Sorakan terdengar semakin keras saat Caid Walton menyelesaikan sambutannya, Lova ikut bertepuk tangan sebagai formalitas. Lova sadar jika dari tadi pria itu selalu menatap ke arahnya.
Lova tidak masalah dengan hal itu, yang mengusiknya bukanlah tatapan Caid melainkan pekikan wanita pirang di sebelahnya saat wanita itu mengira jika Caid menatap kearah mereka. Mau menjelaskan jika yang ditatap adalah dirinya? Hey nanti yang ada Lova dikira terlalu percaya diri.
Sang MC kembali berdiri di tengah panggung sambil terus berbicara. Lova tidak terlalu memperhatikan karena wanita pirang di sebelahnya itu sangat hiperaktif. Merasakan jika telinganya mulai sakit, Lova menghela nafas pelan dan menatap wanita itu
“Permisi” Wanita itu menoleh, dari tatapannya saja Lova bisa menebak jika wanita itu tau tentang dirinya ”Bisa pelankan sedikit suaramu, itu mengangguku” Lova berucap dengan nada manisnya
“Oh Lo-lova, maaf menganggumu” Wanita itu mencicit. Lova yakin jika dia baru sadar jika Lova sudah duduk di sebelahnya sejak 40 menit yang lalu.
“It’s oke” Lova kembali tersenyum tipis membuat wanita itu terperangah
“Aku Kimberly dan ini Sharon, aku tidak menyangka kita bertemu di sini”
“Aku Relova”
“Tentu saja aku tau. Siapa sih yang tidak kenal dengan jenius informatika kita ini” Kimberly berucap heboh membuat Sharon malu sendiri saat tatapan orang di sekitarnya tertuju pada mereka.
“Emm Kim, bisa pelankan suaramu” Bisik Sharon yang membuat Kimberly langsung menutup mulutnya. Lova kembali mengulas senyum tipis sama-samar dia mendengar MC yang menyebutkan sesuatu yang familiar di telinganya.
“Mari kita sambut mahasiswi kebanggaan Boston University yang berhasil menerima beasiswa…..” seruan MC tidak lagi Lova dengar karena rasa gugup yang melandanya, bukan, Lova bukan panik hanya saja perasaannya tiba-tiba menjadi buruk
“Relova Luvena” Namanya yang disebut disertai suara tepuk tangan membawa Lova melangkah menuju panggung.
Tidak ada rasa canggung yang Lova rasakan karena ini bukan pertama kali dirinya berada di panggung ini. Tetapi disisi lain Lova merasa akan ada sesuatu yang akan mengusiknya nanti.
Lova berdiri di atas panggung, mata hazelnya menyorot pada kursi khusus di bagian depan, pada seorang pria yang tadi menabraknya lalu beralih pada sosok wanita cantik berambut merah yang terus menatap pria itu.
“Penghargaan ini akan diberikan oleh Mr. Walton. Silahkan Mr. Walton”
Lova menatap pria yang kembali menaiki panggung lalu memberikan penghargaan sambil berjabat tangan. Tangan besar Caid menggenggam tangan mungil Lova agak lama, Lova tersenyum tipis. Jabatan tangan mereka baru terlepas saat sang MC memberikan arahan untuk berfoto bersama.
Tubuh keduanya hampir menempel dengan tangan Lova yang memegang sebuah buket bunga. Lova terdiam dengan tindakan pria itu yang merangkul pundaknya. Hanya sebentar namun mampu membuat Lova merasa tak nyaman. Mata abu-abu itu seperti mengintainya dan Lova harus lari darinya.
AH, mungkin inilah yang membuat parasaan Lova buruk sejak tadi.
Setelah sesi foto selesai, Lova turun dari panggung dan kembali ke kursinya. Dia duduk dengan diam mengabaikan Kimberly dan Sharon yang memekik bertanya padanya tentang bagaimana perasaannya saat melihat dan bersentuhan dengan Caid Walton.
Acara masih terus berlanjut hingga 30 menit kemudian sang MC pamit undur diri. Lova berdiri lalu keluar dari auditorium itu. Dia kembali ke apartemennya saat hari mulai gelap.
