Share

2. Caid Walton

Penulis: Strrose
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-30 12:43:26

President Private Suite Room, Hotel in Milan, Italia

03.32 AM

“Shit!” Pria dengan tubuh atletis itu mengumpat sambil mendorong wanita seksi yang berada di depannya dengan kasar. Mata abu-abu itu menatap penuh amarah

“Sudah ku bilang jangan pernah menciumku!” Pria itu mengusap bibirnya dengan punggung tangan, seakan jijik dengan tingkah wanita yang baru saja mencium dirinya. Membuat wanita itu menatapnya dengan bingung akan penolakan sang pria

“Bukankah kita harus berciuman sebelum bermain, Caid?” Seru wanita berpakaian minim yang sudah nyaris terbuka bagian depannya.

“Kau sudah melanggar persyaratan nya Georgina” Suara berat dan sarat akan aura berbahaya itu sontak membuat tubuh Georgina memanas. Matanya menatap sosok Caid dengan penuh damba, dia mendekat dengan sensual lalu memeluk tubuh Caid dan mengusap dada pria itu.

“Itu hanya ciuman Caid, kenapa kau sensitive sekali” Ucap Georgina dengan suara yang dibuat manja.

Jika pria lain mungkin mereka akan langsung menerjang Georgina secara spontan, terlebih lagi wanita itu sudah bermain pada area sensitif seorang pria yang masih tertutup pakaian.

Namun berbeda dengan Caid, pria yang sangat rupawan itu menyorotkan mata abu-abu dalamnya pada si wanita murahan yang baru saja di bawanya dari sebuah club ternama di Milan.

“Lepas!” Suara beratnya kembali terdengar

“Tidak mau! Kita bahkan belum memulainya” Georgina memeluk tubuh Caid semakin erat, dia menempelkan dadanya pada Caid, tubuhnya bergerak menggesek bagian sensitive tubuh Caid, merangsang pria itu agar mau menyerangnya.

“Pergi! Aku akan tetap mengirimkan uangnya padamu” Caid menggeram. Dia melepaskan tangan wanita itu dan menepisnya kasar hingga Georgina menampakan raut tak terima. Jelas dia tidak terima jika ini adalah kesempatan emasnya untuk menjadi wanita Caid Walton, pewaris Walton grup.

“Tapi kenapa? Kita belum melakukannya, kau juga belum puas denganku kan?” Tanya Georgina, dia menatap Caid dengan mengigit bibir merahnya, berusaha menggoda pria berkemeja hitam dengan dua kancing yang sengaja dibuka menampakan tubuh sempurna pria itu.

Caid mengabaikan Georgina, dia melangkah menuju balkon dan menyalakan rokoknya. Kepulan asap keluar dari bibir tebal seksi Caid, dia menghembuskan asap itu sambil menatap kota Milan yang sangat terang meskipun cuaca hari ini sangat dingin.

Kegiatan Caid terhenti kala sepasang tangan melingkari pinggangnya, tanpa menolehpun Caid tau jika itu adalah Georgina. “Disini dingin, ayo masuk, aku akan menghangatkanmu” Ucap Georgina dengan mendayu. Dia menempelkan tubuh terbukanya yang tidak mengenakan pakaian apapun agar aksinya berjalan lancar.

“Telingamu itu hanya pajangan ya?” tanya Caid tanpa menghentikan kegiatan menatap kota Milan sambil menyesap rokoknya.

“Telingaku masih berfungsi dengan baik apalagi jika bisa mendengar geramanmu yang terus menerjangku dengan kasar.. Uh aku bahkan tidak sanggup membayangkannya” Ucap Georgina dengan erotis, tubuhnya sudah terlalu mendamba sosok Caid. Pria paling sempurna yang menjadi incaran kaum hawa di benua eropa ini.

“Kau sangat liar dan keras kepala, Georgina. Dan kau tau…” Caid membalik tubuhnya, dia menatap Georgina dengan sebelah sudut bibir yang terangkat, membentuk seringaian yang justru membuat tubuh Georgina semakin meremang.

