Share

2. Hai Selena

Author: Strrose
last update Huling Na-update: 2025-01-02 11:00:55

Brak!!

Selena bersandar di pintu kamarnya, menghembuskan napas panjang sambil memejamkan mata. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba mengendalikan pikiran yang berputar di kepalanya. Tubuhnya menempel pada pintu kayu yang dingin, tetapi jantungnya berdegup begitu cepat, seolah-olah sedang berlomba dengan waktu.

“Sialan! Matthias Walton sialan! Kenapa dia muncul dengan panampilan begitu!!! Astaga!! dia terlalu tampan untuk seseorang makhluk fana” gumam Selena lirih.

Di pukul pelan pipinya dengan kedua tangan hingga wajahnya yang memerah semakin terasa panas. “Tarik napas, Selena. Kau bukan remaja belasan tahun lagi. Kau perempuan dewasa, usiamu sudah 22 tahun Selena, sadarlah!! Pria tampan bukan hanya Matthias saja. Ingat kekasihmu!!” doktrinnya

Selena menggelengkan kepalanya keras-keras, seolah mencoba mengusir bayangan Matthias yang terus menghantui pikirannya. Ia berjalan ke meja rias dan menatap bayangannya di cermin. Wajahnya memerah, pipinya terasa hangat, dan matanya bersinar penuh emosi.

“Kenapa harus dia?” bisiknya pelan, suaranya nyaris tenggelam dalam ruangan yang sunyi. “Kenapa aku harus bertemu dengannya lagi?” Selena mengambil satu napas panjang. Tapi tetap saja, pikirannya terus memutar ulang senyum miring Matthias, tatapan matanya yang tajam, dan caranya berbicara dengan nada santai yang selalu membuat Selena merasa kalah sebelum pertempuran dimulai.

Selena mengambil ponselnya dari meja. Ia membuka layar, menatap kontak seseorang yang dinamainya “Babe" dengan penuh keraguan. Jarinya ragu-ragu sebelum akhirnya meletakan ponsel itu kembali

Otak cantiknya itu terus memutar ulang kejadian tadi, cara Matthias menatapnya dengan mata abu pekat yang penuh intensitas, senyumnya yang sedikit meledek, dan suara beratnya yang terkesan santai tapi memiliki daya tarik tersendiri.

“Kau gila Selena!”

Bagian kecil di hatinya menolak kata-katanya sendiri. Matthias Walton bukan pria biasa. Selena tahu itu. Ingatannya kembali ke masa kecil mereka, sebuah fragmen yang samar namun hangat. Mereka pernah bermain bersama saat Matthias masih sering berkunjung sebelum Selena merengek untuk pindah ke London dan menghindari pria itu

Sialnya, sekarang Selena tak bisa menghindar lagi, Matthias yang sekarang berbeda. Ia telah tumbuh menjadi pria dewasa yang bisa membuat siapa pun merasa tidak aman dengan satu tatapan saja.

“Sial Selena! Sejak kapan perasaanmu jadi murahan begini!!” Selena menggelengkan kepalanya dengan frustrasi, mencoba mengusir pikiran-pikiran aneh yang terus menghantui. Ia menyisir rambutnya dengan jari, melirik sekali lagi ke cermin.

Rasanya dia seperti remaja puber saja, ketakutan, kebimbingan dan adrenalinnya menjadi satu

“Selena?” Ketokan pintu dan suara Hiriety yang memanggilnya membuat Selena menghela napas lega. Ia segera bangkit, melangkah cepat untuk membuka pintu.

Wajah cantik yang memiliki kesan lembut itu terpampang didepannya, ada sedikit raut cemas diwajahnya “Maaf aku lupa bilang jika kakakku akan datang”

Selena menatap Hiriety dengan ekspresi datar, meskipun dalam hatinya, ia masih merasa kesal. "Lupa? Kau meninggalkan aku sendirian di sini dengan seorang pria yang baru pertama kali kulihat setelah sekian tahun lamanya, dan kau hanya bilang lupa? Tak mungkin pria itu datang tanpa persiapan sebelumnya kan?"

