Share

4. Sweet psycho

Author: Strrose
last update Last Updated: 2025-01-03 12:00:30

“Selena Sayang”      

“Mark!” Ekspresi Selena langsung berbinar saat melihat Mark menunggu di dekat mobilnya. Ia berlari kecil menghampiri pria itu, senyumnya tak pernah semanis ini setelah hari yang melelahkan.

Mark membuka pintu mobil untuknya, lalu menunduk sedikit, menggodanya. “Hari yang panjang, ya?”

“Seperti biasa” jawab Selena, masuk ke dalam mobil dan meletakkan tasnya di kursi belakang. “Tapi kau pasti tahu cara membuat hariku lebih baik kan?”

Mark tersenyum, duduk di kursi kemudi. “Kalau begitu, izinkan aku melakukannya.”

Tanpa berkata apa-apa, Mark mendekat dan mengecup bibir Selena. Awalnya lembut, penuh kasih. Selena membalas, menikmati momen itu. Namun, ciuman itu perlahan berubah lebih intens, dan tangan Mark mulai menyusuri tubuh Selena, turun ke pinggangnya.

Selena tertegun, menahan tangan Mark dengan lembut namun tegas. Ia menarik diri dari ciuman itu, menatapnya dengan senyum tipis, khawatir melukai kekasihnya itu karena penolakannya “Ini masih dikampus” Alasan itulah yang Selena lontarkan pada Mark

Mark menarik napas panjang, lalu menggenggam tangan Selena. “Aku mengerti. Maaf kalau aku membuatmu merasa tidak nyaman.”

Selena tersenyum kecil, mengelus punggung tangan Mark. “Aku hanya ingin kita tetap menghormati satu sama lain, Mark. Itu saja.”

Mark meraih tangan Selena dan mengecupnya “Aku mencintaimu”

“Aku tahu” Balas Selena

Mobil itu bergerak menuju salah satu restoran favorit keduanya. Rutinitas Mark jika dia memiliki waktu untuk menjemput Selena setelah kuliah kekasihnya itu selesai

“Yakin tak mau jalan dulu?” tanya Mark

Di basement parkir yang temaram, Mark mematikan mesin mobil. Selena menghela napas, mengamati suasana sekitar sebelum mengambil tasnya.

“Aku ingin istirahat saja” Tolak Selena. Pandangannya terpaku pada sebuah mobil mewah yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka.

Disana, Matthias bersandar santai pada mobilnya, dengan rokok menyala di tangan. Asapnya melayang perlahan, kontras dengan tatapan tajam pria itu yang terarah langsung ke mereka.

“Hmm ya sudah, beristirahatlah” Mark mengangguk sambil mengusap pipi Selena, lalu keluar dari mobil untuk membukakan pintu bagi Selena.

“Aku antar sampai depan unitmu” Ucap Mark

“Iya” Selena tak membantah. Dia khawatir karena merasakan tatapan Matthias yang mengikutinya, seperti sebuah bayangan yang tak bisa dia abaikan. Matthias tidak mengatakan apa-apa, tetapi kehadirannya sudah cukup untuk menyampaikan pesan yang kuat: dia ada disana, dan dia memperhatikan.

“Kau kenal pria itu?” tanya Mark

“Emm dia kakak Hiriety, sepertinya dia menunggu Hiri” Jawab Selena, dia tak mengatakan jika pria itu akan tinggal seminggu di unitnya

“Oh, berarti kau kenal dengannya? Tatapannya seperti membenci kita”

“Entahlah, aku juga tak paham” Selena berbohong, memaksa senyum tipis.

Matthias mengangkat alis, sedikit menyeringai sambil membuang puntung rokoknya ke lantai dan menginjaknya. Gerakannya lambat, hampir seolah-olah dia menikmati situasi itu. Dia tidak bergerak mendekat, tapi tatapan intensnya cukup untuk membuat Selena merasa terpojok.

“Ayo masuk. Aku tidak mau berlama-lama di sini.”