“Yes Caid” Jawab Georgina lemah terlebih saat tangan kekar mengelus lehernya

“Aku selalu menghabisi orang yang telah mengabaikan ucapanku!” Caid bisa melihat Georgina yang menegang. Dia menatap tubuh telanjang wanita itu dengan tatapan menilai lalu mendekatkan kepalanya di samping wajah Georgina. Tangannya mencengram leher wanita itu

“Harusnya kau pergi saat aku memaafkanmu karena melanggar persyaratan kita tapi kau justru mengabaikan ucapanku!” Bisik Caid pada telinga Georgina. Seringain Caid semakin melebar saat tubuh wanita itu mulai bergetar di bawah kendalinya. Dengan kasar dia menarik Georgina masuk ke dalam kamar hotel.

Dia melemparkan Georgina pada ranjang. Rintihan kesakitan wanita itu tak menghentikan aksi kejinya. Caid menyalurkan bakat melukisnya pada tubuh Georgina. Penyiksaan itu berakhir dengan seprai yang terpenuhi oleh warna merah, warna kesukaan seorang Caid Walton. Senyum lebar terpatri dibibirnya saat melihat sosok Georgina yang terkapar tak berdaya.

“Kau lemah sekali, sepertinya aku harus mencari hiburan baru” dia menampakan senyum meremehkan lalu menjauh dari ranjang sambil melepaskan kemejanya yang dipenuhi darah milik Georgina

“Brain, bersihkan kamar hotelku” Perintahnya pada seorang pria yang menunggu tepat di lorong kamar hotel. Caid melewati lorong hotel itu dengan santai, lorong itu sepi tanpa seorang pun dilantai tersebut.

-

Boston, Amerika

Seorang reporter di dalam telivisi tengah membacakan script mengenai berita kematian. Yang tewas adalah seorang wanita muda dan diketahui sebagai wanita penghibur. Namun bukan identitas sang korban yang menjadi bahan pembicaraan melainkan lokasi wanita itu yang ditemukan pada sebuah kamar hotel mewah milik keluarga Walton.

“Dimana Caid?” Pria berumur akhir 50 tahunan itu bertanya pada seorang pria berjas hitam yang berdiri di dekatnya

“Tuan muda belum kembali dari Milan, Tuan” Pria berjas itu menjawab pertanyaan dari tuannya

“Ah, anak itu” Pria tua itu melepaskan kacamatanya dan memijit pangkal hidungnya. Dia meraih ponselnya dan menelpon sang putra yang berada di negara bagian lain

“Kau benar-benar ingin membuatku bangkrut ya” Ucap Calton, Ayah Caid begitu panggilan telponnya terhubung

“Ayolah itu cuma sekali, Dad. Lagipula jika Daddy bangkrut pun aku masih bisa menghidupi Daddy” Jawab Caid di sebrang sana.

“Cuma sekali dalam bulan ini. Jangan lupa kau sudah banyak membuat nyawa orang menghilang, Caid” Calton menghela nafas. Ia tahu betul sudah berapa banyak nyawa yang diambil oleh putranya itu.

Caid tertawa pelan “Bukannya itu ajaran Daddy” Seru Caid dengan nada berat, ada banyak emosi tertahan dalam ucapannya namun tatapan pria itu sangat jauh berbeda dari perasaannya yang tersembunyi.

Calton terdiam. Dia memang mengajarkan Caid untuk memberantas para penganggu yang berani mengusiknya, didikan yang Calton berikan tergolong keras dan kejam karena Calton ingin putranya itu dapat berdiri dengan kokoh tanpa goyah. Namun dia tidak menyangka jika putranya yang sekarang itu bagaikan mesin pembunuh.

“Mommymu pasti akan marah jika tahu”

“Mommy tidak akan tahu Dad, selama aku ataupun Daddy tidak memberitahukannya”

“Dengar Caid, kau tidak seharusnya melakukan hal itu, kontrol emosimu dengan benar”

“Jadi maksud Daddy aku tidak bisa mengontrol emosi, begitu?” Tanya Caid dengan tawa kering. Calton menghela nafas, dia sendiri bahkan tidak bisa menebak bagaimana sosok asli putranya itu dan sekarang dia seolah ingin berperan sebagai ayah yang baik, hah lucu sekali.