Hiriety tersenyum meminta maaf, tetapi jelas dia tidak merasa terlalu bersalah. "Yah, dia bukan orang asing, kan? Kau pernah bertemu Matthias sebelumnya. Lagipula, aku pikir kau bisa mengatasinya"

Selena mendesah panjang, mencoba menahan dirinya untuk tidak meledak. "Ya, aku pernah bertemu dia. Saat dia masih anak kecil dan kau sendiri tahu betapa gilanya kakakmu itu!"

Hiriety tertawa kecil, menutupi mulutnya dengan tangan. "Oh ayolah, Selena. Kau tahu dia hanya bercanda. Matthias selalu seperti itu, dia memang suka mengoda tapi kau tahu sendiri jika dia tak pernah tertarik. Kau hanya perlu terbiasa."

Selena memutar bola matanya. Alasan kenapa dia takut dengan Matthias adalah karena masa kecil mereka. Matthias itu selalu mengejarnya, menyentuhnya bahkan menganggu setiap waktunya. Dia bahkan tak segan memukul anak lelaki lain yang berbicara dengannya. Matthias memperlakukannya seperti mainan yang hanya boleh Matthias mainkan.

"Dia selalu memandangku seperti aku bagian dari menu makan siangnya. Itu tidak lucu, Rie."

Hiriety berusaha menahan tawanya, tetapi gagal. "Kau terlalu sensitif. Matthias memang seperti itu Dia tertarik padamu."

Selena langsung menegang. "Tertarik? Tidak. Jangan mulai dengan asumsi konyol itu."

“Padahal dulu jelas sadar jika kakakku suka padamu tapi kau malah pergi" kata Hiriety santai.

Selena mendengus, berusaha menyembunyikan emosinya. "Suka?” Gumamnya pelan “Itu lebih mirip obsesi. Dia memperlakukanku seperti aku ini boneka yang bisa dia miliki. Selalu memonopoli waktu dan perhatianku. Aku bahkan ingat dia pernah mengurungku di ruang belajarnya"

Hiriety tertawa lebih keras kali ini. "Dan kau, tentu saja, tetap diam-diam menikmati perhatian itu."

"Aku? Menikmati? Tidak, terima kasih!" Selena menyilangkan tangan di dadanya, tetapi suara protesnya terdengar kurang meyakinkan, bahkan di telinganya sendiri.

Hiriety menyipitkan mata, seolah mencoba membaca pikiran Selena. "Yah, mungkin kau tidak menikmatinya saat itu, tapi coba lihat sekarang. Dia tumbuh menjadi pria tampan yang, kau tahu, sedikit melunak."

Selena memutar bola matanya lagi. "Kau terlalu banyak menonton drama romantis. Tolong, kembali ke dunia nyata."

“Salahkan saja ibumu yang selalu merekomendasikan drama romantis padaku” kekehnya ringan

Selena menggelengkan kepalanya, tetapi senyumnya tidak hilang. Hiriety memang memiliki kepribadian yang menyenangkan—mudah tertawa, penuh optimisme, dan kadang-kadang terlalu polos untuk kebaikannya sendiri. Itulah mungkin alasan Lumia, ibunya sangat menyukai Hiriety.

"Ya, ya. Aku tahu ibuku sangat memanjakanmu" kata Selena dengan nada sedikit menggoda. "Kalau kau butuh drama baru, aku bisa merekomendasikan sesuatu yang lebih realistis. Yang tidak membuat orang berpikir hidup itu semanis di layar kaca."

Hiriety tertawa kecil dan menjulurkan lidahnya. "Tidak, terima kasih. Aku akan tetap setia pada cerita-cerita yang membuatku percaya cinta sejati itu nyata."

Sebelum Selena bisa membalas, suara Matthias terdengar dari ruang tamu. "Kalian masih menggosip di sana? Hiri, kau tahu aku tidak punya banyak waktu, kan?"

Selena langsung mendengus, senyumnya lenyap begitu saja. "See? Selalu harus membuat segalanya tentang dirinya" gumamnya sambil melirik Hiriety.

Hiriety menahan tawa dan menarik tangan Selena. "Ayo, sebelum dia mulai mengeluh lebih banyak. Kau tahu dia tidak akan berhenti kalau tidak diberi perhatian."

