Share

5. Restrained

Penulis: Strrose
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-03 13:46:49

Selena baru selesai berganti pakaian saat mendengar ketukan keras di pintu kamarnya "APA?!" Selena berteriak, melepaskan amarahnya ketika pintu terbuka dan menampilkan sosok Matthias "Kau bilang tak akan mengganggu selama tinggal di sini."

“Kau menciumnya?” katanya dengan suara rendah dan mengancam.

“Hah? Apa?” Selena menatapnya bingung, dia berusaha menjaga jarak saat Matthias mendekat. Namun Matthias tetap melangkah maju mendekatinya “Kau ini kenapa? Bisakah bertingkah seperti kita orang asing saja" suara Selena terdengar lelah, hampir bosan dengan sikap Matthias yang terus mengganggunya.

"Kau mencium bajingan itu?" tanyanya, suaranya tegas, penuh tuntutan, mengabaikan respon Selena

“Kau membicarakan dirimu sendiri?” Balas Selena dengan mencemooh

Matthias berhenti sejenak, matanya menyipit, menatap Selena dengan tajam. “Jangan bermain-main denganku, Selena" ucapnya, suara rendah penuh ancaman. “Pria itu, kau menciumnya?” Sambungnya

“Mark maksudmu?” Selena berdiri tegak, menatap Matthias "Aku merasa tak perlu menjelaskan apapun padamu, dia kekasihku dan kau tahu itu" jawabnya dengan suara tak kalah datar, meskipun hatinya berdebar ketika Matthias terus maju dan memojokkannya

“Oh ya?” Suara Matthias menggantung, tajam seperti pisau yang mengiris keheningan di antara mereka. Dia berhenti hanya beberapa inci dari Selena, cukup dekat hingga dia bisa merasakan napas hangatnya

Sebelum Selena sempat mengatakan apa pun, Matthias sudah membungkuk, mengangkat tubuhnya dengan mudah.

"Matthias! Apa-apan kau! Keluar dari kamarku, sialan! Woy gila!" Selena meronta, tangannya memukul-mukul bahu pria itu. Namun Matthias tetap diam, wajahnya gelap dengan ekspresi keras yang tidak bisa diganggu gugat

Pria itu memaksanya masuk ke dalam kamar mandi, berjalan ke bawah pancuran dan dengan satu gerakan tajam, menyalakan air dingin. Selena terpekik saat semburan air dingin langsung membasahi tubuhnya, membuat bajunya melekat di kulit.

"Apa kau gila?!" teriak Selena, mencoba meraih keran untuk mematikan air, tapi Matthias menahannya di tempat. Air terus mengalir, membasahi mereka berdua. Matthias sama sekali tidak bergerak, hanya menatap Selena dengan intensitas yang membuatnya semakin gugup.

"Jawab aku" katanya pelan, suaranya nyaris terkubur oleh suara air yang mengalir, tapi penuh ancaman yang tidak bisa diabaikan. "Kau menciumnya?"

Selena menggigil, bukan hanya karena dinginnya air, tetapi juga karena tatapan Matthias yang menusuk. "Apa pentingnya bagimu, Matthias?" jawabnya, suaranya bergetar, meskipun dia mencoba terlihat kuat. "Apa yang aku lakukan bukan urusanmu!"

"Itu urusanku!" bentak Matthias, nadanya kasar, meski tangannya yang menahan Selena tetap lembut, memastikan dia tidak terjatuh

“Aku akan menembakmu jika kau macam-macam Matthias!” Selena berusaha untuk melawan, mengepalkan tangannya dengan keras, siap untuk bertindak. Matanya yang penuh amarah bertemu dengan tatapan Matthias yang tak bergeming, penuh kendali. Namun, Matthias tidak mengindahkan ancamannya..

Pria itu mundur selangkah, membiarkan Selena tetap berada dibawah pancuran air

“Bersihkan dirimu” perintah Matthias dengan suara rendah, namun penuh kuasa. “Aku tidak suka ada aroma lain pada milikku.”