“Jadi kapan kau akan mengambil alih perusahaan?” Akhirnya hanya pikirkan itulah yang mampu Calton ucapkan

Bukannya Dad sudah mengubah kepemilikan perusahaan atas namaku” Sela Caid

“Dari mana kau tau?” Tanya Calton dengan semirk di bibirnya

“Aku menerima undangan dari kampus, katanya untuk CEO Walton Grup” Seru Caid dengan nada mengejek hingga membuat Calton tertawa.

“Jadi kapan kau akan ke Boston?“

“Aku kembali lusa setelah membereskan beberapa hama yang sudah menggelapkan uangku disini”

“Baiklah, bersenang-senanglah di sana sebelum kau disibukkan dengan tugas sebagai CEO Walton grup” Pada akhirnya Calton selalu mendukung apa yang putranya lakukan bahkan jika putranya lebih memilih untuk menghabisi musuhnya secara langsung dari pada memasukkannya ke penjara.

Bab terkait

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   3. Pertemuan Pertama

    Boston, Amerika 11.00 AM“Relova” mendengar namanya dipanggil sontak gadis dengan rambut coklat yang diikat menjadi satu dan sebuah kacamata bulat dengan frame bening itu menoleh ke belakang.Tampilannya disiang hari jauh berbeda dibanding saat malam hari. tetapi, meski Lova menggunakan kaca mata dengan setelah sederhana, dia tidak terlihat seperti mahsiswa kolot justru tampilannya terlihat lebih sederhana dan polos.“Ya?” Jawabnya sambil tersenyum tipis“Ha-hai aku Alex Ederson” ucapnya sambil menjabat tangan Lova“Oke dan sepertinya kau sudah mengenalku” Lova tertawa kecil membuat pria itu salah tingkah namun tak ayal dia mengangguk meng’iya’kan ucapan Lova jika Alex mengenal wanita itu“Emm, apa kau akan pulang?”“Tidak, rencananya aku ingin ke perpustakaan lalu auditorium. Kau butuh sesuatu?” Lova bertanya bukan karena tak tau, namun Lova memilih pura-pura tak tau jika lelaki itu tertarik padanya.“A-apa kau bisa membantuku dengan tugas Mrs. Suya. Aku tidak bisa mengerjakannya?” t

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   4. Perasaan yang buruk

    Sorakan terdengar semakin keras saat Caid Walton menyelesaikan sambutannya, Lova ikut bertepuk tangan sebagai formalitas. Lova sadar jika dari tadi pria itu selalu menatap ke arahnya.Lova tidak masalah dengan hal itu, yang mengusiknya bukanlah tatapan Caid melainkan pekikan wanita pirang di sebelahnya saat wanita itu mengira jika Caid menatap kearah mereka. Mau menjelaskan jika yang ditatap adalah dirinya? Hey nanti yang ada Lova dikira terlalu percaya diri.Sang MC kembali berdiri di tengah panggung sambil terus berbicara. Lova tidak terlalu memperhatikan karena wanita pirang di sebelahnya itu sangat hiperaktif. Merasakan jika telinganya mulai sakit, Lova menghela nafas pelan dan menatap wanita itu“Permisi” Wanita itu menoleh, dari tatapannya saja Lova bisa menebak jika wanita itu tau tentang dirinya ”Bisa pelankan sedikit suaramu, itu mengangguku” Lova berucap dengan nada manisnya“Oh Lo-lova, maaf menganggumu” Wanita itu mencicit. Lova yakin jika dia baru sadar jika Lova sudah du

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   5. Menarik perhatian iblis

    “Ku kira kau tidak akan kemari? Bukannya kau sudah mendapatkan mainan baru?” Dayn bertanya pada seorang pria dengan setelan kemeja hitam yang dipadukan dengan celana kain dengan warna serupa yang baru saja duduk di kursi ruangan mereka, pria itu tidak lain adalah Caid WaltonSetelah sibuk dengan semua jadwalnya akhirnya Caid dapat merilekskan dirinya di club malam ini. Tapi jangan salah, tempat yang di datanginya bukanlah club malam biasa, tidak sembarang orang bisa masuk ke tempat seperti ini.Hanya orang-orang dari kelas tertentu yang bisa kemari, hal itu kerena semua identitas baik para tamu, penghibur, bahkan pelayan sekalipun menjadi rahasia yang tidak bisa disebarluaskan.“Dia sudah mati” Sahut Caid santai. Lucius tertawa pelan. Dia tau jika Georgina pasti akan memancing amarah seorang Caid“Sepertinya memang Jess yang terbaik untukmu” Sahut Dayn membuat Caid mendengus.“Sayang sekali kau pergi ke Italia kemarin padahal jika kau berada disini kau bisa bertemu Angelic” Seru Luci

