianatan menjijikan. Rasa nyeri meremas dadanya begitu kencang. Tapi Raellyn berusaha mati-matin untuk tetap tegar dan tenang selepas membaca benda itu dan menyodorkannya kembali pada Arnav.“Apa itu sudah cukup menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi diantara kau dan adikku?” Arnav berujar dengan nada meledeknya seperti sedia kala.Raellyn menghela napasnya. “Ya, itu kejutan yang membuat jantungku berdebar-debar.” Sebetulnya itu bahkan lebih dari sekadar itu. Hatinya tercabik dan hancur sekarang. Benar-benar tidak tertolong lagi.“Satu juta dollar adalah penawaran pertama dan terakhirku, tidak ada negosiasi lanjutan untuk ini.” Arnav bangkit dari kursinya, pria itu tiba-tiba saja berjalan dan mengitari mejanya untuk mencapai tempat dimana Raellyn tengah berdiri. Melihat pergerakan dari pria itu, kontan Raellyn bergegas untuk membuat jarak.“Mau apa kau?” Kini Raellyn tidak sadar memperlihatkan kepanikan dalam suaranya. Tapi pria itu tidak mengatakan apa-apa. Dia justru terus mendekatinya tanpa mau peduli sekitar. Atmosfer disekitar mereka tiba-tiba saja jadi terasa mencekik.“Kau dengar aku? Jangan mendekat lebih dari ini!” teriak Raellyn. Kata-katanya memantul dari seluruh penjuru dinding ruangan kerja pria itu. Tapi anehnya di luar sana tidak nampak ada orang yang melakukan pergerakan untuk mencari tahu asal suaranya. Jangan katakan kalau tempat ini—“Sepertinya kau sudah menyadarinya ya? Tempat ini kedap suara. Dan bukan salahku melakukan ini karena nyatanya kau sendiri yang melempar dirimu untuk aku ‘makan’.”Raellyn kini telah bersandar pada salah satu rak buku yang berdiri di dinding ruangan tersebut sambil menatap garang pada Arnav. Hal yang membuatnya takut adalah jika pria itu mencoba melakukan sesuatu terhadapnya. Atau minimalnya dia membuka masker yang tengah dia kenakan. Wanita itu sudah berpikir untuk melukai Arnav dengan tendangan atau tinju mautnya. Raellyn bahkan menghitung satu sampai sepuluh, tapi langkah yang mendekat padanya tidak lagi terjadi.Arnav justu mengarah pada sebuah buffet yang letaknya tidak jauh dari rak yang sedang Raellyn sandari. Pria sempat melirik kearahnya dengan senyuman yang tidak kunjung luntur dari wajahnya sambil menuangkan wine mahal terbaik yang tidak mungkin dapat Raellyn cicipi meskipun dia bekerja keras puluhan tahun kedalam dua gelas kaca yang entah sejak kapan ada disana.“Apa kau mulai tergoda dengan penawaran dariku?” tanya pria itu.Gambaran rumah sang paman yang terbilang kurang layak, tiba-tiba terlintas dalam benak Raellyn. Satu juta dollar memang besar tapi masih belum cukup untuk membantu pamannya menghilangkan hutang beban menahun atas tanah yang dia gadaikan. Apalagi untuk membantu perekonomian mereka yang sulit karena keperluan sehari-hari. Sebetulnya Raellyn suka dengan gagasan yang cemerlang itu. Namun nominal uangnya masih jauh dibawah harapan. Meski jujur saja dia hampir tergoda untuk menerima tawaran itu.“Kau pikir begitu? Sungguh angkuh benar tingkahmu, Sir Arnav,” timpal Raellyn.Untung saja akal sehat dan ego-nya lebih banyak bermain untuk itu. Dia tidak bisa begitu saja mengabaikan harga dirinya yang telah terluka lantaran telah dibodohi sedemikian rupa oleh Arsene. Dia juga tidak ingin begitu saja membiarkan pria yang dia cintai membuatnya patah hati dan sakit sendirian. Jika bisa maka akan lebih baik bila mereka berdua yang rasakan.Raellyn tidak ingin masuk neraka sendirian. Bila perlu dia akan mengajak orang lain bersamanya. Raellyn akan membalas rasa sakit yang dia rasakan. Gadis itu sudah membuat keputusannya dalam situasi ini.Tatapan Arnav kembali terfokus padanya, maka kini giliran Raellyn yang juga balas menatapnya dengan intimidasi yang sama. “Jadi?”