Share

4. Perasaan yang buruk

Penulis: Strrose
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sorakan terdengar semakin keras saat Caid Walton menyelesaikan sambutannya, Lova ikut bertepuk tangan sebagai formalitas. Lova sadar jika dari tadi pria itu selalu menatap ke arahnya.

Lova tidak masalah dengan hal itu, yang mengusiknya bukanlah tatapan Caid melainkan pekikan wanita pirang di sebelahnya saat wanita itu mengira jika Caid menatap kearah mereka. Mau menjelaskan jika yang ditatap adalah dirinya? Hey nanti yang ada Lova dikira terlalu percaya diri.

Sang MC kembali berdiri di tengah panggung sambil terus berbicara. Lova tidak terlalu memperhatikan karena wanita pirang di sebelahnya itu sangat hiperaktif. Merasakan jika telinganya mulai sakit, Lova menghela nafas pelan dan menatap wanita itu

“Permisi” Wanita itu menoleh, dari tatapannya saja Lova bisa menebak jika wanita itu tau tentang dirinya ”Bisa pelankan sedikit suaramu, itu mengangguku” Lova berucap dengan nada manisnya

“Oh Lo-lova, maaf menganggumu” Wanita itu mencicit. Lova yakin jika dia baru sadar jika Lova sudah duduk di sebelahnya sejak 40 menit yang lalu.

“It’s oke” Lova kembali tersenyum tipis membuat wanita itu terperangah

“Aku Kimberly dan ini Sharon, aku tidak menyangka kita bertemu di sini”

“Aku Relova”

“Tentu saja aku tau. Siapa sih yang tidak kenal dengan jenius informatika kita ini” Kimberly berucap heboh membuat Sharon malu sendiri saat tatapan orang di sekitarnya tertuju pada mereka.

“Emm Kim, bisa pelankan suaramu” Bisik Sharon yang membuat Kimberly langsung menutup mulutnya. Lova kembali mengulas senyum tipis sama-samar dia mendengar MC yang menyebutkan sesuatu yang familiar di telinganya.

“Mari kita sambut mahasiswi kebanggaan Boston University yang berhasil menerima beasiswa…..” seruan MC tidak lagi Lova dengar karena rasa gugup yang melandanya, bukan, Lova bukan panik hanya saja perasaannya tiba-tiba menjadi buruk

“Relova Luvena” Namanya yang disebut disertai suara tepuk tangan membawa Lova melangkah menuju panggung.

Tidak ada rasa canggung yang Lova rasakan karena ini bukan pertama kali dirinya berada di panggung ini. Tetapi disisi lain Lova merasa akan ada sesuatu yang akan mengusiknya nanti.

Lova berdiri di atas panggung, mata hazelnya menyorot pada kursi khusus di bagian depan, pada seorang pria yang tadi menabraknya lalu beralih pada sosok wanita cantik berambut merah yang terus menatap pria itu.

“Penghargaan ini akan diberikan oleh Mr. Walton. Silahkan Mr. Walton”

Lova menatap pria yang kembali menaiki panggung lalu memberikan penghargaan sambil berjabat tangan. Tangan besar Caid menggenggam tangan mungil Lova agak lama, Lova tersenyum tipis. Jabatan tangan mereka baru terlepas saat sang MC memberikan arahan untuk berfoto bersama.

Tubuh keduanya hampir menempel dengan tangan Lova yang memegang sebuah buket bunga. Lova terdiam dengan tindakan pria itu yang merangkul pundaknya. Hanya sebentar namun mampu membuat Lova merasa tak nyaman. Mata abu-abu itu seperti mengintainya dan Lova harus lari darinya.

AH, mungkin inilah yang membuat parasaan Lova buruk sejak tadi.

Setelah sesi foto selesai, Lova turun dari panggung dan kembali ke kursinya. Dia duduk dengan diam mengabaikan Kimberly dan Sharon yang memekik bertanya padanya tentang bagaimana perasaannya saat melihat dan bersentuhan dengan Caid Walton.

