Share

2. Hai Selena

Author: Strrose
last update Last Updated: 2025-01-02 11:00:55

Brak!!

Selena bersandar di pintu kamarnya, menghembuskan napas panjang sambil memejamkan mata. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba mengendalikan pikiran yang berputar di kepalanya. Tubuhnya menempel pada pintu kayu yang dingin, tetapi jantungnya berdegup begitu cepat, seolah-olah sedang berlomba dengan waktu.

“Sialan! Matthias Walton sialan! Kenapa dia muncul dengan panampilan begitu!!! Astaga!! dia terlalu tampan untuk seseorang makhluk fana” gumam Selena lirih.

Di pukul pelan pipinya dengan kedua tangan hingga wajahnya yang memerah semakin terasa panas. “Tarik napas, Selena. Kau bukan remaja belasan tahun lagi. Kau perempuan dewasa, usiamu sudah 22 tahun Selena, sadarlah!! Pria tampan bukan hanya Matthias saja. Ingat kekasihmu!!” doktrinnya

Selena menggelengkan kepalanya keras-keras, seolah mencoba mengusir bayangan Matthias yang terus menghantui pikirannya. Ia berjalan ke meja rias dan menatap bayangannya di cermin. Wajahnya memerah, pipinya terasa hangat, dan matanya bersinar penuh emosi.

“Kenapa harus dia?” bisiknya pelan, suaranya nyaris tenggelam dalam ruangan yang sunyi. “Kenapa aku harus bertemu dengannya lagi?” Selena mengambil satu napas panjang. Tapi tetap saja, pikirannya terus memutar ulang senyum miring Matthias, tatapan matanya yang tajam, dan caranya berbicara dengan nada santai yang selalu membuat Selena merasa kalah sebelum pertempuran dimulai.

Selena mengambil ponselnya dari meja. Ia membuka layar, menatap kontak seseorang yang dinamainya “Babe" dengan penuh keraguan. Jarinya ragu-ragu sebelum akhirnya meletakan ponsel itu kembali

Otak cantiknya itu terus memutar ulang kejadian tadi, cara Matthias menatapnya dengan mata abu pekat yang penuh intensitas, senyumnya yang sedikit meledek, dan suara beratnya yang terkesan santai tapi memiliki daya tarik tersendiri.

“Kau gila Selena!”

Bagian kecil di hatinya menolak kata-katanya sendiri. Matthias Walton bukan pria biasa. Selena tahu itu. Ingatannya kembali ke masa kecil mereka, sebuah fragmen yang samar namun hangat. Mereka pernah bermain bersama saat Matthias masih sering berkunjung sebelum Selena merengek untuk pindah ke London dan menghindari pria itu

Sialnya, sekarang Selena tak bisa menghindar lagi, Matthias yang sekarang berbeda. Ia telah tumbuh menjadi pria dewasa yang bisa membuat siapa pun merasa tidak aman dengan satu tatapan saja.

“Sial Selena! Sejak kapan perasaanmu jadi murahan begini!!” Selena menggelengkan kepalanya dengan frustrasi, mencoba mengusir pikiran-pikiran aneh yang terus menghantui. Ia menyisir rambutnya dengan jari, melirik sekali lagi ke cermin.

Rasanya dia seperti remaja puber saja, ketakutan, kebimbingan dan adrenalinnya menjadi satu

“Selena?” Ketokan pintu dan suara Hiriety yang memanggilnya membuat Selena menghela napas lega. Ia segera bangkit, melangkah cepat untuk membuka pintu.

Wajah cantik yang memiliki kesan lembut itu terpampang didepannya, ada sedikit raut cemas diwajahnya “Maaf aku lupa bilang jika kakakku akan datang”

Selena menatap Hiriety dengan ekspresi datar, meskipun dalam hatinya, ia masih merasa kesal. "Lupa? Kau meninggalkan aku sendirian di sini dengan seorang pria yang baru pertama kali kulihat setelah sekian tahun lamanya, dan kau hanya bilang lupa? Tak mungkin pria itu datang tanpa persiapan sebelumnya kan?"