“Apa yang kau maksud dengan itu?” suara Selena mulai terdengar tajam, penuh kekesalan. “Milikmu? Kau pikir aku seperti barang milikmu?”

Matthias memandangnya datar “Kau sudah mulai melupakan tempatmu, Princess?” tanyanya dengan tenang.

Selena menggigit bibirnya, berusaha menahan amarah yang semakin membara “Bajingan” umpatan itu terdengar pelan, mata Selena berair, dia merasa dilecehkan.

“Bersihkan dirimu. Sekarang!” bisiknya dengan nada tajam.

Rasa marah Selena memuncak. “Kau benar-benar keterlaluan!” ujarnya “Keluar sana!” usirnya, meski tidak ada niat untuk benar-benar mengikuti perintah Matthias untuk membersihkan diri

Matthias menatapnya satu detik lagi, matanya menyiratkan ketegasan yang tak terbantahkan, sebelum akhirnya berjalan keluar dari kamar mandi.

“Ck Bastard! Bajingan sialan! Terkutuklah kau Matthias Walton!” Makian itu terlontar dengan ringannya saat Selena berdiri beberapa saat di bawah aliran air. Tubuhnya terasa kaku, pikirannya bergejolak antara amarah dan kebingungannya atas perlakuan Matthias. Pria itu memang berubah, tapi perubahannya justru membuat Selena lebih sengsara dibanding masa kecil mereka “Aku sungguh tak suka dia!”

Setelah beberapa saat, Selena akhirnya menutup kran air dan keluar dari kamar mandi, merasa lelah dan tidak tahu harus berbuat apa lagi.

Dia membungkus tubuhnya dengan handuk, mengusap tubuh dengan gerakan lambat, seolah mencari ketenangan di tengah kekacauan yang terjadi. Untunglah Matthias sudah tak ada di kamarnya, jadi dia bisa menghela napas lega untuk sejenak.

Selena tak mau keluar dari kamar. Suasana tegang yang dipicu oleh Matthias masih terasa di sekelilingnya, tetapi rasa lapar yang datang tak bisa diabaikan. Akhirnya, dengan langkah ragu, dia membuka pintu kamar dan keluar.

Saat ia melangkah ke dapur, pandangannya langsung tertuju pada Matthias yang sedang sibuk memasak di atas kompor. Sungguh pemandangan langka jika dibandingkan dengan kelakuan pria itu beberapa saat lalu

‘Andai dia memiliki sikap gentle sedikit saja, mungkin aku bisa lupa dengan kejadian dulu’ batin Selena

“Kemarilah” panggil Matthias tanpa menoleh.

Selena tetap diam, tak bergerak atau bahkan bersuara. Ia menatap Matthias yang masih memotong sayuran tanpa mengalihkan perhatian dari pekerjaannya.

Matthias akhirnya mengangkat wajahnya, menangkap pandangan Selena. “Kemari Selena” panggilnya lagi.

“Tidak mau” tolak Selena cepat

Netra abu itu menghunus tajam, menatap Selena yang berdiri di perbatasan antara dapur dan ruang tamu. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia melangkah cepat menuju Selena, lalu dalam gerakan yang begitu tiba-tiba, Matthias mengangkat tubuh Selena dengan mudah dan menempatkannya di meja pantry yang ada di dapur.

"Hey!" Selena terkejut dan mencoba melawan, tangannya mendorong dada Matthias, namun tidak banyak berarti. "Bisa tidak berikan aba-aba sebelum mengangkatku!"

“Kau lebih baik duduk dan tenang. Aku akan menyelesaikan ini” katanya, suaranya rendah namun penuh kekuasaan.

Selena mengernyitkan dahi, mencoba meronta, tapi semakin melawan, semakin kuat cengkeraman Matthias. Dia duduk dengan paksa di meja pantry, tepat disamping Matthias yang memasak

“Kau memang keterlaluan” ujarnya dengan nada kesal, meskipun dia tahu Matthias tidak akan peduli "Kau tahu, kau tidak perlu bersikap seperti ini."

