Share

Wanita Dambaan Sang Billionaire
Wanita Dambaan Sang Billionaire
Author: Strrose

1. Meet again

Author: Strrose
last update Last Updated: 2024-12-29 14:17:31

Matthias menekan tombol bel untuk ketiga kalinya, tetapi tetap tidak ada jawaban. Dengan kesabaran yang mulai terkikis, ia mengeluarkan ponselnya. Menghubungi adik perempuannya yang sejak tadi tak kunjung membukakan pintu

“Buka pintunya" Ucap Matthias tanpa basa basi dengan nada datarnya begitu panggilan terhubung

“Oh, kau sudah sampai, kak?”

“Cepat buka pintunya sebelum aku marah padamu, Hiri" Matthias menjawab sambil melirik pintu yang tetap tertutup rapat di depannya

“Emm ini, aku sedang di luar. Ada urusan mendadak. Masuk saja, password pintunya 1007#. Aku lupa bilang pada Selena kalau kau datang dan sepertinya dijam segini dia ada di ruang olahraga” Hiriety menambahkan dengan nada santai.

“Selena?”

“Iya kau pasti akan senang bertemu dengannya, aku tutup telponnya ya kak, kita bicara dirumah saja”

Matthias menghela napas, dia hendak bertanya lebih lanjut tapi adik kandungnya itu sudah memutuskan panggilan sebelum ia mendapat jawaban.

Akhirnya, Matthias memasukkan kode yang diberikan Hiriety. Suara klik dari pintu elektronik menandakan bahwa kodenya benar. Ia mendorong pintu dan melangkah masuk.

Aroma manis namun segar tercium diudara, siapapun yang menghirup udara didalam pun akan tahu jika itu aroma tempat tinggal seorang wanita. Apartemen luas, modern, dan dinding yang didominasi warna pink muda. Interiornya kebanyakan warna putih dengan hiasan minimalis di setiap sudut. Ada cukup banyak pintu disini. Namun, perhatian Matthias langsung tertuju pada sebuah pintu yang terbuka

Seorang perempuan cantik muncul dari sana, mengenakan crop top ketat dan celana sport pendek yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Wajah perempuan itu memerah, rambutnya yang terikat nampak basah oleh keringat. Perempuan itu nampak belum menyadari kehadiran Matthias karena earphone yang digunakannya

“Lama tak bertemu” Matthias berdiri tepat didepannya

Barulah ketika mata hazel itu bertemu dengan netra abu Matthias, ia berhenti di tempat, terkejut. Segera dilepaskan earphone yang menutup telinganya itu

“K-kau?! Siapa kau?” Selena hampir berteriak, ekspresinya berubah waspada. Ia mengambil langkah mundur dan menodongkan botol air ditangannya, seolah siap menggunakannya sebagai senjata.

Matthias, disisi lain, terdiam beberapa detik, memperhatikan Selena dari ujung kepala hingga kaki. Mata abu pekatnya tidak bisa menghindari pakaian yang dikenakan Selena, yang menurutnya terlihat sangat seksi dan cocok ditubuh ramping nan berbentuk bak hourglass body itu

”Makin besar rupanya” Gumamnya pelan dengan sudut bibir terangkat

“Hei, aku tanya, kau siapa?! Kenapa bisa masuk dirumahku?” Selena mengulang pertanyaannya dengan nada lebih tinggi. Jemarinya bergerak cepat menyalakan ponselnya, hendak menelepon pihak berwajib sebelum pria itu berbicara

“Matthias.” Jawabnya

Mata hazel Selena membulat “Matthias Walton?" Tanya Selena

Matthias mengangguk "Aku baru tahu kau tinggal disini dengan adikku" Serunya sekedar basa basi.

Matthias tak tahu jika Selena yang adiknya maksud adalah putri dari uncle Dylan dan Aunty Lumia. Dulu, dia hanya bertemu dengan Selena saat kecil dan mereka sempat bermain bersama lalu setelahnya, mereka terpisah karena kesibukan orang tua masing-masing. Atau lebih tepatnya, Selena melarikan diri darinya.

