Share

3. Pertemuan Pertama

Boston, Amerika 11.00 AM

“Relova” mendengar namanya dipanggil sontak gadis dengan rambut coklat yang diikat menjadi satu dan sebuah kacamata bulat dengan frame bening itu menoleh ke belakang.

Tampilannya disiang hari jauh berbeda dibanding saat malam hari. tetapi, meski Lova menggunakan kaca mata dengan setelah sederhana, dia tidak terlihat seperti mahsiswa kolot justru tampilannya terlihat lebih sederhana dan polos.

“Ya?” Jawabnya sambil tersenyum tipis

“Ha-hai aku Alex Ederson” ucapnya sambil menjabat tangan Lova

“Oke dan sepertinya kau sudah mengenalku” Lova tertawa kecil membuat pria itu salah tingkah namun tak ayal dia mengangguk meng’iya’kan ucapan Lova jika Alex mengenal wanita itu

“Emm, apa kau akan pulang?”

“Tidak, rencananya aku ingin ke perpustakaan lalu auditorium. Kau butuh sesuatu?” Lova bertanya bukan karena tak tau, namun Lova memilih pura-pura tak tau jika lelaki itu tertarik padanya.

“A-apa kau bisa membantuku dengan tugas Mrs. Suya. Aku tidak bisa mengerjakannya?” tanyanya malu-malu

“Kau kesusahan di bagian mana?” Tanya Lova masih dengan wajah polosnya

“Analisis Data” Jawab Alex cepat. Lova berpikir sebentar lalu mengangguk

“kau ingin mengerjakannya sekarang? Aku punya waktu 2 jam sebelum penerimaan penghargaanku” Tawar Lova, Alex mengangguk cepat

“Aku tau tempat yang nyaman untuk mengerjakan tugas, kita pergi menggunakan mobilku saja” Ucap Alex membuat Lova mengerutkan kening.

“Tidak perlu, kita kerjakan di sana saja. Akan memakan waktu lama untuk pergi ke tempat lain” Lova menunjuk sebuah café kecil yang tak jauh dari tempat mereka berdiri. Tanpa menunggu jawaban Alex, Lova melangkah lebih dulu meninggalkan pria itu.

Alex berbalik, menatap punggung Lova yang berjalan didepannya. Dia menghembuskan nafas pasrah, seharusnya dia jujur saja jika ingin mengajak Lova berkencan.

Hampir 2 jam berlalu begitu saja sejak Lova duduk di dalam café sambil membantu Alex yang mengetikan sesuatu pada laptopnya, Lova melirik jam tangannya lalu menatap Alex yang terus memperhatikan dirinya.

“Aku harus pergi sekarang, kau tinggal merapikan susunannya” Ucap Lova

“T-tunggu” Alex terlonjak lalu menahan tangan Lova “Biar ku antar, anggap saja sebagai ucapan terimakasih”

“Tidak perlu, aku masih ingat letak auditorium dengan benar” Lova tersenyum tipis, dia melepaskan tangan Alex yang menahan tangannya dan meninggalkan Alex.

Alex menatap Lova yang menjauh, dia tau alasan Lova menuju auditorium. Hari ini kampusnya kedatangan donatur besar dan Lova akan menerima penghargaan sebagai mahasiswa terbaik.  

Alex tersenyum miris, betapa beruntungnya pria yang menjadi kekasih Lova nanti, Lova bukan hanya cantik namun dia juga sangat pintar dan berbakat jadi tak heran jika banyak pria yang menyukainya meskipun tampilan Lova tidak seperti wanita glamour yang penuh dengan perhiasan di jurusannya.

Beralih pada Lova, wanita itu kini berada di dalam toilet sambil merapikan penampilannya. Tangannya membenarkan letak kacamata lalu beralih meraih handphone yang baru didapatnya semalam.

Ada sebuah pesan masuk dari satu-satunya nomor yang tersimpan di handphone itu, setelah mengirimkan balasan Lova langsung menonaktifkan handphone itu hingga mati total.

Lova memoleskan lipstick berwarna peach untuk menghiasi bibirnya. Wajah itu tersenyum lebar, menampakan kesan polos dan murni dalam tatapannya. Merasa cukup, Lova menyimpan lipstick itu dan membuka pintu toilet.

Bruk..

“Akh” Lova berdesis saat tubuhnya terjatuh ke lantai. Tubuhnya seperti menabrak sesuatu yang keras. Lova membenarkan letak kacamatanya lalu mendongak menatap objek yang menabraknya, tatapannya jatuh pada seorang pria yang juga sedang menatapnya datar. Jika Lova amati mungkin usia pria itu sekitar dua puluh lima tahunan.

