Beranda / Romansa / Wanita Cacat yang Ternodai / Ancaman untuk Visha dari Calvin

Share

Ancaman untuk Visha dari Calvin

Penulis: Aqilazahra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-24 21:55:14

Visha merasakan jantungnya berdegup kencang saat mendengar ucapan Calvin yang mendekat dengan tatapan tajam.

“Jawab aku, Visha. Apa kamu wanita di malam itu?” tanya Calvin sekali lagi.

Tubuh Visha semakin gemetar, dan suaranya serak ketika mencoba menyangkal tuduhan itu, “B-bukan, Anda salah orang.” Napasnya tersengal, mencoba menjaga ketenangan meski ketakutan meliputi seluruh raga.

“Salah orang? Apa Kai anak kandungku?” desak Calvin dengan nada meninggi, membuat Visha semakin mundur selangkah.

Rasa takut terpancar dari matanya yang berkaca-kaca, mencari jalan keluar dari situasi yang memojokkannya.

“T-tuan, Anda benar-benar sudah gila, Kai tentu anakku dari almarhum suamiku,” sahut Visha, suaranya terdengar lemah dan putus asa, mencoba meyakinkan Calvin meski dia sendiri tahu fakta yang sesungguhnya.

“Suami? Bahkan kamu belum pernah menikah Tavisha!” Calvin terus mendekat, tiap langkahnya seolah menghantam kepercayaan diri Visha.

Wajah Visha pucat, dan sudut bibirnya berg
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Cacat yang Ternodai   Ketakutan Kai, pada Calvin

    Sore itu, Calvin yang baru saja menjemput kedua orang tuanya di bandara, terlihat kesal pada sikap Greta yang selalu menguntitnya. Perjalanan menuju rumahnya seolah memakan waktu lama.“Cal, apa kamu akan terus ketus sama aku? Lihat wajah Ibumu, dia tampak bahagia melihat kita!” bisik Greta. Calvin menoleh sejenak, memerhatikan kedua orang tua yang tampak lelah setelah perjalanan panjang dari luar negeri, tetapi senyum mereka masih terjaga saat melihat dia berdampingan dengan Greta.Setibanya di depan rumah, “Mama, Papa, aku senang sekali kalian bisa pulang,” ujar Calvin seraya membantu mengangkat koper dari bagasi mobil.“Alhamdulillah, Cal, bagaimana dengan kabar di kantor? Papah dengar perusahaan kita semakin maju pesat.”“Ya Pah, ini juga berkat Papah.”Mereka berdua tampak serius, namun suasana yang hangat itu segera terganggu saat Mirra, ibu Calvin, dengan blak-blakan menyentil masalah pribadi Calvin.“Kalian itu berduaan terus, kapan kalian akan menikah?” tanya Mirra

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-25
  • Wanita Cacat yang Ternodai   Mencairkan hati Visha

    Saat Calvin melangkah mendekat, matanya memancarkan kelembutan namun yang terpancar dari Kai adalah kecemasan. Tubuh mungil itu mundur, semakin mendekap erat Kiara yang berdiri sebagai tameng. “Sayang, maafin Papah, ayok sini peluk Papah?” Suara Calvin memecah kesunyian, penuh kehangatan, tapi gagal menenangkan Kai.Kai, dengan mata berkaca-kaca, semakin mengeratkan genggamannya pada baju Visha. Teriakan Calvin yang sempat terdengar ketika bertengkar dengan ibunya masih terngiang di benak kecilnya, menimbulkan rasa takut yang mendalam.“Visha, tolong bujuk Kai, aku ingin memeluknya!” pinta Calvin dengan suara yang bergetar, mencoba menahan kekecewaan. Ia berharap Visha, yang lebih dekat dengan Kai, dapat membantu meredakan situasi.“Sudahlah Tuan, aku bilang apa? Tuan bukan Papah kandung Kai, kalian tidak terikat ikatan batin apa pun, aku tidak bisa membujuk Kai jika sedang merajuk!” Visha menjelaskan dengan nada tegas namun lembut, mencoba mengingatkan Calvin tentang batasan ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-26
  • Wanita Cacat yang Ternodai   Bertanya tentang perasaan

