“Ku kira kau tidak akan kemari? Bukannya kau sudah mendapatkan mainan baru?” Dayn bertanya pada seorang pria dengan setelan kemeja hitam yang dipadukan dengan celana kain dengan warna serupa yang baru saja duduk di kursi ruangan mereka, pria itu tidak lain adalah Caid Walton
Setelah sibuk dengan semua jadwalnya akhirnya Caid dapat merilekskan dirinya di club malam ini. Tapi jangan salah, tempat yang di datanginya bukanlah club malam biasa, tidak sembarang orang bisa masuk ke tempat seperti ini.
Hanya orang-orang dari kelas tertentu yang bisa kemari, hal itu kerena semua identitas baik para tamu, penghibur, bahkan pelayan sekalipun menjadi rahasia yang tidak bisa disebarluaskan.
“Dia sudah mati” Sahut Caid santai. Lucius tertawa pelan. Dia tau jika Georgina pasti akan memancing amarah seorang Caid
“Sepertinya memang Jess yang terbaik untukmu” Sahut Dayn membuat Caid mendengus.
“Sayang sekali kau pergi ke Italia kemarin padahal jika kau berada disini kau bisa bertemu Angelic” Seru Lucius.
“Ya dan dia sangat cantik sekaligus imut. Aku bahkan tidak menyangka jika Angelic adalah wanita seperti itu, mau ku pikirkan berapa kalipun aku tidak menyangka jika dia salah satu pelacur disini” Seru Dylan, kembaran Dayn. Mereka kembar identik yang membedakannya hanyalah warna mata. Jika Dayn memiliki mata coklat cerah maka Dylan memiliki mata coklat gelap.
“Dan dia bersama dengan Enid malam ini, hah.. beruntungnya Enid padahal dia yang paling kotor dari kita semua tapi kenapa justru dia yang mendapatkannya, eh salah yang paling kotor itu Caid” Ucap Lucius sambil menegak minumannya. Sepertinya Lucius mulai mabuk dan meracau tak jelas.
Caid menatap mereka dengan sebelah alis terangkat. Entah ini sudah kali ke berapa dia mendengar sosok Angelic yang selalu disebutkan oleh sahabat-sahabatnya itu.
Jujur saja Caid juga penasaran dengan Angelic. Wanita itu adalah sosok yang menjadi primadona di tempat ini. Semua pria berharap dapat menghabiskan malam dengannya.
Meskipun Caid salah satu pelanggan tempat ini namun dia sangat jarang datang. Dia disibukan dengan dunia bisnis yang harus dilakukannya namun bukan berarti pria itu bersih. Terkadang dia juga butuh wanita untuk melepaskan hasratnya.
“Tapi wanita yang bersamanya kemarin juga cantik” Seru Dylan
“Ah wanita itu.. dia salah satu pekerja. Aku sudah pernah menghabiskan malam dengannya, rasanya? Emm biasa saja” Jawab Lucius setengah sadar “Mungkin setelah Enid, aku akan langsung membeli satu malam dengan Angelic” ucapnya lagi.
“Humff, kau tidak akan bisa membeli malamnya tampan. Bukankah lebih baik kau menghabiskan malam denganku, servis ku yang terbalik di sini“ Sela salah satu wanita yang sedari menemani mereka minum.
Lucius langsung menarik tangan wanita itu menuju kamar yang bersebelahan dengan tempat mereka minum. Ruangan mereka adalah salah satu dari 10 tempat khusus yang bisa di gunakan hanya oleh pelanggan dengan member gold yaitu ruangan di lantai tiga sedangkan lantai satu dan dua adalah bagi mereka yang memiliki member silver.
Total ada tiga wanita yang berada di ruangan para pria tampan itu. Ketiga wanita itu adalah para ‘pelayan’ yang memang melayani para tamu terhormat di sana. Dan salah satu yang dibawa Lucius tadi bernama Yuresi, salah satu primadona yang melayani tamu khusus.