“Penawaran merugikan seperti itu apa menurutmu cukup untuk menggoyahkan keteguhan hatiku? Hah, yang benar saja,” timpal Raellyn sambil mendecakan lidahnya untuk meremehkan Arnav.“Merugikan? Aku bahkan sudah bermurah hati padamu.” Pria itu menaruh minuman yang baru sekali dia teguk keatas nakas. Kemudian membawa tubuhnya untuk berdiri tepat dihadapan Raellyn. Arnav mendesah lelah, sembari mendongakan wajahnya ke langit-langit.Raellyn meneguk saliva-nya sendiri tatkala dia terpaksa memandangi leher jenjang pria itu dan mendapati bagaimana lekukan indah itu terbentuk. Hal yang mustahil di miliki oleh salah satu director paling berpengaruh dalam kancah dunia hiburan di holywood. Dia punya estetika tersendiri sebagai manusia. Dia seperti mahakarya jika saja attitude-nya lebih baik dari yang dia kenali sekarang ini.“Lalu katakan apa maumu Miss?” tanya pria itu tanpa memandangnya.“Sesuatu yang lebih bernilai daripada sekadar uangmu. Ingatlah bahwa kau baru saja mempermalukanku dan menginjak harga diriku.” Raellyn mengulas senyum mengejek padanya.“Menginjak harga diri katamu? Tidakkah kau lupa bahwa aku juga sudah menawarimu satu juta dollar Miss. Hanya orang tolol saja yang merasa dirugikan atas kebaikanku yang berlimpah seperti itu dariku.” Raellyn bersumpah pria itu sengaja menekan kata tolol diujung lidah untuk mematik amarahnya lagi.“Uang saja tidak cukup untuk memperbaiki hati yang patah, Tuan Director.”Hanya jeda beberapa detik saja, pria itu bangkit dari kursinya. Raellyn sama sekali tidak dapat menduga pergerakannya yang sangat cepat dari Arnav. Bahkan sampai tak sadar membuat dirinya sudah terperangkap begitu saja. Pria itu tiba-tiba telah mencengkram dagunya. Gadis itu kontan terkejut bukan main.Meski berada dalam situasi seperti itu, Raellyn tidak ingin berada di bawah kontrol. Permainan ini tidak boleh di pimpin oleh pria itu jika dia tidak ingin kalah. Maka Raellyn kemudian secara tanggap menggunakan kesempatan yang ada. Dia menyentuh langsung dada sang pria dengan gerakan vertikal menggoda menggunakan jari jemarinya. Begitu tenang dan hati-hati, seolah dia ahli dalam urusan ini.“Jika tidak memungkinkan bagi Arsene untuk menikahiku. Maka kuberi kau kesempatan emas untuk menggantikannya. Sebab hanya itu satu-satunya hal yang kupikir sepadan untuk menebus tindakan tercela dari saudaramu dan juga rasa malu yang terlanjur diukir oleh pria itu pada keluargaku,” tutur Raellyn sembari memainkan nada bicaranya, dia tidak tahu bahwa akan tiba baginya untuk berlagak seperti ini demi memuaskan keserakahannya.“Kata-kata yang keluar dari bibirmu sangat sembrono, Miss.” Arnav berbisik tajam pada telinga Raellyn, membangun sebuah rasa kesiagaan dan juga rasa dingin yang begitu menusuk. “Apa perlu ku ajarkan tatakrama yang harus kau patuhi bila berhadapan dengan orang yang lebih tinggi darimu? Bagaimana kalau dimulai dengan merasakan bibir tajammu yang tertutup benda ini lebih dulu agar kau paham posisimu?”Ah tidak! apapun asal jangan maskernya! Jangan sampai dia membuka maskernya! Dia tidak boleh ketahuan. Arnav tidak boleh tahu bahwa mereka pernah bertemu sebelum ini.Ketegangan