Acara masih terus berlanjut hingga 30 menit kemudian sang MC pamit undur diri. Lova berdiri lalu keluar dari auditorium itu. Dia kembali ke apartemennya saat hari mulai gelap.

Lova membersihkan tubuhnya lalu duduk di depan meja rias. Dia memoleskan wajahnya dengan makeup dan terakhir meng-curly rambut coklatnya dan menggunakan dress satin berwarna abu-abu gelap tanpa lengan tak lupa kaki jenjangnya juga dihiasi dengan heels berwarna serupa.

Lova menuju basement dan menjalankan mobilnya ke tempat yang telah di janjikan. Begitu sampai di sana sosok Enid Malkin sudah menyambutnya. Lova tersenyum manis.

“Ku kira kau tidak jadi datang” ucap Enid sambil mengecup punggung tangan Lova

“Tidak mungkin aku membuat Tuan muda Malkin kecewa” Enid tersenyum lebar lalu mengusap pipi Lova pelan. Pria itu mengalihkan tangannya pada pinggang Lova dan mengajak wanita itu untuk duduk di kursi.

“Ini berlebihan” Ucap Lova. Dia menatap meja bundar yang ditata dengan nuansa romantis. Tak lupa sebotol wine yang Lova perkirakan sangat mahal.

“Tidak berlebihan untuk Angelic. Ngomong-ngomong aku sudah mengirimkan bayaran untuk waktu mu malam ini”

Lova tersenyum tipis “aku sudah menerimanya, itu terlalu banyak tapi terima kasih” Lova menuangkan wine pada gelas Enid, dentingan gelas keduanya terdengar bersamaan dengan Lova yang menyesap minuman itu dengan senyum tipisnya.

Makan malam mereka hampir selesai saat Enid berdiri dan izin ke toilet. Melihat kepergian Enid, Lova langsung meraih handphone Enid yang berada dimeja, dengan mudahnya Lova bisa mengetahui pin handphone Enid lalu mentransfer beberapa data yang Lova perlukan. Setelahnya Lova meletakan Handphone itu seperti sedia kala.

“Apa aku membuatmu menunggu?” Tanya Enid selang 5 menit setelah Lova meletakan Handphone itu

“Tidak sama sekali” Lova tersenyum tipis

Caid bergerak kearah Lova. Tangannya bergerak merangkul pinggang ramping wanita itu dengan erat

“Ingin bersamaku malam ini” Tanya Enid dengan maksud yang dapat Lova pahami.

Wanita itu tersenyum tipis lalu secara perlahan melepaskan tangan Enid yang berada di pinggangnya. Lova tersenyum tipis lalu mengecup pipi Enid.

“Angelic”

Panggilan itu membuat Enid menoleh ke belakang, menatap seorang pria yang berusia sekitar 45 tahunan di depannya. Jelas bukan Enid subjek yang ditatap pria itu melainkan wanita cantik dengan dress abu-abu disebelah Enid.

“Mr. Broker” Enid Menyapa dengan senyum tipis yang ditanggapi Mr. Broker dengan anggukan

“Sudah cukup bermainnya, Angelic.” Suara Mr. Broker terdengar berat

“Oh ya, kebetulan aku sudah selesai dengannya” Ucap Lova sambil tersenyum riang. Dengan santainya Lova berjalan kearah Mr. broker dan merangkul lengan pria itu mesra.

“Terima kasih atas makan malamnya, Pretty boy” ucap Lova. Mereka meninggalkan Enid di restoran itu.

