Share

5. Restrained

Penulis: Strrose
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-03 13:46:49

Selena baru selesai berganti pakaian saat mendengar ketukan keras di pintu kamarnya "APA?!" Selena berteriak, melepaskan amarahnya ketika pintu terbuka dan menampilkan sosok Matthias "Kau bilang tak akan mengganggu selama tinggal di sini."

“Kau menciumnya?” katanya dengan suara rendah dan mengancam.

“Hah? Apa?” Selena menatapnya bingung, dia berusaha menjaga jarak saat Matthias mendekat. Namun Matthias tetap melangkah maju mendekatinya “Kau ini kenapa? Bisakah bertingkah seperti kita orang asing saja" suara Selena terdengar lelah, hampir bosan dengan sikap Matthias yang terus mengganggunya.

"Kau mencium bajingan itu?" tanyanya, suaranya tegas, penuh tuntutan, mengabaikan respon Selena

“Kau membicarakan dirimu sendiri?” Balas Selena dengan mencemooh

Matthias berhenti sejenak, matanya menyipit, menatap Selena dengan tajam. “Jangan bermain-main denganku, Selena" ucapnya, suara rendah penuh ancaman. “Pria itu, kau menciumnya?” Sambungnya

“Mark maksudmu?” Selena berdiri tegak, menatap Matthias "Aku merasa tak perlu menjelaskan apapun padamu, dia kekasihku dan kau tahu itu" jawabnya dengan suara tak kalah datar, meskipun hatinya berdebar ketika Matthias terus maju dan memojokkannya

“Oh ya?” Suara Matthias menggantung, tajam seperti pisau yang mengiris keheningan di antara mereka. Dia berhenti hanya beberapa inci dari Selena, cukup dekat hingga dia bisa merasakan napas hangatnya

Sebelum Selena sempat mengatakan apa pun, Matthias sudah membungkuk, mengangkat tubuhnya dengan mudah.

"Matthias! Apa-apan kau! Keluar dari kamarku, sialan! Woy gila!" Selena meronta, tangannya memukul-mukul bahu pria itu. Namun Matthias tetap diam, wajahnya gelap dengan ekspresi keras yang tidak bisa diganggu gugat

Pria itu memaksanya masuk ke dalam kamar mandi, berjalan ke bawah pancuran dan dengan satu gerakan tajam, menyalakan air dingin. Selena terpekik saat semburan air dingin langsung membasahi tubuhnya, membuat bajunya melekat di kulit.

"Apa kau gila?!" teriak Selena, mencoba meraih keran untuk mematikan air, tapi Matthias menahannya di tempat. Air terus mengalir, membasahi mereka berdua. Matthias sama sekali tidak bergerak, hanya menatap Selena dengan intensitas yang membuatnya semakin gugup.

"Jawab aku" katanya pelan, suaranya nyaris terkubur oleh suara air yang mengalir, tapi penuh ancaman yang tidak bisa diabaikan. "Kau menciumnya?"

Selena menggigil, bukan hanya karena dinginnya air, tetapi juga karena tatapan Matthias yang menusuk. "Apa pentingnya bagimu, Matthias?" jawabnya, suaranya bergetar, meskipun dia mencoba terlihat kuat. "Apa yang aku lakukan bukan urusanmu!"

"Itu urusanku!" bentak Matthias, nadanya kasar, meski tangannya yang menahan Selena tetap lembut, memastikan dia tidak terjatuh

“Aku akan menembakmu jika kau macam-macam Matthias!” Selena berusaha untuk melawan, mengepalkan tangannya dengan keras, siap untuk bertindak. Matanya yang penuh amarah bertemu dengan tatapan Matthias yang tak bergeming, penuh kendali. Namun, Matthias tidak mengindahkan ancamannya..

Pria itu mundur selangkah, membiarkan Selena tetap berada dibawah pancuran air

“Bersihkan dirimu” perintah Matthias dengan suara rendah, namun penuh kuasa. “Aku tidak suka ada aroma lain pada milikku.”

“Apa yang kau maksud dengan itu?” suara Selena mulai terdengar tajam, penuh kekesalan. “Milikmu? Kau pikir aku seperti barang milikmu?”

Matthias memandangnya datar “Kau sudah mulai melupakan tempatmu, Princess?” tanyanya dengan tenang.