Lova membersihkan tubuhnya lalu duduk di depan meja rias. Dia memoleskan wajahnya dengan makeup dan terakhir meng-curly rambut coklatnya dan menggunakan dress satin berwarna abu-abu gelap tanpa lengan tak lupa kaki jenjangnya juga dihiasi dengan heels berwarna serupa.
Lova menuju basement dan menjalankan mobilnya ke tempat yang telah di janjikan. Begitu sampai di sana sosok Enid Malkin sudah menyambutnya. Lova tersenyum manis.
“Ku kira kau tidak jadi datang” ucap Enid sambil mengecup punggung tangan Lova
“Tidak mungkin aku membuat Tuan muda Malkin kecewa” Enid tersenyum lebar lalu mengusap pipi Lova pelan. Pria itu mengalihkan tangannya pada pinggang Lova dan mengajak wanita itu untuk duduk di kursi.
“Ini berlebihan” Ucap Lova. Dia menatap meja bundar yang ditata dengan nuansa romantis. Tak lupa sebotol wine yang Lova perkirakan sangat mahal.
“Tidak berlebihan untuk Angelic. Ngomong-ngomong aku sudah mengirimkan bayaran untuk waktu mu malam ini”
Lova tersenyum tipis “aku sudah menerimanya, itu terlalu banyak tapi terima kasih” Lova menuangkan wine pada gelas Enid, dentingan gelas keduanya terdengar bersamaan dengan Lova yang menyesap minuman itu dengan senyum tipisnya.
Makan malam mereka hampir selesai saat Enid berdiri dan izin ke toilet. Melihat kepergian Enid, Lova langsung meraih handphone Enid yang berada dimeja, dengan mudahnya Lova bisa mengetahui pin handphone Enid lalu mentransfer beberapa data yang Lova perlukan. Setelahnya Lova meletakan Handphone itu seperti sedia kala.
“Apa aku membuatmu menunggu?” Tanya Enid selang 5 menit setelah Lova meletakan Handphone itu
“Tidak sama sekali” Lova tersenyum tipis
Caid bergerak kearah Lova. Tangannya bergerak merangkul pinggang ramping wanita itu dengan erat
“Ingin bersamaku malam ini” Tanya Enid dengan maksud yang dapat Lova pahami.
Wanita itu tersenyum tipis lalu secara perlahan melepaskan tangan Enid yang berada di pinggangnya. Lova tersenyum tipis lalu mengecup pipi Enid.
“Angelic”
Panggilan itu membuat Enid menoleh ke belakang, menatap seorang pria yang berusia sekitar 45 tahunan di depannya. Jelas bukan Enid subjek yang ditatap pria itu melainkan wanita cantik dengan dress abu-abu disebelah Enid.
“Mr. Broker” Enid Menyapa dengan senyum tipis yang ditanggapi Mr. Broker dengan anggukan
“Sudah cukup bermainnya, Angelic.” Suara Mr. Broker terdengar berat
“Oh ya, kebetulan aku sudah selesai dengannya” Ucap Lova sambil tersenyum riang. Dengan santainya Lova berjalan kearah Mr. broker dan merangkul lengan pria itu mesra.
“Terima kasih atas makan malamnya, Pretty boy” ucap Lova. Mereka meninggalkan Enid di restoran itu.