Bab terkait

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   5. Menarik perhatian iblis

    “Ku kira kau tidak akan kemari? Bukannya kau sudah mendapatkan mainan baru?” Dayn bertanya pada seorang pria dengan setelan kemeja hitam yang dipadukan dengan celana kain dengan warna serupa yang baru saja duduk di kursi ruangan mereka, pria itu tidak lain adalah Caid WaltonSetelah sibuk dengan semua jadwalnya akhirnya Caid dapat merilekskan dirinya di club malam ini. Tapi jangan salah, tempat yang di datanginya bukanlah club malam biasa, tidak sembarang orang bisa masuk ke tempat seperti ini.Hanya orang-orang dari kelas tertentu yang bisa kemari, hal itu kerena semua identitas baik para tamu, penghibur, bahkan pelayan sekalipun menjadi rahasia yang tidak bisa disebarluaskan.“Dia sudah mati” Sahut Caid santai. Lucius tertawa pelan. Dia tau jika Georgina pasti akan memancing amarah seorang Caid“Sepertinya memang Jess yang terbaik untukmu” Sahut Dayn membuat Caid mendengus.“Sayang sekali kau pergi ke Italia kemarin padahal jika kau berada disini kau bisa bertemu Angelic” Seru Luci

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   6. Penyusup kecil

    Jemari Lova bergerak dengan lihai pada keyboard laptopnya. Cahaya dari layar laptop memantul di wajahnya, menampilkan fokus dan konsentrasi yang mendalam. Di layar, baris-baris kode dan jaringan keamanan sebuah perusahaan mulai muncul.Clik.. bunyi sistem keamanan yang berhasil Lova bobol membuat bibirnya tersenyum lebar"Mari kita lihat apa yang sebenarnya mereka sembunyikan." Lova bergumam dengan senyum lebar dibibirnyaLova telah menghabiskan waktu terakhir untuk mempelajari sistem keamanan perusahaan Malkin, sebuah perusahaan besar yang dikenal di bidang eksport import minyak bumi.Secara kebetulan Malkin bukan hanya nama perusahaan, tapi juga nama belakang dari pria yang berkencan dengannya minggu lalu. Atau lebih tepatnya, pria yang mengundangnya untuk makan malam dalam rangkaian "kencan" nya."Wah, mereka benar-benar buruk" gumam Lova, matanya menyipit saat dia mulai membaca beberapa dokumen yang dia temukan di folder rahasia perusahaan. Isi dokumen itu mengejutkan. Di dalamnya

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   7. Hide and seek

    “Ada apa denganmu?” tanya Dylan yang menyadari perubahan ekspresi wajah CaidCaid menoleh ke arah Dylan dengan mata yang berkilat. Jari telunjuknya bergerak mengetuk meja dengan seringaian lebar"Penyusup ini... dia sangat terampil. Melihat cara dia menembus sistem kita, dia bukan hacker sembarangan. Ini semacam seni baginya."Dylan mengerutkan kening, mencoba memahami maksud Caid sebelum akhirnya melotot tak percaya "Jadi kau kagum pada orang yang merugikan kita?"Caid mengangguk, masih dengan seringai di wajahnya. "Ya, harus kuakui, sedikit kagum. Banyak orang yang mencoba menembus sistem kita, baik kembaranmu, Enid maupun Lucius, kita semua memiliki kemampuan dan keamanan diatas rata-rata, tapi ini adalah salah satu serangan yang paling tajam yang pernah kulihat. Siapapun dia, dia tahu apa yang dia lakukan dan itu membuatku tertarik." Caid menjelaskan dengan panjang hingga membuat Dylan tercengang. Dylan terkejut karena Caid tidak pernah me

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   8. Yang tidak perlu diketahui

    Relova Luvena, berbicara tentang masa lalunya hanya akan dipenuhi dengan kisah sedih. Kisah tentang bagaimana ayah dan ibunya selalu bertengker lalu berpisah. Kisah tentang Lova yang ditinggalkan hingga berakhir dipanti asuhan. Dan kisah bagaimana bodohnya dia mencintai seorang duda berusia 43 tahun, Aleandro Broker.Meskipun ditolak berulang kali, Lova tetap setia mencintai pria matang itu.Pesona Angelic mungkin berguna bagi banyak pria namun tidak untuk Andro, pria itu memperlakukan dirinya sebagai anak kecil yang butuh perlindungan dan itulah yang membuat Lova jatuh cinta padanya“Angelic” suara Chosette terdengar tegas, namun dengan nada yang lembut, membangunkan Lova dari lamunannya.Chosette, dengan penampilannya yang selalu rapi dan seksi, adalah sosok yang dikenal sangat tegas di klub. Dia adalah penanggung jawab yang memastikan semuanya berjalan lancar dan memastikan kerahasiaan semua pengunjung. Di balik sikapnya yang keras, Lova ta