    Visha kembali ke kamar dengan piring berisi nasi goreng hangat. Dia mendapati Kai, yang ceria, sedang asyik menggambar bersama Calvin. Suasana kamar yang tadinya sepi, kini terasa hangat dengan tawa dan obrolan kecil antara ayah dan anak itu.“Kai, ayok sayang katanya mau makan?” tawar Visha dengan nada lembut, berusaha memecah keseruan yang tengah terjadi“Ok Bunda!” seru Kai antusias, segera meninggalkan krayon dan kertas gambar di lantai.“Papah Kainya enggak ditawari?” goda Calvin dengan kerlingan nakal, matanya berbinar menantang Visha yang tampak terganggu.Visha hanya berdecak kesal. Perasaannya masih belum sepenuhnya pulih dari pertengkaran kecil mereka pagi itu. Hatinya yang dingin tak semudah itu luluh hanya karena rayuan singkat Calvin.“Papah, ayok?” ajak Kai, tidak menyadari ketegangan yang terjadi, sambil menarik lengan Calvin agar segera bergabung di meja makan.Dengan langkah gontai, Calvin menghampiri meja dan duduk di sebelah Kai yang sudah bersemangat dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Wanita Cacat yang Ternodai   Sebuah pengakuan cinta

    Calvin masih berdiri di depan Visha, matanya menatap tajam wanita yang tanpa status, namun telah menjadi ibu dari anaknya. Dia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Visha, wanita yang telah mengisi hatinya, tidak memiliki ikatan resmi dengannya. “Terima kasih nasi gorengnya, aku sangat menyukainya,” ucap Calvin, berusaha bersikap biasa. “Oh yah, besok siang aku ingin mengajak kamu ke dokter.” “Dokter? Untuk apa Tuan?” tanya Visha, raut wajahnya penuh tanda tanya. Calvin tersenyum jahil. “Memeriksakan otakmu.” “Otakku, memangnya otakku kenapa?” tanya Visha, polos. Dia tidak mengerti maksud Calvin. Calvin terkekeh, lalu mencubit hidung Visha yang kecil, membuat Visha mengerutkan kening. “Aku bercanda, nanti juga kamu tahu. Ya sudah, aku ke kamar dulu.” Sebelum Calvin pergi, hatinya berbisik untuk memeluk Visha. Dia tidak tahu kenapa, tetapi dia ingin merasakan kehangatan tubuh Visha. Dan tanpa sadar, dia pun melakukannya. Visha terkejut, tubuhnya menegang. “T-tuan!” uc

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Wanita Cacat yang Ternodai   Ajakan tidur bersama

    Namun, Calvin yang diliputi rasa cemburu segera memboyong tubuh Visha ke atas ranjang. "Tuan, lepaskan!" teriak Visha putus asa, suaranya bergetar hebat. Kejadian malam nahas lima tahun yang lalu, seolah terulang kembali. "Aku tidak akan melepaskan kamu!" Ancam Calvin, suaranya terdengar dingin, menunjukkan rasa marah. Dia menjatuhkan tubuh mungil Visha di atas ranjang. "Tuan, jangan lakukan ini kembali, aku mohon... ini salah!" ucap Visha lirih, suaranya penuh keputusasaan. Calvin yang dibakar api cemburu segera meraih tubuh Visha dan menciuminya. Visha terisak, hanya bisa memukul punggung Calvin berulangkali. Namun, tangisan Visha membuat Calvin sadar dengan tindakannya. "Berhenti! Saya mohon jangan lakukan ini lagi?" "Maaf," ucapnya lirih, suaranya terdengar menyesal. Dia menyelimuti tubuh Visha yang telah terbuka. Visha masih terisak penuh ketakutan. "Kenapa Anda melakukan ini lagi? Belum cukup lima tahun lalu Anda membuat hidup saya hancur, Tuan?" tanya Visha, suar

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Wanita Cacat yang Ternodai   Akulah wanita yang nodai