“Hey, kenapa rekanmu bilang Luc tidak bisa membeli malam Angelic” Tanya Dayn pada wanita yang duduk di pangkuannya
“Dia spesial di sini, kau tidak bisa menyentuhnya sembarangan terlebih lagi Angelic itu pemilih” Seru wanita itu sambil membusungkan dadanya menggoda Dayn.
Caid menampakan smirknya, tipe pemilih adalah kesukaannya karena sangat menantang apabila dia bisa menjadikan sosok itu miliknya lalu membuangnya saat Caid sudah bosan.
“Kapan aku bisa bertemu dengannya?” Caid bertanya dengan datar pada wanita yang berada di pangkuan Dayn, tanpa menyadari tatapan bertanya yang diberikan oleh para sahabatnya.
“Kau ingin mencobanya?” tanya Dayn
BRAK…
Suara pintu dibuka membuat ketiga pria tampan yang berada diruangan itu menoleh.
“Wow, kukira kau tidak akan kemari malam ini, Dude” Ucap Dylan pada Enid yang baru saja masuk dengan keadaan kacau.
“Bukannya kau memiliki malam yang panas dengan Angelic” Seru si kembar Dayn. Wanita yang duduk di pangkuan Dayn pun tertawa kecil
“Malam panas apanya. Ku tebak kencan kalian berakhir dengan sebuah ciuman” Seru wanita itu. Mata Dayn menyorot pada Enid dengan pandangan bertanya. Enid menghela nafas lalu menyandarkan tubuhnya di sofa.
“Panggilkan Elga” Seru Enid. Wanita yang tadi duduk manja di pangkuan Dayn pun melangkah keluar memanggil rekannya. Dayn dan Dylan membelalak. Jika pria itu memanggil Elga berarti apa yang dikatakan wanita dipangkuan Dayn tadi benar. Kencan mereka hanya berakhir dengan ciuman tanpa malam panas.
“Kau tidak ingin cerita pada kami apa yang terjadi?” tanya Dylan. Enid menghela nafas lalu menegakkan tubuhnya.
“Aku tidak mengira jika Angelic memiliki hubungan dengan Mr. Broker”
“Mr. Broker? Bukankah dia pria paruh baya yang baru-baru ini bekerja sama denganmu Caid?” tanya Dylan lagi. Caid mengangguk acuh namun masih menyimak ucapan Enid selanjutnya.
“Ku pikir kami bakal memiliki malam yang panjang setelah makan malam. Kami berciuman. Memang sih aku kemarin hanya mengajaknya makan malam, tapi kan tidak mungkin wanita itu nggak paham apa yang akan kami lakukan setelahnya. Aku bahkan sudah menyewa hotel di dekat retoran itu” Jelas Enid panjang
“Huuk, Poor You Enid” Ucap Dayn, Enid menatap sahabatnya itu dengan tatapan tajam.
“Aku memang pernah dengar jika Angelic itu spesial, tapi aku tidak tau jika dia tipe orang yang mencampakan, ku rasa harga dirinya terlalu tinggi. Tapi dia punya hubungan apa dengan Mr. Broker?” Tanya Dylan
“Rumor yang beredar Angelic itu simpanan Mr. Broker” Wanita yang menuangkan anggur beralkohol pada gelas Dylan menjawab membuat pria itu tersedak
“What? Kau yakin?” Tanyanya tak percaya
“Rumornya seperti itu. Ada yang pernah melihatnya dijemput oleh Mr. Broker lewat pintu belakang dan mereka menghabiskan banyak waktu bersama”
Mendengar penuturan wanita itu membuat Dylan memandang Caid dengan tatapan bertanya. Caid yang menyadari itu menaikkan satu alisnya
“Kenapa?” Tanya Caid datar.