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   9. Pelanggan baru

    Setelah malam mencekam itu, hari-hari Lova berlalu seperti biasa, dia tetap kuliah dan berusaha mempertahankan citra sebagai mahasiswa teladan. Namun, perbedaannya adalah selama seminggu ini, dia tidak mengunjungi klub malam lagi. Ketidakpastian dan ketakutan menghantui pikirannya, membuatnya merasa seperti terjebak dalam situasi yang tidak pernah diinginkannya.Ada sedikit penyesalan dalam diri Lova, menyesal karena tidak bisa menolong wanita itu.Satu-satunya hal yang membuatnya merasa sedikit lebih tenang adalah saat dia bisa berbicara dengan Aleandro, yang selalu memberikan nasihat dan dukungan. Meski Aleandro tidak bisa benar-benar memberikan perlindungan fisik, kehadirannya memberikan sedikit rasa aman.“Tenanglah, ini hanya paranoia” Lova berbisik pada dirinya sendiri, mencoba menenangkan hati yang berdebar.Telpon Lova berdering, kali ini Emily yang menelponnya“halo em, sudah menemukan pelakunya?” Tanya Lova

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   10. Siapa dirimu?

    Lova mengenakan gaun hitam elegan yang dipilih dengan hati-hati, memastikan penampilannya sempurna. Dia tiba di hotel bintang lima, tempat yang mewah dan megah, mengindikasikan bahwa tamu yang akan dia temui malam ini benar-benar memiliki kekayaan dan pengaruh.Ketika dia memasuki lobi, seorang pelayan menyambutnya dan mengantarnya ke restoran eksklusif di lantai atas. Lova merasa sedikit gugup, meskipun dia terbiasa dengan situasi semacam ini. Namun, kali ini ada perasaan aneh yang mengganjal di hatinya, perasaannya menjadi buruk.Setibanya di restoran itu, Lova nampak terhenti sejenak, tempat itu sepi, tidak ada satupun pengunjung disana“Nona Angelic?” Seorang pelayan yang menyambutnya bertanya dengan sopan“Ya” Jawab Lova“Silahkan ikuti saya nona”Lova mengikuti pelayan yang memandunya menuju tangga melingkar yang mengarah pada lantai dua“Apa pria itu yang melakukannya? Membuat tempat in

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   11. Apakah dia mengenalku?

    Setelah pertemuan yang intens di restoran mewah, Lova kembali ke apartemennya dengan pikiran yang penuh. Meskipun dia berhasil mempertahankan perannya sebagai Angelic, ada momen-momen selama makan malam di mana dia merasa Caid terlalu dekat pada kebenaran.Bahkan saat dalam perjalanan pulang, Lova merasa harus memilih jalan memutar agar orang yang mengikutinya tidak tahu di mana lokasinya“Sungguh sial!!”Lova melepas sepatu hak tingginya dan melempar tasnya ke sofa "Apa pria itu tau?" gumamnya pada diri sendiriAndai Lova tahu jika pelanggannya malam ini adalah Caid Walton, Lova jelas akan langsung menolaknya. Caid bukan orang sembarangan; dia cerdas dan penuh perhatian, lebih dari yang Lova perkirakan sebelumnya.Lova berjalan ke jendela besar apartemennya, menatap keluar ke pemandangan kota yang gemerlap di malam hari. Lova mencoba menenangkan pikirannya, mengingat percakapan mereka dan mencari tahu bagian mana yang mungkin telah mem