Selena menggigit bibirnya, berusaha menahan amarah yang semakin membara “Bajingan” umpatan itu terdengar pelan, mata Selena berair, dia merasa dilecehkan.

“Bersihkan dirimu. Sekarang!” bisiknya dengan nada tajam.

Rasa marah Selena memuncak. “Kau benar-benar keterlaluan!” ujarnya “Keluar sana!” usirnya, meski tidak ada niat untuk benar-benar mengikuti perintah Matthias untuk membersihkan diri

Matthias menatapnya satu detik lagi, matanya menyiratkan ketegasan yang tak terbantahkan, sebelum akhirnya berjalan keluar dari kamar mandi.

“Ck Bastard! Bajingan sialan! Terkutuklah kau Matthias Walton!” Makian itu terlontar dengan ringannya saat Selena berdiri beberapa saat di bawah aliran air. Tubuhnya terasa kaku, pikirannya bergejolak antara amarah dan kebingungannya atas perlakuan Matthias. Pria itu memang berubah, tapi perubahannya justru membuat Selena lebih sengsara dibanding masa kecil mereka “Aku sungguh tak suka dia!”

Setelah beberapa saat, Selena akhirnya menutup kran air dan keluar dari kamar mandi, merasa lelah dan tidak tahu harus berbuat apa lagi.

Dia membungkus tubuhnya dengan handuk, mengusap tubuh dengan gerakan lambat, seolah mencari ketenangan di tengah kekacauan yang terjadi. Untunglah Matthias sudah tak ada di kamarnya, jadi dia bisa menghela napas lega untuk sejenak.

Selena tak mau keluar dari kamar. Suasana tegang yang dipicu oleh Matthias masih terasa di sekelilingnya, tetapi rasa lapar yang datang tak bisa diabaikan. Akhirnya, dengan langkah ragu, dia membuka pintu kamar dan keluar.

Saat ia melangkah ke dapur, pandangannya langsung tertuju pada Matthias yang sedang sibuk memasak di atas kompor. Sungguh pemandangan langka jika dibandingkan dengan kelakuan pria itu beberapa saat lalu

‘Andai dia memiliki sikap gentle sedikit saja, mungkin aku bisa lupa dengan kejadian dulu’ batin Selena

“Kemarilah” panggil Matthias tanpa menoleh.

Selena tetap diam, tak bergerak atau bahkan bersuara. Ia menatap Matthias yang masih memotong sayuran tanpa mengalihkan perhatian dari pekerjaannya.

Matthias akhirnya mengangkat wajahnya, menangkap pandangan Selena. “Kemari Selena” panggilnya lagi.

“Tidak mau” tolak Selena cepat

Netra abu itu menghunus tajam, menatap Selena yang berdiri di perbatasan antara dapur dan ruang tamu. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia melangkah cepat menuju Selena, lalu dalam gerakan yang begitu tiba-tiba, Matthias mengangkat tubuh Selena dengan mudah dan menempatkannya di meja pantry yang ada di dapur.

"Hey!" Selena terkejut dan mencoba melawan, tangannya mendorong dada Matthias, namun tidak banyak berarti. "Bisa tidak berikan aba-aba sebelum mengangkatku!"

“Kau lebih baik duduk dan tenang. Aku akan menyelesaikan ini” katanya, suaranya rendah namun penuh kekuasaan.

Selena mengernyitkan dahi, mencoba meronta, tapi semakin melawan, semakin kuat cengkeraman Matthias. Dia duduk dengan paksa di meja pantry, tepat disamping Matthias yang memasak

“Kau memang keterlaluan” ujarnya dengan nada kesal, meskipun dia tahu Matthias tidak akan peduli "Kau tahu, kau tidak perlu bersikap seperti ini."

Matthias menoleh sekilas ke arahnya, ekspresinya tetap datar, tapi ada tatapan tajam yang menyiratkan sesuatu yang lebih dalam. "Aku melakukan ini karena kau mulai melupakan tempatmu, Selena. Jangan buat aku mengulangnya" katanya dengan suara serak, penuh ancaman yang samar namun terasa nyata.

Selena mengernyitkan dahi, mencoba menenangkan diri. Suasana di dapur semakin terasa panas, seolah-olah setiap detik yang berlalu semakin menambah ketegangan yang mengikat dirinya dan Matthias.