Matthias menoleh sekilas ke arahnya, ekspresinya tetap datar, tapi ada tatapan tajam yang menyiratkan sesuatu yang lebih dalam. "Aku melakukan ini karena kau mulai melupakan tempatmu, Selena. Jangan buat aku mengulangnya" katanya dengan suara serak, penuh ancaman yang samar namun terasa nyata.

Selena mengernyitkan dahi, mencoba menenangkan diri. Suasana di dapur semakin terasa panas, seolah-olah setiap detik yang berlalu semakin menambah ketegangan yang mengikat dirinya dan Matthias.

“Buka mulutmu” titahnya

Selena menghela napas, menahan dorongan untuk melontarkan komentar tajam dan membuka mulut saat Matthias menyendokan Risotto padanya

Selena merasa risotto yang masuk ke mulutnya memiliki rasa yang luar biasa, meskipun situasi saat ini membuatnya sulit untuk menikmatinya sepenuhnya. Dia mengunyah perlahan, mencoba mengalihkan perhatian dari tatapan Matthias yang masih mengawasinya dengan intensitas yang membuatnya tak nyaman.

“Enak, kan?” tanya Matthias, suaranya sedikit lebih lembut, tapi tetap dengan nada yang membuat Selena merasa seperti sedang diuji.

Selena mengangguk tipis, meski enggan mengakui. “Lumayan” jawabnya singkat, sambil meneguk air untuk menyembunyikan wajahnya.

Matthias tertawa kecil, namun nada tawanya mengandung kepuasan. “Syukurlah, tak sia-sia aku mempelajari resep ini, Aunty Lumia bilang kau paling suka Risotto”

Selena tak tahu harus merespon seperti apa, perubahan pria itu terlalu mendadak "Emm.. Hiri belum pulang?" Selena bertanya, berusaha mengalihkan pembicaraan agar dirinya tidak terlalu terpancing emosi. Suaranya terdengar lebih ringan dari sebelumnya, meskipun hati kecilnya berdebar.

"Dia tak pulang malam ini" jawab Matthias sambil melanjutkan memotong jamur untuk ia tumis dengan tangannya yang terampil.

"Huh?" Selena merespon dengan kebingungan. Pikiran di benaknya mulai berputar, mencoba mengonfirmasi apa yang baru saja dia dengar.

"Dia akan kembali besok" Matthias menambahkan dengan santai, seolah-olah itu adalah hal yang biasa saja. Suaranya begitu tenang, tidak ada tanda-tanda bahwa dia menyadari betapa tidak nyamannya Selena saat ini

Seketika, gelombang kekhawatiran menerjang benak Selena.

Tunggu sebentar, apa ini berarti dia hanya akan tinggal berdua dengan Matthias malam ini? Tidak mungkin! Dia tidak ingin terjebak dalam situasi seperti ini, terutama setelah apa yang baru saja terjadi diantara mereka.

Bab terkait

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   6. Locked

    Selena berjalan mondar-mandir di kamar, kepalanya dipenuhi oleh berbagai pikiran yang saling bertubrukan. Ponselnya tergenggam erat di tangan, dan dia menekan nomor Hiriety dengan gerakan cepat. Dering pertama hingga ketiga tidak diangkat, membuat Selena semakin frustrasi.“Ayo, Hiriety! Angkat teleponmu!” gerutunya sambil terus berjalan di atas lantai keramik yang dingin, sementara pikirannya sibuk memikirkan solusi.Matanya melirik pintu kamar, seolah takut Matthias akan tiba-tiba masuk. Dia mengusap wajahnya dengan kasar, mencoba meredakan kekesalan yang semakin memuncakBeberapa dering berlalu, dan untuk sesaat, dia berpikir Hiriety tidak akan menjawab. Namun, suara mengantuk Hiriety akhirnya terdengar di ujung telepon."Halo? Ada apa, Selena?" tanya Hiriety dengan nada malas."Kau serius, Hiri?" Selena langsung meledak tanpa basa-basi. "Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau menginap di rumah temanmu? Kau meninggalkanku sendirian

