"Tapi kau pemilik tahta aslinya"
Deg!Lorenzo terdiam dan Caid menyeringai tipis"Kami akan membuatmu kembali mendapat mahkotamu""Memangnya apa yang orang luar sepertimu akan lakukan untuk putra mahkota yang digulingkan?" Sinis Lorenzo mengejekCaid tetap tenang, tak terpengaruh oleh ejekan Lorenzo. Dia mengkode Enid untuk menjelaskan “Kau akan mendapat dukungan dari pihak yang lebih kuat. Kami akan memastikan pemerintah tidak mendapat dukungan penuh dari dalam. Kami bisa memanipulasi media, mengendalikan ekonomi, bahkan membuat krisis yang memecah belah kekuasaan mereka. Kau hanya perlu menjadi wajah dari perubahan ini.”Lorenzo diam, menimbang kata-kata Caid. “Kau berbicara seolah ini hanya permainan catur. Bagaimana jika kau salah perhitungan? Apa kau punya rencana cadangan? Sudah cukup sekali aku dalam penjara dan hampir cacat”Caid menyeringai. “Kami tidak pernah salah perhitungan, Lorenzo. kami bisa menjadikan kekacauan sebagai peluang. LagipLova menatap Meredith dengan lekat, wanita yang menjabat sebagai ketua tim Foxy02Foxy02 adalah sebutan bagi kode mereka, sebuah tim kecil yang terdiri dari anggota wanita dengan keahlian berbedaRelova, sang ahli dalam dunia hacking dan penyamaranRebeca Spancer, sang perakit bomRailyn, sang penembak jitu Meskipun menjadi sebuah unit namun mereka bertiga memiliki kepribadian yang sangat berbanding terbalikRebeca bahkan digadang gadang menjadi musuh bebuyutan Lova, mereka bagaikan api dan air, sungguh sulit menyatukan dua karakter itu dan entah apa yang membuat Meredith memilih Rebeca untuk menjadi penggantinya dalam misi Delta. "Jadi" Lova menjeda ucapannya, dia melangkah mendekati pada meja kerja Meredith lalu menatap sang kapten dengan intens "apa yang kau sembunyikan dariku?"Meredith terdiam sejenak, menarik napas dalam sebelum memberikan jawaban. "Atasan tahu tentang kedekatanmu dengan Caid Walton. Dia khawatir jika, diam-diam, pria itu mem
Lova baru saja keluar dari gedung CIA saat dirinya ditarik paksa oleh Emily. "Kenapa kau bisa disini?" Lova bertanya heran, Emily memang tau jika dirinya adalah agen. Emily juga yang sering membantunya membersihkan sampah masyarakat dan membantunya mencari target sasaran Emily nampak ragu sebelum akhirnya melirik pada sebuah mobil sedan hitam yang terparkir di seberang jalan "Mereka mencarimu" bisik Emily "sudah sejak tadi mereka mengikuti mu dan memintaku membawamu pada mereka" Tambahnya "Kau diancam?" Tanya Lova Emily mengangguk kaku "Nona Luvena" Seorang pria berjas rapi berjalan kearah mereka Lova menatap pria berjas rapi itu dengan penuh kewaspadaan. Langkahnya mantap, tatapannya dingin, dan cara ia menyebut nama Lova membuatnya merasa tak nyaman. Meski pria itu menunjukkan sopan santun, ada aura ancaman yang terasa. “Maaf mengganggu Anda, Nona Luvena” katanya dengan suara rendah dan penuh ketenangan. “Tolong ikut saya. Tuan kami ingin berbicara dengan Anda.” Lo
Dua minggu ini terasa sangat lama bagi Caid. Ia sibuk dengan para pengacau di monarki, untungnya menjadikan Lorenzo sebagai Sultan adalah hal yang mudah.Mereka juga mendapatkan daerah yang bebas dari pemerintahan, daerah yang dijadikan gudang senjata dan obat-obatan terlarangMarkas kelompok Oletros. "Kalian sudah bekerja keras dua minggu ini, pergilah ke manapun kalian suka" Ucap Caid pada keempat temannya. "Syukurlah, aku sudah merindukan Jenice" Ucap Lucius dengan senyuman tipisnya yang nampak seperti orang bodohLucius memang menyusul mereka saat kudeta mulai dilakukan, tentu saja setelah membuat keributan karena sang ayah mengetahui hubungannya dengan saudara angkatnya sendiri, sang ballerina terkenal. "Kukira kalian putus" Seloroh DaynLucius mendengus, memutar bola matanya malas "sampai matipun tak akan kubiarkan dia lepas""Ckk para orang gila ini""Sepertinya kau ketularan Caid" Tambah Dylan"Tentu saja tidak, aku masih jauh lebi
Magic Lounge, ChicagoSuasana malam itu memanas seiring dentuman musik yang memenuhi ruangan. Lampu-lampu redup yang berpendar warna ungu dan merah, menciptakan aura yang memikat di sekitar panggung. Sosok Angelic muncul dengan langkah percaya diri, mengenakan mini dress merah yang pas membalut tubuhnya, membuat setiap pasang mata tak bisa berpaling darinya. Rambut pirang sebahu tergerai dengan sempurna, menambah kesan menggoda yang melekat pada penampilannya. Riasan wajahnya tegas dan memikat, menonjolkan mata yang tajam dan bibir merah yang menggoda.Lova mulai bergerak seiring alunan musik, melangkah ringan namun penuh energi. Ia menari dengan gerakan yang sensual dan terlatih, memperlihatkan setiap lekuk tubuhnya dengan penuh percaya diri. Setiap gerakannya terukur, menghipnotis penonton yang kini terpaku, seolah terseret dalam pesona yang ia bawa. Saat ia memutar tubuhnya dengan lincah dan mendekati tiang yang menjadi pusat panggung, suara sorak-sorai dari pen