“Hiriety tak bilang kau akan kemari” Ucap Selena menatap Matthias masih dengan rasa curiga

“Tanya dia” Matthias menjawab santai, tetapi senyum kecil di sudut bibirnya menunjukkan bahwa ia sedikit menikmati kebingungan Selena. “Aku cuma mengikuti instruksinya. Dia memintaku datang dan memberikan password pintu dengan mudahnya” Matthias menjawab tenang, meski matanya kembali tertuju pada pakaian Selena.

Crop top yang membalut tubuhnya dan celana pendek olahraga itu membuatnya sedikit kehilangan fokus

"Jaga pandangan anda Mr Walton" Sergah Selena datar

Matthias terkekeh ringan “Maaf, refleks” balas Matthias santai, masih dengan tawa kecil yang menyebalkan. Ia berjalan ke sofa ruang tamu, mendudukan diri serta menyandarkan tubuhnya ke sofa, seolah menunjukkan bahwa ia bisa bersikap lebih sopan. “Kau tidak bisa menyalahkanku. Penampilanmu cukup… mencuri perhatian.”

Selena mendengus, menyilangkan tangan di dadanya. “Kalau begitu, coba fokus pada alasan kenapa kau di sini, bukan pada apa yang kukenakan.”

Matthias tersenyum tipis, senyuman yang menunjukkan bahwa ia terlalu percaya diri untuk merasa bersalah. “Baiklah” katanya, memperbaiki posisi duduknya. “Aku di Milan karena urusan bisnis. Sekalian saja kutemui adik kecilku itu, kami jarang bertemu, dan kupikir ini saat yang tepat untuk menjenguknya.”

“Dan kau pikir waktu yang tepat itu adalah saat aku sendirian di apartemen ini?” Selena mengangkat alisnya, nadanya menyiratkan ketidaksukaan.

“Aku sudah bilang, itu urusan Hiri" Matthias menegaskan, lalu menambahkan dengan nada lebih ringan, “Dan bukannya kau sudah cukup tangguh untuk menghadapi ‘orang asing’ seperti aku? Lihat saja, kau bahkan punya botol air sebagai senjata andalan.”

Selena mendesah, merasa percakapan ini tidak akan membuatnya menang. Ia melanjutkan langkahnya, berjalan ke dapur, mencoba mengabaikan tatapan Matthias yang mengikutinya.

“Lama tidak bertemu Selena” Ucap Matthias, kembali menyapa untuk kedua kalinya “Senang bertemu denganmu lagi”

“Kebalikannya untukku” Balas Selena

Matthias terkekeh pelan, jelas menikmati interaksi ini. “Basa basi yang dingin sekali” ujarnya, nada suaranya setengah bercanda.

Selena membuka kulkas, mengambil sebotol air dingin, lalu membukanya dengan gerakan yang sedikit lebih keras dari biasanya. “Kalau kau ingin tahu, aku membencimu” katanya, menoleh sebentar untuk menatap Matthias. “Jadi jangan berharap sambutan hangat dariku.”

Matthias menyandarkan punggungnya pada sofa, tetap tenang meski balasan Selena penuh duri. “Aku tak mengharapkan sambutan apa pun, Princess”

Deg!

“Berhenti menyebutku begitu!”

Matthias tersenyum lebih lebar, melihat reaksi yang diinginkannya. “Kenapa? Bukankah itu panggilan yang cocok untukmu? Kau memang seperti seorang putri—anggun, keras kepala, dan... selalu tahu cara membuat sang pangeran terus memperhatikanmu.”

“Apa sekarang kau mengakui diri sebagai pangeran?” Potong Selena mengejek

Matthias tertawa kecil, nada suaranya santai tapi penuh arti. “Bukan aku yang mengatakannya, Selena. Kau yang memberiku julukan itu waktu kita masih kecil, ingat?”

Selena memutar bola matanya, menutup botol air lalu menyandarkannya ke meja dapur. “Kalau aku memang bilang begitu, itu pasti karena aku terlalu kecil untuk tahu bahwa pangeran seharusnya punya hati.”

