Hai kak, kira2 gimana ya apa terjadi yang diharapkan Jessica? Ikuti cerita nya dan jangan lupa tinggal jejaknya ya Kak biar aku semangat nulisnya hehe Makasih Kaka, selamat membaca
"Kembalikan ponselku!" Tubuh Raymond benar-benar memanas, tanpa sadar dia melepas satu persatu kemeja yang dia kenakan. Jessica tersenyum penuh kemenangan, setelah dia bisa mendapatkan tubuh Raymond malam ini dia akan memelihara benih yang dikeluarkan, dengan begitu Raymond akan bertanggung jawab. Tanpa ragu dia naik ke atas tubuh yang kepanasan, melihat korbannya membuat Jessica perlahan membuka penutup tubuhnya namun saat bersamaan Mama Raymond memanggilnya sehingga dia membenahi bajunya dan keluar. Saat itulah bayangan Rara muncul, membuat Raymond beranjak dan mengambil ponselnya. "David datang ke rumah secepatnya!" Dengan tubuh berat, panas dan hasrat membara Raymond berjalan turun tangga, perlahan dia telah bisa keluar dari rumah. Dia meninggalkan mobilnya dan terus berjalan menuju gerbang depan. Untung posisi David dekat rumahnya sehingga tak butuh waktu lama untuk sampai. "Anda kenapa Tuan?" tanya David yang terlihat panik. "Bawa aku ke penthouse, aku butuh Rara secepat
"Darimana saja dirimu! ponsel nggak aktif!" Raymond terus memarahi asistennya dalam sambungan telpon. "Cepat panggilkan dokter!" Pria itu kembali marah karena dokter tak kunjung datang sedangkan tubuh kekasihnya panas kembali. "Sabar Tuan, mungkin dalam perjalanan," bujuk Rara. Mendengar ucapan sang wanita Raymond sedikit tenang dan benar saja sebuah panggilan masuk dari David. 'Tuan saya dan Dokter sudah ada di depan' Segera Raymond turun untuk membukakan pintu. "Lama sekali!" "Jangan marah dulu Tuan, tadi benar-benar macet." Dokter segera memeriksa keadaan Rara, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, istirahat dan minum obat sudah cukup meredakan demamnya. "Ini resep obatnya Tuan." Dokter menyodorkan secarik kertas pada Raymond. Dari tempat tidur, Rara turut menyahut, "Saya tidak mau minum obat." Raymond dan Dokter menoleh barengan, sehingga membuat Rara takut dan diam. Karena tugasnya sudah selesai Dokter pamit pulang, sedangkan David diperintahkan untuk menebus obat di
Segera wanita itu menggeleng, dia tidak ingin dosennya dipecat gara-gara dirinya."Tuan tugas ini sudah kemarin lagipula pak Dosen juga tidak tahu jika aku sakit." Wanita itu terus merayu berharap sang Tuan berubah pikiran."Kemarin atau tidak seharusnya bisa memaklumi mahasiswa yang belum bisa mengerjakan tugas bukannya malah memberikan nilai jelek bila tidak segera dikumpulkan!" Pria itu kelihatannya tidak ingin didebat.Rara benar-benar tidak enak jika besok dosen tersebut harus dipecat dari kampus. Dia memutar otak supaya Raymond menarik ucapannya kembali.Jalan satu-satunya hanyalah sebuah pergumulan, cara yang paling efektif meredam segala bentuk emosi sang Tuan."Tuan maafkan saya, tolong pikirkan lagi jika hendak memecat dosen saya," bujuk Rara.Tangan Rara melepas satu persatu kencing piyama yang dia kenakan, hingga terlihat hal yang membuat mata Raymond terus menatapnya."Apa yang kamu lakukan?" Pria itu berusaha mengalihkan pandangannya."Saya ingin melakukan sebuah negosia
Wanita itu segera mencicipi masakan yang dia sajikan atas meja makan, benar saja rasa masakannya sangat asin. "Maafkan saya Tuan." Ketakutan menyeruak masuk, Raymond pasti lapar tapi masakan yang dia buat begitu asin. Para koki memerintahkan pelayan untuk mengganti makanan yang asin, mereka tidak ingin mood sang Tuan jadi buruk. "Apa yang kamu pikirkan sehingga menyajikan makanan yang begitu asin," tanya Raymond dengan tatapan datar. Seharian mengurusi banyak pekerjaan membuatnya penat, pulang ke rumah ingin segera makan tapi makanannya tidak bisa dimakan. Di ruang makan bukan tempat untuk bercerita sehingga Rara hanya menggeleng. Selesai makan Raymond mengajak Rara pergi ke kamar, dia yang ada meeting meminta Rara untuk menyiapkan baju. "Tuan ada yang ingin saya bicarakan." Wanita itu was-was takut jika sang Tuan marah. Pandangan pria itu beralih, dia menatap wanitanya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Bicaralah!" Suaranya dingin sehingga membuat Rara ragu tapi dia harus