Saat Selena berjalan menuju lift bersama Mark, dia mencoba mengabaikan rasa gelisah yang merayap di dalam dirinya. Namun, di dalam lift, dia tidak bisa menahan diri untuk menoleh ke arah basement. Matthias sudah tidak terlihat, tapi perasaan terancam itu masih melekat.

Mark, yang tampaknya tidak terlalu memikirkan kejadian tadi, meraih tangan Selena lagi. “Kalau ada apa-apa, bilang padaku, oke?”

Selena tersenyum tipis, meski hatinya masih tak tenang. “Tentu. Terima kasih, Mark.”

Setelah mengantarkan Selena ke apartemennya, Mark kembali memasuki lift dengan langkah cepat, wajahnya menunjukkan ekspresi yang sudah tidak sabar. Ia mengeluarkan ponselnya dan langsung menelpon salah satu simpanannya.

"Hallo" suara lembut wanita itu terdengar dari ujung telepon. "Ada apa, honey?"

“Temui aku di tempat biasa satu jam dari sekarang” Ucap Mark pada wanita selingkuhannya

"Tanpa masalah, Mark. Aku siap" jawab wanita itu dengan nada menggoda

Pria itu menutup teleponnya dengan kasar, wajahnya memperlihatkan campuran frustrasi dan ketidaksabaran. Dia menekan tombol lift untuk turun ke basement, pikirannya penuh dengan amarah yang terpendam. Baginya, Selena terlalu keras kepala, selalu membuatnya merasa ditolak meskipun mereka sudah cukup lama bersama.

Saat lift tiba di basement, Mark melangkah keluar dan menuju mobilnya. Namun, langkahnya terhenti ketika dia melihat seseorang di sudut basement yang redup. Pria yang tadi masih berdiri di sana, bersandar pada mobil mewahnya dengan rokok di tangan, memperhatikan Mark dengan tatapan dingin.

Mark mengangkat alis, merasa terganggu oleh keberadaan pria itu. “Kau lagi?” tanyanya dengan nada tidak ramah.

Matthias menghembuskan asap rokoknya perlahan, senyuman kecil muncul di sudut bibirnya. “Kau terganggu dengan kehadiranku” entah itu pertanyaan atau pernyataan, hanya Matthias lah yang tahu arah ucapannya

“Kau kakak Hiriety kan?” Tanya Mark, melangkah ke arah mobilnya. “Kau menjadikan Hiriety alasan untuk menemui Selena?” Cecar Mark menuduh tepat sasaran

“Kau tahu jawabannya” jawab Matthias dengan nada tenang, matanya tetap mengikuti gerak-gerik Mark.

Mark menghentikan langkahnya, ekspresi marah tercipta disana. “Dia kekasihku. Kau tidak berhak padanya” Mark jelas paham arti tatapan Matthias saat dirinya dan Selena tiba tadi. Sebagai sesama pria, Mark tahu jika Matthias tak suka dirinya dekat dengan Selena

“Kau benar, dia pacarmu“ Matthias hanya menyeringai, tatapannya penuh sindiran. “Hanya karena aku mengizinkannya” kekehan ringan yang menyeramkan itu terdengar

Mark menggeram, tangannya mengepal erat. Kalimat Matthias barusan menusuk egonya. “Kau tidak punya hak untuk menentukan siapa yang bersamanya sialan!”

Matthias memiringkan kepala sedikit, tatapannya tetap santai “Oh, I guess you don't know the rules, dude” ucapnya pelan namun berat

Mark mengepalkan tangannya, menahan diri untuk tidak melayangkan pukulan. “Dengar! Aku tidak tahu apa yang kau inginkan dari Selena, tapi dia tidak akan tertarik pada pria sepertimu. Ingat itu”

Matthias mematikan rokoknya, melangkah maju mendekati Mark. Tatapannya begitu dingin hingga membuat Mark sedikit mundur. “Aku memang tak mau menarik perhatiannya.” Matthias menjeda sejenak. Mata abu itu berkilat, menghantarkan kesan gelap yang kuat “Yang kuinginkan adalah dia”

Mark mendengus pelan, mencoba menyembunyikan rasa gelisah yang perlahan merayap dalam dirinya. “Kau gila.”