“Ouch, itu menyakitkan” balas Matthias sambil meletakkan tangan di dadanya, seolah benar-benar terluka. “Tapi kau benar, waktu kecil aku mungkin agak... sulit. Sekarang pun, mungkin aku masih sama.

“Kalau kau terus berbicara seperti itu, aku tidak segan-segan mengusirmu dari sini, Matthias.” Ancamnya

Matthias terkekeh “Kau takkan bisa membuatku bergerak kecuali telanjang didepanku Selena” Ucapnya Matthias sambil menyilangkan kaki dengan senyum miring yang sialnya sangat menggoda dimata Selena

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
nbllucia
akghhhhhhh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   2. Hai Selena

    Brak!!Selena bersandar di pintu kamarnya, menghembuskan napas panjang sambil memejamkan mata. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba mengendalikan pikiran yang berputar di kepalanya. Tubuhnya menempel pada pintu kayu yang dingin, tetapi jantungnya berdegup begitu cepat, seolah-olah sedang berlomba dengan waktu.“Sialan! Matthias Walton sialan! Kenapa dia muncul dengan panampilan begitu!!! Astaga!! dia terlalu tampan untuk seseorang makhluk fana” gumam Selena lirih.Di pukul pelan pipinya dengan kedua tangan hingga wajahnya yang memerah semakin terasa panas. “Tarik napas, Selena. Kau bukan remaja belasan tahun lagi. Kau perempuan dewasa, usiamu sudah 22 tahun Selena, sadarlah!! Pria tampan bukan hanya Matthias saja. Ingat kekasihmu!!” doktrinnyaSelena menggelengkan kepalanya keras-keras, seolah mencoba mengusir bayangan Matthias yang terus menghantui pikirannya. Ia berjalan ke meja rias dan menatap bayangannya di cermin. Wajahnya me

    Last Updated : 2025-01-02
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   3. Always mine

    “Kakak tinggal disini saja”DUAR!! Pernyataan sepihak yang dilontarkan Hiriety jelas memicu lonjakan emosi dalam diri Selena. Matanya membelalak, sementara Matthias yang duduk di sofa seberangnya menaikkan alis, senyuman samar terlukis di wajahnya, menikmati situasi yang jelas akan meledak.“Rie, kau tidak serius, kan?” tanya Selena, nadanya tegang tapi mencoba tetap tenang.Hiriety memiringkan kepala, ekspresinya polos seperti anak kecil yang baru saja meminta permen. “Kenapa tidak? Kak Matthias kan tidak punya tempat tinggal sementara di Milan. Lagipula, apartemen ini besar sekali, Selena. Ada kamar tamu yang kosong. Rasanya aneh kalau tidak dimanfaatkan.”“Itu bukan masalah tempat, Rie” Selena berusaha menahan diri, meski suaranya mulai meninggi. “Ini soal kenyamanan. Dan aku tidak nyaman berbagi ruang dengan… dia.”“Aku tidak mau kak Matthias tinggal di hotel ataupun tempat lain disaat adiknya berada di apartemen mewah yang cukup luas untuk ditinggali” Lanjut Hiriety tak peduli“H

    Last Updated : 2025-01-02
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   4. Sweet psycho

    “Selena Sayang”“Mark!” Ekspresi Selena langsung berbinar saat melihat Mark menunggu di dekat mobilnya. Ia berlari kecil menghampiri pria itu, senyumnya tak pernah semanis ini setelah hari yang melelahkan.Mark membuka pintu mobil untuknya, lalu menunduk sedikit, menggodanya. “Hari yang panjang, ya?”“Seperti biasa” jawab Selena, masuk ke dalam mobil dan meletakkan tasnya di kursi belakang. “Tapi kau pasti tahu cara membuat hariku lebih baik kan?”Mark tersenyum, duduk di kursi kemudi. “Kalau begitu, izinkan aku melakukannya.”Tanpa berkata apa-apa, Mark mendekat dan mengecup bibir Selena. Awalnya lembut, penuh kasih. Selena membalas, menikmati momen itu. Namun, ciuman itu perlahan berubah lebih intens, dan tangan Mark mulai menyusuri tubuh Selena, turun ke pinggangnya.Selena tertegun, menahan tangan Mark dengan lembut namun tegas. Ia