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   1. Meet again

    Matthias menekan tombol bel untuk ketiga kalinya, tetapi tetap tidak ada jawaban. Dengan kesabaran yang mulai terkikis, ia mengeluarkan ponselnya. Menghubungi adik perempuannya yang sejak tadi tak kunjung membukakan pintu“Buka pintunya" Ucap Matthias tanpa basa basi dengan nada datarnya begitu panggilan terhubung“Oh, kau sudah sampai, kak?”“Cepat buka pintunya sebelum aku marah padamu, Hiri" Matthias menjawab sambil melirik pintu yang tetap tertutup rapat di depannya“Emm ini, aku sedang di luar. Ada urusan mendadak. Masuk saja, password pintunya 1007#. Aku lupa bilang pada Selena kalau kau datang dan sepertinya dijam segini dia ada di ruang olahraga” Hiriety menambahkan dengan nada santai.“Selena?”“Iya kau pasti akan senang bertemu dengannya, aku tutup telponnya ya kak, kita bicara dirumah saja”Matthias menghela napas, dia hendak bertanya lebih lanjut tapi adik kandungnya itu sudah memutuskan panggilan sebelum ia mendapat jawaban.Akhirnya, Matthias memasukkan kode yang diberik

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   2. Hai Selena

    Brak!!Selena bersandar di pintu kamarnya, menghembuskan napas panjang sambil memejamkan mata. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba mengendalikan pikiran yang berputar di kepalanya. Tubuhnya menempel pada pintu kayu yang dingin, tetapi jantungnya berdegup begitu cepat, seolah-olah sedang berlomba dengan waktu.“Sialan! Matthias Walton sialan! Kenapa dia muncul dengan panampilan begitu!!! Astaga!! dia terlalu tampan untuk seseorang makhluk fana” gumam Selena lirih.Di pukul pelan pipinya dengan kedua tangan hingga wajahnya yang memerah semakin terasa panas. “Tarik napas, Selena. Kau bukan remaja belasan tahun lagi. Kau perempuan dewasa, usiamu sudah 22 tahun Selena, sadarlah!! Pria tampan bukan hanya Matthias saja. Ingat kekasihmu!!” doktrinnyaSelena menggelengkan kepalanya keras-keras, seolah mencoba mengusir bayangan Matthias yang terus menghantui pikirannya. Ia berjalan ke meja rias dan menatap bayangannya di cermin. Wajahnya me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   3. Always mine

    “Kakak tinggal disini saja”DUAR!! Pernyataan sepihak yang dilontarkan Hiriety jelas memicu lonjakan emosi dalam diri Selena. Matanya membelalak, sementara Matthias yang duduk di sofa seberangnya menaikkan alis, senyuman samar terlukis di wajahnya, menikmati situasi yang jelas akan meledak.“Rie, kau tidak serius, kan?” tanya Selena, nadanya tegang tapi mencoba tetap tenang.Hiriety memiringkan kepala, ekspresinya polos seperti anak kecil yang baru saja meminta permen. “Kenapa tidak? Kak Matthias kan tidak punya tempat tinggal sementara di Milan. Lagipula, apartemen ini besar sekali, Selena. Ada kamar tamu yang kosong. Rasanya aneh kalau tidak dimanfaatkan.”“Itu bukan masalah tempat, Rie” Selena berusaha menahan diri, meski suaranya mulai meninggi. “Ini soal kenyamanan. Dan aku tidak nyaman berbagi ruang dengan… dia.”“Aku tidak mau kak Matthias tinggal di hotel ataupun tempat lain disaat adiknya berada di apartemen mewah yang cukup luas untuk ditinggali” Lanjut Hiriety tak peduli“H