Seusai menjenguk pamannya seperti biasa Rara duduk di lobi rumah sakit sambil menunggu jemputan, saat itu dia melihat dua orang yang mungkin sepasang kekasih tengah berbicara. Rara nampak menyimak apa yang dibicarakan si pria pada si wanita. "Andaikan Tuan Raymond bisa romantis seperti pria itu," gumannya sambil tersenyum. Jemputan sudah datang, mau nggak mau Rara harus beranjak dari tempat duduknya meskipun dia masih ingin mendengarkan cara si pria menghibur si wanita. Sepanjang perjalanan pulang, Rara terus memikirkan perkataan pria tadi, bahkan dia ingin mengajak Raymond seperti apa yang pria itu katakan pada wanitanya. 'Jangan menangis, kamu akan sembuh. Nanti kalau kamu sembuh kita akan menonton, jalan -jalan dan menghabiskan waktu bersama di pantai' Begitulah yang Rara dengar dari percakapan mereka. Sekian detik setelah mobilnya parkir di halaman rumah, mobil Raymond masuk dengan diikuti mobil pengawalnya, segera Rara berdiri menyambut kedatangan sang kekasih plus tuannya.
Seusai menonton mereka berdua jalan-jalan menuju pantai, meski jarak yang ditempuh cukup jauh namun Raymond menuruti kemauan kekasihnya. "Dari sekian tempat kenapa pantai?" Pertanyaan Raymond membuat Rara menoleh menatapnya. Dari kecil Rara begitu menyukai pantai, entah mengapa setelah menatap ombak dan hamparan laut luas dia merasa tenang seolah beban dalam hidupnya berkurang. "Suara ombak memberi saya ketenangan Tuan, warna biru laut juga memberikan ketentraman pada jiwa saya," jawab Rara. "Kita berdua sama," sahut Raymond. Pria dingin itu ternyata juga menyukai pantai sama seperti Rara baginya pantai adalah tempat ternyaman ketika ada masalah. Beberapa waktu kemudian mereka telah tiba di pantai, melihat hamparan pasir membuat Rara bergegas turun dan berlari menuju bibir pantai. Akhirnya setelah sekian lama tidak mengunjungi tempat favoritnya. "Ayaaaahhh, iiiiiibuuuuu!" Dia terus memanggil kedua orang tuanya. Tanpa terasa air matanya terjatuh, matanya benar-benar perih meng
"Pak Rey tampan sekali ya Ra." Pujian Ana terhadap Dokter muda itu membuat Rara tersenyum. "Kamu tertarik ya An?" Segera Ana menggeleng tapi pipinya memerah karena malu. "Wajar sih kalau tertarik, wanita mana sih yang nggak tertarik dengan pria tampan." "Tapi Tuan kamu lebih tampan Ra," sahut Ana. "Mereka berdua tampan, satu blesteran Jerman satunya memiliki wajah ke arab-araban." Raymond dan Reyhan adalah pria idaman setiap wanita, bule dan Arab adalah jenis pria yang digandrungi semua kalangan. "Dah ah, ayo kita ke kantin, aku lapar." Wanita itu mengajak temannya pergi ke kantin, daripada terus menghibah pria blesteran Jerman dan blesteran Arab tersebut. Di sana ternyata ada Amanda dan gengnya, ketika pandangan mereka bertemu Amanda nampak kesal sekali dengan adik sepupunya. Wanita jahat itu memiliki ide untuk mengerjai adiknya, dia mengumumkan pada semua orang yang berada di kantin jika makanan serta minuman mereka Rara yang bayar. Mendengar hal itu mereka semua berso