“Kau sadar juga ternyata” Matthias tersenyum kecil, tapi matanya tetap tajam. Dia mengambil pisau lipat kecil disakunya, menodongkan pisau itu hingga hampir tertancap pada paha Mark “Larilah darinya sebelum kubuat kau lumpuh karenanya”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   5. Restrained

    Selena baru selesai berganti pakaian saat mendengar ketukan keras di pintu kamarnya "APA?!" Selena berteriak, melepaskan amarahnya ketika pintu terbuka dan menampilkan sosok Matthias "Kau bilang tak akan mengganggu selama tinggal di sini."“Kau menciumnya?” katanya dengan suara rendah dan mengancam.“Hah? Apa?” Selena menatapnya bingung, dia berusaha menjaga jarak saat Matthias mendekat. Namun Matthias tetap melangkah maju mendekatinya “Kau ini kenapa? Bisakah bertingkah seperti kita orang asing saja" suara Selena terdengar lelah, hampir bosan dengan sikap Matthias yang terus mengganggunya."Kau mencium bajingan itu?" tanyanya, suaranya tegas, penuh tuntutan, mengabaikan respon Selena“Kau membicarakan dirimu sendiri?” Balas Selena dengan mencemoohMatthias berhenti sejenak, matanya menyipit, menatap Selena dengan tajam. “Jangan bermain-main denganku, Selena" ucapnya, suara rendah penuh ancaman. “Pria itu, kau menciumnya?” Sambungnya“Mark maksudmu?” Selena berdiri tegak, menatap Matt

    Last Updated : 2025-01-03
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   6. Locked

    Selena berjalan mondar-mandir di kamar, kepalanya dipenuhi oleh berbagai pikiran yang saling bertubrukan. Ponselnya tergenggam erat di tangan, dan dia menekan nomor Hiriety dengan gerakan cepat. Dering pertama hingga ketiga tidak diangkat, membuat Selena semakin frustrasi.“Ayo, Hiriety! Angkat teleponmu!” gerutunya sambil terus berjalan di atas lantai keramik yang dingin, sementara pikirannya sibuk memikirkan solusi.Matanya melirik pintu kamar, seolah takut Matthias akan tiba-tiba masuk. Dia mengusap wajahnya dengan kasar, mencoba meredakan kekesalan yang semakin memuncakBeberapa dering berlalu, dan untuk sesaat, dia berpikir Hiriety tidak akan menjawab. Namun, suara mengantuk Hiriety akhirnya terdengar di ujung telepon."Halo? Ada apa, Selena?" tanya Hiriety dengan nada malas."Kau serius, Hiri?" Selena langsung meledak tanpa basa-basi. "Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau menginap di rumah temanmu? Kau meninggalkanku sendirian

    Last Updated : 2025-01-14
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   7. Stalker

    Selena tertidur saat jam mulai menujukan pukul 01.10 dini hari. Meskipun sesekali dia terbangun karena suara-suara samar di luar namun tubuhnya yang kelelahan tidak mampu melawan rasa kantuk yang terus menariknya ke alam mimpi.Cahaya bulan menembus tirai tipis, menerangi kamar yang kini dipenuhi keheningan malam. Sayangnya, keheningan itu tidak bertahan lama.Di luar balkon, bayangan gelap bergerak dengan hati-hati. Matthias, dengan tubuh tegap dan gerakan penuh kehati-hatian, berhasil membuka pintu geser balkon yang ternyata tidak terkunci dengan sempurna.Dia masuk ke kamar Selena tanpa suara, langkahnya begitu tenang hingga hampir seperti bayangan yang meluncur di lantai. Selena lupa satu hal—lokasi kamar tamu dan kamarnya yang bersebelahan, memudahkan Matthias untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa terdeteksi.Matthias berhenti di tengah kamar, matanya mengamati meja rias yang Selena geser untuk mengganjal pintu. Senyum geli terl