Hiriety tersenyum meminta maaf, tetapi jelas dia tidak merasa terlalu bersalah. "Yah, dia bukan orang asing, kan? Kau pernah bertemu Matthias sebelumnya. Lagipula, aku pikir kau bisa mengatasinya"

Selena mendesah panjang, mencoba menahan dirinya untuk tidak meledak. "Ya, aku pernah bertemu dia. Saat dia masih anak kecil dan kau sendiri tahu betapa gilanya kakakmu itu!"

Hiriety tertawa kecil, menutupi mulutnya dengan tangan. "Oh ayolah, Selena. Kau tahu dia hanya bercanda. Matthias selalu seperti itu, dia memang suka mengoda tapi kau tahu sendiri jika dia tak pernah tertarik. Kau hanya perlu terbiasa."

Selena memutar bola matanya. Alasan kenapa dia takut dengan Matthias adalah karena masa kecil mereka. Matthias itu selalu mengejarnya, menyentuhnya bahkan menganggu setiap waktunya. Dia bahkan tak segan memukul anak lelaki lain yang berbicara dengannya. Matthias memperlakukannya seperti mainan yang hanya boleh Matthias mainkan.

"Dia selalu memandangku seperti aku bagian dari menu makan siangnya. Itu tidak lucu, Rie."

Hiriety berusaha menahan tawanya, tetapi gagal. "Kau terlalu sensitif. Matthias memang seperti itu Dia tertarik padamu."

Selena langsung menegang. "Tertarik? Tidak. Jangan mulai dengan asumsi konyol itu."

“Padahal dulu jelas sadar jika kakakku suka padamu tapi kau malah pergi" kata Hiriety santai.

Selena mendengus, berusaha menyembunyikan emosinya. "Suka?” Gumamnya pelan “Itu lebih mirip obsesi. Dia memperlakukanku seperti aku ini boneka yang bisa dia miliki. Selalu memonopoli waktu dan perhatianku. Aku bahkan ingat dia pernah mengurungku di ruang belajarnya"

Hiriety tertawa lebih keras kali ini. "Dan kau, tentu saja, tetap diam-diam menikmati perhatian itu."

"Aku? Menikmati? Tidak, terima kasih!" Selena menyilangkan tangan di dadanya, tetapi suara protesnya terdengar kurang meyakinkan, bahkan di telinganya sendiri.

Hiriety menyipitkan mata, seolah mencoba membaca pikiran Selena. "Yah, mungkin kau tidak menikmatinya saat itu, tapi coba lihat sekarang. Dia tumbuh menjadi pria tampan yang, kau tahu, sedikit melunak."

Selena memutar bola matanya lagi. "Kau terlalu banyak menonton drama romantis. Tolong, kembali ke dunia nyata."

“Salahkan saja ibumu yang selalu merekomendasikan drama romantis padaku” kekehnya ringan

Selena menggelengkan kepalanya, tetapi senyumnya tidak hilang. Hiriety memang memiliki kepribadian yang menyenangkan—mudah tertawa, penuh optimisme, dan kadang-kadang terlalu polos untuk kebaikannya sendiri. Itulah mungkin alasan Lumia, ibunya sangat menyukai Hiriety.

"Ya, ya. Aku tahu ibuku sangat memanjakanmu" kata Selena dengan nada sedikit menggoda. "Kalau kau butuh drama baru, aku bisa merekomendasikan sesuatu yang lebih realistis. Yang tidak membuat orang berpikir hidup itu semanis di layar kaca."

Hiriety tertawa kecil dan menjulurkan lidahnya. "Tidak, terima kasih. Aku akan tetap setia pada cerita-cerita yang membuatku percaya cinta sejati itu nyata."

Sebelum Selena bisa membalas, suara Matthias terdengar dari ruang tamu. "Kalian masih menggosip di sana? Hiri, kau tahu aku tidak punya banyak waktu, kan?"

Selena langsung mendengus, senyumnya lenyap begitu saja. "See? Selalu harus membuat segalanya tentang dirinya" gumamnya sambil melirik Hiriety.