    Last Updated : 2025-01-03
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   5. Restrained

    Selena baru selesai berganti pakaian saat mendengar ketukan keras di pintu kamarnya "APA?!" Selena berteriak, melepaskan amarahnya ketika pintu terbuka dan menampilkan sosok Matthias "Kau bilang tak akan mengganggu selama tinggal di sini."“Kau menciumnya?” katanya dengan suara rendah dan mengancam.“Hah? Apa?” Selena menatapnya bingung, dia berusaha menjaga jarak saat Matthias mendekat. Namun Matthias tetap melangkah maju mendekatinya “Kau ini kenapa? Bisakah bertingkah seperti kita orang asing saja" suara Selena terdengar lelah, hampir bosan dengan sikap Matthias yang terus mengganggunya."Kau mencium bajingan itu?" tanyanya, suaranya tegas, penuh tuntutan, mengabaikan respon Selena“Kau membicarakan dirimu sendiri?” Balas Selena dengan mencemoohMatthias berhenti sejenak, matanya menyipit, menatap Selena dengan tajam. “Jangan bermain-main denganku, Selena" ucapnya, suara rendah penuh ancaman. “Pria itu, kau menciumnya?” Sambungnya“Mark maksudmu?” Selena berdiri tegak, menatap Matt

    Last Updated : 2025-01-03
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   6. Locked

    Selena berjalan mondar-mandir di kamar, kepalanya dipenuhi oleh berbagai pikiran yang saling bertubrukan. Ponselnya tergenggam erat di tangan, dan dia menekan nomor Hiriety dengan gerakan cepat. Dering pertama hingga ketiga tidak diangkat, membuat Selena semakin frustrasi.“Ayo, Hiriety! Angkat teleponmu!” gerutunya sambil terus berjalan di atas lantai keramik yang dingin, sementara pikirannya sibuk memikirkan solusi.Matanya melirik pintu kamar, seolah takut Matthias akan tiba-tiba masuk. Dia mengusap wajahnya dengan kasar, mencoba meredakan kekesalan yang semakin memuncakBeberapa dering berlalu, dan untuk sesaat, dia berpikir Hiriety tidak akan menjawab. Namun, suara mengantuk Hiriety akhirnya terdengar di ujung telepon."Halo? Ada apa, Selena?" tanya Hiriety dengan nada malas."Kau serius, Hiri?" Selena langsung meledak tanpa basa-basi. "Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau menginap di rumah temanmu? Kau meninggalkanku sendirian

    Last Updated : 2025-01-14
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   7. Stalker

    Selena tertidur saat jam mulai menujukan pukul 01.10 dini hari. Meskipun sesekali dia terbangun karena suara-suara samar di luar namun tubuhnya yang kelelahan tidak mampu melawan rasa kantuk yang terus menariknya ke alam mimpi.Cahaya bulan menembus tirai tipis, menerangi kamar yang kini dipenuhi keheningan malam. Sayangnya, keheningan itu tidak bertahan lama.Di luar balkon, bayangan gelap bergerak dengan hati-hati. Matthias, dengan tubuh tegap dan gerakan penuh kehati-hatian, berhasil membuka pintu geser balkon yang ternyata tidak terkunci dengan sempurna.Dia masuk ke kamar Selena tanpa suara, langkahnya begitu tenang hingga hampir seperti bayangan yang meluncur di lantai. Selena lupa satu hal—lokasi kamar tamu dan kamarnya yang bersebelahan, memudahkan Matthias untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa terdeteksi.Matthias berhenti di tengah kamar, matanya mengamati meja rias yang Selena geser untuk mengganjal pintu. Senyum geli terl

    Last Updated : 2025-01-15
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   8. Supervised