“Kau jadi mengincarnya?” Tanya Dylan
“Tentu saja” Caid menyesap minuman digelasnya sambil bersadar pada sofa. Tatapannya terlihat menerawang, firasatnya mengatakan ada sesuatu yang berbeda dengan Angelic dan hal itu membuatnya semakin tertarik
“Bagaimana jika ternyata dia benar-benar simpanan Mr. Broker?” Tambah Dylan
“Memangnya kenapa?” Kali ini Dayn yang bersuara “Jika benar simpanan, sepertinya Mr. Broker tidak akan keberatan memberikannya pada Caid dengan pertukaran kontrak kerja sama, benarkan Caid?” lanjut Dayn
Caid mengangguk setuju. Didunia ini semua hal dapat Caid dapatkan dengan mudah. Bahkan jika itu sudah menjadi milik orang lain.
Jemari Lova bergerak dengan lihai pada keyboard laptopnya. Cahaya dari layar laptop memantul di wajahnya, menampilkan fokus dan konsentrasi yang mendalam. Di layar, baris-baris kode dan jaringan keamanan sebuah perusahaan mulai muncul.Clik.. bunyi sistem keamanan yang berhasil Lova bobol membuat bibirnya tersenyum lebar"Mari kita lihat apa yang sebenarnya mereka sembunyikan." Lova bergumam dengan senyum lebar dibibirnyaLova telah menghabiskan waktu terakhir untuk mempelajari sistem keamanan perusahaan Malkin, sebuah perusahaan besar yang dikenal di bidang eksport import minyak bumi.Secara kebetulan Malkin bukan hanya nama perusahaan, tapi juga nama belakang dari pria yang berkencan dengannya minggu lalu. Atau lebih tepatnya, pria yang mengundangnya untuk makan malam dalam rangkaian "kencan" nya."Wah, mereka benar-benar buruk" gumam Lova, matanya menyipit saat dia mulai membaca beberapa dokumen yang dia temukan di folder rahasia perusahaan. Isi dokumen itu mengejutkan. Di dalamnya
“Ada apa denganmu?” tanya Dylan yang menyadari perubahan ekspresi wajah CaidCaid menoleh ke arah Dylan dengan mata yang berkilat. Jari telunjuknya bergerak mengetuk meja dengan seringaian lebar"Penyusup ini... dia sangat terampil. Melihat cara dia menembus sistem kita, dia bukan hacker sembarangan. Ini semacam seni baginya."Dylan mengerutkan kening, mencoba memahami maksud Caid sebelum akhirnya melotot tak percaya "Jadi kau kagum pada orang yang merugikan kita?"Caid mengangguk, masih dengan seringai di wajahnya. "Ya, harus kuakui, sedikit kagum. Banyak orang yang mencoba menembus sistem kita, baik kembaranmu, Enid maupun Lucius, kita semua memiliki kemampuan dan keamanan diatas rata-rata, tapi ini adalah salah satu serangan yang paling tajam yang pernah kulihat. Siapapun dia, dia tahu apa yang dia lakukan dan itu membuatku tertarik." Caid menjelaskan dengan panjang hingga membuat Dylan tercengang. Dylan terkejut karena Caid tidak pernah me
Relova Luvena, berbicara tentang masa lalunya hanya akan dipenuhi dengan kisah sedih. Kisah tentang bagaimana ayah dan ibunya selalu bertengker lalu berpisah. Kisah tentang Lova yang ditinggalkan hingga berakhir dipanti asuhan. Dan kisah bagaimana bodohnya dia mencintai seorang duda berusia 43 tahun, Aleandro Broker.Meskipun ditolak berulang kali, Lova tetap setia mencintai pria matang itu.Pesona Angelic mungkin berguna bagi banyak pria namun tidak untuk Andro, pria itu memperlakukan dirinya sebagai anak kecil yang butuh perlindungan dan itulah yang membuat Lova jatuh cinta padanya“Angelic” suara Chosette terdengar tegas, namun dengan nada yang lembut, membangunkan Lova dari lamunannya.Chosette, dengan penampilannya yang selalu rapi dan seksi, adalah sosok yang dikenal sangat tegas di klub. Dia adalah penanggung jawab yang memastikan semuanya berjalan lancar dan memastikan kerahasiaan semua pengunjung. Di balik sikapnya yang keras, Lova ta