Mereka melangkah keluar kamar, dan Selena langsung merasakan atmosfer berbeda begitu berada di ruang tamu. Matthias berdiri di dekat jendela kaca dengan cahaya matahari pagi menyinari siluet tubuhnya. Dia memegang ponselnya dengan satu tangan, sementara tangan lainnya dimasukkan ke dalam saku celana. Pandangannya beralih pada Selena begitu dia masuk, dan senyuman jahil itu kembali menghiasi wajahnya.

“Hai lagi Selena” Sapanya yang membuat Selena merasa akan diterpa badai

Kaugnay na kabanata

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   3. Always mine

    “Kakak tinggal disini saja”DUAR!! Pernyataan sepihak yang dilontarkan Hiriety jelas memicu lonjakan emosi dalam diri Selena. Matanya membelalak, sementara Matthias yang duduk di sofa seberangnya menaikkan alis, senyuman samar terlukis di wajahnya, menikmati situasi yang jelas akan meledak.“Rie, kau tidak serius, kan?” tanya Selena, nadanya tegang tapi mencoba tetap tenang.Hiriety memiringkan kepala, ekspresinya polos seperti anak kecil yang baru saja meminta permen. “Kenapa tidak? Kak Matthias kan tidak punya tempat tinggal sementara di Milan. Lagipula, apartemen ini besar sekali, Selena. Ada kamar tamu yang kosong. Rasanya aneh kalau tidak dimanfaatkan.”“Itu bukan masalah tempat, Rie” Selena berusaha menahan diri, meski suaranya mulai meninggi. “Ini soal kenyamanan. Dan aku tidak nyaman berbagi ruang dengan… dia.”“Aku tidak mau kak Matthias tinggal di hotel ataupun tempat lain disaat adiknya berada di apartemen mewah yang cukup luas untuk ditinggali” Lanjut Hiriety tak peduli“H

    Huling Na-update : 2025-01-02
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   4. Sweet psycho

    “Selena Sayang”“Mark!” Ekspresi Selena langsung berbinar saat melihat Mark menunggu di dekat mobilnya. Ia berlari kecil menghampiri pria itu, senyumnya tak pernah semanis ini setelah hari yang melelahkan.Mark membuka pintu mobil untuknya, lalu menunduk sedikit, menggodanya. “Hari yang panjang, ya?”“Seperti biasa” jawab Selena, masuk ke dalam mobil dan meletakkan tasnya di kursi belakang. “Tapi kau pasti tahu cara membuat hariku lebih baik kan?”Mark tersenyum, duduk di kursi kemudi. “Kalau begitu, izinkan aku melakukannya.”Tanpa berkata apa-apa, Mark mendekat dan mengecup bibir Selena. Awalnya lembut, penuh kasih. Selena membalas, menikmati momen itu. Namun, ciuman itu perlahan berubah lebih intens, dan tangan Mark mulai menyusuri tubuh Selena, turun ke pinggangnya.Selena tertegun, menahan tangan Mark dengan lembut namun tegas. Ia

    Huling Na-update : 2025-01-03
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   5. Restrained

    Selena baru selesai berganti pakaian saat mendengar ketukan keras di pintu kamarnya "APA?!" Selena berteriak, melepaskan amarahnya ketika pintu terbuka dan menampilkan sosok Matthias "Kau bilang tak akan mengganggu selama tinggal di sini."“Kau menciumnya?” katanya dengan suara rendah dan mengancam.“Hah? Apa?” Selena menatapnya bingung, dia berusaha menjaga jarak saat Matthias mendekat. Namun Matthias tetap melangkah maju mendekatinya “Kau ini kenapa? Bisakah bertingkah seperti kita orang asing saja" suara Selena terdengar lelah, hampir bosan dengan sikap Matthias yang terus mengganggunya."Kau mencium bajingan itu?" tanyanya, suaranya tegas, penuh tuntutan, mengabaikan respon Selena“Kau membicarakan dirimu sendiri?” Balas Selena dengan mencemoohMatthias berhenti sejenak, matanya menyipit, menatap Selena dengan tajam. “Jangan bermain-main denganku, Selena" ucapnya, suara rendah penuh ancaman. “Pria itu, kau menciumnya?” Sambungnya“Mark maksudmu?” Selena berdiri tegak, menatap Matt