“Buka mulutmu” titahnya

Selena menghela napas, menahan dorongan untuk melontarkan komentar tajam dan membuka mulut saat Matthias menyendokan Risotto padanya

Selena merasa risotto yang masuk ke mulutnya memiliki rasa yang luar biasa, meskipun situasi saat ini membuatnya sulit untuk menikmatinya sepenuhnya. Dia mengunyah perlahan, mencoba mengalihkan perhatian dari tatapan Matthias yang masih mengawasinya dengan intensitas yang membuatnya tak nyaman.

“Enak, kan?” tanya Matthias, suaranya sedikit lebih lembut, tapi tetap dengan nada yang membuat Selena merasa seperti sedang diuji.

Selena mengangguk tipis, meski enggan mengakui. “Lumayan” jawabnya singkat, sambil meneguk air untuk menyembunyikan wajahnya.

Matthias tertawa kecil, namun nada tawanya mengandung kepuasan. “Syukurlah, tak sia-sia aku mempelajari resep ini, Aunty Lumia bilang kau paling suka Risotto”

Selena tak tahu harus merespon seperti apa, perubahan pria itu terlalu mendadak "Emm.. Hiri belum pulang?" Selena bertanya, berusaha mengalihkan pembicaraan agar dirinya tidak terlalu terpancing emosi. Suaranya terdengar lebih ringan dari sebelumnya, meskipun hati kecilnya berdebar.

"Dia tak pulang malam ini" jawab Matthias sambil melanjutkan memotong jamur untuk ia tumis dengan tangannya yang terampil.

"Huh?" Selena merespon dengan kebingungan. Pikiran di benaknya mulai berputar, mencoba mengonfirmasi apa yang baru saja dia dengar.

"Dia akan kembali besok" Matthias menambahkan dengan santai, seolah-olah itu adalah hal yang biasa saja. Suaranya begitu tenang, tidak ada tanda-tanda bahwa dia menyadari betapa tidak nyamannya Selena saat ini

Seketika, gelombang kekhawatiran menerjang benak Selena.

Tunggu sebentar, apa ini berarti dia hanya akan tinggal berdua dengan Matthias malam ini? Tidak mungkin! Dia tidak ingin terjebak dalam situasi seperti ini, terutama setelah apa yang baru saja terjadi diantara mereka.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   6. Locked

    Selena berjalan mondar-mandir di kamar, kepalanya dipenuhi oleh berbagai pikiran yang saling bertubrukan. Ponselnya tergenggam erat di tangan, dan dia menekan nomor Hiriety dengan gerakan cepat. Dering pertama hingga ketiga tidak diangkat, membuat Selena semakin frustrasi.“Ayo, Hiriety! Angkat teleponmu!” gerutunya sambil terus berjalan di atas lantai keramik yang dingin, sementara pikirannya sibuk memikirkan solusi.Matanya melirik pintu kamar, seolah takut Matthias akan tiba-tiba masuk. Dia mengusap wajahnya dengan kasar, mencoba meredakan kekesalan yang semakin memuncakBeberapa dering berlalu, dan untuk sesaat, dia berpikir Hiriety tidak akan menjawab. Namun, suara mengantuk Hiriety akhirnya terdengar di ujung telepon."Halo? Ada apa, Selena?" tanya Hiriety dengan nada malas."Kau serius, Hiri?" Selena langsung meledak tanpa basa-basi. "Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau menginap di rumah temanmu? Kau meninggalkanku sendirian

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   7. Stalker

    Selena tertidur saat jam mulai menujukan pukul 01.10 dini hari. Meskipun sesekali dia terbangun karena suara-suara samar di luar namun tubuhnya yang kelelahan tidak mampu melawan rasa kantuk yang terus menariknya ke alam mimpi.Cahaya bulan menembus tirai tipis, menerangi kamar yang kini dipenuhi keheningan malam. Sayangnya, keheningan itu tidak bertahan lama.Di luar balkon, bayangan gelap bergerak dengan hati-hati. Matthias, dengan tubuh tegap dan gerakan penuh kehati-hatian, berhasil membuka pintu geser balkon yang ternyata tidak terkunci dengan sempurna.Dia masuk ke kamar Selena tanpa suara, langkahnya begitu tenang hingga hampir seperti bayangan yang meluncur di lantai. Selena lupa satu hal—lokasi kamar tamu dan kamarnya yang bersebelahan, memudahkan Matthias untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa terdeteksi.Matthias berhenti di tengah kamar, matanya mengamati meja rias yang Selena geser untuk mengganjal pintu. Senyum geli terl