Setelah malam mencekam itu, hari-hari Lova berlalu seperti biasa, dia tetap kuliah dan berusaha mempertahankan citra sebagai mahasiswa teladan. Namun, perbedaannya adalah selama seminggu ini, dia tidak mengunjungi klub malam lagi. Ketidakpastian dan ketakutan menghantui pikirannya, membuatnya merasa seperti terjebak dalam situasi yang tidak pernah diinginkannya.Ada sedikit penyesalan dalam diri Lova, menyesal karena tidak bisa menolong wanita itu.Satu-satunya hal yang membuatnya merasa sedikit lebih tenang adalah saat dia bisa berbicara dengan Aleandro, yang selalu memberikan nasihat dan dukungan. Meski Aleandro tidak bisa benar-benar memberikan perlindungan fisik, kehadirannya memberikan sedikit rasa aman.“Tenanglah, ini hanya paranoia” Lova berbisik pada dirinya sendiri, mencoba menenangkan hati yang berdebar.Telpon Lova berdering, kali ini Emily yang menelponnya“halo em, sudah menemukan pelakunya?” Tanya Lova
Lova mengenakan gaun hitam elegan yang dipilih dengan hati-hati, memastikan penampilannya sempurna. Dia tiba di hotel bintang lima, tempat yang mewah dan megah, mengindikasikan bahwa tamu yang akan dia temui malam ini benar-benar memiliki kekayaan dan pengaruh.Ketika dia memasuki lobi, seorang pelayan menyambutnya dan mengantarnya ke restoran eksklusif di lantai atas. Lova merasa sedikit gugup, meskipun dia terbiasa dengan situasi semacam ini. Namun, kali ini ada perasaan aneh yang mengganjal di hatinya, perasaannya menjadi buruk.Setibanya di restoran itu, Lova nampak terhenti sejenak, tempat itu sepi, tidak ada satupun pengunjung disana“Nona Angelic?” Seorang pelayan yang menyambutnya bertanya dengan sopan“Ya” Jawab Lova“Silahkan ikuti saya nona”Lova mengikuti pelayan yang memandunya menuju tangga melingkar yang mengarah pada lantai dua“Apa pria itu yang melakukannya? Membuat tempat in
Setelah pertemuan yang intens di restoran mewah, Lova kembali ke apartemennya dengan pikiran yang penuh. Meskipun dia berhasil mempertahankan perannya sebagai Angelic, ada momen-momen selama makan malam di mana dia merasa Caid terlalu dekat pada kebenaran.Bahkan saat dalam perjalanan pulang, Lova merasa harus memilih jalan memutar agar orang yang mengikutinya tidak tahu di mana lokasinya“Sungguh sial!!”Lova melepas sepatu hak tingginya dan melempar tasnya ke sofa "Apa pria itu tau?" gumamnya pada diri sendiriAndai Lova tahu jika pelanggannya malam ini adalah Caid Walton, Lova jelas akan langsung menolaknya. Caid bukan orang sembarangan; dia cerdas dan penuh perhatian, lebih dari yang Lova perkirakan sebelumnya.Lova berjalan ke jendela besar apartemennya, menatap keluar ke pemandangan kota yang gemerlap di malam hari. Lova mencoba menenangkan pikirannya, mengingat percakapan mereka dan mencari tahu bagian mana yang mungkin telah mem