    Huling Na-update : 2025-01-03
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   6. Locked

    Selena berjalan mondar-mandir di kamar, kepalanya dipenuhi oleh berbagai pikiran yang saling bertubrukan. Ponselnya tergenggam erat di tangan, dan dia menekan nomor Hiriety dengan gerakan cepat. Dering pertama hingga ketiga tidak diangkat, membuat Selena semakin frustrasi.“Ayo, Hiriety! Angkat teleponmu!” gerutunya sambil terus berjalan di atas lantai keramik yang dingin, sementara pikirannya sibuk memikirkan solusi.Matanya melirik pintu kamar, seolah takut Matthias akan tiba-tiba masuk. Dia mengusap wajahnya dengan kasar, mencoba meredakan kekesalan yang semakin memuncakBeberapa dering berlalu, dan untuk sesaat, dia berpikir Hiriety tidak akan menjawab. Namun, suara mengantuk Hiriety akhirnya terdengar di ujung telepon."Halo? Ada apa, Selena?" tanya Hiriety dengan nada malas."Kau serius, Hiri?" Selena langsung meledak tanpa basa-basi. "Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau menginap di rumah temanmu? Kau meninggalkanku sendirian

    Huling Na-update : 2025-01-14
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   7. Stalker

    Selena tertidur saat jam mulai menujukan pukul 01.10 dini hari. Meskipun sesekali dia terbangun karena suara-suara samar di luar namun tubuhnya yang kelelahan tidak mampu melawan rasa kantuk yang terus menariknya ke alam mimpi.Cahaya bulan menembus tirai tipis, menerangi kamar yang kini dipenuhi keheningan malam. Sayangnya, keheningan itu tidak bertahan lama.Di luar balkon, bayangan gelap bergerak dengan hati-hati. Matthias, dengan tubuh tegap dan gerakan penuh kehati-hatian, berhasil membuka pintu geser balkon yang ternyata tidak terkunci dengan sempurna.Dia masuk ke kamar Selena tanpa suara, langkahnya begitu tenang hingga hampir seperti bayangan yang meluncur di lantai. Selena lupa satu hal—lokasi kamar tamu dan kamarnya yang bersebelahan, memudahkan Matthias untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa terdeteksi.Matthias berhenti di tengah kamar, matanya mengamati meja rias yang Selena geser untuk mengganjal pintu. Senyum geli terl

    Huling Na-update : 2025-01-15
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   8. Supervised

    “Selena cantik, aku suka” katanya dengan suara yang jernih dan penuh kepolosanSelena, yang masih berusia 7 tahun, langsung merasa pipinya memanas. Wajahnya yang imut memerah seketika, membuatnya terlihat semakin malu dan lucu. Dia sedikit menundukkan kepala, lalu dengan suara pelan tapi penuh kejujuran, dia berkata, “Matthias juga tampan, Selena suka.”Gadis kecil itu masih menatap Matthias dengan pandangan yang jujur, tanpa ada rasa malu yang dipahami sepenuhnya. Bagi Selena, segala hal yang datang dari Matthias adalah sesuatu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata biasa. Matthias, yang tampaknya sedikit terkejut dengan respons tersebut, hanya tertawa ringan.“Selena mau jadi punya aku?”Malu-malu Selena mengangguk“Terima kasih, Selena” jawab Matthias dengan senyum bahagianya. Saat itu Selena tidak sepenuhnya mengerti dampak dari kata-katanya pada bocah lelaki 11 tahun itu.“HAH!&r

    Huling Na-update : 2025-01-16
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   9. Humor Wanita