“Ku kira kau tidak akan kemari? Bukannya kau sudah mendapatkan mainan baru?” Dayn bertanya pada seorang pria dengan setelan kemeja hitam yang dipadukan dengan celana kain dengan warna serupa yang baru saja duduk di kursi ruangan mereka, pria itu tidak lain adalah Caid WaltonSetelah sibuk dengan semua jadwalnya akhirnya Caid dapat merilekskan dirinya di club malam ini. Tapi jangan salah, tempat yang di datanginya bukanlah club malam biasa, tidak sembarang orang bisa masuk ke tempat seperti ini.Hanya orang-orang dari kelas tertentu yang bisa kemari, hal itu kerena semua identitas baik para tamu, penghibur, bahkan pelayan sekalipun menjadi rahasia yang tidak bisa disebarluaskan.“Dia sudah mati” Sahut Caid santai. Lucius tertawa pelan. Dia tau jika Georgina pasti akan memancing amarah seorang Caid“Sepertinya memang Jess yang terbaik untukmu” Sahut Dayn membuat Caid mendengus.“Sayang sekali kau pergi ke Italia kemarin padahal jika kau berada disini kau bisa bertemu Angelic” Seru Luci
Jemari Lova bergerak dengan lihai pada keyboard laptopnya. Cahaya dari layar laptop memantul di wajahnya, menampilkan fokus dan konsentrasi yang mendalam. Di layar, baris-baris kode dan jaringan keamanan sebuah perusahaan mulai muncul.Clik.. bunyi sistem keamanan yang berhasil Lova bobol membuat bibirnya tersenyum lebar"Mari kita lihat apa yang sebenarnya mereka sembunyikan." Lova bergumam dengan senyum lebar dibibirnyaLova telah menghabiskan waktu terakhir untuk mempelajari sistem keamanan perusahaan Malkin, sebuah perusahaan besar yang dikenal di bidang eksport import minyak bumi.Secara kebetulan Malkin bukan hanya nama perusahaan, tapi juga nama belakang dari pria yang berkencan dengannya minggu lalu. Atau lebih tepatnya, pria yang mengundangnya untuk makan malam dalam rangkaian "kencan" nya."Wah, mereka benar-benar buruk" gumam Lova, matanya menyipit saat dia mulai membaca beberapa dokumen yang dia temukan di folder rahasia perusahaan. Isi dokumen itu mengejutkan. Di dalamnya
“Ada apa denganmu?” tanya Dylan yang menyadari perubahan ekspresi wajah CaidCaid menoleh ke arah Dylan dengan mata yang berkilat. Jari telunjuknya bergerak mengetuk meja dengan seringaian lebar"Penyusup ini... dia sangat terampil. Melihat cara dia menembus sistem kita, dia bukan hacker sembarangan. Ini semacam seni baginya."Dylan mengerutkan kening, mencoba memahami maksud Caid sebelum akhirnya melotot tak percaya "Jadi kau kagum pada orang yang merugikan kita?"Caid mengangguk, masih dengan seringai di wajahnya. "Ya, harus kuakui, sedikit kagum. Banyak orang yang mencoba menembus sistem kita, baik kembaranmu, Enid maupun Lucius, kita semua memiliki kemampuan dan keamanan diatas rata-rata, tapi ini adalah salah satu serangan yang paling tajam yang pernah kulihat. Siapapun dia, dia tahu apa yang dia lakukan dan itu membuatku tertarik." Caid menjelaskan dengan panjang hingga membuat Dylan tercengang. Dylan terkejut karena Caid tidak pernah me
Relova Luvena, berbicara tentang masa lalunya hanya akan dipenuhi dengan kisah sedih. Kisah tentang bagaimana ayah dan ibunya selalu bertengker lalu berpisah. Kisah tentang Lova yang ditinggalkan hingga berakhir dipanti asuhan. Dan kisah bagaimana bodohnya dia mencintai seorang duda berusia 43 tahun, Aleandro Broker.Meskipun ditolak berulang kali, Lova tetap setia mencintai pria matang itu.Pesona Angelic mungkin berguna bagi banyak pria namun tidak untuk Andro, pria itu memperlakukan dirinya sebagai anak kecil yang butuh perlindungan dan itulah yang membuat Lova jatuh cinta padanya“Angelic” suara Chosette terdengar tegas, namun dengan nada yang lembut, membangunkan Lova dari lamunannya.Chosette, dengan penampilannya yang selalu rapi dan seksi, adalah sosok yang dikenal sangat tegas di klub. Dia adalah penanggung jawab yang memastikan semuanya berjalan lancar dan memastikan kerahasiaan semua pengunjung. Di balik sikapnya yang keras, Lova ta