    “Selena cantik, aku suka” katanya dengan suara yang jernih dan penuh kepolosanSelena, yang masih berusia 7 tahun, langsung merasa pipinya memanas. Wajahnya yang imut memerah seketika, membuatnya terlihat semakin malu dan lucu. Dia sedikit menundukkan kepala, lalu dengan suara pelan tapi penuh kejujuran, dia berkata, “Matthias juga tampan, Selena suka.”Gadis kecil itu masih menatap Matthias dengan pandangan yang jujur, tanpa ada rasa malu yang dipahami sepenuhnya. Bagi Selena, segala hal yang datang dari Matthias adalah sesuatu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata biasa. Matthias, yang tampaknya sedikit terkejut dengan respons tersebut, hanya tertawa ringan.“Selena mau jadi punya aku?”Malu-malu Selena mengangguk“Terima kasih, Selena” jawab Matthias dengan senyum bahagianya. Saat itu Selena tidak sepenuhnya mengerti dampak dari kata-katanya pada bocah lelaki 11 tahun itu.“HAH!&r

    Last Updated : 2025-01-16
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   9. Humor Wanita

    Hiriety kembali ke meja makan dengan langkah santai, meskipun pikirannya masih berantakan akibat percakapan singkat dengan Matthias. Dia berusaha menjaga ekspresinya tetap tenang, meskipun Selena menatapnya dengan sedikit curiga."Semua baik-baik saja?" tanya Selena, menyendok sisa makanannya sambil tetap memperhatikan Hiriety."Ya, hanya urusan kecil, kakakku bilang dia ketinggalan sesuatu" jawab Hiriety sambil mengibaskan tangan, mencoba mengalihkan pembicaraan. Dia mengambil segelas air, menyesapnya perlahan, lalu menatap Selena dengan senyum tipis. "Ngomong-ngomong, kita punya kelas yang sama jam satu nanti."Selena mengangkat alis. "Kelas apa?"“Branding strategy" jawab Hiriety, sambil menghela napas kecil. "Kau mungkin lupa karena aku jarang muncul di kelas. Tapi kali ini, aku memutuskan untuk hadir."Selena menyeringai kecil, tidak benar-benar percaya. "Apa yang membuatmu tiba-tiba rajin?"Hiriety terkekeh. "Kudengar ada dosen p

    Last Updated : 2025-01-17

Latest chapter

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   98. War beggining

    “Hanya segini?” Tanya Matthias dengan tatapan tajamnyaAlesio terkekeh “Memangnya kau berharap berapa banyak?”Matthias menyandarkan punggungnya pada kursi, matanya menyipit menatap dokumen di tangannya. “Aku berharap lebih dari ini, Kingston. Kau tahu berapa banyak jaringan yang sudah kita bongkar.”Alesio mengangkat bahu dengan santai, mengambil gelasnya dan menyesap anggur merahnya sebelum berbicara. “Jangan serakah, Walton. Ini bukan hanya tentang seberapa banyak yang kita temukan, tapi seberapa dalam kita bisa menelusurinya.”Matthias mengetukkan jarinya ke meja, pikirannya jelas bekerja. “Jadi, kau pikir ini masih permukaan?”Alesio menyeringai kecil. “Kita berurusan dengan orang-orang yang lebih licik dari yang kita kira. Jika ini mudah, kau dan aku sudah menyelesaikannya sejak lama.”Matthias mendecakkan lidahnya, lalu menutup dokumen itu. “Baiklah. Aku aka

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   97. Yakin padanya

    Alesio Kingston, pria itu sempat menghebohkan media dengan pernikahaanya dengan seorang wanita berkebangsaan Indonesia. Terlebih saat itu ada rumor yang mengatakan jika Alesio merebut wanita yang sudah memiliki tunangan“Ini istriku, Alana” Alesio mengenalkan sang istri yang sedang hamil besar pada Selena“Hallo” Suara halus itu terdengar dari Alana dan Selena mengerti kenapa sosok seperti Alesio bisa menjatuhkan hati pada perempuan ini“Aku Selena” Selena mengenalkan dirinya dengan sangat ramah“Tunanganku” Matthias menambahkan dengan seringai sombongAlana tersenyum hangat, matanya berbinar saat mendengar perkenalan dari Matthias. "Senang bertemu denganmu, Selena. Aku harap kau bisa menikmati pesta ini."Selena membalas senyuman itu. "Terima kasih, dan selamat atas kehamilanmu. Aku yakin Alesio pasti sangat menjagamu."Alesio tertawa kecil, melingkarkan lengannya di pinggang Alana deng