    Hiriety kembali ke meja makan dengan langkah santai, meskipun pikirannya masih berantakan akibat percakapan singkat dengan Matthias. Dia berusaha menjaga ekspresinya tetap tenang, meskipun Selena menatapnya dengan sedikit curiga."Semua baik-baik saja?" tanya Selena, menyendok sisa makanannya sambil tetap memperhatikan Hiriety."Ya, hanya urusan kecil, kakakku bilang dia ketinggalan sesuatu" jawab Hiriety sambil mengibaskan tangan, mencoba mengalihkan pembicaraan. Dia mengambil segelas air, menyesapnya perlahan, lalu menatap Selena dengan senyum tipis. "Ngomong-ngomong, kita punya kelas yang sama jam satu nanti."Selena mengangkat alis. "Kelas apa?"“Branding strategy" jawab Hiriety, sambil menghela napas kecil. "Kau mungkin lupa karena aku jarang muncul di kelas. Tapi kali ini, aku memutuskan untuk hadir."Selena menyeringai kecil, tidak benar-benar percaya. "Apa yang membuatmu tiba-tiba rajin?"Hiriety terkekeh. "Kudengar ada dosen p

    Huling Na-update : 2025-01-17
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   10. Boyfriend

    Ketika kelas selesai, Selena dan Hiriety bergegas berkemas. Namun, sebelum mereka sempat keluar dari ruangan, seorang pria dengan jaket denim masuk ke dalam kelas“Mark? Kenapa kesini?” Tanya Selena heran namun tak ayal dia senang dengan kedatangan kekasihnya ituMark berdiri di depan Selena dengan senyum tipis. Matanya melirik Hiriety sejenak sebelum kembali ke Selena.“Aku merindukanmu” ucapnya memeluk Selena, mengabaikkan ekspresi muak Hiriety yang sengaja ditunjukan hanya pada MarkSelena tersenyum tipis, membalas pelukan Mark dengan lembut. Namun, dia segera melepaskannya, menyadari tatapan tajam Hiriety yang penuh sindiran.“Hiriety ada di sini” bisik Selena, mencoba mengingatkan Mark agar sedikit menjaga sikap.“Aku tahu” jawab Mark santai, melirik Hiriety dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan. “Hei, Hiriety. Kau tak keberatan, kan?”Hiriety mendengus pelan, melipat

    Huling Na-update : 2025-01-18

Pinakabagong kabanata

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   45. Excitement

    Selena membuka matanya perlahan, kelopak matanya terasa berat, seolah ia baru saja terlelap setelah pertarungan panjang melawan pikirannya sendiri. Cahaya redup dari lampu di sudut ruangan memberikan kesan hangat yang anehnya menenangkan.Detik berikutnya, ia menyadari sesuatu—sesuatu yang membuat napasnya tertahan.Ada lengan kokoh yang melingkar di pinggangnya, menariknya erat dalam kehangatan yang asing tapi familiar.Matthias.Selena menoleh perlahan, jantungnya mulai berdebar tak karuan saat melihat wajah Matthias begitu dekat dengannya. Pria itu tertidur, napasnya teratur, dadanya naik turun dengan ritme yang stabil. Ekspresinya jauh lebih tenang dibandingkan biasanya, tidak ada seringai tajam atau tatapan penuh intensitas yang selalu membuatnya gugup.Pikiran Selena berusaha mengingat bagaimana ia bisa berakhir di sini, di ranjang Matthias, dalam pelukan pria itu. Yang terakhir ia ingat, mereka berbicara tentang perlindungan, tentang a

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   44. Enemy

    "Kau tak mendapatkannya?" Suara itu dingin, penuh kemarahan yang tertahan.Pria itu berdiri di dalam ruangan remang-remang, menatap layar besar yang menampilkan siaran langsung dari kekacauan yang terjadi di pesta pertunangan Selena dan Matthias. Tangannya mengepal kuat, kukunya hampir menancap ke telapak tangannya sendiri.Di hadapannya, seseorang berseragam hitam berlutut, kepalanya tertunduk dalam ketakutan. "Maafkan kami, Tuan. Caid Walton sudah mengantisipasi semuanya. Putranya membawa Selena pergi sebelum kami sempat menyentuhnya."Pria itu menghela napas panjang, mencoba meredam emosinya. Namun, matanya yang gelap bersinar penuh obsesi."Matthias Vercent Walton... kau pikir kau bisa memiliki Selena begitu saja?" gumamnya, suaranya bergetar oleh amarah yang mendidih.Dia berbalik, mengambil segelas anggur merah dari meja marmer di dekatnya, menyesapnya perlahan. Kemudian, dia menatap puluhan foto yang terbingkai rapi di atas meja—foto S