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   8. Supervised

    “Selena cantik, aku suka” katanya dengan suara yang jernih dan penuh kepolosanSelena, yang masih berusia 7 tahun, langsung merasa pipinya memanas. Wajahnya yang imut memerah seketika, membuatnya terlihat semakin malu dan lucu. Dia sedikit menundukkan kepala, lalu dengan suara pelan tapi penuh kejujuran, dia berkata, “Matthias juga tampan, Selena suka.”Gadis kecil itu masih menatap Matthias dengan pandangan yang jujur, tanpa ada rasa malu yang dipahami sepenuhnya. Bagi Selena, segala hal yang datang dari Matthias adalah sesuatu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata biasa. Matthias, yang tampaknya sedikit terkejut dengan respons tersebut, hanya tertawa ringan.“Selena mau jadi punya aku?”Malu-malu Selena mengangguk“Terima kasih, Selena” jawab Matthias dengan senyum bahagianya. Saat itu Selena tidak sepenuhnya mengerti dampak dari kata-katanya pada bocah lelaki 11 tahun itu.“HAH!&r

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   9. Humor Wanita

    Hiriety kembali ke meja makan dengan langkah santai, meskipun pikirannya masih berantakan akibat percakapan singkat dengan Matthias. Dia berusaha menjaga ekspresinya tetap tenang, meskipun Selena menatapnya dengan sedikit curiga."Semua baik-baik saja?" tanya Selena, menyendok sisa makanannya sambil tetap memperhatikan Hiriety."Ya, hanya urusan kecil, kakakku bilang dia ketinggalan sesuatu" jawab Hiriety sambil mengibaskan tangan, mencoba mengalihkan pembicaraan. Dia mengambil segelas air, menyesapnya perlahan, lalu menatap Selena dengan senyum tipis. "Ngomong-ngomong, kita punya kelas yang sama jam satu nanti."Selena mengangkat alis. "Kelas apa?"“Branding strategy" jawab Hiriety, sambil menghela napas kecil. "Kau mungkin lupa karena aku jarang muncul di kelas. Tapi kali ini, aku memutuskan untuk hadir."Selena menyeringai kecil, tidak benar-benar percaya. "Apa yang membuatmu tiba-tiba rajin?"Hiriety terkekeh. "Kudengar ada dosen p

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   10. Boyfriend

    Ketika kelas selesai, Selena dan Hiriety bergegas berkemas. Namun, sebelum mereka sempat keluar dari ruangan, seorang pria dengan jaket denim masuk ke dalam kelas“Mark? Kenapa kesini?” Tanya Selena heran namun tak ayal dia senang dengan kedatangan kekasihnya ituMark berdiri di depan Selena dengan senyum tipis. Matanya melirik Hiriety sejenak sebelum kembali ke Selena.“Aku merindukanmu” ucapnya memeluk Selena, mengabaikkan ekspresi muak Hiriety yang sengaja ditunjukan hanya pada MarkSelena tersenyum tipis, membalas pelukan Mark dengan lembut. Namun, dia segera melepaskannya, menyadari tatapan tajam Hiriety yang penuh sindiran.“Hiriety ada di sini” bisik Selena, mencoba mengingatkan Mark agar sedikit menjaga sikap.“Aku tahu” jawab Mark santai, melirik Hiriety dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan. “Hei, Hiriety. Kau tak keberatan, kan?”Hiriety mendengus pelan, melipat

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   11. Threat

    Mark mengantarkan Selena pulang ke apartemennya setelah makan malam. Mobilnya terparkir rapi di basement, suasana parkiran cukup sepi, hanya ada beberapa kendaraan lain yang tersusun rapi. Mereka berdua keluar dari mobil, langkah mereka bergema di lantai beton saat mereka menuju lift.Selena menekan tombol lift, dan pintu logam itu terbuka dengan bunyi halus. Mereka masuk ke dalam, dan Selena menekan angka lantai unit apartemennya. Perjalanan naik lift berlangsung hening, hanya ditemani suara mesin yang samar. Mark berdiri di samping Selena, satu tangannya menggenggam tangan Selena dan sebelahnya dimasukkan ke dalam saku celana, tampak sedikit ragu.Ketika pintu lift terbuka di lantai apartemen Selena, ia melangkah keluar lebih dulu, namun berhenti sejenak di depan pintu unitnya. Ia menoleh pada Mark dengan senyuman kecil."Terima kasih sudah mengantarkan aku pulang" katanya.Mark tersenyum, tetapi tak langsung beranjak pergi. Ia menggaruk tengkuknya, seo