    Cahaya lampu tidur yang remang-remang menerangi kamar kecil Kai. Di atas ranjang Kai sudah terbaring dengan selimut menutupi tubuh mungilnya. Calvin duduk di sampingnya, tangannya terulur mengelus lembut rambut Kai yang lebat. Visha yang duduk di sisi ranjang yang lain, matanya tak lepas dari kedua orang itu.“Astaghfirullah, Kai ... kenapa kamu jadi manja seperti ini sih!” gerutu Visha dalam hati, kesal.Calvin, dengan senyum tipis, hanya menggeleng pelan. Anaknya ini selalu saja tahu cara mendekatkan dirinya dan ibu kandungnya.“Papah?” panggil Kai, suaranya mengantuk.“Ya, sayang? Ada apa?” tanya Calvin, suaranya lembut.“Kapan Kai punya Adek?”Visha tersentak, jantungnya berdebar kencang. “Uhuk!” Dia terbatuk, berusaha menyembunyikan rasa gugupnya.Calvin, melihat reaksi Visha, menahan tawa. “Kenapa, Bundanya Kai?” tanyanya, matanya berbinar. “Tidak... aku tidak kenapa-kenapa!” jawab Visha, gugup.“Bunda?” panggil Kai lagi.“Ah, iya sayang?” sahut Visha, suaranya ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Wanita Cacat yang Ternodai   Permintaan cucu

    Pagi itu, aroma nasi goreng yang harum memenuhi ruang makan keluarga Calvin. Asih tersenyum melihat Calvin menikmati sarapan bersama kedua orang tuanya yang selalu sibuk pergi ke luar negeri. Meskipun kedua orang tua Calvin sibuk, mereka berdua selalu berusaha meluangkan waktu untuk berkumpul bersama.Visha yang sedang membantu Asih, tersenyum tipis saat Calvin menatapnya. Tatapan Calvin yang hangat membuat pipinya merona.“Visha!” panggil Asih.Visha tersentak, gugup. “Ah, iya Bu. Ada apa?” tanyanya.“Sha, apa kamu menyukai Den Calvin?” Asih bertanya dengan lembut, namun ada kekhawatiran tersirat dalam suaranya.Visha terdiam sejenak, jantungnya berdebar kencang. “Tidak Bu,” jawabnya pelan.“Sayang, kita harus sadar diri. Den Calvin dan kita jauh berbeda. Ibu tidak mau kamu sampai dihina dan terluka karena status kita yang berbeda,” ujar Asih, suaranya sedikit bergetar.Visha mengangguk, matanya berkaca-kaca. “Visha mengerti, Bu.”“Syukurlah, maafkan Ibu ya?” Asih mengusap le

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Wanita Cacat yang Ternodai   Malam pertunangan Calvin

    Visha dan Calvin saling menatap, sebuah keheningan canggung menyelimuti mereka. Calvin berjanji pada dirinya sendiri untuk mencari waktu yang tepat untuk mengungkapkan rahasia masa lalunya, tentang anak yang pernah dia miliki kepada kedua orang tuanya. Namun, hati Visha dipenuhi keraguan. Keadaan kakinya yang cacat membuatnya merasa tidak pantas untuk bersanding dengan Calvin, pria tampan dan sukses yang juga seorang CEO muda.“Mas,” panggil Visha, suaranya sedikit gemetar.Calvin menoleh, matanya bertemu dengan tatapan Visha yang penuh keraguan. “Ya?” tanyanya lembut, berusaha menenangkan Visha. “Ada apa?”“Eumm, aku titip Kai, boleh?” pinta Visha, matanya tertuju pada anak kecil mereka yang sedang asyik bermain.“Memangnya kamu mau ke mana?” tanya Calvin, rasa penasaran terpancar dari suaranya.“Kerja, Mas. Ke mana lagi, nanti jika Ibu sudah selesai bekerja, Ibu pasti akan mengambil Kai,” ucap Visha, berusaha bersikap biasa saja.“Kerja? Tidak! Mulai hari ini kamu diam di