    Last Updated : 2025-01-15
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   8. Supervised

    “Selena cantik, aku suka” katanya dengan suara yang jernih dan penuh kepolosanSelena, yang masih berusia 7 tahun, langsung merasa pipinya memanas. Wajahnya yang imut memerah seketika, membuatnya terlihat semakin malu dan lucu. Dia sedikit menundukkan kepala, lalu dengan suara pelan tapi penuh kejujuran, dia berkata, “Matthias juga tampan, Selena suka.”Gadis kecil itu masih menatap Matthias dengan pandangan yang jujur, tanpa ada rasa malu yang dipahami sepenuhnya. Bagi Selena, segala hal yang datang dari Matthias adalah sesuatu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata biasa. Matthias, yang tampaknya sedikit terkejut dengan respons tersebut, hanya tertawa ringan.“Selena mau jadi punya aku?”Malu-malu Selena mengangguk“Terima kasih, Selena” jawab Matthias dengan senyum bahagianya. Saat itu Selena tidak sepenuhnya mengerti dampak dari kata-katanya pada bocah lelaki 11 tahun itu.“HAH!&r

    Last Updated : 2025-01-16
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   9. Humor Wanita

    Hiriety kembali ke meja makan dengan langkah santai, meskipun pikirannya masih berantakan akibat percakapan singkat dengan Matthias. Dia berusaha menjaga ekspresinya tetap tenang, meskipun Selena menatapnya dengan sedikit curiga."Semua baik-baik saja?" tanya Selena, menyendok sisa makanannya sambil tetap memperhatikan Hiriety."Ya, hanya urusan kecil, kakakku bilang dia ketinggalan sesuatu" jawab Hiriety sambil mengibaskan tangan, mencoba mengalihkan pembicaraan. Dia mengambil segelas air, menyesapnya perlahan, lalu menatap Selena dengan senyum tipis. "Ngomong-ngomong, kita punya kelas yang sama jam satu nanti."Selena mengangkat alis. "Kelas apa?"“Branding strategy" jawab Hiriety, sambil menghela napas kecil. "Kau mungkin lupa karena aku jarang muncul di kelas. Tapi kali ini, aku memutuskan untuk hadir."Selena menyeringai kecil, tidak benar-benar percaya. "Apa yang membuatmu tiba-tiba rajin?"Hiriety terkekeh. "Kudengar ada dosen p

    Last Updated : 2025-01-17
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   10. Boyfriend

    Ketika kelas selesai, Selena dan Hiriety bergegas berkemas. Namun, sebelum mereka sempat keluar dari ruangan, seorang pria dengan jaket denim masuk ke dalam kelas“Mark? Kenapa kesini?” Tanya Selena heran namun tak ayal dia senang dengan kedatangan kekasihnya ituMark berdiri di depan Selena dengan senyum tipis. Matanya melirik Hiriety sejenak sebelum kembali ke Selena.“Aku merindukanmu” ucapnya memeluk Selena, mengabaikkan ekspresi muak Hiriety yang sengaja ditunjukan hanya pada MarkSelena tersenyum tipis, membalas pelukan Mark dengan lembut. Namun, dia segera melepaskannya, menyadari tatapan tajam Hiriety yang penuh sindiran.“Hiriety ada di sini” bisik Selena, mencoba mengingatkan Mark agar sedikit menjaga sikap.“Aku tahu” jawab Mark santai, melirik Hiriety dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan. “Hei, Hiriety. Kau tak keberatan, kan?”Hiriety mendengus pelan, melipat

    Last Updated : 2025-01-18
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   11. Threat