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   6. Penyusup kecil

    Jemari Lova bergerak dengan lihai pada keyboard laptopnya. Cahaya dari layar laptop memantul di wajahnya, menampilkan fokus dan konsentrasi yang mendalam. Di layar, baris-baris kode dan jaringan keamanan sebuah perusahaan mulai muncul.Clik.. bunyi sistem keamanan yang berhasil Lova bobol membuat bibirnya tersenyum lebar"Mari kita lihat apa yang sebenarnya mereka sembunyikan." Lova bergumam dengan senyum lebar dibibirnyaLova telah menghabiskan waktu terakhir untuk mempelajari sistem keamanan perusahaan Malkin, sebuah perusahaan besar yang dikenal di bidang eksport import minyak bumi.Secara kebetulan Malkin bukan hanya nama perusahaan, tapi juga nama belakang dari pria yang berkencan dengannya minggu lalu. Atau lebih tepatnya, pria yang mengundangnya untuk makan malam dalam rangkaian "kencan" nya."Wah, mereka benar-benar buruk" gumam Lova, matanya menyipit saat dia mulai membaca beberapa dokumen yang dia temukan di folder rahasia perusahaan. Isi dokumen itu mengejutkan. Di dalamnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-13
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   7. Hide and seek

    “Ada apa denganmu?” tanya Dylan yang menyadari perubahan ekspresi wajah CaidCaid menoleh ke arah Dylan dengan mata yang berkilat. Jari telunjuknya bergerak mengetuk meja dengan seringaian lebar"Penyusup ini... dia sangat terampil. Melihat cara dia menembus sistem kita, dia bukan hacker sembarangan. Ini semacam seni baginya."Dylan mengerutkan kening, mencoba memahami maksud Caid sebelum akhirnya melotot tak percaya "Jadi kau kagum pada orang yang merugikan kita?"Caid mengangguk, masih dengan seringai di wajahnya. "Ya, harus kuakui, sedikit kagum. Banyak orang yang mencoba menembus sistem kita, baik kembaranmu, Enid maupun Lucius, kita semua memiliki kemampuan dan keamanan diatas rata-rata, tapi ini adalah salah satu serangan yang paling tajam yang pernah kulihat. Siapapun dia, dia tahu apa yang dia lakukan dan itu membuatku tertarik." Caid menjelaskan dengan panjang hingga membuat Dylan tercengang. Dylan terkejut karena Caid tidak pernah me

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-14
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   8. Yang tidak perlu diketahui

    Relova Luvena, berbicara tentang masa lalunya hanya akan dipenuhi dengan kisah sedih. Kisah tentang bagaimana ayah dan ibunya selalu bertengker lalu berpisah. Kisah tentang Lova yang ditinggalkan hingga berakhir dipanti asuhan. Dan kisah bagaimana bodohnya dia mencintai seorang duda berusia 43 tahun, Aleandro Broker.Meskipun ditolak berulang kali, Lova tetap setia mencintai pria matang itu.Pesona Angelic mungkin berguna bagi banyak pria namun tidak untuk Andro, pria itu memperlakukan dirinya sebagai anak kecil yang butuh perlindungan dan itulah yang membuat Lova jatuh cinta padanya“Angelic” suara Chosette terdengar tegas, namun dengan nada yang lembut, membangunkan Lova dari lamunannya.Chosette, dengan penampilannya yang selalu rapi dan seksi, adalah sosok yang dikenal sangat tegas di klub. Dia adalah penanggung jawab yang memastikan semuanya berjalan lancar dan memastikan kerahasiaan semua pengunjung. Di balik sikapnya yang keras, Lova ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   9. Pelanggan baru