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31

Bab terbaru

  • Wanita Cacat yang Ternodai   Ide yang Gagal

    Calvin memejamkan mata perlahan, air mata luruh membasahi pipinya. Rasa sesal dan penyesalan begitu dalam mencengkeram hatinya. “Mas tahu hatimu masih cinta sama Mas, Sha. Maafin Mas, jika mengecewakan kamu.”“Mas,” ucap Visha akhirnya, suaranya bergetar menahan tangis.“Yah sayang,” jawab Calvin, suaranya terdengar parau.“Berjuanglah, luluhkan dan ...” Visha terdiam, kalimatnya terhenti di tengah jalan. Dia tidak tega untuk melanjutkan kalimatnya. Dia tahu, apa yang dia harapkan dari Calvin sangatlah sulit.“Mas akan berusaha,” jawab Calvin, suaranya terdengar lemah. Dia tahu, dia harus berjuang untuk mendapatkan kembali hati Visha. Namun, dia juga tahu, jalan yang harus dia tempuh tidaklah mudah.“Mas, aku percaya kamu bisa,” ucap Visha, tangannya menggenggam erat ponsel. Dia memberikan dukungan penuh kepada Calvin, meskipun hatinya terluka.“Terima kasih sayang,” ucap Calvin, dengan lega. Dia bersyukur memiliki Visha, wanita yang selalu ada di sisinya, mendukungnya dalam s

  • Wanita Cacat yang Ternodai   Penyesalan Calvin

    Calvin terkejut dengan suara Asih, ibu mertuanya yang meninggi. “Turun!” perintah Asih. “B-baik, Bu.” Calvin menjawab, dia pun membuka pintu dan menghampiri Asih. “Bu, Visha ...” “Mulai sekarang, jangan kamu temui lagi Visha dan Kai. Mereka bahagia meski tanpa kamu, pria pengecut yang selalu termakan hasutan mantan kekasihmu.” Calvin lagi-lagi terkejut dengan ucapan Asih. “Bu ... tapi Visha dan Kai, bagian dari keluarga Calvin.” “Bagian dari keluarga kamu? Lalu ke mana saja saat anakku tadi menangis, bahkan dengan tega kamu mengusirnya?” “Bu, Calvin benar-benar minta maaf! Calvin janji tidak akan mengulangi hal ini lagi.” Calvin berusaha meminta maaf pada Asih, tetapi Asih tak luluh begitu saja. “Cukup! Tinggalkan anak saya sekarang juga!” “Bu,” panggil Visha, dia berdiri dengan tegak, bibirnya gemetar. “Sha, ayok pulang? Maaf, jika Mas tadi ...” “Mas, pulanglah!” Visha menunduk, air matanya menetes. Calvin terdiam, hatinya terasa sesak. Dia mencintai Visha dan

  • Wanita Cacat yang Ternodai   Keputusan Asih

    Greta tersenyum licik. Dia pun menambahkan kata-kata lagi untuk meracuni pikiran Calvin. “Oh, jangan-jangan kamu sengaja menggoda Pak Cokro?”Visha tersentak. “Tutup mulutmu!” teriaknya. “Calvin ... Calvin, kamu mau saja ditipu oleh wanita ini! Padahal aku sudah mengantarkan Visha ke depan ruanganmu, tetapi kenapa dia malah pergi ke ruangan Pak Cokro!”“Hentikan ucapanmu, Mbak Greta!” Visha kesal. “Aku bahkan tidak mengenal pria itu!”“Owh yah?” Greta mencemooh. “Aku tidak yakin. Jangan-jangan kamu ...” “Greta, sebaiknya kamu pergi ke ruanganmu!” perintah Calvin, suaranya dingin.Calvin meleraikan pelukannya. Dia berjalan selangkah, hatinya cemburu dan terhasut oleh ucapan Greta. Pandangannya tertuju pada Visha yang berdiri terdiam, wajahnya memerah menahan amarah.“Visha, sebaiknya kamu pulang. Biar Bara yang antar kamu,” ucap Calvin, suaranya terdengar dingin.“Mas, aku ke sini hanya untuk bertemu dengan kamu. Aku bawain ...” Visha mencoba menjelaskan, tetapi Calvin langs