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   96. Society

    “Princess” Panggil MatthiasSelena yang sedang duduk dan menonton menatap pria itu lekat “Ada apa?” Tanya Selena“Mau ikut denganku malam ini?” TanyanyaSelena terdiam, mempertimbangkan tawaran Matthias. Sejujurnya, ia tidak ingin sendirian di apartemen ini malam ini. Terlebih dirinya juga tak mau jauh dari Matthias“Kemana kita akan pergi?”Matthias menyeringai kecil, lalu duduk di sampingnya. “Aku ada undangan pesta dari keluarga Kingston. Aku ingin kau ikut denganku.”“Kingston? Alesio Kingston?”“Hmm”Selena mengangkat alisnya, jelas terkejut. "Sejak kapan kau bergaul dengan keluarga Kingston?"Matthias terkekeh, lalu melingkarkan lengannya di punggung sofa, membuatnya semakin dekat dengan Selena. "Bukan bergaul, Princess. Hanya urusan bisnis. Kau tahu jika mereka juga memiliki maskapai penerbangan kan?”Selena mengangguk

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   95. Matthias Felling (19+)

    “Shh... hisap yang kuat Princess”Mulut Selena terasa kaku, begitupun dengan tangannya. Nyatanya menghibur Matthias dengan mulut dan tangannya tak juga membuat Matthias puas. Andai bulanan Selena sudah selesai, dia pasti akan lebih memilih melebarkan kakinya daripada mulutnya“Terus Princess..”Benda Matthias didalam mulut Selena terasa membesar dan mengeluarkan cairan yang membuat Selena masih merasa aneh“Hah...” Selena menghela napas panjang, ada hawa panas dari semburan lahar Matthias di mulutnya “Rasanya aneh, tapi lebih baik dari yang sebelumnya” gumum SelenaMatthias terkekeh “Aku belum selesai marah padamu, Princess”“Ckk.. ayolah. Kenapa kau terus mencari kesempatan?” Selena bangkit, memposisikan diri di pelukan Matthias yang terbaring di ranjang sejak tadi“Aku menasehati agar kau—“Suara Matthias perlahan lenyap dipendangaran Se

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   94. Lossin control

    Matthias marah. Itu jelas.Sejak mereka meninggalkan pulau itu, pria itu bahkan tidak menatapnya. Di kapal, Matthias hanya berdiri di buritan dengan tangan terlipat di dada, matanya terpaku pada lautan seolah-olah dia bisa melampiaskan amarahnya pada ombak.Di dalam mobil, suasana semakin menegangkan. Matthias duduk di sampingnya, tetapi jaraknya seperti sejauh benua. Rahangnya mengeras, kedua tangannya mengepal di atas pahanya, dan napasnya terdengar berat—tanda-tanda khas kalau dia sedang menahan diri agar tidak meledak.Selena meliriknya sekilas, lalu mendesah pelan."Apa kau akan diam saja sepanjang perjalanan?" tanyanya akhirnya.Tidak ada jawaban. Matthias bahkan tidak bergerak.Selena menggigit bibirnya, mencoba menahan senyum geli meskipun tahu situasinya serius. Matthias yang marah memang berbahaya… tapi Matthias yang merajuk? Itu sesuatu yang jarang terjadi.Dia menggeser tubuhnya sedikit, mendekat ke arahnya. "

