"Apa hubunganmu dengan mereka?" Tanya Alex
Lova terkekeh pelan “Apa aku harus mengatakannya padamu?” jawab Lova, nada suaranya terdengar santai namun mengandung sedikit sindiran"Tidak juga, aku hanya penasaran, kau dan pamanku bertemu di klub saat itu" Alex mengarahkan ponselnya pada Lova, disitu ada foto dirinya dan Aleandro. Lova ingat jika dia mengenakan pakaian ini saat dia dan Aleandro berbaikan"Kau menemuinya sehari sebelum pernikahannya, menurutmu apa yang orang lain pikirkan?" Alex berucap dengan tenangLova terkekeh "Entahlah, apa aku pernah terlihat peduli dengan pendapat orang lain?" Lova balik bertanya dengan senyum ringan"Aku tau kau bekerja di klub itu, Angelic" Ucap Alex, menyebutkan identitsnya sebagai Angelic."Benar, aku pelacur disana" Ucal Lova mengakuiAnehnya, Lova tak terkejut sama sekali. Dia seperti sudah menduga jika Alex akan tau, lagipula Alex itu putra salah satu anggota dewan, dia bisa mendapatkan segalanya dengan mudah"You said you need a man right? And i can be your man, Love"Lova terdiam sejenak, tak menyangka bahwa Caid akan mengungkapkan hal seperti itu dengan nada setenang dan setegas ini. Tatapan pria itu begitu dalam, seolah memenjarakan pandangannya."Aku serius, Lova" lanjut Caid, suaranya terdengar rendah namun tegas. "Aku tak pernah ingin terikat dengan siapa pun sebelumnya, tapi bersamamu… rasanya berbeda."Lova tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan perasaan yang mulai bergejolak di dalam hatinya. "Hati-hati, Mr. Walton. Perasaan itu bisa jadi bumerang" jawabnya pelan, mencoba untuk tidak terjebak dalam tatapan intens pria di hadapannya.Namun, Caid justru mengabaikan peringatan itu. Dia meraih tangan Lova, mengusapnya lembut, lalu menatapnya dengan penuh keseriusan. "Kalau begitu, aku akan menerima bumerang itu. Aku tidak peduli seberapa berbahayanya. Selama itu datang darimu, aku siap."Lova tertawa kecil, tak bisa menahan diri dari senyum yang akhirnya mengem
Caid berbaring di samping Lova, tangan kanannya ditekuk sebagai tumpuan kepalanya. Selimut hanya menutupi dari pinggang hingga kaki, sedangkan bagian atas memang sengaja Caid bukaCaid menatap Lova dengan intens, memperhatikan setiap detail wajahnya yang tampak damai dalam tidur. Baginya, tak ada yang lebih memikat daripada sosok Lova yang terlelap di sisinya. Namun, di balik ketenangan itu, Caid merasa sebuah kekosongan yang sulit dijelaskan. Meski ia telah memilikinya di sini, seakan ada perasaan yang belum sepenuhnya terpuaskan.Tangannya perlahan menyusuri kulitnya yang hangat, menyentuhnya dengan kelembutan yang hanya ia tunjukkan pada Lova. Seolah setiap sentuhan menjadi jembatan yang menghubungkan hasrat dan obsesi yang menggerogoti hatinya. Semakin ia dekat, semakin besar keinginannya untuk memiliki Lova seutuhnya—tidak hanya tubuhnya, tetapi juga hatinya, jiwanya, seluruh dirinya.Caid tahu dirinya tidak pernah merasa cukup. Setiap malam bersamanya hanya me
Lova baru saja duduk dikursi kelas ketika segerombolan pria datang menghampirinya dengan senyum yang sinis. Salah satu dari mereka, dengan nada meremehkan, menyeringai"$1000, kubeli kau malam ini" Lova mengerutkan kening, sedikit membenarkan letak kacamatanya yang tak bermasalah, dia mendongak, menatap pria yang baru menyodorkan sebuah kartu padanyapadanya"Seribu dolar? Kau serius?" Lova menahan tawa, membolak-balik kartu di tangannya dengan santai. "Apa menurutmu harga diri seseorang bisa dinilai semurah itu? Atau memang segitu batas kemampuanmu?"Pria itu tampak tersinggung, wajahnya memerah."Jangan sok. Kami dengar kau kerja di klub malam, melayani siapa saja yang bisa bayar, kan?" Salah seorang temannya menimpali. Jujur saja ini pertama kalinya Lova berinteraksi dengan sekumpulan pria yang nampak seperti berandalan ini"Kami bisa membiayaimu, lagipula semua orang sudah tau apa yang kau lakukan di balik topeng mahasiswa teladan mulai itu""Oh samp