Hiriety menahan tawa dan menarik tangan Selena. "Ayo, sebelum dia mulai mengeluh lebih banyak. Kau tahu dia tidak akan berhenti kalau tidak diberi perhatian."

Mereka melangkah keluar kamar, dan Selena langsung merasakan atmosfer berbeda begitu berada di ruang tamu. Matthias berdiri di dekat jendela kaca dengan cahaya matahari pagi menyinari siluet tubuhnya. Dia memegang ponselnya dengan satu tangan, sementara tangan lainnya dimasukkan ke dalam saku celana. Pandangannya beralih pada Selena begitu dia masuk, dan senyuman jahil itu kembali menghiasi wajahnya.

“Hai lagi Selena” Sapanya yang membuat Selena merasa akan diterpa badai

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   3. Always mine

    “Kakak tinggal disini saja”DUAR!! Pernyataan sepihak yang dilontarkan Hiriety jelas memicu lonjakan emosi dalam diri Selena. Matanya membelalak, sementara Matthias yang duduk di sofa seberangnya menaikkan alis, senyuman samar terlukis di wajahnya, menikmati situasi yang jelas akan meledak.“Rie, kau tidak serius, kan?” tanya Selena, nadanya tegang tapi mencoba tetap tenang.Hiriety memiringkan kepala, ekspresinya polos seperti anak kecil yang baru saja meminta permen. “Kenapa tidak? Kak Matthias kan tidak punya tempat tinggal sementara di Milan. Lagipula, apartemen ini besar sekali, Selena. Ada kamar tamu yang kosong. Rasanya aneh kalau tidak dimanfaatkan.”“Itu bukan masalah tempat, Rie” Selena berusaha menahan diri, meski suaranya mulai meninggi. “Ini soal kenyamanan. Dan aku tidak nyaman berbagi ruang dengan… dia.”“Aku tidak mau kak Matthias tinggal di hotel ataupun tempat lain disaat adiknya berada di apartemen mewah yang cukup luas untuk ditinggali” Lanjut Hiriety tak peduli“H

    Last Updated : 2025-01-02
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   4. Sweet psycho

    “Selena Sayang”“Mark!” Ekspresi Selena langsung berbinar saat melihat Mark menunggu di dekat mobilnya. Ia berlari kecil menghampiri pria itu, senyumnya tak pernah semanis ini setelah hari yang melelahkan.Mark membuka pintu mobil untuknya, lalu menunduk sedikit, menggodanya. “Hari yang panjang, ya?”“Seperti biasa” jawab Selena, masuk ke dalam mobil dan meletakkan tasnya di kursi belakang. “Tapi kau pasti tahu cara membuat hariku lebih baik kan?”Mark tersenyum, duduk di kursi kemudi. “Kalau begitu, izinkan aku melakukannya.”Tanpa berkata apa-apa, Mark mendekat dan mengecup bibir Selena. Awalnya lembut, penuh kasih. Selena membalas, menikmati momen itu. Namun, ciuman itu perlahan berubah lebih intens, dan tangan Mark mulai menyusuri tubuh Selena, turun ke pinggangnya.Selena tertegun, menahan tangan Mark dengan lembut namun tegas. Ia

    Last Updated : 2025-01-03
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   5. Restrained

    Selena baru selesai berganti pakaian saat mendengar ketukan keras di pintu kamarnya "APA?!" Selena berteriak, melepaskan amarahnya ketika pintu terbuka dan menampilkan sosok Matthias "Kau bilang tak akan mengganggu selama tinggal di sini."“Kau menciumnya?” katanya dengan suara rendah dan mengancam.“Hah? Apa?” Selena menatapnya bingung, dia berusaha menjaga jarak saat Matthias mendekat. Namun Matthias tetap melangkah maju mendekatinya “Kau ini kenapa? Bisakah bertingkah seperti kita orang asing saja" suara Selena terdengar lelah, hampir bosan dengan sikap Matthias yang terus mengganggunya."Kau mencium bajingan itu?" tanyanya, suaranya tegas, penuh tuntutan, mengabaikan respon Selena“Kau membicarakan dirimu sendiri?” Balas Selena dengan mencemoohMatthias berhenti sejenak, matanya menyipit, menatap Selena dengan tajam. “Jangan bermain-main denganku, Selena" ucapnya, suara rendah penuh ancaman. “Pria itu, kau menciumnya?” Sambungnya“Mark maksudmu?” Selena berdiri tegak, menatap Matt

