Share

4. Perasaan yang buruk

Sorakan terdengar semakin keras saat Caid Walton menyelesaikan sambutannya, Lova ikut bertepuk tangan sebagai formalitas. Lova sadar jika dari tadi pria itu selalu menatap ke arahnya.

Lova tidak masalah dengan hal itu, yang mengusiknya bukanlah tatapan Caid melainkan pekikan wanita pirang di sebelahnya saat wanita itu mengira jika Caid menatap kearah mereka. Mau menjelaskan jika yang ditatap adalah dirinya? Hey nanti yang ada Lova dikira terlalu percaya diri.

Sang MC kembali berdiri di tengah panggung sambil terus berbicara. Lova tidak terlalu memperhatikan karena wanita pirang di sebelahnya itu sangat hiperaktif. Merasakan jika telinganya mulai sakit, Lova menghela nafas pelan dan menatap wanita itu

“Permisi” Wanita itu menoleh, dari tatapannya saja Lova bisa menebak jika wanita itu tau tentang dirinya ”Bisa pelankan sedikit suaramu, itu mengangguku” Lova berucap dengan nada manisnya

“Oh Lo-lova, maaf menganggumu” Wanita itu mencicit. Lova yakin jika dia baru sadar jika Lova sudah duduk di sebelahnya sejak 40 menit yang lalu.

“It’s oke” Lova kembali tersenyum tipis membuat wanita itu terperangah

“Aku Kimberly dan ini Sharon, aku tidak menyangka kita bertemu di sini”

“Aku Relova”

“Tentu saja aku tau. Siapa sih yang tidak kenal dengan jenius informatika kita ini” Kimberly berucap heboh membuat Sharon malu sendiri saat tatapan orang di sekitarnya tertuju pada mereka.

“Emm Kim, bisa pelankan suaramu” Bisik Sharon yang membuat Kimberly langsung menutup mulutnya. Lova kembali mengulas senyum tipis sama-samar dia mendengar MC yang menyebutkan sesuatu yang familiar di telinganya.

“Mari kita sambut mahasiswi kebanggaan Boston University yang berhasil menerima beasiswa…..” seruan MC tidak lagi Lova dengar karena rasa gugup yang melandanya, bukan, Lova bukan panik hanya saja perasaannya tiba-tiba menjadi buruk

“Relova Luvena” Namanya yang disebut disertai suara tepuk tangan membawa Lova melangkah menuju panggung.

Tidak ada rasa canggung yang Lova rasakan karena ini bukan pertama kali dirinya berada di panggung ini. Tetapi disisi lain Lova merasa akan ada sesuatu yang akan mengusiknya nanti.

Lova berdiri di atas panggung, mata hazelnya menyorot pada kursi khusus di bagian depan, pada seorang pria yang tadi menabraknya lalu beralih pada sosok wanita cantik berambut merah yang terus menatap pria itu.

“Penghargaan ini akan diberikan oleh Mr. Walton. Silahkan Mr. Walton”

Lova menatap pria yang kembali menaiki panggung lalu memberikan penghargaan sambil berjabat tangan. Tangan besar Caid menggenggam tangan mungil Lova agak lama, Lova tersenyum tipis. Jabatan tangan mereka baru terlepas saat sang MC memberikan arahan untuk berfoto bersama.

Tubuh keduanya hampir menempel dengan tangan Lova yang memegang sebuah buket bunga. Lova terdiam dengan tindakan pria itu yang merangkul pundaknya. Hanya sebentar namun mampu membuat Lova merasa tak nyaman. Mata abu-abu itu seperti mengintainya dan Lova harus lari darinya.

AH, mungkin inilah yang membuat parasaan Lova buruk sejak tadi.

Setelah sesi foto selesai, Lova turun dari panggung dan kembali ke kursinya. Dia duduk dengan diam mengabaikan Kimberly dan Sharon yang memekik bertanya padanya tentang bagaimana perasaannya saat melihat dan bersentuhan dengan Caid Walton.

Acara masih terus berlanjut hingga 30 menit kemudian sang MC pamit undur diri. Lova berdiri lalu keluar dari auditorium itu. Dia kembali ke apartemennya saat hari mulai gelap.

Lova membersihkan tubuhnya lalu duduk di depan meja rias. Dia memoleskan wajahnya dengan makeup dan terakhir meng-curly rambut coklatnya dan menggunakan dress satin berwarna abu-abu gelap tanpa lengan tak lupa kaki jenjangnya juga dihiasi dengan heels berwarna serupa.

Lova menuju basement dan menjalankan mobilnya ke tempat yang telah di janjikan. Begitu sampai di sana sosok Enid Malkin sudah menyambutnya. Lova tersenyum manis.

“Ku kira kau tidak jadi datang” ucap Enid sambil mengecup punggung tangan Lova

“Tidak mungkin aku membuat Tuan muda Malkin kecewa” Enid tersenyum lebar lalu mengusap pipi Lova pelan. Pria itu mengalihkan tangannya pada pinggang Lova dan mengajak wanita itu untuk duduk di kursi.

“Ini berlebihan” Ucap Lova. Dia menatap meja bundar yang ditata dengan nuansa romantis. Tak lupa sebotol wine yang Lova perkirakan sangat mahal.

“Tidak berlebihan untuk Angelic. Ngomong-ngomong aku sudah mengirimkan bayaran untuk waktu mu malam ini”

Lova tersenyum tipis “aku sudah menerimanya, itu terlalu banyak tapi terima kasih” Lova menuangkan wine pada gelas Enid, dentingan gelas keduanya terdengar bersamaan dengan Lova yang menyesap minuman itu dengan senyum tipisnya.

Makan malam mereka hampir selesai saat Enid berdiri dan izin ke toilet. Melihat kepergian Enid, Lova langsung meraih handphone Enid yang berada dimeja, dengan mudahnya Lova bisa mengetahui pin handphone Enid lalu mentransfer beberapa data yang Lova perlukan. Setelahnya Lova meletakan Handphone itu seperti sedia kala.

“Apa aku membuatmu menunggu?” Tanya Enid selang 5 menit setelah Lova meletakan Handphone itu

“Tidak sama sekali” Lova tersenyum tipis

Caid bergerak kearah Lova. Tangannya bergerak merangkul pinggang ramping wanita itu dengan erat

“Ingin bersamaku malam ini” Tanya Enid dengan maksud yang dapat Lova pahami.

Wanita itu tersenyum tipis lalu secara perlahan melepaskan tangan Enid yang berada di pinggangnya. Lova tersenyum tipis lalu mengecup pipi Enid.

“Angelic”

Panggilan itu membuat Enid menoleh ke belakang, menatap seorang pria yang berusia sekitar 45 tahunan di depannya. Jelas bukan Enid subjek yang ditatap pria itu melainkan wanita cantik dengan dress abu-abu disebelah Enid.

“Mr. Broker” Enid Menyapa dengan senyum tipis yang ditanggapi Mr. Broker dengan anggukan

“Sudah cukup bermainnya, Angelic.” Suara Mr. Broker terdengar berat

“Oh ya, kebetulan aku sudah selesai dengannya” Ucap Lova sambil tersenyum riang. Dengan santainya Lova berjalan kearah Mr. broker dan merangkul lengan pria itu mesra.

“Terima kasih atas makan malamnya, Pretty boy” ucap Lova. Mereka meninggalkan Enid di restoran itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status