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   12. Caid mengenalnya

    Suasana hati Love cukup tenang, mengingat sudah 2 hari tidak ada masalah apapun dengan identitasnya sebagai Relova Luvena maupun Angelic. Dia juga tidak berurusan dengan Caid Walton, yang Lova tahu pria itu sibuk berkencan dengan seorang model, itulah berita yang sedang heboh belakangan iniLova masuk ke ruang rektor, dia disambut oleh rektor yang duduk di belakang meja kerjanya yang besar dan megah.“Ah, Lova, terima kasih sudah datang” Sang Rektor menyambut Lova dengan senyum ramahLova membalas dengan senyum yang tak kalah ramah, dia cukup akrab dengan Hudson karena pria itu tahu jika Lova adalah mahasiswa terbaik di universitas Boston ini.“Saya ingin meminta bantuanmu untuk sesuatu yang agak mendesak.”Lova mengangguk, mencoba terlihat profesional. “Tentu, Sir. Apa yang bisa saya bantu?” tanyanya sambil tersenyumRektor memulai dengan nada yang agak serius “Salah satu donatur besar k

Bab terbaru

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   126. Why you so obses with me

    Lova perlahan membuka matanya, kebingungannya terlihat jelas di wajahnya. Cahaya lampu ruangan rumah sakit terasa terlalu terang untuk matanya yang baru saja terbuka. Dia mencoba menggerakkan tangannya, tetapi merasakan genggaman kuat di tangannya."Love..." suara Caid terdengar lembut, namun penuh dengan nada emosional yang jarang ia tunjukkan. Matanya yang biasanya tajam kini dipenuhi rasa khawatir yang sulit disembunyikan. "Kau sadar."Lova mencoba tersenyum tipis, meskipun wajahnya terlihat lelah. "Apa yang terjadi?" tanyanya pelan, suaranya hampir seperti bisikan."Kau pingsan" jawab Caid sambil menatapnya dengan penuh perhatian.Lova terdiam sejenak, mengingat kilasan terakhir yang ia lihat sebelum kehilangan kesadaran. Gambar tubuh Robertino yang tergeletak di lantai kembali menghantui pikirannya. Ia memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan diri."Maaf" gumamnya pelan. "Aku tidak tahu apa yang terjadi... semuanya terlalu berat."C

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   125. Psycho

    “Jika ku katakan sekarang semuanya ada dalam kendali Caid Walton, apa kau akan percaya, Relova?”Lova merasa hatinya bergetar. Robertino menyebutkan nama Caid dengan cara yang jauh lebih dalam dan penuh makna. Ada kebenaran di balik kata-kata pria ini, meskipun dia tahu bahwa Robertino adalah seorang yang berbahaya dan manipulatif. Namun, semakin banyak yang diungkap, semakin banyak pertanyaan yang muncul dalam benaknya."Apa yang ingin kau katakan?" suara Lova menjadi lebih tegas, meski masih ada kekhawatiran yang mendera. "Kau mengungkapkan hal-hal yang tidak mudah dipercaya begitu saja.""Percayalah, Relova." Robertino menatapnya dengan mata yang penuh perasaan. "Caid Walton sudah memiliki kendali penuh atas semua permainan ini. Dia bukan hanya kepala kudeta, dia adalah otak di balik semuanya. Semua yang terjadi di sekitar kita... Ada dua sisi dari koin, dan kau baru saja terjebak di salah satunya. Pikirkan baik-baik, dia tidak mungkin bisa menggu

