Share

Menangis Semalam

"Kutu kupret!" umpat Panji.

Dia meninju dinding. Lalu berjalan menuju kulkas. Diambilnya botol air putih.

"Kamu di sini dulu. Besok dia pasti cari aku," kata Aster.

"Tentu. Aku juga sudah suruh orang buat kawal kamu, Mbak," jawab Panji.

"Baguslah. Mbak capek banget. Mbak takut juga."

"Nggak usah takut, Mbak. Kamu kan nggak salah. Dia kan yang sudah brengsek. Nggak modal banget jadi cowok."

"Ck! Bukan begitu. Mbak takut nggak bisa kontrol emosi. Antara nangis kayak orang stress atau ngamuk kayak orang gila."

Panji mengusap tengkuk. Dia meringis saja pada kakaknya.

"Ya..., itu bahaya juga sih. Parah."

"Maka dari itu, Pan. Yaudah, kamu mau makan apa? Nanggung amat ini makan siang sudah lewat, makan malam juga masih lumayan."

"Pesan online saja, Mbak. Aku yang pesan ya."

"Oke, Pan. Aku mau mandi dulu."

Aster masuk ke kamarnya. Dia tidak lantas melakukan aksi pembersihan diri. Dia duduk di tepi tempat tidur.

Perlahan punggungnya bergetar. Suara lirih isakan keluar.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status