    Last Updated : 2025-01-03
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   6. Locked

    Selena berjalan mondar-mandir di kamar, kepalanya dipenuhi oleh berbagai pikiran yang saling bertubrukan. Ponselnya tergenggam erat di tangan, dan dia menekan nomor Hiriety dengan gerakan cepat. Dering pertama hingga ketiga tidak diangkat, membuat Selena semakin frustrasi.“Ayo, Hiriety! Angkat teleponmu!” gerutunya sambil terus berjalan di atas lantai keramik yang dingin, sementara pikirannya sibuk memikirkan solusi.Matanya melirik pintu kamar, seolah takut Matthias akan tiba-tiba masuk. Dia mengusap wajahnya dengan kasar, mencoba meredakan kekesalan yang semakin memuncakBeberapa dering berlalu, dan untuk sesaat, dia berpikir Hiriety tidak akan menjawab. Namun, suara mengantuk Hiriety akhirnya terdengar di ujung telepon."Halo? Ada apa, Selena?" tanya Hiriety dengan nada malas."Kau serius, Hiri?" Selena langsung meledak tanpa basa-basi. "Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau menginap di rumah temanmu? Kau meninggalkanku sendirian

    Last Updated : 2025-01-14
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   7. Stalker

    Selena tertidur saat jam mulai menujukan pukul 01.10 dini hari. Meskipun sesekali dia terbangun karena suara-suara samar di luar namun tubuhnya yang kelelahan tidak mampu melawan rasa kantuk yang terus menariknya ke alam mimpi.Cahaya bulan menembus tirai tipis, menerangi kamar yang kini dipenuhi keheningan malam. Sayangnya, keheningan itu tidak bertahan lama.Di luar balkon, bayangan gelap bergerak dengan hati-hati. Matthias, dengan tubuh tegap dan gerakan penuh kehati-hatian, berhasil membuka pintu geser balkon yang ternyata tidak terkunci dengan sempurna.Dia masuk ke kamar Selena tanpa suara, langkahnya begitu tenang hingga hampir seperti bayangan yang meluncur di lantai. Selena lupa satu hal—lokasi kamar tamu dan kamarnya yang bersebelahan, memudahkan Matthias untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa terdeteksi.Matthias berhenti di tengah kamar, matanya mengamati meja rias yang Selena geser untuk mengganjal pintu. Senyum geli terl

    Last Updated : 2025-01-15
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   8. Supervised

    “Selena cantik, aku suka” katanya dengan suara yang jernih dan penuh kepolosanSelena, yang masih berusia 7 tahun, langsung merasa pipinya memanas. Wajahnya yang imut memerah seketika, membuatnya terlihat semakin malu dan lucu. Dia sedikit menundukkan kepala, lalu dengan suara pelan tapi penuh kejujuran, dia berkata, “Matthias juga tampan, Selena suka.”Gadis kecil itu masih menatap Matthias dengan pandangan yang jujur, tanpa ada rasa malu yang dipahami sepenuhnya. Bagi Selena, segala hal yang datang dari Matthias adalah sesuatu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata biasa. Matthias, yang tampaknya sedikit terkejut dengan respons tersebut, hanya tertawa ringan.“Selena mau jadi punya aku?”Malu-malu Selena mengangguk“Terima kasih, Selena” jawab Matthias dengan senyum bahagianya. Saat itu Selena tidak sepenuhnya mengerti dampak dari kata-katanya pada bocah lelaki 11 tahun itu.“HAH!&r

    Last Updated : 2025-01-16
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   9. Humor Wanita