    Setelah malam mencekam itu, hari-hari Lova berlalu seperti biasa, dia tetap kuliah dan berusaha mempertahankan citra sebagai mahasiswa teladan. Namun, perbedaannya adalah selama seminggu ini, dia tidak mengunjungi klub malam lagi. Ketidakpastian dan ketakutan menghantui pikirannya, membuatnya merasa seperti terjebak dalam situasi yang tidak pernah diinginkannya.Ada sedikit penyesalan dalam diri Lova, menyesal karena tidak bisa menolong wanita itu.Satu-satunya hal yang membuatnya merasa sedikit lebih tenang adalah saat dia bisa berbicara dengan Aleandro, yang selalu memberikan nasihat dan dukungan. Meski Aleandro tidak bisa benar-benar memberikan perlindungan fisik, kehadirannya memberikan sedikit rasa aman.“Tenanglah, ini hanya paranoia” Lova berbisik pada dirinya sendiri, mencoba menenangkan hati yang berdebar.Telpon Lova berdering, kali ini Emily yang menelponnya“halo em, sudah menemukan pelakunya?” Tanya Lova

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   10. Siapa dirimu?

    Lova mengenakan gaun hitam elegan yang dipilih dengan hati-hati, memastikan penampilannya sempurna. Dia tiba di hotel bintang lima, tempat yang mewah dan megah, mengindikasikan bahwa tamu yang akan dia temui malam ini benar-benar memiliki kekayaan dan pengaruh.Ketika dia memasuki lobi, seorang pelayan menyambutnya dan mengantarnya ke restoran eksklusif di lantai atas. Lova merasa sedikit gugup, meskipun dia terbiasa dengan situasi semacam ini. Namun, kali ini ada perasaan aneh yang mengganjal di hatinya, perasaannya menjadi buruk.Setibanya di restoran itu, Lova nampak terhenti sejenak, tempat itu sepi, tidak ada satupun pengunjung disana“Nona Angelic?” Seorang pelayan yang menyambutnya bertanya dengan sopan“Ya” Jawab Lova“Silahkan ikuti saya nona”Lova mengikuti pelayan yang memandunya menuju tangga melingkar yang mengarah pada lantai dua“Apa pria itu yang melakukannya? Membuat tempat in

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-17

Bab terbaru

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (3) Cemburu dengan anak

    Lova duduk di kursi makan dengan ekspresi tenang, tetapi jantungnya berdebar kencang. Dia telah menyiapkan sarapan untuk Matthias, yang sedang menggambar sesuatu di buku kecilnya. Caid duduk di seberangnya, membaca laporan di tablet, terlihat seperti biasa: tenang, mendominasi, dan mengendalikan segalanya."Aku hamil" kata Lova tiba-tiba, memecah keheningan dengan suaranya yang terdengar datar tapi penuh tekad.Caid menghentikan gerakan tangannya yang hendak mengambil secangkir kopi. Mata gelapnya beralih dari tablet ke wajah Lova, terpaku pada ucapan yang baru saja keluar dari bibirnya. Sekilas, ia tampak bingung, seolah otaknya membutuhkan waktu untuk mencerna informasi itu.“Aku hamil” Lova mengulang lagiKeheningan yang terjadi setelah kata-kata itu terasa berat, seperti udara di sekitar mereka mendadak berubah. Caid menatap Lova lekat-lekat, ekspresi wajahnya sulit ditebak. Jari-jarinya yang masih menggenggam tablet perlahan melonggar, hi

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (2) So Hot

    Caid menghentakan miliknya, memompa inti Lova hingga sampai pada klimaksnya. Dihentakannya dalam-dalam pinggangnya sekali lagi, tubuh mereka bergetar dalam gelombang gairah yang saling memenuhi.Ditariknya benda panjang nan berurat itu kemudian melepaskan pengaman yang berisi cairan putih kental miliknya.Keringat menetes di pelipis keduanya, namun hanya satu yang terlihat puas. Lova mendengus keras, matanya menyipit tajam saat menatap pria di atasnya.“Kenapa kau selalu main aman?” Lova bertanya dengan nada kesal, napasnya masih memburu. “Aku ingin anak lagi, Caid. Apa kau bahkan memikirkannya?”Caid menundukkan kepala, menyentuh wajah Lova dengan lembut, tetapi senyumnya yang santai hanya membuat Lova semakin frustrasi. “Matthias baru tiga tahun, Love. Kau serius ingin anak lagi sekarang?”“Ya! Aku serius” tegas Lova, menyingkirkan tangan Caid dari wajahnya.Caid tertawa kecil mendengar

