Setelah malam mencekam itu, hari-hari Lova berlalu seperti biasa, dia tetap kuliah dan berusaha mempertahankan citra sebagai mahasiswa teladan. Namun, perbedaannya adalah selama seminggu ini, dia tidak mengunjungi klub malam lagi. Ketidakpastian dan ketakutan menghantui pikirannya, membuatnya merasa seperti terjebak dalam situasi yang tidak pernah diinginkannya.
Ada sedikit penyesalan dalam diri Lova, menyesal karena tidak bisa menolong wanita itu.
Satu-satunya hal yang membuatnya merasa sedikit lebih tenang adalah saat dia bisa berbicara dengan Aleandro, yang selalu memberikan nasihat dan dukungan. Meski Aleandro tidak bisa benar-benar memberikan perlindungan fisik, kehadirannya memberikan sedikit rasa aman.
“Tenanglah, ini hanya paranoia” Lova berbisik pada dirinya sendiri, mencoba menenangkan hati yang berdebar.
Telpon Lova berdering, kali ini Emily yang menelponnya
“halo em, sudah menemukan pelakunya?” Tanya Lova
Lova mengenakan gaun hitam elegan yang dipilih dengan hati-hati, memastikan penampilannya sempurna. Dia tiba di hotel bintang lima, tempat yang mewah dan megah, mengindikasikan bahwa tamu yang akan dia temui malam ini benar-benar memiliki kekayaan dan pengaruh.Ketika dia memasuki lobi, seorang pelayan menyambutnya dan mengantarnya ke restoran eksklusif di lantai atas. Lova merasa sedikit gugup, meskipun dia terbiasa dengan situasi semacam ini. Namun, kali ini ada perasaan aneh yang mengganjal di hatinya, perasaannya menjadi buruk.Setibanya di restoran itu, Lova nampak terhenti sejenak, tempat itu sepi, tidak ada satupun pengunjung disana“Nona Angelic?” Seorang pelayan yang menyambutnya bertanya dengan sopan“Ya” Jawab Lova“Silahkan ikuti saya nona”Lova mengikuti pelayan yang memandunya menuju tangga melingkar yang mengarah pada lantai dua“Apa pria itu yang melakukannya? Membuat tempat in
Setelah pertemuan yang intens di restoran mewah, Lova kembali ke apartemennya dengan pikiran yang penuh. Meskipun dia berhasil mempertahankan perannya sebagai Angelic, ada momen-momen selama makan malam di mana dia merasa Caid terlalu dekat pada kebenaran.Bahkan saat dalam perjalanan pulang, Lova merasa harus memilih jalan memutar agar orang yang mengikutinya tidak tahu di mana lokasinya“Sungguh sial!!”Lova melepas sepatu hak tingginya dan melempar tasnya ke sofa "Apa pria itu tau?" gumamnya pada diri sendiriAndai Lova tahu jika pelanggannya malam ini adalah Caid Walton, Lova jelas akan langsung menolaknya. Caid bukan orang sembarangan; dia cerdas dan penuh perhatian, lebih dari yang Lova perkirakan sebelumnya.Lova berjalan ke jendela besar apartemennya, menatap keluar ke pemandangan kota yang gemerlap di malam hari. Lova mencoba menenangkan pikirannya, mengingat percakapan mereka dan mencari tahu bagian mana yang mungkin telah mem
Suasana hati Love cukup tenang, mengingat sudah 2 hari tidak ada masalah apapun dengan identitasnya sebagai Relova Luvena maupun Angelic. Dia juga tidak berurusan dengan Caid Walton, yang Lova tahu pria itu sibuk berkencan dengan seorang model, itulah berita yang sedang heboh belakangan iniLova masuk ke ruang rektor, dia disambut oleh rektor yang duduk di belakang meja kerjanya yang besar dan megah.“Ah, Lova, terima kasih sudah datang” Sang Rektor menyambut Lova dengan senyum ramahLova membalas dengan senyum yang tak kalah ramah, dia cukup akrab dengan Hudson karena pria itu tahu jika Lova adalah mahasiswa terbaik di universitas Boston ini.“Saya ingin meminta bantuanmu untuk sesuatu yang agak mendesak.”Lova mengangguk, mencoba terlihat profesional. “Tentu, Sir. Apa yang bisa saya bantu?” tanyanya sambil tersenyumRektor memulai dengan nada yang agak serius “Salah satu donatur besar k