"Tapi kau pemilik tahta aslinya"Deg!Lorenzo terdiam dan Caid menyeringai tipis "Kami akan membuatmu kembali mendapat mahkotamu""Memangnya apa yang orang luar sepertimu akan lakukan untuk putra mahkota yang digulingkan?" Sinis Lorenzo mengejekCaid tetap tenang, tak terpengaruh oleh ejekan Lorenzo. Dia mengkode Enid untuk menjelaskan “Kau akan mendapat dukungan dari pihak yang lebih kuat. Kami akan memastikan pemerintah tidak mendapat dukungan penuh dari dalam. Kami bisa memanipulasi media, mengendalikan ekonomi, bahkan membuat krisis yang memecah belah kekuasaan mereka. Kau hanya perlu menjadi wajah dari perubahan ini.”Lorenzo diam, menimbang kata-kata Caid. “Kau berbicara seolah ini hanya permainan catur. Bagaimana jika kau salah perhitungan? Apa kau punya rencana cadangan? Sudah cukup sekali aku dalam penjara dan hampir cacat”Caid menyeringai. “Kami tidak pernah salah perhitungan, Lorenzo. kami bisa menjadikan kekacauan sebagai peluang. Lagip
Lova menatap Meredith dengan lekat, wanita yang menjabat sebagai ketua tim Foxy02Foxy02 adalah sebutan bagi kode mereka, sebuah tim kecil yang terdiri dari anggota wanita dengan keahlian berbedaRelova, sang ahli dalam dunia hacking dan penyamaranRebeca Spancer, sang perakit bomRailyn, sang penembak jitu Meskipun menjadi sebuah unit namun mereka bertiga memiliki kepribadian yang sangat berbanding terbalikRebeca bahkan digadang gadang menjadi musuh bebuyutan Lova, mereka bagaikan api dan air, sungguh sulit menyatukan dua karakter itu dan entah apa yang membuat Meredith memilih Rebeca untuk menjadi penggantinya dalam misi Delta. "Jadi" Lova menjeda ucapannya, dia melangkah mendekati pada meja kerja Meredith lalu menatap sang kapten dengan intens "apa yang kau sembunyikan dariku?"Meredith terdiam sejenak, menarik napas dalam sebelum memberikan jawaban. "Atasan tahu tentang kedekatanmu dengan Caid Walton. Dia khawatir jika, diam-diam, pria itu mem
Lova baru saja keluar dari gedung CIA saat dirinya ditarik paksa oleh Emily. "Kenapa kau bisa disini?" Lova bertanya heran, Emily memang tau jika dirinya adalah agen. Emily juga yang sering membantunya membersihkan sampah masyarakat dan membantunya mencari target sasaran Emily nampak ragu sebelum akhirnya melirik pada sebuah mobil sedan hitam yang terparkir di seberang jalan "Mereka mencarimu" bisik Emily "sudah sejak tadi mereka mengikuti mu dan memintaku membawamu pada mereka" Tambahnya "Kau diancam?" Tanya Lova Emily mengangguk kaku "Nona Luvena" Seorang pria berjas rapi berjalan kearah mereka Lova menatap pria berjas rapi itu dengan penuh kewaspadaan. Langkahnya mantap, tatapannya dingin, dan cara ia menyebut nama Lova membuatnya merasa tak nyaman. Meski pria itu menunjukkan sopan santun, ada aura ancaman yang terasa. “Maaf mengganggu Anda, Nona Luvena” katanya dengan suara rendah dan penuh ketenangan. “Tolong ikut saya. Tuan kami ingin berbicara dengan Anda.” Lo
Dua minggu ini terasa sangat lama bagi Caid. Ia sibuk dengan para pengacau di monarki, untungnya menjadikan Lorenzo sebagai Sultan adalah hal yang mudah.Mereka juga mendapatkan daerah yang bebas dari pemerintahan, daerah yang dijadikan gudang senjata dan obat-obatan terlarangMarkas kelompok Oletros. "Kalian sudah bekerja keras dua minggu ini, pergilah ke manapun kalian suka" Ucap Caid pada keempat temannya. "Syukurlah, aku sudah merindukan Jenice" Ucap Lucius dengan senyuman tipisnya yang nampak seperti orang bodohLucius memang menyusul mereka saat kudeta mulai dilakukan, tentu saja setelah membuat keributan karena sang ayah mengetahui hubungannya dengan saudara angkatnya sendiri, sang ballerina terkenal. "Kukira kalian putus" Seloroh DaynLucius mendengus, memutar bola matanya malas "sampai matipun tak akan kubiarkan dia lepas""Ckk para orang gila ini""Sepertinya kau ketularan Caid" Tambah Dylan"Tentu saja tidak, aku masih jauh lebi
Magic Lounge, ChicagoSuasana malam itu memanas seiring dentuman musik yang memenuhi ruangan. Lampu-lampu redup yang berpendar warna ungu dan merah, menciptakan aura yang memikat di sekitar panggung. Sosok Angelic muncul dengan langkah percaya diri, mengenakan mini dress merah yang pas membalut tubuhnya, membuat setiap pasang mata tak bisa berpaling darinya. Rambut pirang sebahu tergerai dengan sempurna, menambah kesan menggoda yang melekat pada penampilannya. Riasan wajahnya tegas dan memikat, menonjolkan mata yang tajam dan bibir merah yang menggoda.Lova mulai bergerak seiring alunan musik, melangkah ringan namun penuh energi. Ia menari dengan gerakan yang sensual dan terlatih, memperlihatkan setiap lekuk tubuhnya dengan penuh percaya diri. Setiap gerakannya terukur, menghipnotis penonton yang kini terpaku, seolah terseret dalam pesona yang ia bawa. Saat ia memutar tubuhnya dengan lincah dan mendekati tiang yang menjadi pusat panggung, suara sorak-sorai dari pen