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   93. The Real Selena

    "Tunanganku sudah datang."Selena terkekeh pelan, dia melangkah mundur, menjaga jarak dari NateNate masih menatapnya dengan rahang mengatup rapat. Matanya yang biasanya penuh percaya diri kini menyiratkan keterkejutan dan… kemarahan.“Kau pikir ini sudah selesai?” suaranya rendah, berbahaya.Selena mengangkat bahu, senyum tipis masih menghiasi bibirnya. “Kuharap begitu” Jawab Selena ringanDi luar, suara ledakan lain mengguncang tanah, membuat bangunan bergetar. Para anak buah Nate berlarian dalam kekacauan, beberapa mengangkat senjata, sementara yang lain berteriak mencari perlindungan.Selena menoleh kembali ke Nate yang kini menggertakkan giginya, tinjunya mengepal erat. Pria itu memang cerdas, licik, dan penuh perhitungan, tapi kali ini—dia kalah langkah.Langkahnya untuk mengambil Selena, wanita yang dicintainya sudah salah.Nate menghela napas berat, tatapannya gelap saat melihat Sele

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   92. Troublemaker

    Matthias menatap Hirerty dengan mata abu tajamnya“Kenapa kau tak mengatakan apa-apa?!” TuntutnyaHiriety terkekeh ringan “Salahmu yang tak bertanya”“Demi Tuhan Hirie!! Kau dan Selana merancakan hal seperti berbahaya seperti ini tanpa memberitahuku?!!” suaranya rendah dan penuh kemarahan yang ditahanMatthias menggeram, mengepalkan tinjunya dengan erat. Napasnya masih memburu setelah serangan mendadak yang baru saja terjadi."Kau tahu seberapa bahayanya ini, tapi kau malah membiarkan Selena pergi begitu saja?!"Hiriety menyandarkan dirinya ke dinding dengan santai, ekspresi wajahnya menunjukkan seolah ini bukan masalah besar. "Aku tidak membiarkan dia pergi begitu saja, Matthias" ujarnya, menyilangkan tangan di dada. "Selena dan aku sudah merencanakannya sejak awal."Matthias mengusap wajahnya kasar "Jelaskan semuanya. Sekarang."Hiriety terkekeh “ternyata akting Selena hebat juga samp

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   91. Terasingkan

    "Selamat datang di rumahku" pria itu berkata dengan nada tenang namun berwibawa.Selena tidak menjawab, hanya menatapnya dengan tatapan tajam yang penuh kewaspadaan. Rumah? Ini lebih mirip markas tersembunyi bagi orang-orang seperti mereka—sebuah bangunan besar dengan arsitektur megah namun memiliki aura kelam dan dingin.Stevan mendorong punggung Selena dengan lembut, membuatnya berjalan mengikuti pria itu masuk ke dalam. Begitu mereka melewati pintu besar yang dijaga ketat oleh pria-pria bersenjata, Selena semakin merasa tidak nyaman.Interior rumah itu dipenuhi marmer hitam dengan lampu gantung yang memberikan cahaya remang. Ada aroma khas—sesuatu yang mahal, bercampur dengan bau samar cerutu.Pria yang dipanggil 'Boss' itu melangkah santai menuju sebuah ruangan luas dengan jendela besar yang menghadap ke laut. Dia berbalik, menatap Selena dengan senyum tipis."Aku harus mengakui" katanya sambil melipat tangan di depan dada. "Aku tid

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   90. Pulau terpencil

    "Bodoh! Bisa-bisanya pengawal seperti kalian kehilangan wanitaku" Matthias menghajar dua pria yang ditugaskannya sebagai pengawal SelenaMatthias tidak menahan amarahnya. Tinju kerasnya menghantam wajah salah satu pengawal, membuat pria itu jatuh tersungkur ke lantai dengan darah mengalir dari sudut bibirnya.Satu pria lagi mencoba berbicara, tetapi sebelum dia sempat membuka mulut, pukulan Matthias yang berikutnya mendarat tepat di rahangnya, membuatnya terhuyung ke belakang."Bodoh!" geram Matthias. Napasnya berat, matanya berkilat dengan kemarahan yang begitu pekat. "Kalian hanya punya satu tugas—mengawasi Selena! Dan kalian bahkan tidak bisa melakukan itu?!"Kedua pria itu tidak berani membela diri. Mereka tahu bahwa kesalahan seperti ini tidak bisa dimaafkan.Halland berdiri di sisi ruangan, tidak ikut campur. Dia tahu jika Matthias sedang seperti ini, lebih baik membiarkannya melampiaskan amarah dulu sebelum berbicara logis.Matt

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status