meliputi diri Raellyn. Apalagi saat tangan pria itu secara perlahan mulai mencoba membuka maskernya. Apakah kedoknya sekarang akan terbuka?Satu hari sebelumnya…“Pria brengsek itu! bagaimana bisa dia mencampakan aku begitu saja? aku merasa tidak pernah berbuat salah padanya! dan lagi dia dengan lihainya pergi begitu saja setelah membuat publik gempar dengan berita murahan. Dia serius berselingkuh dengan wanita itu? keparat!” Raellyn bersumpah hari ini adalah hari yang terburuk baginya. Belum genap satu pekan sejak kekasihnya Arsene yang telah membuatnya jatuh hati dalam pandangan pertama, memintanya untuk menikah. Bisa-bisanya hari ini dia malah harus mendapati berita tak sedap muncul di media masa.Dengan situasi hati yang bercampur baur kontan gadis itu sampai pergi ke kantor agency kekasihnya untuk bertatap muka, tapi naasnya dia bahkan tidak bisa bertemu. Semua orang bilang kekasihnya telah pergi sejak tiga hari yang lalu. Lantas apakah itu bisa membuat Raellyn percaya? Tentu saja tidak.Akhir ceritanya sudah dapat dipastikan. Raellyn di usir dari kantor bahkan sebelum dia mendapatkan kesempatan untuk memvalidasi inf
Sejak kali pertama melihatnya, Arnav punya firasat bahwa gadis ini bisa dia jadikan sebagai targetnya. Kebetulan pula dia memang sedang dituntut untuk memiliki pasangan pengganti. Arnav tidak mengira bahwa dia akan mendapatkan penawaran menikahinya, meskipun hanya sebagai pengganti adiknya yang nakal. Ya, Arnav tidak begitu keberatan. Bukankah dengan ini mereka sama-sama menjadi pasangan pengganti untuk satu sama lain?Alhasil, pria itu langsung mengambil keputusan demikian begitu wanita asing dengan masker hitam di wajahnya itu tiba-tiba menodongkan pisau lipat dari dalam saku celana yang dia kenakan dan bergerak untuk mengancamnya dari belakang. Atau bahkan mungkin sebelum itu? Seperti saat asistennya mempersilahkan wanita itu masuk kemudian ia dapat mengagumi cara berjalannya yang agresif namun menggoda serta anggun. Semua itu adalah sebuah kombinasi yang komplikatif untuk membangkitkan sesuatu dalam dirinya yang telah padam bertahun lalu, bahkan bisa dibilang telah layu dan dingin
“Kau mengambil keuntungan dariku Tuan Director! Perbuatanmu barusan menunjukan seberapa rendah dirimu!” geram Raellyn, wanita itu lantas melesat kesamping menjauh dari pria itu. Dia tidak ingin membuat kekacauan lebih dari ini.Arnav hanya menelengkan kepala seraya melihat kearah Raellyn. “Tampaknya lidahmu yang tajam itu sangat bertolak belakang dengan kelihaianmu dalam menggunakan senjata, Miss Raellyn.”“Manusia cabul!” Belum ada sekitar tiga puluh menit sejak Raellyn menginjakan kakinya di ruang kerja pria itu. Tapi Arnav telah berhasil mendekatinya, bahkan mengambil satu ciuman darinya meskipun bukan yang pertama.Sesungguhnya Raellyn tidak berpikir pria itu akan cukup berani, dia hanya belajar dari semua orang bahwa pria akan merasa sangat sebal dengan perempuan yang mencoba menggodanya. Raellyn tidak mengira bahwa pria itu justru malah menyerangnya ketika dia berpura-pura melemparkan rayuan.Raellyn cukup kesulitan mengontrol debaran kencang di dalam dadanya. Lebih karena ciuma