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (1) Family

    3 tahun kemudian..."Di mana Matthias?" Lova memutar tubuhnya, mencari putranya yang seharusnya berada di kamar bermain.Seorang pelayan mendekat dengan ekspresi cemas. "Nyonya, saya baru saja melihat tuan muda keluar melalui pintu belakang."Jantung Lova berdebar keras. Matthias jarang sekali pergi tanpa memberitahu. Ia tahu putranya yang berusia empat tahun itu pintar dan penuh rasa ingin tahu, tapi naluri keibuannya langsung membuatnya khawatir.Lova melangkah keluar dengan tergesa, sepatu haknya membuat suara berirama di lantai. Ketika ia mencapai taman belakang, ia mendengar suara sesuatu yang mencurigakan.Bang!Lova terhenti. Suara itu adalah tembakan—dan itu berasal dari arah taman yang lebih dalam. Jantungnya seolah berhenti sejenak. Tanpa berpikir panjang, ia berlari ke arah suara itu.Di sana, Matthias berdiri dengan sebuah pistol kecil di tangannya. Tubuh mungilnya berdiri tegak, matanya yan

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 33. Racing the limit (End)

    Setelah pernikahan yang menguras emosi, Dylan membawa Lumia ke sebuah tempat yang sejak awal ia siapkan dengan hati-hati. Sebuah mobil meluncur melewati jalan kecil yang diapit oleh pepohonan, sebelum akhirnya berhenti di depan sebuah rumah yang megah namun terasa hangat.Lumia turun dari mobil dengan perlahan, matanya terfokus pada rumah di depannya. Ia berdiri diam beberapa saat, mencoba mencerna perasaannya. Rumah itu terasa aneh baginya—familiar namun seperti mimpi yang lama terkubur.“Dylan...” panggilnya pelan, suaranya hampir bergetar. “Ini...?”Dylan mendekatinya, menyelipkan tangan ke pinggangnya dengan lembut. “Masuklah. Lihatlah lebih dekat.”Lumia mengikuti Dylan memasuki rumah itu, langkahnya terasa berat karena perasaan gugup yang membuncah. Begitu pintu utama terbuka, ia langsung disambut oleh interior yang begitu detail, hingga membuat dadanya berdebar kencang. Setiap sudut rumah itu terasa seperti

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 32. Measure of sorrow

    Kamar Lumia dipenuhi aroma bunga segar dan suara gemerisik sutra. Lumia berdiri di depan cermin besar, mengenakan gaun putih sederhana namun elegan, dengan renda yang menjuntai hingga lantai. Cahaya matahari pagi menyinari rambutnya yang dibiarkan tergerai, memberikan kilauan keemasan yang membuatnya tampak memukau."Kau terlihat seperti malaikat, sangat cantik" ujar seorang wanita yang membantu menyempurnakan veil pengantinnya.Lumia hanya tersenyum kecil, tetapi ada kilatan gugup di matanya.Pintu terbuka, ayahnya, Petrus, muncul dengan setelan kemeja putih rapi yang dipadukan dengan jas abu-abu tua. Wajahnya tampak serius, tetapi sorot matanya menyiratkan kebanggaan yang sulit disembunyikan.“Lumia” panggilnya lembut, suaranya sedikit serak. Ia berjalan mendekat, memperhatikan putrinya yang kini terlihat begitu dewasa dan cantik“Papa..” Lumia berseru lirih. Rasanya dia hendak menangis namun dia tak enak dengan perias yan

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 31. Reveal

    Lumia menatap cincin di jari manisnya dengan campuran perasaan yang sulit dijelaskan. Cincin itu tidak berkilau mewah, tetapi desainnya elegan, seolah-olah Dylan tahu bahwa ia tidak menyukai sesuatu yang berlebihan.Namun, yang lebih membuatnya gelisah adalah momen ketika cincin itu dipakaikan ke jarinya—begitu mendadak, tanpa persiapan, tanpa janji, dan di depan ayahnya yang sakit.Ia menghela napas panjang, pikirannya melayang ke detik-detik itu.Dylan berdiri di hadapannya dengan raut serius, sementara Petrus mengangguk kecil, memberikan persetujuannya tanpa banyak bicara. Lumia bahkan tidak sempat memproses semuanya sebelum Dylan berlutut, mengeluarkan cincin dari sakunya, dan menatap matanya dengan intens.Lumia bahkan belum mengenal siapa pun dari keluarga Dylan. Orang tua pria itu, saudara, bahkan masa lalunya yang lebih dalam—semuanya adalah misteri baginya. Lumia mengerti bahwa Dylan bukan tipe orang yang suka membuka diri, tetapi jik