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   4. Sweet psycho

    “Selena Sayang”“Mark!” Ekspresi Selena langsung berbinar saat melihat Mark menunggu di dekat mobilnya. Ia berlari kecil menghampiri pria itu, senyumnya tak pernah semanis ini setelah hari yang melelahkan.Mark membuka pintu mobil untuknya, lalu menunduk sedikit, menggodanya. “Hari yang panjang, ya?”“Seperti biasa” jawab Selena, masuk ke dalam mobil dan meletakkan tasnya di kursi belakang. “Tapi kau pasti tahu cara membuat hariku lebih baik kan?”Mark tersenyum, duduk di kursi kemudi. “Kalau begitu, izinkan aku melakukannya.”Tanpa berkata apa-apa, Mark mendekat dan mengecup bibir Selena. Awalnya lembut, penuh kasih. Selena membalas, menikmati momen itu. Namun, ciuman itu perlahan berubah lebih intens, dan tangan Mark mulai menyusuri tubuh Selena, turun ke pinggangnya.Selena tertegun, menahan tangan Mark dengan lembut namun tegas. Ia

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03

Bab terbaru

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   6. Locked

    Selena berjalan mondar-mandir di kamar, kepalanya dipenuhi oleh berbagai pikiran yang saling bertubrukan. Ponselnya tergenggam erat di tangan, dan dia menekan nomor Hiriety dengan gerakan cepat. Dering pertama hingga ketiga tidak diangkat, membuat Selena semakin frustrasi.“Ayo, Hiriety! Angkat teleponmu!” gerutunya sambil terus berjalan di atas lantai keramik yang dingin, sementara pikirannya sibuk memikirkan solusi.Matanya melirik pintu kamar, seolah takut Matthias akan tiba-tiba masuk. Dia mengusap wajahnya dengan kasar, mencoba meredakan kekesalan yang semakin memuncakBeberapa dering berlalu, dan untuk sesaat, dia berpikir Hiriety tidak akan menjawab. Namun, suara mengantuk Hiriety akhirnya terdengar di ujung telepon."Halo? Ada apa, Selena?" tanya Hiriety dengan nada malas."Kau serius, Hiri?" Selena langsung meledak tanpa basa-basi. "Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau menginap di rumah temanmu? Kau meninggalkanku sendirian

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   5. Restrained

    Selena baru selesai berganti pakaian saat mendengar ketukan keras di pintu kamarnya "APA?!" Selena berteriak, melepaskan amarahnya ketika pintu terbuka dan menampilkan sosok Matthias "Kau bilang tak akan mengganggu selama tinggal di sini."“Kau menciumnya?” katanya dengan suara rendah dan mengancam.“Hah? Apa?” Selena menatapnya bingung, dia berusaha menjaga jarak saat Matthias mendekat. Namun Matthias tetap melangkah maju mendekatinya “Kau ini kenapa? Bisakah bertingkah seperti kita orang asing saja" suara Selena terdengar lelah, hampir bosan dengan sikap Matthias yang terus mengganggunya."Kau mencium bajingan itu?" tanyanya, suaranya tegas, penuh tuntutan, mengabaikan respon Selena“Kau membicarakan dirimu sendiri?” Balas Selena dengan mencemoohMatthias berhenti sejenak, matanya menyipit, menatap Selena dengan tajam. “Jangan bermain-main denganku, Selena" ucapnya, suara rendah penuh ancaman. “Pria itu, kau menciumnya?” Sambungnya“Mark maksudmu?” Selena berdiri tegak, menatap Matt

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   4. Sweet psycho

    “Selena Sayang”“Mark!” Ekspresi Selena langsung berbinar saat melihat Mark menunggu di dekat mobilnya. Ia berlari kecil menghampiri pria itu, senyumnya tak pernah semanis ini setelah hari yang melelahkan.Mark membuka pintu mobil untuknya, lalu menunduk sedikit, menggodanya. “Hari yang panjang, ya?”“Seperti biasa” jawab Selena, masuk ke dalam mobil dan meletakkan tasnya di kursi belakang. “Tapi kau pasti tahu cara membuat hariku lebih baik kan?”Mark tersenyum, duduk di kursi kemudi. “Kalau begitu, izinkan aku melakukannya.”Tanpa berkata apa-apa, Mark mendekat dan mengecup bibir Selena. Awalnya lembut, penuh kasih. Selena membalas, menikmati momen itu. Namun, ciuman itu perlahan berubah lebih intens, dan tangan Mark mulai menyusuri tubuh Selena, turun ke pinggangnya.Selena tertegun, menahan tangan Mark dengan lembut namun tegas. Ia