“Bukannya itu permintaanmu? Aku tidak bisa memberikan saudaraku yang sudah memiliki istri padamu, ataupun menjanjikan kematiannya untukmu. Aku juga tidak berharap di bunuh di ruang kerjaku oleh seorang wanita antah berantah yang menuntut pertanggung jawaban. Kupikir aku tidak salah mengartikan bahwa kau bilang aku ini sudah mencukupi?”Raellyn masih tetap tidak bisa mempercayai pendengarannya. Apa ada sesuatu yang salah ? apa ada yang sempat dia lewatkan?“Aku sedikit terkejut dengan persetujuanmu yang cepat, Pak, err… Arnav. Sebelumnya kupikir aku harus menorehkan luka di tubuhku dulu supaya kau tidak meragukan maksudku.” Raellyn melirik ke arah pintu yang tertutup. “Kau memanggil penghulu?”“Ya, beliau akan menikahkan kita sesampainya kita dirumah.”Raellyn tertawa, suaranya terdengar begitu ringan dan nyaring. “Kau bergurau.”“Apakah sekarang kau enggan melakukannya? Mungkinkah aku salah mengartikan maumu saat menuntut pertanggung jawaban?”Raellyn kontan melonjak dan langsung berd
Arnav merasa bodoh sekarang, sepanjang malam ia merasa gelisah. Bertanya-tanya apakah perempuan itu akan menampakan dirinya atau menghilang begitu saja. Pagi ini saja, ia tidak berani untuk menelaah akan perasaan penuh kepuasan serta kegembiraan yang terpancar dari setiap sel tubuhnya saat kepala pelayan di kediamannya melaporkan tentang kedatangan seorang wanita bernama Raellyn tepat pada pukul delapan pagi.Senyum simpul menghiasi wajah pria itu ketika melihat wajah cantik Raellyn. Setidaknya hari ini dia lebih rapi dari kemarin. Rambutnya digelung tanpa menyisakan helaian sedikitpun, kecuali bagian yang memang terlalu pendek di bagian samping wajahnya. Bibirnya dilapisi oleh lipstick berwarna coral yang sangat tipis. Mata besarnya yang kemarin nyalang kini dibingkai dengan eyeliner yang semakin mempertajam sudut matanya. Wanita ini lebih cocok dijadikan model majalah ternama dibandingkan bekerja sebagai penulis naskah drama.“Selamat pagi Raellyn,” sapa Arnav saat wanita itu berdir
“Apa yang harus aku tunjukan agar aku bisa memuaskan rasa haus akan penasaranmu Arnav?” Perihal ciuman mereka sudah pernah melakukannya sekali sebelum mereka terikat dalam ikatan pernikahan. Raellyn mengakui bahwa itu adalah sebuah tindakan paling tidak senonoh yang mau tidak mau harus dia terima. Karena toh sekarang dia tidak kerugian satu apapun lantaran pria itu bertanggung jawab penuh dengan menikahinya.“Semuanya, aku pria yang cukup tamak kau tahu?”“Ya, aku sangat tahu itu. Saking tamaknya kau bahkan tidak memerlukan banyak waktu untuk mempertimbangkan calon istrimu,” sahut Raellyn tajam. Pria itu hanya terkikik pelan.“Kita sudah pernah membahas hal itu, tidakkah mestinya kau merasa bosan dengan topik yang sama?”“Kalau begitu tolong lepaskan aku dari pandangan liarmu terhadap tubuhku. Terus terang itu cukup mengganggu.”Sekali lagi Arnav tercengang dengan keberanian yang dimiliki oleh Raellyn. Perempuan itu selalu saja memiliki banyak kejutan yang tidak terduga dan jawaban-ja
Raellyn tidak banyak bicara, sepanjang dia keluar dari kediaman suaminya gadis itu tidak pernah bisa berhenti untuk menganggumi seluruh kekayaan material yang Arnav miliki. Rumah sang paman yang dulu dia tempati Raellyn pikir adalah sebuah istana, tentu saja bukan apa-apa bila dibandingkan dengan kediaman Arnav.Pekarangan rumah ini saja bisa seluas tiga lapangan sepak bola yang ditanami oleh hamparan rumput yang bahkan lebih terawat daripada tempat tinggalnya dikota ini. Sepanjang mata memandang pekarang tersebut sangatlah menakjubkan, ada banyak tumbuhan yang tumbuh subur disekelilingnya bahkan menurut pelayan yang ikut mengantarkan Raellyn beberapa saat yang lalu kediaman suaminya memiliki danau dihalaman belakang yang konon merupakan tempat dimana Arnav sering menghabiskan waktunya disana.Raellyn cukup penasaran dengan keindahan yang diagungkan oleh si pelayan, sebab gadis itu belum menyisir seluruh kediaman suaminya untuk sekarang. Namun dia akan memasikan untuk membuktikan peri