    Mark mengantarkan Selena pulang ke apartemennya setelah makan malam. Mobilnya terparkir rapi di basement, suasana parkiran cukup sepi, hanya ada beberapa kendaraan lain yang tersusun rapi. Mereka berdua keluar dari mobil, langkah mereka bergema di lantai beton saat mereka menuju lift.Selena menekan tombol lift, dan pintu logam itu terbuka dengan bunyi halus. Mereka masuk ke dalam, dan Selena menekan angka lantai unit apartemennya. Perjalanan naik lift berlangsung hening, hanya ditemani suara mesin yang samar. Mark berdiri di samping Selena, satu tangannya menggenggam tangan Selena dan sebelahnya dimasukkan ke dalam saku celana, tampak sedikit ragu.Ketika pintu lift terbuka di lantai apartemen Selena, ia melangkah keluar lebih dulu, namun berhenti sejenak di depan pintu unitnya. Ia menoleh pada Mark dengan senyuman kecil."Terima kasih sudah mengantarkan aku pulang" katanya.Mark tersenyum, tetapi tak langsung beranjak pergi. Ia menggaruk tengkuknya, seo

    Last Updated : 2025-01-19
  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   12. Dangerous Man

    “Selena stop! kau sudah minum cukup banyak" Elsa, salah satu teman satu jurusannya itu memperingatkan dengan cemas.Jika boleh jujur, sebenarnya Elsa agak menyesal mengajak Selena bergabung dengannya. Niat awalnya adalah untuk membuat Selena santai setelah wanita itu datang ke klub sambil memaki namun sekarang, Selena justru nampak semakin depresi“Kau ada masalah dengan Mark?” tanya Giselle mencoba menebak alasan dibalik frustasi Selena"Tidak ada" jawab Selena, mencoba tersenyum meskipun suaranya mulai terdistorsi sedikit.“Masalah dengan Hiriety?” Laura lanjut bertanya“Tak mungkin lah” Jawab Elsa cepatSemua orang di Polietecnico tahu bagaimana dekatnya kedua putri dari keluarga berpengaruh itu“lalu kenapa lagi? Jarang sekali aku lihat Selena seperti ini” Giselle berucap sambil menyesap vodka-nya“ingin cerita Sel?” tanya LauraSelena menggeleng pelan

    Last Updated : 2025-01-20

Latest chapter

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   114. Hari sebagai pasutri

    Selena berdiri di depan ruang ganti, tangannya masih terlipat di dada. Ia bisa mendengar Matthias bergerak di dalam, mungkin sedang mengganti pakaiannya.“Matthias?” suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya.Dari dalam terdengar suara Matthias. “Hm?”Selena menekan senyumannya. “Aku masuk.”Ia tidak menunggu jawaban sebelum membuka pintu dan menyelinap masuk.Matthias, yang hanya mengenakan kemeja putih yang belum dikancingkan sepenuhnya, menatapnya dengan satu alis terangkat. “Tidak sabar melihatku, huh?”Selena tidak menggubris godaannya. Ia melangkah mendekat dan dengan santai melingkarkan dasi di leher Matthias, menariknya sedikit hingga wajah mereka lebih dekat.Matthias tampak sedikit terkejut, tapi kemudian seringai itu kembali muncul. “Oh? Sekarang kau ingin membantuku berpakaian?”Selena tersenyum manis, tapi matanya penuh niat jahat. “Tentu saja&rd

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   113. Wedding

    Pernikahan itu berjalan begitu cepat—tanpa pidato panjang, tanpa perayaan meriah, hanya sumpah yang diucapkan di bawah tekanan waktu dan emosi yang masih menggantung.Matthias tidak memberi kesempatan pada siapa pun untuk menunda lebih lama. Begitu mereka berdiri di altar, suaranya tegas saat mengucapkan janji pernikahan, matanya tak sekalipun beralih dari Selena.“Dengan ini, kalian resmi menjadi suami istri”Matthias tidak menunggu aba-aba untuk mencium Selena. Bibirnya langsung menekan bibir Selena, mendominasi, menegaskan kepemilikannya di depan semua orang yang hadir.Sorakan kecil terdengar dari beberapa tamu, tetapi Matthias tidak peduli. Dia hanya menarik Selena lebih dekat, menyalurkan emosi yang tidak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata.Begitu mereka masuk ke dalam mobil, keheningan menyelimuti mereka. Matthias duduk di sampingnya, tangannya tidak pernah lepas dari tubuh Selena—entah menggenggam jemarinya atau sek