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   3. Always mine

    “Kakak tinggal disini saja”DUAR!! Pernyataan sepihak yang dilontarkan Hiriety jelas memicu lonjakan emosi dalam diri Selena. Matanya membelalak, sementara Matthias yang duduk di sofa seberangnya menaikkan alis, senyuman samar terlukis di wajahnya, menikmati situasi yang jelas akan meledak.“Rie, kau tidak serius, kan?” tanya Selena, nadanya tegang tapi mencoba tetap tenang.Hiriety memiringkan kepala, ekspresinya polos seperti anak kecil yang baru saja meminta permen. “Kenapa tidak? Kak Matthias kan tidak punya tempat tinggal sementara di Milan. Lagipula, apartemen ini besar sekali, Selena. Ada kamar tamu yang kosong. Rasanya aneh kalau tidak dimanfaatkan.”“Itu bukan masalah tempat, Rie” Selena berusaha menahan diri, meski suaranya mulai meninggi. “Ini soal kenyamanan. Dan aku tidak nyaman berbagi ruang dengan… dia.”“Aku tidak mau kak Matthias tinggal di hotel ataupun tempat lain disaat adiknya berada di apartemen mewah yang cukup luas untuk ditinggali” Lanjut Hiriety tak peduli“H

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   2. Hai Selena

    Brak!!Selena bersandar di pintu kamarnya, menghembuskan napas panjang sambil memejamkan mata. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba mengendalikan pikiran yang berputar di kepalanya. Tubuhnya menempel pada pintu kayu yang dingin, tetapi jantungnya berdegup begitu cepat, seolah-olah sedang berlomba dengan waktu.“Sialan! Matthias Walton sialan! Kenapa dia muncul dengan panampilan begitu!!! Astaga!! dia terlalu tampan untuk seseorang makhluk fana” gumam Selena lirih.Di pukul pelan pipinya dengan kedua tangan hingga wajahnya yang memerah semakin terasa panas. “Tarik napas, Selena. Kau bukan remaja belasan tahun lagi. Kau perempuan dewasa, usiamu sudah 22 tahun Selena, sadarlah!! Pria tampan bukan hanya Matthias saja. Ingat kekasihmu!!” doktrinnyaSelena menggelengkan kepalanya keras-keras, seolah mencoba mengusir bayangan Matthias yang terus menghantui pikirannya. Ia berjalan ke meja rias dan menatap bayangannya di cermin. Wajahnya me

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   1. Meet again

    Matthias menekan tombol bel untuk ketiga kalinya, tetapi tetap tidak ada jawaban. Dengan kesabaran yang mulai terkikis, ia mengeluarkan ponselnya. Menghubungi adik perempuannya yang sejak tadi tak kunjung membukakan pintu“Buka pintunya" Ucap Matthias tanpa basa basi dengan nada datarnya begitu panggilan terhubung“Oh, kau sudah sampai, kak?”“Cepat buka pintunya sebelum aku marah padamu, Hiri" Matthias menjawab sambil melirik pintu yang tetap tertutup rapat di depannya“Emm ini, aku sedang di luar. Ada urusan mendadak. Masuk saja, password pintunya 1007#. Aku lupa bilang pada Selena kalau kau datang dan sepertinya dijam segini dia ada di ruang olahraga” Hiriety menambahkan dengan nada santai.“Selena?”“Iya kau pasti akan senang bertemu dengannya, aku tutup telponnya ya kak, kita bicara dirumah saja”Matthias menghela napas, dia hendak bertanya lebih lanjut tapi adik kandungnya itu sudah memutuskan panggilan sebelum ia mendapat jawaban.Akhirnya, Matthias memasukkan kode yang diberik

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status