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   124. Semakin kusut

    Lova sudah pernah mengatakan jika dia diterlantarkan oleh orang tuanya, kan? Hal itu benar, meskipun alasan dibalik penelantaran itu adalah karena ayahnya menjadi buronan CIATak mengherankan Lova bisa masuk CIA disaat usianya masih 16 tahun dan masuk unit khusus diusia 19 tahun, hal itu karena dirinya adalah putri agen terbaik, kemampuan ayahnya secara tidak langsung menurun pada Lova. Sayangnya, Logan tidak hanya mewariskan kemampuannya tapi juga pengkhinatan ayahnya“Aku ingat sekali dulu dia mengajak bekerja sama dengan Walton dan Kingston untuk mengulingkanku” kekehnya bernostalgia "Dan kau tahu apa yang terjadi pada mereka, bukan?Robertino kembali terkekeh sebelum menjawab “Walton kacau karena Calton dan Kingston dalam masalah karena bisnis narkobanya tercium keamanan dan kau jelas tahu apa yang terjadi pada ayahmu kan? Relova?”Lova menatap tajam Robertino, seakan kata-katanya menyentuh sisi yang dalam, yang hampir tak ingi

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   123. Sedikit kejelasan

    Montrouge, Paris, PerancisCaid mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi. Kali ini tujuan mereka bukanlah sebuah klub seperti dulu, melainkan pada sebuah villa terpencil di pinggiran kota Montrouge“Kau memindahkannya?” Lova bertanya pelan“Hmm, aku tak mau kau datang ke klub itu” Jawab CaidLova melirik Caid dari sudut matanya, alisnya sedikit terangkat. "Oh? Kenapa? Takut aku menggoda pelangganmu lagi?" tanyanya dengan nada penuh sindiran.Caid hanya tersenyum samar, matanya tetap fokus ketika gerbang dibuka oleh seorang penjaga. "Aku hanya tidak ingin kau berada di tempat seperti itu. Bukan tempat yang tepat untuk seseorang sepertimu" jawabnya dengan nada tenang tetapi tegas.“Tumben? Sebelumnya kau tidak bicara begini saat membawaku kesana tanpa pikir panjang”Caid memarkir mobil di depan villa, mesinnya dimatikan dengan gerakan santai tetapi penuh kontrol. Dia menatap Lova sejenak, senyum tipis di wajahnya. "Setelah melihatmu ditatap oleh para bajingan itu. Aku berubah pikiran"

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   122. Sumpah

    “I’ll burn the world for you” ikrar caidLova terkekeh pelan “Ngomong-ngomong aku belum selesai bicara tadi” ucapnya membuat Caid menarik diri. Dia menatap Lova dengan alis yang sedikit terangkat."Belum selesai bicara? Apa lagi yang kau tuntut dariku, Love?" Lova menghela napas, mencoba menenangkan dirinya sebelum mengutarakan apa yang ia pikirkan. "Aku akan menikah denganmu, nanti" katanya pelan namun tegas. "Tapi ada syaratnya" lanjut Lova, tatapannya tajam seperti pisau. Caid melipat tangannya di dada, wajahnya tenang namun sedikit waspada. "Katakan saja. Apa pun itu, aku bisa mengatasinya.”Lova mengambil langkah mendekat, hanya beberapa inci dari wajah Caid. "Bawa aku menemui Robertino." Tatapan Caid langsung berubah, dingin dan tajam seperti baja. "Robertino?" gumamnya, suaranya hampir tak terdengar. "Untuk apa kau ingin bertemu dengan pemimpin monarki yang sudah dilengserkan itu?" “Aku ingin bertanya padanya” Jawab Lova, baru sekarang dia bisa memikirkan hal itu, sebelum

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   121. Burn the world

    Lova tercengang, dia tak menyangka jika seorang Meredith adalah selingkuhan Calton WaltonSosok wanita yang selama ini ia anggap tegas, profesional, dan tak tersentuh ternyata memiliki hubungan kelam dengan ayah dari pria yang kini memonopoli pikirannya.“Dia tampak sangat… berbeda dari apa yang kuduga” gumam Lova, hampir berbicara kepada dirinya sendiri. Meredith seperti sosok ibu baginya, sejak awal bergabung dengan CIA, Meredith tak pernah terlibat dengan pria manapun, dia bahkan selalu menggunakan logika dalam menentukan pilihanTunggu...Ada beberapa momen saat Meredith tak bisa ditemui atau menghilang sesaat"Kau harus melihat wajahmu" Calton tertawa kecil melihat reaksi Lova yang tampak kaget sekaligus bingung. Dia berucap santai dengan senyum menyiratkan bahwa dia menikmati kekacauan kecil yang baru saja ia ciptakan.Caid, di sisi lain, memijat pelipisnya dengan ekspresi kesal. "Dad, serius? Haruskah kau selalu membuat semuanya terasa seperti lelucon murahan?"Calton melirik pu