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   112. Pernikahan yang tertunda

    Selena menatap dirinya di cermin, jantungnya berdebar tidak karuan.Gaun putih itu terasa begitu indah di tubuhnya, tetapi berat di hatinya. Bukan karena dia tidak ingin pernikahan ini terjadi, tetapi karena semuanya masih terasa seperti mimpi yang belum bisa ia pahami sepenuhnya.Pintu ruang rias terbuka, dan Lumia masuk dengan senyum lembut."Sayang..." suara ibunya penuh kasih, tetapi ada sedikit kegelisahan di dalamnya. "Sudah waktunya."Selena menelan ludah, mencoba mengatur emosinya."Kau baik-baik saja?" tanya Lumia, mengulurkan tangan untuk menggenggam jemari putrinya.Selena menatap tangan mereka yang bertaut, lalu mengangguk pelan. "Aku... aku tidak tahu, Mom."Lumia tersenyum kecil. "Pernikahan tidak pernah mudah, Selena. Tapi yang perlu kau tanyakan pada dirimu sendiri hanyalah satu hal—apakah kau ingin hidup tanpanya?"Selena mengangkat wajahnya, menatap bayangannya sendiri di cermin.Apakah dia bisa h

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   111. Fallin for the beast

    Kesalahan Dylan adalah tak mengenalkan dunia mereka pada putrinyaKesalahan Lumia adalah tak memberitahu identitasnya pada SelenaDan kesalahan Matthias adalah melecehkannya bahkan mengenalkan Selena pada dunia dengan cara yang keliru.Selena seharusnya tahu sejak awal.Seharusnya dia mengerti bahwa dunia tempatnya hidup bukanlah dunia normal.Dunia mereka gelap. Kotor. Berdarah.Tidak ada keadilan di sini, hanya kekuasaan dan kelangsungan hidup.Tapi Dylan ingin melindunginya.Lumia ingin menjaganya.Dan Matthias... Matthias ingin memilikinya.Selama ini, semua orang mengambil keputusan untuknya. Mereka membungkusnya dalam kebohongan manis, berpikir itu akan membuatnya aman. Tapi justru itu yang membuatnya semakin rapuh.Selena menatap Matthias yang masih memeluknya erat di dapur.Pria itu adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya.Dan pada saat yang sama, satu-satunya tempat dia bisa berpulang."Matthias" gumamnya pelan."Hm?""Aku ingin mati saja..."Matthias membeku.Tubuhnya yang

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   110. Keinginan Selena

    Brak“Putramu itu gila, Caid!”Itu adalah kalimat pertama yang diucapkan Dylan begitu dia tiba di markas Oletros, tepat diruang berkumpul yang mana Caid sedang duduk di kursinyaCaid terkekeh “Jika tak gila tentu saja bukan putraku” Jawab CaidDylan mengusap wajahnya dengan frustrasi, sementara Caid hanya menatapnya dengan senyum kecil penuh hiburan.“Ini pertama kalinya aku melihatmu kacau, Dylan” Enid mengucapkan dengan santainya sementara Dayn, kembaran Dylan hanya terkekeh“Kau tak tahu saja karena hanya memiliki anak lelaki” Seru DaynEnid mendengus kesal, melirik Dayn dengan tajam. “Kau pikir punya anak lelaki lebih mudah? Tunggu sampai salah satu dari mereka membawa pulang masalah sebesar Matthias.”Dayn terkekeh, menyilangkan tangan di dadanya. “Masalahnya, Matthias tidak sekadar membawa masalah. Dia adalah masalah itu sendiri.”Caid mengangg

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   109. Aku kacau....