Setelah malam mencekam itu, hari-hari Lova berlalu seperti biasa, dia tetap kuliah dan berusaha mempertahankan citra sebagai mahasiswa teladan. Namun, perbedaannya adalah selama seminggu ini, dia tidak mengunjungi klub malam lagi. Ketidakpastian dan ketakutan menghantui pikirannya, membuatnya merasa seperti terjebak dalam situasi yang tidak pernah diinginkannya.Ada sedikit penyesalan dalam diri Lova, menyesal karena tidak bisa menolong wanita itu.Satu-satunya hal yang membuatnya merasa sedikit lebih tenang adalah saat dia bisa berbicara dengan Aleandro, yang selalu memberikan nasihat dan dukungan. Meski Aleandro tidak bisa benar-benar memberikan perlindungan fisik, kehadirannya memberikan sedikit rasa aman.“Tenanglah, ini hanya paranoia” Lova berbisik pada dirinya sendiri, mencoba menenangkan hati yang berdebar.Telpon Lova berdering, kali ini Emily yang menelponnya“halo em, sudah menemukan pelakunya?” Tanya Lova
Lova mengenakan gaun hitam elegan yang dipilih dengan hati-hati, memastikan penampilannya sempurna. Dia tiba di hotel bintang lima, tempat yang mewah dan megah, mengindikasikan bahwa tamu yang akan dia temui malam ini benar-benar memiliki kekayaan dan pengaruh.Ketika dia memasuki lobi, seorang pelayan menyambutnya dan mengantarnya ke restoran eksklusif di lantai atas. Lova merasa sedikit gugup, meskipun dia terbiasa dengan situasi semacam ini. Namun, kali ini ada perasaan aneh yang mengganjal di hatinya, perasaannya menjadi buruk.Setibanya di restoran itu, Lova nampak terhenti sejenak, tempat itu sepi, tidak ada satupun pengunjung disana“Nona Angelic?” Seorang pelayan yang menyambutnya bertanya dengan sopan“Ya” Jawab Lova“Silahkan ikuti saya nona”Lova mengikuti pelayan yang memandunya menuju tangga melingkar yang mengarah pada lantai dua“Apa pria itu yang melakukannya? Membuat tempat in
Setelah pertemuan yang intens di restoran mewah, Lova kembali ke apartemennya dengan pikiran yang penuh. Meskipun dia berhasil mempertahankan perannya sebagai Angelic, ada momen-momen selama makan malam di mana dia merasa Caid terlalu dekat pada kebenaran.Bahkan saat dalam perjalanan pulang, Lova merasa harus memilih jalan memutar agar orang yang mengikutinya tidak tahu di mana lokasinya“Sungguh sial!!”Lova melepas sepatu hak tingginya dan melempar tasnya ke sofa "Apa pria itu tau?" gumamnya pada diri sendiriAndai Lova tahu jika pelanggannya malam ini adalah Caid Walton, Lova jelas akan langsung menolaknya. Caid bukan orang sembarangan; dia cerdas dan penuh perhatian, lebih dari yang Lova perkirakan sebelumnya.Lova berjalan ke jendela besar apartemennya, menatap keluar ke pemandangan kota yang gemerlap di malam hari. Lova mencoba menenangkan pikirannya, mengingat percakapan mereka dan mencari tahu bagian mana yang mungkin telah mem
Suasana hati Love cukup tenang, mengingat sudah 2 hari tidak ada masalah apapun dengan identitasnya sebagai Relova Luvena maupun Angelic. Dia juga tidak berurusan dengan Caid Walton, yang Lova tahu pria itu sibuk berkencan dengan seorang model, itulah berita yang sedang heboh belakangan iniLova masuk ke ruang rektor, dia disambut oleh rektor yang duduk di belakang meja kerjanya yang besar dan megah.“Ah, Lova, terima kasih sudah datang” Sang Rektor menyambut Lova dengan senyum ramahLova membalas dengan senyum yang tak kalah ramah, dia cukup akrab dengan Hudson karena pria itu tahu jika Lova adalah mahasiswa terbaik di universitas Boston ini.“Saya ingin meminta bantuanmu untuk sesuatu yang agak mendesak.”Lova mengangguk, mencoba terlihat profesional. “Tentu, Sir. Apa yang bisa saya bantu?” tanyanya sambil tersenyumRektor memulai dengan nada yang agak serius “Salah satu donatur besar k