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   12. Dangerous Man

    “Selena stop! kau sudah minum cukup banyak" Elsa, salah satu teman satu jurusannya itu memperingatkan dengan cemas.Jika boleh jujur, sebenarnya Elsa agak menyesal mengajak Selena bergabung dengannya. Niat awalnya adalah untuk membuat Selena santai setelah wanita itu datang ke klub sambil memaki namun sekarang, Selena justru nampak semakin depresi“Kau ada masalah dengan Mark?” tanya Giselle mencoba menebak alasan dibalik frustasi Selena"Tidak ada" jawab Selena, mencoba tersenyum meskipun suaranya mulai terdistorsi sedikit.“Masalah dengan Hiriety?” Laura lanjut bertanya“Tak mungkin lah” Jawab Elsa cepatSemua orang di Polietecnico tahu bagaimana dekatnya kedua putri dari keluarga berpengaruh itu“lalu kenapa lagi? Jarang sekali aku lihat Selena seperti ini” Giselle berucap sambil menyesap vodka-nya“ingin cerita Sel?” tanya LauraSelena menggeleng pelan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   13. Want so bad

    “Ayo pulang” ulang Matthias dengan nada datar namun penuh otoritas, seolah keputusan itu tidak dapat dibantah.Selena menelan ludah, darahnya berdesir di bawah tatapan Matthias yang seolah menembus dirinya. Ia mencoba melawan, tetapi tubuhnya terasa ringan saat Matthias dengan mudah mengangkatnya, seolah-olah ia tidak lebih berat dari boneka kain. Tangan Matthias mencengkram pinggangnya dengan kuat, sementara tangan yang lain dengan santai meraih tasnya yang tergeletak di meja.“Matthias! Apa yang kau lakukan?!” Selena berusaha meronta, tinjunya menghantam dada pria itu tanpa hasil. Matthias bahkan tidak menunjukkan tanda-tanda terpengaruh, melanjutkan langkahnya dengan tenang menuju pintu keluar.“Bill kalian sudah kubayar” ucap Matthias sambil melirik ke arah teman-teman Selena yang masih duduk tertegun.“A… ah, ya, terima kasih…” sahut Elsa dengan suara lemah, sementara kedua teman lainnya h

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21

Bab terbaru

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   114. Hari sebagai pasutri

    Selena berdiri di depan ruang ganti, tangannya masih terlipat di dada. Ia bisa mendengar Matthias bergerak di dalam, mungkin sedang mengganti pakaiannya.“Matthias?” suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya.Dari dalam terdengar suara Matthias. “Hm?”Selena menekan senyumannya. “Aku masuk.”Ia tidak menunggu jawaban sebelum membuka pintu dan menyelinap masuk.Matthias, yang hanya mengenakan kemeja putih yang belum dikancingkan sepenuhnya, menatapnya dengan satu alis terangkat. “Tidak sabar melihatku, huh?”Selena tidak menggubris godaannya. Ia melangkah mendekat dan dengan santai melingkarkan dasi di leher Matthias, menariknya sedikit hingga wajah mereka lebih dekat.Matthias tampak sedikit terkejut, tapi kemudian seringai itu kembali muncul. “Oh? Sekarang kau ingin membantuku berpakaian?”Selena tersenyum manis, tapi matanya penuh niat jahat. “Tentu saja&rd