    Hiriety kembali ke meja makan dengan langkah santai, meskipun pikirannya masih berantakan akibat percakapan singkat dengan Matthias. Dia berusaha menjaga ekspresinya tetap tenang, meskipun Selena menatapnya dengan sedikit curiga."Semua baik-baik saja?" tanya Selena, menyendok sisa makanannya sambil tetap memperhatikan Hiriety."Ya, hanya urusan kecil, kakakku bilang dia ketinggalan sesuatu" jawab Hiriety sambil mengibaskan tangan, mencoba mengalihkan pembicaraan. Dia mengambil segelas air, menyesapnya perlahan, lalu menatap Selena dengan senyum tipis. "Ngomong-ngomong, kita punya kelas yang sama jam satu nanti."Selena mengangkat alis. "Kelas apa?"“Branding strategy" jawab Hiriety, sambil menghela napas kecil. "Kau mungkin lupa karena aku jarang muncul di kelas. Tapi kali ini, aku memutuskan untuk hadir."Selena menyeringai kecil, tidak benar-benar percaya. "Apa yang membuatmu tiba-tiba rajin?"Hiriety terkekeh. "Kudengar ada dosen p

    Last Updated : 2025-01-17
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   10. Boyfriend

    Ketika kelas selesai, Selena dan Hiriety bergegas berkemas. Namun, sebelum mereka sempat keluar dari ruangan, seorang pria dengan jaket denim masuk ke dalam kelas“Mark? Kenapa kesini?” Tanya Selena heran namun tak ayal dia senang dengan kedatangan kekasihnya ituMark berdiri di depan Selena dengan senyum tipis. Matanya melirik Hiriety sejenak sebelum kembali ke Selena.“Aku merindukanmu” ucapnya memeluk Selena, mengabaikkan ekspresi muak Hiriety yang sengaja ditunjukan hanya pada MarkSelena tersenyum tipis, membalas pelukan Mark dengan lembut. Namun, dia segera melepaskannya, menyadari tatapan tajam Hiriety yang penuh sindiran.“Hiriety ada di sini” bisik Selena, mencoba mengingatkan Mark agar sedikit menjaga sikap.“Aku tahu” jawab Mark santai, melirik Hiriety dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan. “Hei, Hiriety. Kau tak keberatan, kan?”Hiriety mendengus pelan, melipat

    Last Updated : 2025-01-18

Latest chapter

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   98. War beggining

    “Hanya segini?” Tanya Matthias dengan tatapan tajamnyaAlesio terkekeh “Memangnya kau berharap berapa banyak?”Matthias menyandarkan punggungnya pada kursi, matanya menyipit menatap dokumen di tangannya. “Aku berharap lebih dari ini, Kingston. Kau tahu berapa banyak jaringan yang sudah kita bongkar.”Alesio mengangkat bahu dengan santai, mengambil gelasnya dan menyesap anggur merahnya sebelum berbicara. “Jangan serakah, Walton. Ini bukan hanya tentang seberapa banyak yang kita temukan, tapi seberapa dalam kita bisa menelusurinya.”Matthias mengetukkan jarinya ke meja, pikirannya jelas bekerja. “Jadi, kau pikir ini masih permukaan?”Alesio menyeringai kecil. “Kita berurusan dengan orang-orang yang lebih licik dari yang kita kira. Jika ini mudah, kau dan aku sudah menyelesaikannya sejak lama.”Matthias mendecakkan lidahnya, lalu menutup dokumen itu. “Baiklah. Aku aka

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   97. Yakin padanya

    Alesio Kingston, pria itu sempat menghebohkan media dengan pernikahaanya dengan seorang wanita berkebangsaan Indonesia. Terlebih saat itu ada rumor yang mengatakan jika Alesio merebut wanita yang sudah memiliki tunangan“Ini istriku, Alana” Alesio mengenalkan sang istri yang sedang hamil besar pada Selena“Hallo” Suara halus itu terdengar dari Alana dan Selena mengerti kenapa sosok seperti Alesio bisa menjatuhkan hati pada perempuan ini“Aku Selena” Selena mengenalkan dirinya dengan sangat ramah“Tunanganku” Matthias menambahkan dengan seringai sombongAlana tersenyum hangat, matanya berbinar saat mendengar perkenalan dari Matthias. "Senang bertemu denganmu, Selena. Aku harap kau bisa menikmati pesta ini."Selena membalas senyuman itu. "Terima kasih, dan selamat atas kehamilanmu. Aku yakin Alesio pasti sangat menjagamu."Alesio tertawa kecil, melingkarkan lengannya di pinggang Alana deng