"Apa yang kau lamunkan?"Lova tersentak dari lamunannya saat suara Rick terdengar disebelah telinganya “Tidak ada" Jawabnya sambil tersenyum kecilLova mengedarkan pandangannya cepat, sejenak memastikan keadaan sekitar. “Di mana Mr Broker?" tanyanya, nadanya dibuat senetral mungkin.Rick terkekeh kecil, seolah pertanyaan itu tidak mengejutkannya. "Aleandro? Dia sudah pergi" jawabnya santai. "Sepertinya urusannya di sini sudah selesai, dan dia tidak suka berlama-lama."Lova menyembunyikan rasa kecewanya, berusaha tidak menunjukkan bahwa keberadaan Aleandro sebenarnya cukup penting baginya. Ia ingin tahu alasan Aleandro bekerja sama dengan Rick, terutama jika menyangkut senjata dan bisnis kotor seperti yang ia duga."Kau kecewa dia pergi?" Rick bertanya, suaranya penuh sindiran, seolah-olah sudah bisa membaca pikiran Lova.“Kenapa harus kecewa? Bukankah aku sudah menemukan yang lebih menarik di sini?” balas Lova, mengarahkan pandangan menggoda padanya.
Sebuah ide gila terlintas dibenak Caid, begitu yakin Lova sudah benar-benar menghilang dari Club. Pria itu turun dari mobilnya dan masuk ke dalam klub malam, langsung menuju bartender yang menyapa dengan ramah"Minuman jenis apa yang anda butuhkan tuan?" Bartender itu jelas tau siapa pria didepannya ini.“apapun, tambahkan afrodisiak didalamnya" katanya, tanpa basa-basi, menyodorkan senyuman miring yang penuh arti. Bartender mengangkat alis, terkejut tapi akhirnya mengangguk dan meracik minuman itu dengan cepat. Caid ingin memastikan pikirannya semakin kabur, lebih dalam lagi ke dalam ketidakwarasan yang ia pilih malam ini."Ini dia Tuan" Bartender itu memberikan sebuah gelas berisi cairan dengan aroma pekat. Matanya mengkode seorang pelacur disana untuk mendekat pada merekaSaat pelacur itu mendekat, ia menatap Caid dengan senyum penuh rayuan, seolah sudah terbiasa menghadapi pria yang mabuk dan tersesat dalam pikirannya sendiri. Pelacur itu menyentuh lengan
Sejak menjadi agen, Lova adalah orang yang paling konsisten dan berkomitmen tinggi. Dia memiliki prinsip Lova selalu menempatkan misinya di atas segalanya, menjaga jarak dari hal-hal yang dapat merusak fokus dan ketenarannya sebagai agen yang paling tangguh dan berdedikasi. Tapi Caid… pria itu, dengan segala pesona dan ketidakpastian yang ia bawa, selalu berhasil menembus lapisan tebal perlindungan yang Lova bangun. Saat ini, Lova berdiri di hadapannya, merasa lemah di bawah tatapan tajam Caid yang tidak biasa. "Kau seharusnya tidak di sini" bisik Lova, mencoba untuk mempertahankan nada tegas, namun suaranya justru terdengar rapuh. Dalam hatinya, ia tahu bahwa Caid adalah risiko yang tidak bisa ia hindari. Setiap kali ia berusaha menjauh, sesuatu dalam dirinya justru menariknya kembali. Ketika Caid akhirnya menarik diri sedikit, napasnya memburu, dan tatapan matanya semakin gelap, penuh keinginan yang liar dan tidak terkendali. “Tidak untuk saat ini, Love” bisiknya dengan suara s
“Kau suka tato ini?” Caid bertanya dengan serak, fokusnya kini tertuju pada wajah LovaLova mengalihkan pandangannya, merasa canggung namun juga tak mampu menyembunyikan rasa penasaran yang membara. Ia mengangguk pelan, meski dalam hatinya masih tersimpan banyak pertanyaan. "Kenapa... kenapa wajahku?" tanyanya lirih.Caid tersenyum tipis, matanya penuh intensitas yang memabukkan. "Karena kau satu-satunya yang memenuhi pikiranku, Love. Aku ingin kau selalu dekat, bahkan saat kau tak di sini."Lova merasakan wajahnya memanas. Caid bukan hanya pria yang obsesif, tetapi juga penuh dengan ketulusan yang tak biasa. Di satu sisi, ia merasa tergoda untuk melangkah lebih jauh, tetapi di sisi lain, ketakutan itu masih ada, ketakutan bahwa ini adalah jalan yang sulit dan penuh risiko."Bagaimana kalau orang lain melihatnya?" Lova bertanya, nada suaranya agak tegang.Caid tertawa pelan, memegang dagu Lova dan menatapnya dalam-dalam. "Tak ada yang akan melihatnya, Love. Hanya