Suasana hati Love cukup tenang, mengingat sudah 2 hari tidak ada masalah apapun dengan identitasnya sebagai Relova Luvena maupun Angelic. Dia juga tidak berurusan dengan Caid Walton, yang Lova tahu pria itu sibuk berkencan dengan seorang model, itulah berita yang sedang heboh belakangan iniLova masuk ke ruang rektor, dia disambut oleh rektor yang duduk di belakang meja kerjanya yang besar dan megah.“Ah, Lova, terima kasih sudah datang” Sang Rektor menyambut Lova dengan senyum ramahLova membalas dengan senyum yang tak kalah ramah, dia cukup akrab dengan Hudson karena pria itu tahu jika Lova adalah mahasiswa terbaik di universitas Boston ini.“Saya ingin meminta bantuanmu untuk sesuatu yang agak mendesak.”Lova mengangguk, mencoba terlihat profesional. “Tentu, Sir. Apa yang bisa saya bantu?” tanyanya sambil tersenyumRektor memulai dengan nada yang agak serius “Salah satu donatur besar k
Kelas Lova berakhir lebih cepat namun Lova berharap jika kelas itu tidak akan pernah berakhir.Lova merasa malas jika harus menemui Caid‘aku tahu kau sudah selesai, temui aku diparkiran dosen sekarang’Sebuah pesan membuat mata Lova membelalak, bagaimana bisa Caid mendapat nomor pribadinya?? Kebingungan menghantui pikirannya. Dia berusaha menenangkan diri sebelum mengetik balasan. “Baiklah, aku akan segera ke parkiran.”Setelah mengumpulkan barang-barangnya dengan cepat, Lova meninggalkan ruang kelas dan menuju parkiran kampus. Suasana parkiran itu cukup sepi, mungkin karena parkiran ini memang dikhususkan untuk para dosen dan letaknya di bagian belakang. Hanya ada 4 mobil yang terparkir di sana dan salah satunya adalah milik Caid.Saat Lova tiba di tempat parkir, dia melihat Caid berdiri di samping mobilnya, tampak santai dan elegan. Caid memandangnya dengan senyuman yang tampaknya penuh arti.“Relova” s
Lova perlahan membuka matanya, kebingungannya terlihat jelas di wajahnya. Cahaya lampu ruangan rumah sakit terasa terlalu terang untuk matanya yang baru saja terbuka. Dia mencoba menggerakkan tangannya, tetapi merasakan genggaman kuat di tangannya."Love..." suara Caid terdengar lembut, namun penuh dengan nada emosional yang jarang ia tunjukkan. Matanya yang biasanya tajam kini dipenuhi rasa khawatir yang sulit disembunyikan. "Kau sadar."Lova mencoba tersenyum tipis, meskipun wajahnya terlihat lelah. "Apa yang terjadi?" tanyanya pelan, suaranya hampir seperti bisikan."Kau pingsan" jawab Caid sambil menatapnya dengan penuh perhatian.Lova terdiam sejenak, mengingat kilasan terakhir yang ia lihat sebelum kehilangan kesadaran. Gambar tubuh Robertino yang tergeletak di lantai kembali menghantui pikirannya. Ia memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan diri."Maaf" gumamnya pelan. "Aku tidak tahu apa yang terjadi... semuanya terlalu berat."C
“Jika ku katakan sekarang semuanya ada dalam kendali Caid Walton, apa kau akan percaya, Relova?”Lova merasa hatinya bergetar. Robertino menyebutkan nama Caid dengan cara yang jauh lebih dalam dan penuh makna. Ada kebenaran di balik kata-kata pria ini, meskipun dia tahu bahwa Robertino adalah seorang yang berbahaya dan manipulatif. Namun, semakin banyak yang diungkap, semakin banyak pertanyaan yang muncul dalam benaknya."Apa yang ingin kau katakan?" suara Lova menjadi lebih tegas, meski masih ada kekhawatiran yang mendera. "Kau mengungkapkan hal-hal yang tidak mudah dipercaya begitu saja.""Percayalah, Relova." Robertino menatapnya dengan mata yang penuh perasaan. "Caid Walton sudah memiliki kendali penuh atas semua permainan ini. Dia bukan hanya kepala kudeta, dia adalah otak di balik semuanya. Semua yang terjadi di sekitar kita... Ada dua sisi dari koin, dan kau baru saja terjebak di salah satunya. Pikirkan baik-baik, dia tidak mungkin bisa menggu