    Selena tak benar-benar dibiarkan pergi. Nyatanya, saat dia dan Daddynya tiba di bandara, tidak ada satu pun maskapai yang menerima kepergiannya.“Apa maksudnya tidak ada penerbangan?” Dylan menekan telepon di tangannya, berbicara dengan seseorang dari pihak bandara. Wajahnya mengeras. “Kami sudah memesan tiket sejak tadi malam.”“Maaf, Tuan, tetapi semua penerbangan Anda telah dibatalkan.”Dylan meremas gagang ponselnya erat. “Oleh Walton?” Tanya DylanPetugas di ujung telepon terdengar ragu sebelum menjawab. “Kami tidak bisa memberikan informasi itu, Tuan.”Dylan menoleh ke Selena, yang berdiri di sampingnya dengan ekspresi yang tak kalah frustrasi.Matanya langsung menyipit. “Matthias.”Selena menghela napas panjang, menatap papan informasi keberangkatan yang kosong untuk mereka.Tentu saja.Tentu saja Matthias tidak akan membiarkannya pergi semuda

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   108. Menarik diri

    Sebulan kemudian....Monarki kembali berada di bawah kepemimpinan Leonardo, dan kartel Oletros kembali ke puncak kejayaannya. Seolah semuanya telah kembali seperti semula—stabil, terkendali. Namun, ada satu hal yang masih menggantung di udara: pria yang mengincar Selena masih belum ditemukan.Matthias duduk di ruang kerjanya, menatap layar laptop dengan ekspresi yang sulit ditebak. Informasi tentang pria itu terpampang jelas di depannya, tetapi tetap saja, seakan orang itu adalah bayangan yang terus menghilang setiap kali mereka mencoba menangkapnya“Belum ditemukan?” tanya DylanMatthias menggeleng “Jika aku menikahi Selena, apa kau pikir dia akan muncul?”Dylan mengangkat alisnya, menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan ekspresi penuh pertimbangan. “Aku tak pernah mengizinkan kau menikahi putriku”Matthias terkekeh pelan, tetapi tatapannya tetap tajam. “Dan sejak kapan aku membutuhkan izinmu, P

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   107. Fakta sebenarnya

    Delusional Perceptive Syndrome.Mata Selena terpaku pada tulisan itu. Diagnosis yang mengubah segalanya."Aku sudah gila?" pikirnya.Matthias duduk di sofa, mengamatinya dalam diam. Ia tidak memaksanya bicara, tidak menuntut jawaban. Ia hanya menunggu Selena melakukan sesuatu.Hening menyelimuti ruangan.Selena akhirnya menarik napas panjang dan menatap padanya “Sejak kapan kau tahu tentang ini?”Matthias menatapnya sebentar sebelum menjawab, “Sejak lama.”Jantung Selena mencelos. “Sejak lama?” ulangnya, suaranya bergetar. “Berapa lama, Matthias?”Pria itu tetap tenang, tetapi ada sedikit keraguan di matanya. “Sejak kita masih kecil.”Selena terkesiap.“Apa?”Matthias mendekat, dia berlutut dibawah Selena, tangannya menyentuh tangan Selena "Ada dua faktor yang membuatmu seperti ini," ujar Matthias pelan, menatap langsung ke dalam mata S

  • Wanita Dambaan Sang Billionaire   106. I see the world

    “Dunia ini jauh lebih gelap dari yang kau kira, dan kau berada tepat di tengah-tengahnya, Princess...” Matthias mengusap pipi Selena dengan lembut “Mamaku adalah petinggi CIA dan Mommymu salah satu bagian penting dari FBI”Ucapan Matthias membuat Selena berpikir keras.Selena tahu jika kekeknya adalah perdana mentri terdahulu, tapi fakta jika ibunya adalah bagian dari FBI?Hal itu jauh lebih mengejutkan baginya. Bagaimana mungkin selama ini Selena tak tahu fakta itu?Ia merasa seolah hidupnya yang selama ini ia yakini sebagai sesuatu yang normal, ternyata penuh dengan kebohongan dan rahasia besar. Selena menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya. Namun, semakin ia berpikir, semakin banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya.“Apa lagi yang belum aku ketahui?” gumamnya pelan. Diabaikannya tangan Matthias yang mulai meremas pinggangnya cukup keras“Kau ingin tahu lebih banyak?” tanya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status