Waktu berjalan dengan cepat tak terasa ujian akhir semester telah datang. Dokter Reyhan yang diminta untuk membimbing anak-anak memberikan pelajaran tambahan."Nanti saat jam istirahat ketujuh anak tadi datang ke aula." Pesannya."Iya Pak." Ketika jam istirahat datang, Rara dan Ana malah melupakan pesan Rey, mereka yang lapar malah pergi ke kantin untuk makan."Tadi pagi aku nggak sempat sarapan Ra, ibu aku dirawat di rumah sakit jadi nggak ada yang masak." Mahasiswi tersebut memesan banyak makanan."Kenapa nggak masak sendiri sih An," sahut Rara."Aku tidak bisa Ra." Mendengar apa yang dikatakan Ana membuat Rara tersenyum kecut, andaikan ibunya masih hidup mungkin sampai saat ini dirinya hanya bisa memasak sambal.Dituntut untuk melayani Raymond membuat Rara harus bisa memasak beraneka ragam jenis masakan.Mereka nampak santai menikmati makanan yang mereka pesan hingga salah satu temannya menegur Rara dan Ana karena tidak ikut kumpul di aula."Astaga kok bisa lupa!" Rara dan Ana se
Pernikahan Reyhan dan Tessa sudah ditentukan, mereka rencananya akan menggelar pernikahan mereka di salah Hotel milik Raymond. Awalnya mereka akan menggelar pernikahan di salah satu tempat ibadah tapi Rara mendesak mereka untuk menggelar pernikahan di hotel suaminya. "Semua gratis Pak Rey, aku yang akan mengatur semuanya." "Bukan masalah gratis apa nggak Ra, tapi aku tidak mau merepotkan kamu dan Tuan Raymond." Rara tetap bersikeras dengan keputusannya, semua dia lakukan itung-itung balas budi atas pengorbanan Reyhan dulu, itu pun tidak sebanding dengan pengorbanan Reyhan terhadapnya. "Baiklah Ra, tapi hanya hotelnya saja untuk biaya lainnya biar aku yang menanganinya." Rara menggeleng keras, dia hanya ingin Reyhan dan Tessa terima beres. Dokter itu hanya bisa pasrah menerima keputusan dari mantan juniornya meski dia sangat tidak enak. Rara sangat bahagia melihat Reyhan dan Tessa akan menikah, oleh karenanya dia ingin turut andil mengurus pernikahan pria itu, dia melakukan in
Melihat Rara yang bisa tersenyum kembali membuatnya Nyonya Richard bahagia, dia berharap rumah tangga anaknya tidak lagi diterpa masalah, seorang ibu mana yang tega melihat anaknya menitikkan air mata."Aku titipkan anakku kepadamu bukan untuk disakiti Raymond tapi untuk dibahagiakan."Ucapan Nyonya Richard membuat Raymond mengangguk, dia paham jika kesalahannya begitu besar."Semampu dan sebisaku aku akan membahagiakan Rara, Ma," sahutnya.Tak terasa seminggu sudah berlalu, Raymond tetap tinggal di negara Jerman sedangkan David sudah harus kembali terlebih dahulu mengingat perusahaan tidak ada yang menghindle.Berbicara lah Raymond kepada Rara terkait keinginannya untuk segera kembali ke tanah air dia tidak bisa terlalu lama meninggalkan perusahaannya."Sayang bolehkah aku kembali ke tanah air? perusahaan sudah lama terlalu lama aku tinggal." Raymond sedikit takut meminta hal itu kepada sang istri, dia takut jika Rara marah.Bukannya marah Rara malah tersenyum sembari menatap suaminy
"Ma malam ini kami tidur bersama mama dan Papa ya."Permintaan bocah kecil itu membuat Rara sedikit terkejut, mengingat dirinya dan Raymond untuk sementara waktu tidur di kamar yang terpisah.Shane juga ikut-ikutan sama seperti Kania, dia merengek supaya mamanya mengijinkan mereka untuk tidur bersama."Baiklah." Rara pun pasrah.Raymond tersenyum setidaknya malam ini dia bisa tidur satu kamar dengan sang istri.Semalaman Raymond dibuat sibuk oleh kedua buah hatinya kedua anak itu terus ingin ditemenin Raymond bermain.Mereka main tebak-tebakan nama buah dan juga nama hewan, Shane yang masih belum paham tentang nama-nama binatang dan buah sedikit membuatnya selalu kalah dan sebagai hukumannya dia harus mencium Kakak dan Papanya.Melihat keseruan suami dan anaknya Rara hanya bisa menggelengkan kepala, sebenarnya dia juga ingin turut bergabung namun egonya masih tinggi.Setelah bermain kedua bocah kecil itu terkapar tak berdaya, Rara yang sudah mengantuk segera menyusul ke tempat tidur.