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   43. Dunia kita

    DOR!BUM...Selena hampir tidak bisa memproses apa yang baru saja terjadi. Sebuah ledakan dan suara tembakan yang sangat keras, suara tembakan yang seakan-akan mengoyak udara di sekitarnya.Tubuh Selena terlonjak, dan untuk sesaat dunia seakan berputar. Matanya membelalak, menatap Hiriety yang masih menggenggam tangannya dengan cengkeraman yang lebih kuat dari sebelumnya.Wajah Hiriety yang tadinya tampak acuh dan santai kini berubah menjadi ekspresi yang sulit diungkapkan. Ada kegilaan yang tersembunyi di balik senyumnya yang semakin lebar, dan itu adalah sesuatu yang membuat darah Selena terasa membeku.“Selamat datang di dunia kita, Selena...” suara Hiriety terdengar seperti bisikan yang penuh dengan makna yang tidak bisa dijelaskan, suara itu justru semakin menakutkan setelah suara tembakan itu.“Rie”Selena menatapnya, tak tahu harus berkata apa. Dunia yang selama ini ia kenal, dunia yang ia anggap aman, k

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   42. His Fiance

    Pesta pertunangan Selena tak bisa dikatakan sederhana, Selena sendiri tak yakin bagaimana mereka menyiapkan segalanya dengan cepat.Kurang dari dua hari sejak dia setuju untuk bertunangan dengan Matthias. Pesta mewah ini telah terselenggara dengan sempurna. Gaun putih gading yang membalut tubuhnya terasa begitu pas, seolah memang telah disiapkan khusus untuknya sejak lama. Namun, tidak ada yang terasa nyata bagi Selena—semua ini terjadi terlalu cepat, terlalu tiba-tiba, hingga ia bahkan belum sempat memahami apa yang sebenarnya ia rasakan.Kerumunan tamu berseliweran di aula besar yang dihiasi lampu kristal dan bunga-bunga mahal. Musik klasik mengalun lembut di latar belakang, melengkapi kemewahan malam ini. Semua orang yang hadir tampak bersuka cita, memberikan ucapan selamat seolah ini adalah perayaan yang memang dinantikan.Tapi Selena?Selena merasa seperti burung dalam sangkar emas.Matthias berdiri di sampingnya, tangan kekarnya melingk

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   41. Control

    Selama ini Matthias selalu bermimpi melakukan banyak hal pada Selena, Dia bahkan sudah segala cara untuk memastikan bahwa wanita itu tetap berada dalam genggamannya.Obsesi yang ia miliki terhadap Selena bukan sekadar keinginan sementara—itu adalah sesuatu yang mengalir dalam darahnya, sesuatu yang ia yakini sebagai bagian dari takdirnya.Dia telah melakukan banyak hal, beberapa di antaranya mungkin tidak bisa Selena terima jika ia tahu semuanya. Matthias selalu mengawasi, memastikan bahwa tidak ada satu pria pun yang bisa mendekati Selena lebih dari yang ia iz inkan. Ia menyingkirkan semua ancaman yang bisa menjauhkan wanita itu darinya—baik dengan cara halus maupun yang lebih… ekstrem.Dan sekarang, ketika Selena berada di pelukannya, nampak tak berdaya dan tak memiliki kuasa untuk menolaknya "Kau tahu sudah berapa lama aku menantikan momen ini, Princess?" Ia mengucapkan nama itu dengan kelembutan yang berbahayaSelena yang bersandar