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   96. Society

    “Princess” Panggil MatthiasSelena yang sedang duduk dan menonton menatap pria itu lekat “Ada apa?” Tanya Selena“Mau ikut denganku malam ini?” TanyanyaSelena terdiam, mempertimbangkan tawaran Matthias. Sejujurnya, ia tidak ingin sendirian di apartemen ini malam ini. Terlebih dirinya juga tak mau jauh dari Matthias“Kemana kita akan pergi?”Matthias menyeringai kecil, lalu duduk di sampingnya. “Aku ada undangan pesta dari keluarga Kingston. Aku ingin kau ikut denganku.”“Kingston? Alesio Kingston?”“Hmm”Selena mengangkat alisnya, jelas terkejut. "Sejak kapan kau bergaul dengan keluarga Kingston?"Matthias terkekeh, lalu melingkarkan lengannya di punggung sofa, membuatnya semakin dekat dengan Selena. "Bukan bergaul, Princess. Hanya urusan bisnis. Kau tahu jika mereka juga memiliki maskapai penerbangan kan?”Selena mengangguk

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   95. Matthias Felling (19+)

    “Shh... hisap yang kuat Princess”Mulut Selena terasa kaku, begitupun dengan tangannya. Nyatanya menghibur Matthias dengan mulut dan tangannya tak juga membuat Matthias puas. Andai bulanan Selena sudah selesai, dia pasti akan lebih memilih melebarkan kakinya daripada mulutnya“Terus Princess..”Benda Matthias didalam mulut Selena terasa membesar dan mengeluarkan cairan yang membuat Selena masih merasa aneh“Hah...” Selena menghela napas panjang, ada hawa panas dari semburan lahar Matthias di mulutnya “Rasanya aneh, tapi lebih baik dari yang sebelumnya” gumum SelenaMatthias terkekeh “Aku belum selesai marah padamu, Princess”“Ckk.. ayolah. Kenapa kau terus mencari kesempatan?” Selena bangkit, memposisikan diri di pelukan Matthias yang terbaring di ranjang sejak tadi“Aku menasehati agar kau—“Suara Matthias perlahan lenyap dipendangaran Se

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   94. Lossin control

    Matthias marah. Itu jelas.Sejak mereka meninggalkan pulau itu, pria itu bahkan tidak menatapnya. Di kapal, Matthias hanya berdiri di buritan dengan tangan terlipat di dada, matanya terpaku pada lautan seolah-olah dia bisa melampiaskan amarahnya pada ombak.Di dalam mobil, suasana semakin menegangkan. Matthias duduk di sampingnya, tetapi jaraknya seperti sejauh benua. Rahangnya mengeras, kedua tangannya mengepal di atas pahanya, dan napasnya terdengar berat—tanda-tanda khas kalau dia sedang menahan diri agar tidak meledak.Selena meliriknya sekilas, lalu mendesah pelan."Apa kau akan diam saja sepanjang perjalanan?" tanyanya akhirnya.Tidak ada jawaban. Matthias bahkan tidak bergerak.Selena menggigit bibirnya, mencoba menahan senyum geli meskipun tahu situasinya serius. Matthias yang marah memang berbahaya… tapi Matthias yang merajuk? Itu sesuatu yang jarang terjadi.Dia menggeser tubuhnya sedikit, mendekat ke arahnya. "