Beberapa episode terakhirRaymond mengirimkan laporan pembatalan kerja sama dengan Fera kepada Rara, dia ingin istrinya percaya kalau dia dan Fera benar-benar tidak ada hubungan apa-apa.Setelah foto bukti pembatalan itu dikirim Rara tak kunjung melihat pesan yang dia kirim, hal ini membuat Raymond nampak gusar dia ingin menghubungi istrinya tapi takut jika sang istri marah.Pria itu hanya bisa mengusap rambutnya dengan kasar tak tahu harus bagaimana lagi untuk merayu sang istri.Di sisi lain Rara sudah melihat foto itu, dia pun tersenyum tapi dia masih belum mau memaafkan suaminya, hal yang dilakukan Raymond kali ini masih belum cukup untuk menebus kesalahannya selama ini."Sayang kenapa tidak dibalas?" Akhirnya Raymond mengirim pesan lagi kepada sang istri.Kali ini Rara hanya membaca pesannya tanpa mau menjawab pesan yang dia kirim."Masih belum bisakah kamu memaafkanku aku sayang?" Raymond mengirim pesan kembali.Rara hanya menulis satu kata yaitu belum hal ini membuat Raymond ke
Nyonya Richard terus memantau Fera, dia sangat murka setelah tahu Fera merencanakan hal buruk kepada Raymond.Menantunya yang saat ini tidak tenang karena masalahnya dengan Rara jadi kurang fokus. Dia tidak menyadari jika Fera tengah merencanakan hal untuk menjebak Raymond."Kelihatannya dia cukup meresahkan." Nyonya Richard ingin anak buahnya segera bertindak."Kita jebak balik saja Nyonya," sahut asistennya.Senyuman tersungging di bibir wanita itu, wanita yang ingin menghancurkan anaknya harus mendapatkan balasan yang setimpal.Fera malam itu meminta Raymond untuk bertemu di rumahnya, dia berbohong jika dirinya kurang enak badan.Awalnya Raymond enggan tapi Fera bilang jika urusan dengan mantan kliennya harus segera diselesaikan agar dia bisa mendapatkan klien yang lain.Fera meminta pelayan untuk menyiapkan minuman, di dalam minuman itu dia memasukkan obat tidur."Malam ini kamu akan menjadi milikku Ray, dan foto-foto kamu bersamaku akan aku kirim pada istri kamu yang bodoh itu!"