Raellyn tanpa ragu menceritakan segalanya, semua hal yang terjadi pada satu hari penuh. Mulai dari ketika Arsene kedapatan pergi dan menikahi wanita lain, sampai kemudian dia yang berhadapan dengan Arnav. Raellyn bahkan beberapa kali harus berhenti sejenak guna menenangkan dirinya sendiri. Sampai di akhir cerita, dia kemudian menatap sang paman lekat-lekat. Hanya ada satu kata yang menjadi kesimpulan pria itu. Meskipun rasanya dia tidak percaya dan kebingungan untuk menangkap segalanya. “Jadi, maksudmu sekarang kau sudah menikah dan diperistri oleh kakak dari mantan kekasihmu itu?” “Ya, Paman.” Sekali lagi sang Paman hanya dapat membulatkan matanya tidak percaya. “Kamu menikah dengan Arnav? Seorang director dari perusahaan agensi terkenal itu?” “Ya, Paman.” Kini tatapannya berubah menjadi jenis tatapan yang dipenuhi oleh kewaspadaan. Dia terlihat curiga, dan terus terang Raellyn merasa gelisah menatap kedua mata pamannya sekarang. Dia menunggu respon selanjutnya sebelum mengatakan
Satu pekan kemudian, resepsi pernikahan digelar. Tidak banyak persiapan yang dilakukan, karena Arnav telah menyerahkan seluruh urusan tersebut kepada wedding orgaziner terkemuka dan professional dibidangnya. Sehingga, meskipun serba dadakan tapi hasilnya terkesan seperti sebuah pesta yang telah direncanakan jauh-jauh hari dan ini lebih seperti pertama kalinya Raellyn dinikahi. Belum lagi keramaian ini juga karena ada beberapa wartawan yang meliput acara pesta dan bahkan disiarkan secara langsung. Memang benar pengaruh seorang Arnav bisa mengguncangkan layar kaca dan semua orang. Padahal ini hanyalah acara resepsi tapi makna yang terkandung di dalamnya terasa seperti sebuah pernikahan yang memang selalu Raellyn impikan. Seolah Arnav memang memahami betul dirinya dan Raellyn terkejut karena detail-detailnya sesuai sekali dengan pernikahan impiannya. Padahal obrolan mengenai acara resepsi hanya berlangsung sekali dan itu pun tidak terlalu mendalam karena mereka berdua langsung sibuk deng
“Tolong jangan merusak itikad baikku malam ini. Aku tidak memanggil kalian kemari untuk berdebat dan menuding istriku dengan sesuatu yang tidak masuk akal,” ujar Arnav yang seketika menghentikan perdebatan hanya dalam sekejap mata.Pandangan mata Sylvia berubah, wanita itu langsung menunduk begitu pula dengan adik Arnav yang baru Raellyn ingat bernama Louisa. Keduanya tidak mampu mengatakan sepatah kata pun dan kondisi meja kembali tertib.Raellyn memang sangat menyangkan situasi yang berjalan tidak seharusnya. Sebagai satu keluarga dan di dominasi oleh orang dewasa semestinya mereka memiliki pemikiran yang matang dan bisa menentukan mata yang pantas dan tidak pantas di lakukan. Toh, untuk apa pula berdebat dan mempermasalhkan hal yang tidak benar adanya? Menunjukan siapa yang paling benar dan pantas mendapatkan dukungan dan simpati? Cerita lama.“Nyonya Chyntia alasan aku memanggilmu kemari karena aku ingin minta maaf.”Semua orang di meja langsung menatap Arnav dengan pandangan tida