Lova sudah pernah mengatakan jika dia diterlantarkan oleh orang tuanya, kan? Hal itu benar, meskipun alasan dibalik penelantaran itu adalah karena ayahnya menjadi buronan CIATak mengherankan Lova bisa masuk CIA disaat usianya masih 16 tahun dan masuk unit khusus diusia 19 tahun, hal itu karena dirinya adalah putri agen terbaik, kemampuan ayahnya secara tidak langsung menurun pada Lova. Sayangnya, Logan tidak hanya mewariskan kemampuannya tapi juga pengkhinatan ayahnya“Aku ingat sekali dulu dia mengajak bekerja sama dengan Walton dan Kingston untuk mengulingkanku” kekehnya bernostalgia "Dan kau tahu apa yang terjadi pada mereka, bukan?Robertino kembali terkekeh sebelum menjawab “Walton kacau karena Calton dan Kingston dalam masalah karena bisnis narkobanya tercium keamanan dan kau jelas tahu apa yang terjadi pada ayahmu kan? Relova?”Lova menatap tajam Robertino, seakan kata-katanya menyentuh sisi yang dalam, yang hampir tak ingi
Montrouge, Paris, PerancisCaid mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi. Kali ini tujuan mereka bukanlah sebuah klub seperti dulu, melainkan pada sebuah villa terpencil di pinggiran kota Montrouge“Kau memindahkannya?” Lova bertanya pelan“Hmm, aku tak mau kau datang ke klub itu” Jawab CaidLova melirik Caid dari sudut matanya, alisnya sedikit terangkat. "Oh? Kenapa? Takut aku menggoda pelangganmu lagi?" tanyanya dengan nada penuh sindiran.Caid hanya tersenyum samar, matanya tetap fokus ketika gerbang dibuka oleh seorang penjaga. "Aku hanya tidak ingin kau berada di tempat seperti itu. Bukan tempat yang tepat untuk seseorang sepertimu" jawabnya dengan nada tenang tetapi tegas.“Tumben? Sebelumnya kau tidak bicara begini saat membawaku kesana tanpa pikir panjang”Caid memarkir mobil di depan villa, mesinnya dimatikan dengan gerakan santai tetapi penuh kontrol. Dia menatap Lova sejenak, senyum tipis di wajahnya. "Setelah melihatmu ditatap oleh para bajingan itu. Aku berubah pikiran"
“I’ll burn the world for you” ikrar caidLova terkekeh pelan “Ngomong-ngomong aku belum selesai bicara tadi” ucapnya membuat Caid menarik diri. Dia menatap Lova dengan alis yang sedikit terangkat."Belum selesai bicara? Apa lagi yang kau tuntut dariku, Love?" Lova menghela napas, mencoba menenangkan dirinya sebelum mengutarakan apa yang ia pikirkan. "Aku akan menikah denganmu, nanti" katanya pelan namun tegas. "Tapi ada syaratnya" lanjut Lova, tatapannya tajam seperti pisau. Caid melipat tangannya di dada, wajahnya tenang namun sedikit waspada. "Katakan saja. Apa pun itu, aku bisa mengatasinya.”Lova mengambil langkah mendekat, hanya beberapa inci dari wajah Caid. "Bawa aku menemui Robertino." Tatapan Caid langsung berubah, dingin dan tajam seperti baja. "Robertino?" gumamnya, suaranya hampir tak terdengar. "Untuk apa kau ingin bertemu dengan pemimpin monarki yang sudah dilengserkan itu?" “Aku ingin bertanya padanya” Jawab Lova, baru sekarang dia bisa memikirkan hal itu, sebelum