Kelas Lova berakhir lebih cepat namun Lova berharap jika kelas itu tidak akan pernah berakhir.Lova merasa malas jika harus menemui Caid‘aku tahu kau sudah selesai, temui aku diparkiran dosen sekarang’Sebuah pesan membuat mata Lova membelalak, bagaimana bisa Caid mendapat nomor pribadinya?? Kebingungan menghantui pikirannya. Dia berusaha menenangkan diri sebelum mengetik balasan. “Baiklah, aku akan segera ke parkiran.”Setelah mengumpulkan barang-barangnya dengan cepat, Lova meninggalkan ruang kelas dan menuju parkiran kampus. Suasana parkiran itu cukup sepi, mungkin karena parkiran ini memang dikhususkan untuk para dosen dan letaknya di bagian belakang. Hanya ada 4 mobil yang terparkir di sana dan salah satunya adalah milik Caid.Saat Lova tiba di tempat parkir, dia melihat Caid berdiri di samping mobilnya, tampak santai dan elegan. Caid memandangnya dengan senyuman yang tampaknya penuh arti.“Relova” s
New york, USALova menggandeng tangan Caid memasuki ballroom sebuah hotel mewah yang Lova yakini 100 persen adalah milik keluarga Walton. Hal itu karena nama hotel ini adalah Wtons, singkatan dari nama belakang CaidBallroom itu dipenuhi dengan para tamu yang mengenakan gaun dan jas glamor. Ketika mereka memasuki ruangan, suasana seketika berubah, dan banyak mata tertuju pada mereka.Caid, dengan sikap percaya dirinya yang khas dan gaun Lova yang anggun, membuat mereka menjadi pusat perhatian malam itu.Di tengah kerumunan, Caid mengangkat tangan dan melambai kepada seorang pria tua yang berdiri bersama beberapa orang lainnya. Pria itu, Calton, adalah ayah Caid. Calton adalah pria yang berwibawa dengan rambut abu-abu dan mata yang tajam, mengenakan jas yang elegan namun sederhana.“Dad!” seru Caid sambil melangkah mendekatCalton tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Caid. “Caid, putraku. Selamat
Ting..Dentingan gelas terus beradu, memenuhi ruangan dengan suara yang halus namun penuh dengan kemewahan. Lova tetap berada di sisi Caid, mengikuti setiap gerakannya dengan penuh ketenangan. Saat itu, seorang pria lain mendekati mereka, membawa dua gelas minuman berkilauan. Dia mengulurkan salah satunya kepada Caid dengan senyum penuh hormat.“Mr. Walton, selamat atas pencapaianmu” katanya sambil memberikan gelas tersebut.Lova dengan cepat mengambil gelas itu dari tangannya “Izinkan aku yang meneguknya lebih dulu” ucap Lova, suaranya lembut namun tegas.“Oh silahkan..” Pria yang membawa gelas itu menatap Lova dengan senyum senang.Mereka nampak berbincang sejenak sebelum pria itu pergi meninggalkan mereka“Namanya Riki Yamazaki, dia keturunan Jepang” Caid mengenalkan pria yang tadi menyapanyaLova mengangguk pelan. Sejak tadi Caid memang selalu memberitahu nama orang-orang yang menyap
“Hidupmu terlalu merepotkan” celetuk Lova dengan nada setengah bercanda setelah Steve dan putrinya menjauh.Caid tertawa kecil, senyum tpis yang mengejek menghiasi wajahnya yang tampan. “Bukankah hidupmu jauh lebih merepotkan” Caid menjeda sejenak, dia meraih gelas alcohol yang dibawakan oleh seorang pelayan “Hidup dengan dua identitas yang berbeda”“Aku menyukainya” Jawab Lova singkatCaid tersenyum tipis lalu menyesap minumannya dan Lova memperhatikan Caid“Bukannya kau bilang ingin tetap sadar?” Tanyanya“Satu gelas tidak akan membuatku mabuk”Lova mengangkat alisnya dengan sedikit skeptis, tetapi tidak berkata apa-apa. Dia tahu Caid cukup kuat untuk menahan satu atau bahkan puluhan gelas minuman tanpa kehilangan kendali, namun tetap saja, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengamati gerak-gerik Caid dengan lebih seksama.“Yakin? Kau tampaknya cukup
Aleandro Broker, pria berusia 43 tahun itu adalah rekan kerja Calton, ayah Caid. Pria itu datang sebagai CEO perusahaan yang memenangkan tender untuk perumahan elite yang Caid resmikan malam iniDengan setelan jas mahal dan aura old money, Aleandro berjalan menuju sang tokoh utama malam ini, Caid Walton.Awalnya ekspresi wajahnya tenang dan nampak ramah, namun ketika melihat siapa wanita yang mendampingi Caid, ekspresi ramahnya digantikan dengan amarah dan kekesalanLangkahnya menuju Caid semakin cepat dan kuat“Selamat malam Mr Walton” Aleandro menyapa tetapi pandangannya fokus pada Lova“Aleandro…” Lova bergumam pelan namun Caid masih bisa mendengarnyaCaid, yang tidak melewatkan perubahan ekspresi Aleandro dan kegelisahan Lova, tersenyum tipis.Bukankah Aleandro Broker ini salah satu pelanggan Angelic, bagaimana perasaan pria itu melihat Angelic berakhir dengannya, pasti sangat menyenangkan.De