Seminggu berlalu sejak moment dimana Arnav bilang ingin meminta maaf pada Nyonya Chyntia dan ingin melepaskan beban masa lalu. Raellyn memang senang mendengarnya, tapi ketika hari dimana suaminya mengajaknya untuk melakukan sebuah pertemuan dengan sang ibu mertua saat itu pula pikiran Raellyn malah tidak tenang.Restaurant mewah yang mereka datangi malah membuat Raellyn dejavu. Suasana ini nyaris serupa dengan saat pertama kali dia bertemu dengan sang ibu mertua. Yang berbeda adalah dia tidak begitu mengenal ibu mertuanya saat itu dan punya tujuan untuk ikut campur bak super hero bijaksana. Tapi sekarang Raellyn hanya menjadi seorang pengamat dan dia tidak di perkenankan ikut campur sebelum Arnav menyelesaikan urusannya. Raellyn sekarang memang sudah berubah, dia sudah bisa memahami posisinya dan tidak lagi keras kepala seperti dulu. Maka beginilah yang terjadi dia menanti dengan sabar sebelum keluarga baru suaminya tiba.Kemarin, Arnav kembali menyinggung soal niatannya dan saat itu
Suara pintu dibuka dan sedikit mengejutkan bagi kedua insan di dalam ruangan ketika seorang pria paruh baya masuk kesana.“Paman,” panggil Raellyn begitu menyadari orang yang datang berkunjung adalah sang paman. Dia melirik kearah Arnav yang tersenyum kearahnya. Raellyn benar-benar terharu, dia pikir pria itu tidak akan membagi kabar ini kepada kerabat ataupun keluarga. Raellyn juga tidak memaksanya karena dia tahu pria itu sudah cukup sibuk dan lelah selama seharian kemarin. Makanya ketika dia melihat pamannya datang Raellyn senang bukan main. Keluarganya menjadi yang pertama mengetahui soal kelahiran putranya.“Dimana cucuku, Raellyn? Aku ingin melihatnya,” ujar sang paman dengan penuh pancaran kebahagiaan. Dia benar-benar menampakan sebuah ekspresi tak sabar untuk melihat cucunya. Perasaan bahagia itu tidak bisa dia sembunyikan setelah mendengar bahwa keponakannya baru saja melahirkan. Tentu saja pria itu langsung melesat ke rumah sakit tanpa perlu memikirkan apapun.“Ini cucumu, p
Operasi caesar telah usai dan berjalan dengan sangat lancar. Kini Raellyn dibawa menuju ke ruang pemulihan khusus dan dia berada di bawah pantauan tim dokter dengan sangat teratur. Tentu saja hal ini tidak lepas dari kuasa sang suami yang memberikan seluruh akses istimewa sehingga Raellyn mendapatkan perawatan secara paripurna. Infus masih terpasang di lengan kiri Raellyn selama istrinya itu masih belum bisa makan dan juga minum dengan sempurna.Arnav, dengan seluruh kuasa yang dia miliki juga meminta agar anaknya berada di dalam satu ruangan yang sama dengan Raellyn. Hal itu tidak terlalu banyak menyita waktu karena memang bayinya sehat dan tidak membutuhkan tindakan medis lebih lanjut.“Berapa lama masa penyembuhan istri saya, dok?” tanya Arnav, saat ini dia berada di ruangan sang dokter muda yang menangani persalinan istrinya.“Kurang lebih sekitar empat sampai dengan enam minggu untuk sembuh total dan bisa beraktifitas seperti biasa. Saya sangat menyarankan istri anda jangan sampa
Memasuki jadwal kontrol bulanan, di fase bulan ke sembilan. Raellyn seperti biasa di dampingi oleh Arnav kembali mengunjungi sebuah klinik yang telah di percayai untuk berkonsultasi mengenai kelahiran buah hati mereka pada dokter yang menanganinya. Bahkan Arnav sendiri juga sudah sampai pada titik melakukan reservasi sebuah kamar VVIP di sebuah rumah sakit untuk berjaga-jaga, karena dari yang dia ketahui melalui pengalaman asisten pria-nya terkadang kelahiran dapat terjadi secara tiba-tiba dan melenceng dari hari yang sudah di jadwalkan. Dalam hati terutama untuk Raellyn sendiri, tentu saja dia terkadang kerap kali di hantui oleh rasa cemas dan juga takut yang berlebih selama menantikan hari persalinan.“Arnav, aku tiba-tiba jadi merasa takut.”Arnav sendiri biar pun tampangnya terlihat tenang, tapi jauh di lubuk hati dia juga cemas bukan kepalang. Dia sangat khawatir kepada istri dan juga calon buah hati mereka. “Tenanglah, sayangku. Apapun yang terjadi nanti aku ada disampingmu.”Ra