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 30. Lamaran

    Lumia tak bisa tenang selama disekolah, karena itu baru 10 menit sejak kelas pertama, dia langsung izin untuk pulang untuk menemani papa-nya. Namun apa yang didengarnya setelah sampai dirumah sungguh membuat dunia terasa hampaPapanya sakit dan Lumia tak tahu sama sekali“Mia...”“Apa yang sebenarnya terjadi, Pa?” tanyanya akhirnya, suaranya serak, hampir berbisik. Air mata yang ia tahan mulai memburamkan pandangannya. “Kenapa Papa tidak bilang apa-apa padaku?”Petrus menghela napas panjang, menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan lelah. “Papa tidak ingin kau khawatir, sayang. Kau masih muda, masih punya banyak hal yang harus kau pikirkan. Papa tidak ingin menjadi beban untukmu.”“Beban?” suara Lumia meninggi, nada protes yang bercampur kesedihan. “Papa bukan beban! Aku ini anak Papa, aku berhak tahu! Aku bisa membantu! Kenapa Papa malah menyembunyikan ini dariku? Apa papa akan pergi t

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 29. Father's plan

    “Kau tak sehat, Puppy?” tanya Dylan, matanya memeriksa dengan cermat wajah Lumia yang tampak sedikit lebih pucat dari biasanya. Mereka sudah berada di mobil dalam perjalanan menuju sekolah, dan meskipun Lumia mencoba terlihat baik-baik saja, Dylan tahu ada sesuatu yang mengganggunya.Lumia tersenyum tipis, berusaha menutupi kecemasan di dalam dirinya. “Aku baik-baik saja, Dylan,” jawabnya dengan suara lembut, meski nada itu terdengar sedikit terpaksa.Dylan meliriknya dari kursi pengemudi, matanya tetap fokus ke jalan, tetapi ekspresinya tetap tajam. “Kau yakin? Kau... lebih diam dari biasanya.”Lumia menoleh ke luar jendela, mencoba menghindari tatapan Dylan. "Aku cuma sedikit capek, itu saja" jawabnya pelanBahkan setelah sampai disekolahpun Lumia langsung keluar dari mobil Dylan, tak ada basa basi seperti kecupan ringan yang biasanya mereka lakukan dan Dylan hanya bisa memaklumi keadaan LumiaDylan menatap pun

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 28. Distance

    “Selama papa tak ada, kau aman saja kan?” Petrus bertanya, suaranya penuh kekhawatiran, meskipun ia berusaha terdengar tenang. Lumia mengangguk, meskipun ada keraguan yang tersembunyi dalam dirinya.“Aku baik-baik saja, Pa. Dylan menjagaku dengan baik” Lumia menjawab dengan nada antusias yang tak dia sadari. Dia bahkan tersenyum ringan, seolah kata-kata itu menenangkan dirinya. Namun, di dalam hati, ia tahu bahwa ada lebih dari sekadar penjagaan yang Dylan berikan. Ada sesuatu yang jauh lebih dalam, sesuatu yang mungkin Petrus tidak akan pernah mengerti.“Ada apa dengan senyummu itu?” Petrus bertanya pada putrinya dengan nada menggoda“Tidak ada apa-apa” jawab Lumia cepat, berusaha menutupi senyumannya yang tanpa sadar muncul. Ia memotong rotinya dengan pelan, menghindari tatapan ayahnya. Namun, Petrus Lorenzo bukanlah tipe orang yang mudah tertipu, apalagi oleh putrinya sendiri.“Kau pikir Papa tidak mengenalmu?” Petrus mengangkat alis, meletakkan cangkir kopinya di atas meja. “Biasa

DMCA.com Protection Status