  • Wanita Cacat yang Ternodai   Amarah Calvin

    Tanpa merasa curiga, Visha masuk ke dalam ruangan itu. Dia duduk di sofa, sesekali menatap satu per satu ruangan yang tampak mewah. "Jadi ini ruangan kerja Mas Calvin," ucapnya bangga.Visha berjalan menuju jendela, menatap indahnya pemandangan dari atas gedung bertingkat lima. Angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya, membawanya pada lamunan tentang masa depan bersama Calvin."Semoga saja dengan kedatanganku kemari, Mas Calvin akan sangat bahagia," gumam Visha, matanya berkaca-kaca.Pada saat Visha sedang melamun, pintu ruangan terbuka dengan suara berderit. Seorang pria gendut berwajah garang terkejut dengan pemandangan wanita yang berbaju merah berdiri dengan anggunnya di dekat jendela."Wow, bukannya aku baru beberapa menit memesan wanita cantik? Rupanya Carles cepat sekali mendapatkan wanita cantik!" katanya sembari melangkah mendekati Visha.Visha yang sedang melamun tak menyadari gerakan langkah kaki yang mendekat. Dia tersentak kaget saat merasakan tangan kekar itu melingka

  • Wanita Cacat yang Ternodai   Jebakan Greta

    Visha berjongkok di depan Kai, puteranya yang polos. Tangannya menggenggam erat tangan mungil Kai, mencoba menenangkan. "Sayang, Jangan berbicara seperti itu yah, Nak. Papah Calvin—""Stop Bunda, Om Superman bukan Papah Kai!" teriak Kai, suaranya bergetar menahan tangis."Nak!" Visha terkesiap, hatinya tersayat mendengar kata-kata putranya.Kai menghempaskan tangannya, dia berbalik mendekati Asih, neneknya. "Nek, Kai mau tinggal di sini sama Nenek, Kai tidak mau bertemu dengan Om jahat."Asih memeluk erat Kai, tangannya mengusap perlahan rambut Kai. "Sayang, ayok sekarang Kai cuci kaki dan kita berangkat sekolah. Nanti Nenek yang antar kamu ke sekolah."Kai mengangguk, matanya berkaca-kaca. Dia pun bergegas pergi meninggalkan Visha yang berdiri terpaku, air matanya menetes perlahan."Bu?" panggil Visha, suaranya terengah-engah. "Kamu harus bersabar, Kai masih trauma pada Ayahnya, biarkan dia tenang dulu!" kata Asih, lembut.Visha hanya bisa mengangguk, hatinya pedih meliha

  • Wanita Cacat yang Ternodai   Pertengkaran berujung menyakiti

    Visha berdecak kesal, matanya menatap layar ponsel yang menampilkan pesan dari Calvin. Jari-jarinya menekan tombol Power, mematikan layar yang menampilkan pesan yang membuatnya geram.“Menyebalkan, apa kamu pikir aku butuh uangmu!” gerutu Visha, suaranya meninggi. Dia melempar ponselnya ke atas ranjang, kepalanya tertunduk lesu.Visha enggan untuk menelepon kembali Calvin, apalagi menjelaskannya. Perasaannya campur, antara kesal, kecewa, dan sedikit takut.“Huhh! Kenapa jadi seperti ini?” gumam Visha, lelah. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.Asih kembali mendekati Visha. “Bagaimana, apa suami kamu mengizinkannya?” tanyanya, matanya penuh harap.Visha menggigit bibirnya, ragu untuk mengatakan yang sebenarnya. “Iyah Bu, Mas Calvin sudah mengizinkan Visha untuk menginap di rumah Ibu,” jawabnya berbohong.“Ya sudah, ayok bantu Ibu membereskannya rumah ini?” Asih tersenyum, tangannya terulur untuk menggenggam tangan Visha.Keduanya seharian membereskan ruma