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   120. Just like animal

    “Goodboy, huh?" suaranya rendah namun berbahaya, hampir seperti geraman.Lova terkekeh, dia mendongak menatap mata abu itu yang menyorotnya tajam.“Apa aku boleh memutar lagu Animal-Marron 5?”Caid mengangkat alis, sedikit terkejut oleh respons tak terduga Lova. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis, tapi tatapan tajamnya tidak berubah. "Kau ingin menambah suasana?”Lova mengangkat bahu santai “Aku hanya merasa lagu itu cocok untuk kita”“Siapa pemburunya?”“Kau. Tapi sayangnya sang pemburu terlena pada tangkapannya”Caid tertawa kecil, suara rendahnya bergema di ruangan. Terkadang Lova bersikap dewasa, terkadang nampak seperti anak kecil yang polos dan terkadang menjadi sangat liar. Kombinasi itu membuat Caid tak pernah bosan, selalu terpesona sekaligus tertantang oleh wanita di depannya.Mungkin inilah yang membuat Caid tak bisa melepaskannya bahkan setelah 3 bulan be

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   119. Liar

    Ciuman antara dua insan itu sempat terputus karena mereka harus kembali kerumah. Namun setibanya dirumah itu, Caid keluar dari mobil terlebih dahulu, membanting pintu dengan keras, sorot matanya penuh gairah dan ketegangan yang ia tahan sepanjang perjalanan.Lova, yang masih mencoba mengatur napasnya setelah interaksi panas mereka sebelumnya, hanya bisa menatapnya dengan senyum miring, tahu persis apa yang sedang terjadi dalam pikiran pria itu.“Kau tak sabar, Walton” kata Lova dengan nada santai, meskipun ada kilauan tantangan di matanya.Caid tidak menjawab. Sebaliknya, dia melangkah cepat ke arah Lova, membuka pintu mobil untuknya dengan kasar, lalu menarik tangannya hingga Lova terpaksa melangkah turun. Sebelum Lova bisa berkata apa-apa lagi, Caid menerjangnya—tangannya melingkar di pinggangnya, mengangkat tubuhnya dengan mudah seperti dia tidak berbobot sama sekali.“Caid! Tanganmu?!” seru Lova. Dia khawatir dengan perba

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   118. Be Dominant

    Lova menatap Dr. Annelise yang memeriksa Caid. Dia memicingkan mata, fokus pada setiap gerakan Dr. Annelise yang tampak begitu profesional, namun sedikit berlebihan di mata Lova. Dokter itu dengan santai menggeser stetoskop di dada Caid, menyentuhnya dengan hati-hati namun terlalu lamaLova mendengus, kenapa rasanya dia menjadi kekanakan begini? Tapi tetap saja, ada sesuatu dalam cara Dr. Annelise memeriksa Caid yang membuatnya merasa tidak nyaman. Tatapan lembut dokter itu, sentuhan yang menurutnya terlalu personal, dan cara bibirnya melengkung saat berbicara dengan Caid, semuanya memicu rasa tidak suka di dalam dirinya.‘Kau cemburu’Suara dalam otaknya itu terus berputar‘Ayo patahkan saja tangannya, berani sekali dia menyentuh milikmu’Lova menggeleng pelan, mengepalkan tangannya dengan kuat, berusaha keras menahan dorongan impulsif yang menguar dalam dirinya.Ini gila. Aku tidak mungkin benar-benar mematahkan

DMCA.com Protection Status