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   93. The Real Selena

    "Tunanganku sudah datang."Selena terkekeh pelan, dia melangkah mundur, menjaga jarak dari NateNate masih menatapnya dengan rahang mengatup rapat. Matanya yang biasanya penuh percaya diri kini menyiratkan keterkejutan dan… kemarahan.“Kau pikir ini sudah selesai?” suaranya rendah, berbahaya.Selena mengangkat bahu, senyum tipis masih menghiasi bibirnya. “Kuharap begitu” Jawab Selena ringanDi luar, suara ledakan lain mengguncang tanah, membuat bangunan bergetar. Para anak buah Nate berlarian dalam kekacauan, beberapa mengangkat senjata, sementara yang lain berteriak mencari perlindungan.Selena menoleh kembali ke Nate yang kini menggertakkan giginya, tinjunya mengepal erat. Pria itu memang cerdas, licik, dan penuh perhitungan, tapi kali ini—dia kalah langkah.Langkahnya untuk mengambil Selena, wanita yang dicintainya sudah salah.Nate menghela napas berat, tatapannya gelap saat melihat Sele

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   92. Troublemaker

    Matthias menatap Hirerty dengan mata abu tajamnya“Kenapa kau tak mengatakan apa-apa?!” TuntutnyaHiriety terkekeh ringan “Salahmu yang tak bertanya”“Demi Tuhan Hirie!! Kau dan Selana merancakan hal seperti berbahaya seperti ini tanpa memberitahuku?!!” suaranya rendah dan penuh kemarahan yang ditahanMatthias menggeram, mengepalkan tinjunya dengan erat. Napasnya masih memburu setelah serangan mendadak yang baru saja terjadi."Kau tahu seberapa bahayanya ini, tapi kau malah membiarkan Selena pergi begitu saja?!"Hiriety menyandarkan dirinya ke dinding dengan santai, ekspresi wajahnya menunjukkan seolah ini bukan masalah besar. "Aku tidak membiarkan dia pergi begitu saja, Matthias" ujarnya, menyilangkan tangan di dada. "Selena dan aku sudah merencanakannya sejak awal."Matthias mengusap wajahnya kasar "Jelaskan semuanya. Sekarang."Hiriety terkekeh “ternyata akting Selena hebat juga samp

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   91. Terasingkan

    "Selamat datang di rumahku" pria itu berkata dengan nada tenang namun berwibawa.Selena tidak menjawab, hanya menatapnya dengan tatapan tajam yang penuh kewaspadaan. Rumah? Ini lebih mirip markas tersembunyi bagi orang-orang seperti mereka—sebuah bangunan besar dengan arsitektur megah namun memiliki aura kelam dan dingin.Stevan mendorong punggung Selena dengan lembut, membuatnya berjalan mengikuti pria itu masuk ke dalam. Begitu mereka melewati pintu besar yang dijaga ketat oleh pria-pria bersenjata, Selena semakin merasa tidak nyaman.Interior rumah itu dipenuhi marmer hitam dengan lampu gantung yang memberikan cahaya remang. Ada aroma khas—sesuatu yang mahal, bercampur dengan bau samar cerutu.Pria yang dipanggil 'Boss' itu melangkah santai menuju sebuah ruangan luas dengan jendela besar yang menghadap ke laut. Dia berbalik, menatap Selena dengan senyum tipis."Aku harus mengakui" katanya sambil melipat tangan di depan dada. "Aku tid

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   90. Pulau terpencil

    "Bodoh! Bisa-bisanya pengawal seperti kalian kehilangan wanitaku" Matthias menghajar dua pria yang ditugaskannya sebagai pengawal SelenaMatthias tidak menahan amarahnya. Tinju kerasnya menghantam wajah salah satu pengawal, membuat pria itu jatuh tersungkur ke lantai dengan darah mengalir dari sudut bibirnya.Satu pria lagi mencoba berbicara, tetapi sebelum dia sempat membuka mulut, pukulan Matthias yang berikutnya mendarat tepat di rahangnya, membuatnya terhuyung ke belakang."Bodoh!" geram Matthias. Napasnya berat, matanya berkilat dengan kemarahan yang begitu pekat. "Kalian hanya punya satu tugas—mengawasi Selena! Dan kalian bahkan tidak bisa melakukan itu?!"Kedua pria itu tidak berani membela diri. Mereka tahu bahwa kesalahan seperti ini tidak bisa dimaafkan.Halland berdiri di sisi ruangan, tidak ikut campur. Dia tahu jika Matthias sedang seperti ini, lebih baik membiarkannya melampiaskan amarah dulu sebelum berbicara logis.Matt

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status