  • Wanita Cacat yang Ternodai   Hasutan Greta

    Visha mengecup pipi Kai yang Chubby, meski hatinya terasa resah akan kelangsungan pernikahannya dengan Calvin. “Kenapa ini bisa terjadi di saat bulan madu kami?” gumam Visha tak mengerti.Di perusahaan Calvin, sang ayah, Pak Mahessa, memutuskan untuk memantau perkembangan para klien di rumah mereka. “Kita harus selalu memantau saham perusahaan, Calvin. Situasi perusahaan sedang tidak baik,” ujar Pak Mahessa. Calvin, Bara, bahkan Greta pun ikut pulang ke rumah mereka. Setibanya di sana, Kai berlari saat melihat Calvin. “Papah, sudah pulang? Adik bayinya mana?” tanya Kai, “Papah, ayok kita bermain?” ajak Kai dengan riang. Calvin yang sedang emosi langsung membentak Kai. “Kai, diam! Jangan ganggu Papah!”“Mas!” teriak Visha, “Kenapa kamu marahin Kai? Dia tidak tahu apa-apa Mas!”Calvin menatap wajah Visha kesal, “Harusnya kamu jaga anakmu. Sudah tahu Mas sedang pusing memikirkan perusahaan!”“Anakku? Oh, kamu benar, dia anakku.” Visha terdiam, matanya berkaca-kaca.“Astagh

  • Wanita Cacat yang Ternodai   Berita buruk

    Selesai bersih-bersih, saat Calvin akan mencium bibir Visha, ponselnya berdering.“Mas, angkat dulu teleponnya, siapa tahu penting!” ucap Visha.“Huhh! Mengganggu saja, harusnya tadi Mas matikan dulu teleponnya!” keluhnya kesal, tangannya masih terulur hendak meraih Visha.Visha terkekeh pelan, menarik hidung Calvin gemas. “Angkat dulu, kita bisa memulainya nanti bukan.”“Hmm, baiklah! Mas angkat telepon dulu yah, kamu tunggu di tempat tidur.” Calvin berusaha menahan gejolak di hatinya, mencoba fokus pada panggilan yang mengusik ketenangannya.Visha mengangguk, Calvin meraih ponselnya yang di simpan di atas meja. Saat nama ‘Bara’ muncul di layar ponsel, dia mendengus kesal.“Ah, sial! Mengganggu saja!” pekiknya kesal, sembari tetap mengangkat panggilan itu.“Hallo, bos?” sapa Bara.“Ya, ada apa? Apa kamu tidak punya kerjaan mengganggu saya?” Nada Calvin terdengar dingin, penuh kekecewaan.“Cal, ini Papah!” ucap Mahessa.“Papah!” Calvin terkejut, jantungnya berdebar kencang.

  • Wanita Cacat yang Ternodai   Menggagalkan rencana bulan madu

    Calvin tertawa saat melihat wajah Visha yang gugup. "Apa kamu takut?" Visha mengangguk perlahan, meski begitu dia tak mau membuat Calvin kecewa. "Aku siap Mas!" jawab Visha, akhirnya. Calvin tersenyum, dia mengecup kening Visha perlahan. "Hemm, sayangnya Mas tidak akan melakukannya sekaranh. Oh yah, sayang... nanti siang persiapkan barang-barang Mas dan kamu yah, Mas akan ajak kamu pergi bulan madu!" "Bulan madu? Kai bagaimana Mas?" tanya Visha. "Sayang, Kai sementara sama orang tua kita dulu yah!" jawab Calvin, "Jangan khawatir, mereka pasti akan senang menjaga Kai." Visha terdiam sejenak, memikirkan hal itu. Dia tahu bahwa orang tua mereka sangat menyayangi Kai dan akan merawatnya dengan baik. Namun, tetap saja ada sedikit keraguan di hatinya. "Mas, apa kedua orang tua Mas nggak akan keberatan?" tanyanya. "Tentu tidak sayang," jawab Calvin, "Lagipula, kita tidak akan pergi terlalu lama. Hanya beberapa hari saja." Visha mengangguk, lega. "Baiklah Mas, aku persiapkan d

DMCA.com Protection Status