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   113. Wedding

    Pernikahan itu berjalan begitu cepat—tanpa pidato panjang, tanpa perayaan meriah, hanya sumpah yang diucapkan di bawah tekanan waktu dan emosi yang masih menggantung.Matthias tidak memberi kesempatan pada siapa pun untuk menunda lebih lama. Begitu mereka berdiri di altar, suaranya tegas saat mengucapkan janji pernikahan, matanya tak sekalipun beralih dari Selena.“Dengan ini, kalian resmi menjadi suami istri”Matthias tidak menunggu aba-aba untuk mencium Selena. Bibirnya langsung menekan bibir Selena, mendominasi, menegaskan kepemilikannya di depan semua orang yang hadir.Sorakan kecil terdengar dari beberapa tamu, tetapi Matthias tidak peduli. Dia hanya menarik Selena lebih dekat, menyalurkan emosi yang tidak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata.Begitu mereka masuk ke dalam mobil, keheningan menyelimuti mereka. Matthias duduk di sampingnya, tangannya tidak pernah lepas dari tubuh Selena—entah menggenggam jemarinya atau sek

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   112. Pernikahan yang tertunda

    Selena menatap dirinya di cermin, jantungnya berdebar tidak karuan.Gaun putih itu terasa begitu indah di tubuhnya, tetapi berat di hatinya. Bukan karena dia tidak ingin pernikahan ini terjadi, tetapi karena semuanya masih terasa seperti mimpi yang belum bisa ia pahami sepenuhnya.Pintu ruang rias terbuka, dan Lumia masuk dengan senyum lembut."Sayang..." suara ibunya penuh kasih, tetapi ada sedikit kegelisahan di dalamnya. "Sudah waktunya."Selena menelan ludah, mencoba mengatur emosinya."Kau baik-baik saja?" tanya Lumia, mengulurkan tangan untuk menggenggam jemari putrinya.Selena menatap tangan mereka yang bertaut, lalu mengangguk pelan. "Aku... aku tidak tahu, Mom."Lumia tersenyum kecil. "Pernikahan tidak pernah mudah, Selena. Tapi yang perlu kau tanyakan pada dirimu sendiri hanyalah satu hal—apakah kau ingin hidup tanpanya?"Selena mengangkat wajahnya, menatap bayangannya sendiri di cermin.Apakah dia bisa h

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   111. Fallin for the beast

    Kesalahan Dylan adalah tak mengenalkan dunia mereka pada putrinyaKesalahan Lumia adalah tak memberitahu identitasnya pada SelenaDan kesalahan Matthias adalah melecehkannya bahkan mengenalkan Selena pada dunia dengan cara yang keliru.Selena seharusnya tahu sejak awal.Seharusnya dia mengerti bahwa dunia tempatnya hidup bukanlah dunia normal.Dunia mereka gelap. Kotor. Berdarah.Tidak ada keadilan di sini, hanya kekuasaan dan kelangsungan hidup.Tapi Dylan ingin melindunginya.Lumia ingin menjaganya.Dan Matthias... Matthias ingin memilikinya.Selama ini, semua orang mengambil keputusan untuknya. Mereka membungkusnya dalam kebohongan manis, berpikir itu akan membuatnya aman. Tapi justru itu yang membuatnya semakin rapuh.Selena menatap Matthias yang masih memeluknya erat di dapur.Pria itu adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya.Dan pada saat yang sama, satu-satunya tempat dia bisa berpulang."Matthias" gumamnya pelan."Hm?""Aku ingin mati saja..."Matthias membeku.Tubuhnya yang

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   110. Keinginan Selena

    Brak“Putramu itu gila, Caid!”Itu adalah kalimat pertama yang diucapkan Dylan begitu dia tiba di markas Oletros, tepat diruang berkumpul yang mana Caid sedang duduk di kursinyaCaid terkekeh “Jika tak gila tentu saja bukan putraku” Jawab CaidDylan mengusap wajahnya dengan frustrasi, sementara Caid hanya menatapnya dengan senyum kecil penuh hiburan.“Ini pertama kalinya aku melihatmu kacau, Dylan” Enid mengucapkan dengan santainya sementara Dayn, kembaran Dylan hanya terkekeh“Kau tak tahu saja karena hanya memiliki anak lelaki” Seru DaynEnid mendengus kesal, melirik Dayn dengan tajam. “Kau pikir punya anak lelaki lebih mudah? Tunggu sampai salah satu dari mereka membawa pulang masalah sebesar Matthias.”Dayn terkekeh, menyilangkan tangan di dadanya. “Masalahnya, Matthias tidak sekadar membawa masalah. Dia adalah masalah itu sendiri.”Caid mengangg

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   109. Aku kacau....