Sayangnya sejak hari itu Arnav tidak pernah buka suara tentang apa yang terjadi. Arsene juga sudah tidak pernah terlihat lagi batang hidungnya. Raellyn memang penasaran dengan apa yang terjadi, tapi untuk sekarang dia merasa tidak perlu mengulik atau pun mencari tahu. Dia sudah mempercayai Arnav dan tidak lagi meragukan dirinya yang dulu. Kedua pria itu pasti punya alasan, dan Raellyn tidak akan mengusik hal tersebut.Waktu sudah berlalu, menginjak bulan ke sembilan dari kehamilannya. Raellyn makin hari makin di manjakan saja. Sesungguhnya Raellyn hanya bisa berdoa agar dia tidak meleleh setiap paginya karena pria itu selalu saja punya cara untuk memanjakannya dengan penuh cinta. Apalagi saat perutnya dibelai sambil dibisiki kata-kata mesra. Ah… sungguh, apakah Arnav memang seperti ini? rasanya dia benar-benar seperti tokoh pria fiksi idamannya jika begini terus.“Raellyn sayang, bangun.”“Tidak mau.” Raellyn masih merasa sangat berat, semalam mereka bermain cukup lama. Ini karena Arn
Lita dan Raellyn kini asyik berceloteh ria di ruang tamu kediaman sang paman. Sepupunya itu langsung melonjak gembira begitu membuka pintu dan mendapati Raellyn ada disana dengan perut buncitnya. Padahal sedari tadi dia kata Sharon, Lita hanya menatap ponselnya tanpa memiliki niatan beranjak sedikit pun. Raellyn hanya terkikik mendengarkan celotehan adik sepupunya itu sambil sesekali Lita akan angkat bicara untuk menyanggah apa yang adiknya katakan. Reuni kecil setelah sekian lama memang membawa sedikit rasa nostalgia.Kini setelah ditinggal oleh Sharon, kedua wanita itu mulai bercerita banyak hal. Terutama topik mengenai kehamilan Raellyn yang sejak tadi selalu diungkit oleh Lita.“Kau sudah siapkan nama untuk calon anakmu belum?”Raellyn hanya menggeleng. “Aku belum punya nama untuk bayiku, tapi aku rasa Arnav sudah punya beberapa. Dia sangat antusias sejak dokter bilang bahwa calon bayi kami akan lahir sebagai bayi laki-laki.” Raellyn mengujar seraya mengusap perut besarnya dengan
Mendengar suara Mrs. Maddy dari balik pintu Raellyn tersedak saliva-nya sendiri dan terbatuk-batuk. Muka wanita itu langsung merah padam tak tertahankan ketika melihat ke arah pintu kamar yang sudah terbuka dan menampakan si kepala pelayan. Sementara Arnav susah payah untuk menggeram menahan hasratnya yang harus dia tenangkan. Kehadiran Mrs. Maddy benar-benar sangat tidak tepat.“A-ah ya Mrs. Maddy ada apa?” Raellyn menghampiri wanita itu untuk mengurangi kecanggungan meskipun tentu saja kesalah tingkahannya tidak benar-benar bisa dia sembunyikan.“Maaf bila saya mengganggu aktivitas pagi Anda. Tapi ada tamu.”Mati aku! Raellyn sempat merutuk sebelum akhirnya dia terhenti dan menatap Mrs. Maddy dengan tatapan tidak percaya.“Tamu? Pagi-pagi begini?” tanya Raellyn yang sekarang benar-benar murni telah melepaskan seluruh kecanggungannya beberapa saat lalu menjadi sebuah tanda tanya besar di kepala.Mrs. Maddy diam sejenak, wanita itu bergantian memandangi wajah Raellyn yang ada di hadap