"Aku pulang sayang." Raymond berpamitan pada Rara.Melihat suaminya hendak kembali ke tanah air membuat Rara sedih tapi dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Raymond.Melihat ekspresi Rara yang nampak biasa membuat Raymond sedih. "Sayang apa kamu masih marah?"Rara tidak menjawab pertanyaan sang suami, tatapan yang tajam membuat Raymond yakin jika istrinya masih belum mau memaafkannya."Sayang aku mohon." Pria itu terus memohon."Aku ingin melihat kesungguhan kamu Mas! karena jika aku dengan mudah memaafkan kamu maka kamu akan mengulanginya lagi."Pria yang biasanya berkuasa kini menunduk lemah di hadapan istrinya. "Baiklah Sayang." Dia pasrah.Ketika semua berkumpul untuk mengantar kepulangan Raymond dan David di depan, Rara berpura-pura jika tidak ada apa-apa, dia senyum semanis mungkin bahkan dia mencium tangan sang suami."Hati-hati ya Mas, cepat kesini lagi," katanya.Raymond melongo menatap sang istri, andai ini tidak sandiwara pasti dia akan senang."Tuan David titip Mas Ra
Beberapa saat kemudian Raymond datang dengan David, Nyonya Richard yang kebetulan di ruang depan pergi menyambut sang menantu."Rara mana Ma?" Dia begitu cemas takut jika sang Mama melarangnya untuk bertemu sang istri."Berani sekali kamu membiarkan anakku ke sini sendiri!" Sang Mama protes karena menantunya membiarkan sang anak datang ke Jerman sendirian."Saya mau minta maaf Ma, saya tidak bermaksud membiarkan Rara datang ke Jerman sendirian." "Aneh!" kerutan mulai bermunculan.Karena belum tahu masalah anaknya Nyonya Richard menyuruh Raymond untuk pergi ke kamar. "Pergilah ke kamar mungkin dia tengah istirahat."Dengan buru-buru Raymond pergi ke kamar dan meninggalkan David di ruang tamu bersama Nyonya Richard.Begitu melihat Rara, Raymond segera memeluk istrinya, dia meminta penjelasan kenapa tiba-tiba pulang ke Jerman."Apa salahku sayang, kenapa kamu tiba-tiba pulang ke Jerman sendirian?" Rara menatap suaminya dengan tatapan tajam, "Pura-pura nggak tahu kamu Mas." Katanya deng
Raymond menggeleng sekali lagi dia menjelaskan jika dia dan fera tidak ada hubungan apa-apa, memang dia mengakui satu kamar dengan fera tapi mereka tidak melakukan apa-apa.Tujuannya ke Pulau Bali karena ingin membuka Resort di sana, kebetulan fera memiliki tanah yang sangat luas di wilayah yang strategis oleh karena itu Raymond pun diajak kerjasama untuk membangun Resort tersebut."Itulah alasan kenapa aku akhir-akhir ini pulang malam dan pergi ke Pulau dewata." "Kamu juga tidak mengejarku Mas!" Alasannya dia tidak segera mengejar karena dia ingin Rara tenang, terlebih dahulu, berbicara ketika emosi akan semakin membuat sakit hati.Rara terdiam mendengar penjelasan dari Raymond, hatinya sulit percaya dengan ucapan sang suami. Sikap Raymond selama ini sudah cukup menyakiti hatinya dan ditambah kejadian kemarin dirinya benar-benar kecewa dan sakit hati.Pria itu berbeda dengan sebelumnya, raut wajahnya begitu sedih, bahkan dia meminta Rara agar tidak meninggalkannya.Begitulah pria,
Raymond sangat shock melihat Rara yang menjadi pelayan, wajahnya memucat ketika Rara menatapnya tajam dengan air mata yang terus mengalir."Jadi ini mas tujuan kamu datang ke pulau ini." meski menangis tapi Rara mencoba untuk tersenyum.Sangat terlihat hati wanita itu begitu terluka melihat suaminya satu kamar dengan wanita lain."Kamu mengikuti aku!""Kalau tidak begini mana mungkin aku tau kecurangan kamu Mas," jawab Rara.Wanita itu menangis sambil terisak, dulu dia telah memberi kesempatan kedua dan berharap Raymond tidak akan menyakitinya, namun untuk sekian kalinya sang suami terus menyakitinya."Yang telah aku lakukan selama ini apa sedikit saja tidak bearti bagimu Mas!"Rara menatap Fera yang terdiam, dia memarahi Fera yang tega menggoda suaminya."Aku tidak menggodanya." Tentu Rara tidak percaya, bahkan saat makan Fera telah berani menyuapi sang suami.Tak ingin berdebat, Rara memutuskan keluar. Perasaannya tak menentu, hatinya benar-benar hancur karena sang suami.Raymond