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   40. His Obsession

    Hiriety menghembuskan asap rokoknya dengan pelan, membiarkan aroma tembakau memenuhi udara sebelum perlahan menghilang tersapu angin dari jendela yang sedikit terbuka. Matanya masih terpaku pada hamparan langit malam yang kelam, hanya diterangi bintang-bintang redup yang berserakan seperti kenangan yang dulu pernah ia tinggalkan di kamar ini.Tiga belas tahun bukan waktu yang singkat. Selama itu, ia tak pernah menjejakkan kaki di kamar ini lagi. Namun, berkat rencana gila kakaknya, ia kini kembali. Ada perasaan aneh yang menggelayuti hatinya—campuran antara nostalgia, kebingungan, dan ketidaknyamanan.Ia menghela napas, mematikan rokoknya di asbak yang ia ambil dari meja kecil di samping ranjang. Tangannya kemudian mengusap seprai berwarna biru tua yang terasa asing namun akrab di saat yang bersamaan.Di sudut ruangan, sebuah foto lama masih tergantung di dinding. Foto dirinya dan Selena, diambil saat mereka masih kecil, tertawa lepas dengan mata berbinar.

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   39. His Princess

    Dylan melangkah keluar dari kamar, meninggalkan putrinya berdua dengan Matthias. Pintu tertutup dengan suara pelan, tetapi bagi Selena, itu terdengar seperti jeruji besi yang mengunci takdirnya di dalam ruangan ini.Keheningan menyelimuti mereka. Selena tetap duduk di kasurnya, sementara Matthias berdiri di sisi ruangan, tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. Tatapannya gelap, intens, namun ada sesuatu di sana yang berbeda kali ini. Sesuatu yang lebih dalam dari sekadar dominasi dan obsesi—sesuatu yang bahkan Selena sendiri tak yakin apakah ia ingin memahami atau justru ingin menjauh darinya.“Aku lelah, Matthias” Selena bersuara pelanMatthias tidak langsung merespons. Ia menatap Selena, matanya menyapu setiap lekuk wajahnya, seakan mencari sesuatu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.“Lelah karena apa?” tanyanya akhirnya, suaranya datar, namun di balik nada tenangnya ada ketegangan yang tersembunyi.Selena

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   38. Hidden

    “Selena sayang, kau salah paham” Dylan memeluk putrinya. Mungkin sejak awal cara didiknya agak salah karena membiarkan Selena hidup bak seorang putri. Selena selalu dimanja hingga dia tak mengerti bagaimana dunia ini berjalan“Kenapa kalian terus melakukan tindakan tak benar seperti ini? Daddy memiliki perusahaan yang besar, Paman Caid memiliki maskapai penerbangan tapi kenapa tetap melakukan bisnis kotor itu? Apa kalian sangat haus akan harta?” suara Selena bergetar, bukan karena takut, melainkan karena emosinya yang meluap-luap.“Kau tak akan pernah bisa mengerti Selena” Jawab Caid, ditatapnya lekat netra“Tentu aku tak bisa mengerti jika paman dan Daddy tak pernah menjelaskan apapun padaku. Sebenarnya kenapa kalian harus terus melakukan ini?” Tanya Selena dengan suara lirih, matanya berkaca-kaca dengan perasaan yang sulit dikontrolDylan melirik Caid. Disaat seperti ini dia hanya bisa menunggu sang Alpha

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   37. His Trap

    Selena terbangun dengan rasa bingung dan kecemasan yang melanda dirinya. Kepalanya terasa berat, seolah seluruh tubuhnya tertarik oleh gravitasi, dan ada sensasi yang aneh merambat di sekujur tubuhnya yang lemas.“Mom?” Gumam Selena bergumam dengan suara serak. Tubuhnya terasa berat, dan ia berusaha mengingat kembali bagaimana ia bisa berada di tempat ini. Pikiran-pikirannya terasa kabur, seperti diselimuti kabut tebal.“Hai sayang, bagaimana kondisimu?” Lumia tersenyum tipis, diusapnya kepala putri tunggalnya itu penuh sayangDitatapnya wanita cantik yang duduk di sisi ranjang tempatnya berbaring, itu ibunya, Lumia. “A-ku baik, tapi bagaimana-““Maaf ya sayang, Mom terlibat dengan semua ini” kata Lumia dengan nada yang penuh penyesalan, matanya tidak bisa menyembunyikan kecemasan yang terkandung di dalamnya.Selena mengerutkan kening bingung “Apa maksudnya?” Tanya Selena tak paham.

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status