 “Anda tidak berniat meminta maaf, sir?” ucap Lova sambil berdiri dan menepuk pakaiannya sendiri. Lova menatap pria itu, harus Lova akui pria itu terlihat sangat tampan dengan setelan kemeja dan jas mewahnya.

Caid menatap sosok wanita yang tanpa sengaja dia tabrak. Awalnya dia ingin ke toilet pria yang bersebelahan dengan toilet wanita namun sepertinya pria itu menemukan sesuatu yang menarik disini.

Mata abu-abunya menatap sosok wanita dengan tampilan sederhana itu. Selain sederhana, tidak ada kesan spesial yang Caid dapatkan tetapi ketika wanita itu sudah berdiri dan menatapnya dengan berani, mata hazel yang di halangi oleh kaca mata itu terlihat sangat menggoda bagi Caid.

Rasanya seperti ada sesuatu yang berbeda dari mata hazel itu atau mungkin karena bentuk matanya yang terlihat seperti seekor rubah licik. Caid tidak bisa menjelaskannya dengan benar karena kacamata itu menutupinya. Rasanya Caid ingin mengambil kacamata itu dan menatap matanya dengan lebih seksama.

“Sir?” Lova kembali membuka mulutnya. Caid tersadar namun pria itu tidak melakukan apapun selain menatap Lova tanpa ada tanda-tanda dirinya yang akan pergi. Untuk pertama kalinya Caid ingin terus menatap wajah wanita yang baru saja di tabraknya.

“Sepertinya gengsi anda terlalu tinggi hanya untuk sebuah kata maaf. Kalau begitu saya pergi dulu sir, semoga kita tidak bertemu lagi” Lova tersenyum manis lalu berlalu dari sana, meninggalkan Caid yang masih terdiam.

Lova berjalan dengan bibir yang terus menggerutu. Dia merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan lalu membuka pintu Auditorium. Lova mengernyit bingung, dia tidak menyangka jika Auditorium yang biasanya hanya terisi setengah itu kini sudah dipenuhi oleh para mahasiswi. Bahkan mereka memenuhi kursi bagian depan yang dekat dengan panggung.

Lova melangkah acuh, dia segera mencari kursi. Lova duduk dikursi kosong yang bersebelahan dengan seorang wanita cantik berambut pirang. Wanita itu sedang memoleskan lipstick merah pada bibirnya. Sepertinya wanita itu tidak menyadari jika Lova duduk disebelahnya.

“Andai aku tau jika Mr. Walton akan datang aku pasti akan lebih cepat ke sini dan mengambil kursi dibagian bawah” Ucap wanita itu pada seorang temannya yang juga berambut pirang namun lebih gelap.

“Aku yakin pasti Scarlet akan langsung mendekatinya dengan agresif” Seru temannya yang lain. Lova hanya diam sambil menatap kursi bagian bawah, letak kursi bagian bawah sangat berdekatan dengan panggung di auditorium itu. Lova mendapati seorang wanita dengan rambut merah yang Lova ketahui bernama Scarlet, wanita itulah yang menjadi bahan gossip orang di sampingnya.

“Apa menurutmu Scarlet akan berhasil? Kau lupa rumornya jika Mr. Walton itu pria yang sangat dingin dan panas secara bersamaan”

“Tapi dia juga sangat tampan” Sambung wanita disebelah Lova sambil terkikik geli

Lova menghela napas jengah. Wanita itu memfokuskan perhatiannya MC yang mulai menyapa dan membuka acara.

“Sambutan selanjutnya adalah sambutan dari donatur sekaligus alumni kampus kita, seorang pengusaha muda terkenal yang kini menjabat sebagai CEO Walton Corp. mari kita sambut dengan hormat Caid Walton!”

Lova menutup telinganya saat wanita di sebelahnya bertepuk tangan dengan kuat sambil bersorak pada seorang pria yang menaiki panggung dengan setelan jas mahalnya. Lova mengamati pria itu, mata coklatnya melotot. Pria itu adalah orang yang tadi menabraknya di depan toilet.

Mata coklat Lova terkunci pada pembawaan pria itu yang sangat berbeda dengan tadi. Di saat yang bersamaan mata abu-abu itu juga tertuju padanya. Tatapan mereka saling terkunci selama beberapa detik sebelum Lova membuang pandangannya kearah lain.

Pria itu, Caid Walton menampakan smirk tipisnya setelah sepasang mata coklat yang sempat bertatapan dengannya kini justru menghindarinya.

Caid terus menyampaikan sambutannya dengan tatapan yang tertuju pada satu titik. Seorang mahasiswi dengan rambut kuncir satu dan kacamata yang sangat ingin Caid lepaskan

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status