Lova tercengang, dia tak menyangka jika seorang Meredith adalah selingkuhan Calton WaltonSosok wanita yang selama ini ia anggap tegas, profesional, dan tak tersentuh ternyata memiliki hubungan kelam dengan ayah dari pria yang kini memonopoli pikirannya.“Dia tampak sangat… berbeda dari apa yang kuduga” gumam Lova, hampir berbicara kepada dirinya sendiri. Meredith seperti sosok ibu baginya, sejak awal bergabung dengan CIA, Meredith tak pernah terlibat dengan pria manapun, dia bahkan selalu menggunakan logika dalam menentukan pilihanTunggu...Ada beberapa momen saat Meredith tak bisa ditemui atau menghilang sesaat"Kau harus melihat wajahmu" Calton tertawa kecil melihat reaksi Lova yang tampak kaget sekaligus bingung. Dia berucap santai dengan senyum menyiratkan bahwa dia menikmati kekacauan kecil yang baru saja ia ciptakan.Caid, di sisi lain, memijat pelipisnya dengan ekspresi kesal. "Dad, serius? Haruskah kau selalu membuat semuanya terasa seperti lelucon murahan?"Calton melirik pu
“Goodboy, huh?" suaranya rendah namun berbahaya, hampir seperti geraman.Lova terkekeh, dia mendongak menatap mata abu itu yang menyorotnya tajam.“Apa aku boleh memutar lagu Animal-Marron 5?”Caid mengangkat alis, sedikit terkejut oleh respons tak terduga Lova. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis, tapi tatapan tajamnya tidak berubah. "Kau ingin menambah suasana?”Lova mengangkat bahu santai “Aku hanya merasa lagu itu cocok untuk kita”“Siapa pemburunya?”“Kau. Tapi sayangnya sang pemburu terlena pada tangkapannya”Caid tertawa kecil, suara rendahnya bergema di ruangan. Terkadang Lova bersikap dewasa, terkadang nampak seperti anak kecil yang polos dan terkadang menjadi sangat liar. Kombinasi itu membuat Caid tak pernah bosan, selalu terpesona sekaligus tertantang oleh wanita di depannya.Mungkin inilah yang membuat Caid tak bisa melepaskannya bahkan setelah 3 bulan be
Ciuman antara dua insan itu sempat terputus karena mereka harus kembali kerumah. Namun setibanya dirumah itu, Caid keluar dari mobil terlebih dahulu, membanting pintu dengan keras, sorot matanya penuh gairah dan ketegangan yang ia tahan sepanjang perjalanan.Lova, yang masih mencoba mengatur napasnya setelah interaksi panas mereka sebelumnya, hanya bisa menatapnya dengan senyum miring, tahu persis apa yang sedang terjadi dalam pikiran pria itu.“Kau tak sabar, Walton” kata Lova dengan nada santai, meskipun ada kilauan tantangan di matanya.Caid tidak menjawab. Sebaliknya, dia melangkah cepat ke arah Lova, membuka pintu mobil untuknya dengan kasar, lalu menarik tangannya hingga Lova terpaksa melangkah turun. Sebelum Lova bisa berkata apa-apa lagi, Caid menerjangnya—tangannya melingkar di pinggangnya, mengangkat tubuhnya dengan mudah seperti dia tidak berbobot sama sekali.“Caid! Tanganmu?!” seru Lova. Dia khawatir dengan perba
Lova menatap Dr. Annelise yang memeriksa Caid. Dia memicingkan mata, fokus pada setiap gerakan Dr. Annelise yang tampak begitu profesional, namun sedikit berlebihan di mata Lova. Dokter itu dengan santai menggeser stetoskop di dada Caid, menyentuhnya dengan hati-hati namun terlalu lamaLova mendengus, kenapa rasanya dia menjadi kekanakan begini? Tapi tetap saja, ada sesuatu dalam cara Dr. Annelise memeriksa Caid yang membuatnya merasa tidak nyaman. Tatapan lembut dokter itu, sentuhan yang menurutnya terlalu personal, dan cara bibirnya melengkung saat berbicara dengan Caid, semuanya memicu rasa tidak suka di dalam dirinya.‘Kau cemburu’Suara dalam otaknya itu terus berputar‘Ayo patahkan saja tangannya, berani sekali dia menyentuh milikmu’Lova menggeleng pelan, mengepalkan tangannya dengan kuat, berusaha keras menahan dorongan impulsif yang menguar dalam dirinya.Ini gila. Aku tidak mungkin benar-benar mematahkan