    Selena tak benar-benar dibiarkan pergi. Nyatanya, saat dia dan Daddynya tiba di bandara, tidak ada satu pun maskapai yang menerima kepergiannya.“Apa maksudnya tidak ada penerbangan?” Dylan menekan telepon di tangannya, berbicara dengan seseorang dari pihak bandara. Wajahnya mengeras. “Kami sudah memesan tiket sejak tadi malam.”“Maaf, Tuan, tetapi semua penerbangan Anda telah dibatalkan.”Dylan meremas gagang ponselnya erat. “Oleh Walton?” Tanya DylanPetugas di ujung telepon terdengar ragu sebelum menjawab. “Kami tidak bisa memberikan informasi itu, Tuan.”Dylan menoleh ke Selena, yang berdiri di sampingnya dengan ekspresi yang tak kalah frustrasi.Matanya langsung menyipit. “Matthias.”Selena menghela napas panjang, menatap papan informasi keberangkatan yang kosong untuk mereka.Tentu saja.Tentu saja Matthias tidak akan membiarkannya pergi semuda

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   108. Menarik diri

    Sebulan kemudian....Monarki kembali berada di bawah kepemimpinan Leonardo, dan kartel Oletros kembali ke puncak kejayaannya. Seolah semuanya telah kembali seperti semula—stabil, terkendali. Namun, ada satu hal yang masih menggantung di udara: pria yang mengincar Selena masih belum ditemukan.Matthias duduk di ruang kerjanya, menatap layar laptop dengan ekspresi yang sulit ditebak. Informasi tentang pria itu terpampang jelas di depannya, tetapi tetap saja, seakan orang itu adalah bayangan yang terus menghilang setiap kali mereka mencoba menangkapnya“Belum ditemukan?” tanya DylanMatthias menggeleng “Jika aku menikahi Selena, apa kau pikir dia akan muncul?”Dylan mengangkat alisnya, menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan ekspresi penuh pertimbangan. “Aku tak pernah mengizinkan kau menikahi putriku”Matthias terkekeh pelan, tetapi tatapannya tetap tajam. “Dan sejak kapan aku membutuhkan izinmu, P

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   107. Fakta sebenarnya

    Delusional Perceptive Syndrome.Mata Selena terpaku pada tulisan itu. Diagnosis yang mengubah segalanya."Aku sudah gila?" pikirnya.Matthias duduk di sofa, mengamatinya dalam diam. Ia tidak memaksanya bicara, tidak menuntut jawaban. Ia hanya menunggu Selena melakukan sesuatu.Hening menyelimuti ruangan.Selena akhirnya menarik napas panjang dan menatap padanya “Sejak kapan kau tahu tentang ini?”Matthias menatapnya sebentar sebelum menjawab, “Sejak lama.”Jantung Selena mencelos. “Sejak lama?” ulangnya, suaranya bergetar. “Berapa lama, Matthias?”Pria itu tetap tenang, tetapi ada sedikit keraguan di matanya. “Sejak kita masih kecil.”Selena terkesiap.“Apa?”Matthias mendekat, dia berlutut dibawah Selena, tangannya menyentuh tangan Selena "Ada dua faktor yang membuatmu seperti ini," ujar Matthias pelan, menatap langsung ke dalam mata S

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   106. I see the world

    “Dunia ini jauh lebih gelap dari yang kau kira, dan kau berada tepat di tengah-tengahnya, Princess...” Matthias mengusap pipi Selena dengan lembut “Mamaku adalah petinggi CIA dan Mommymu salah satu bagian penting dari FBI”Ucapan Matthias membuat Selena berpikir keras.Selena tahu jika kekeknya adalah perdana mentri terdahulu, tapi fakta jika ibunya adalah bagian dari FBI?Hal itu jauh lebih mengejutkan baginya. Bagaimana mungkin selama ini Selena tak tahu fakta itu?Ia merasa seolah hidupnya yang selama ini ia yakini sebagai sesuatu yang normal, ternyata penuh dengan kebohongan dan rahasia besar. Selena menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya. Namun, semakin ia berpikir, semakin banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya.“Apa lagi yang belum aku ketahui?” gumamnya pelan. Diabaikannya tangan Matthias yang mulai meremas pinggangnya cukup keras“Kau ingin tahu lebih banyak?” tanya

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status