Share

Bab 4

Author: Halcy Wayn
last update Last Updated: 2021-08-04 20:27:46

Suara dering ponsel milik Bayu begitu keras terdengar. Terhitung sudah lebih dari tiga kali, panggilan ponsel yang dilakukan oleh Raihan, belum juga diangkatnya.

Hingga pada akhirnya Bayu pun tergoda, untuk melirikkan mata ke arah ponselnya. Semakin lama panggilan itu, terlalu mengganggu konsentrasinya.

Samar-samar mata Bayu melihat nomor ponsel milik sahabatnya itu, seperti sedang melakukan teror kepada dirinya. Ketika panggilan itu Bayu terima, selanjutnya yang terdengarlah suara teriakan dari Raihan, yang sangat memekikkan telinganya.

“MASBAY ... KE MANA SAJA, SIH? BURUAN KE LOBI PABRIK SEKARANG!" pekik Raihan.

Bayu sengaja masih belum memberikan respon apa-apa. Sebab Bayu tahu sekali, detik itu Raihan masih belum selesai berbicara kepadanya.

Tidak lama kemudian, Raihan kembali melanjutkan ucapannya, "Kita harus berangkat saat ini juga. Kalau sampai terlambat, Mas, tahu kan kita pasti tidak akan lolos dari hukuman yang mereka berikan.”

Kepala Bayu yang masih terasa pening, segera memberikan jawaban yang paling sederhana kepada Raihan. “Iya Maaf, Han. Mas, turun ke bawah sekarang, ya.” Setelah itu Bayu pun segera menyudahi panggilan tersebut.

Sehabis merapikan penampilannya, Bayu segera pergi meninggalkan ruang kerjanya. Lift pabrik yang tersedia di ujung lorong dekat ruangannya, segera membawa tubuh Bayu turun ke lantai dasar.

Namun, sebelum Bayu pergi meninggalkan pabrik Kaisha Enterprise, dia harus menemui Mega di ruangan sekretarisnya terlebih dahulu. Tujuan Bayu ke sana, adalah untuk mengambil beberapa berkas yang dia perlukan. Selain itu Bayu juga berniat, untuk menitipkan sebuah tugas penting, dan rahasia kepada Mega.

Sambil melangkahkan kaki-kakinya, Bayu sengaja menuliskan beberapa kalimat di selembar kertas catatan, dan kemudian menyimpan kertas itu di saku bajunya.

Mungkin saat ini adalah waktu yang paling tepat, untuk mencari tahu fakta yang sebenarnya, tentang sebuah rumor yang sedang beredar luas di kawasan pabrik Kaisha Enterprise. Sebagian karyawan yang bekerja di sana, pasti mengetahui selentingan kabar yang mengatakan, bahwa terdapat sekelompok orang yang ingin mengacak-acak reputasi pimpinan mereka, yaitu Bayu.

Ketika Bayu tiba di ruangan sekretarisnya, dia melihat Mega sedang merapikan tumpukan berkas, yang ada di atas meja kerja miliknya. Mega yang lagi fokus pada pekerjaan itu, mau tidak mau harus menghentikan semua aktivitasnya. Saat Mega menyaksikan tangan Bayu sedang meletakkan selembar kertas catatan, dengan posisi tertelungkup di samping tumpukan berkas itu.

Selanjutnya dengan sengaja Bayu mendekatkan posisi tubuhnya ke hadapan Mega, dan matanya tiba-tiba memandang tajam ke arah mata Mega.

Kemudian terdengarlah sebuah kalimat yang diucapkan oleh Bayu. “Mega, saya ada satu tugas penting yang harus kamu kerjakan!”

Ekspresi wajah Bayu semakin terlihat serius. Sedangkan, Mega hanya bisa mengunci perhatiannya rapat-rapat.

“Tugas itu saya catat di kertas ini. Tolong jangan sampai ada karyawan lain yang tahu, kecuali Anita. Kamu cuma boleh minta bantuan darinya. Dan, ingat, berhati-hatilah saat mengerjakannya.” Sebuah instruksi penting, tiba-tiba meluncur deras dari mulut Bayu.

Mega yang merasa terkejut segera menjawab, “Ba–bapak enggak bercanda, kan? Saya harus melakukan apa?”

Sebagai seorang wanita dengan kepribadian yang lemah lembut, tentu saja perintah itu membuat detakan jantung Mega berdegup lebih cepat. Bahkan, sekarang ekspresi di wajahnya pun menunjukkan perasaan batinnya, yang mulai merasa cemas.

“A–apakah pekerjaan ini cukup berbahaya, Pak, untuk kami berdua?” sambung Mega.

Seperti yang sudah Bayu perkirakan, Mega pasti akan mempertanyakan hal-hal seperti itu.  Bayu memang sengaja memilih mereka berdua, untuk mengerjakan tugas ini.

Kelebihannya, adalah karena selain wajah mereka yang terlihat cukup menarik, lagi pula sebagian karyawan di pabrik Kaisha Enterprise juga sangat mengenali siapa diri mereka. Sehingga penyamaran dan tujuan mereka, menjadi sulit diketahui oleh orang-orang yang bekerja di sana.

Ketika mendengar beragam pertanyaan itu, Bayu harus menunjukkan ketenangannya sebagai pemimpin. Dia harus membuat sangat Mega percaya kepada dirinya.

Oleh karena itu, Bayu harus mengatakan, “Kamu tenang saja. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan. Saya yang akan menjamin keselamatan diri kalian. Yang penting tugas ini berhasil kamu selesaikan.”

Setelahnya sebuah senyuman hangat merekah di bibir Bayu. Wajahnya menunjukkan ekspresi yang menggembirakan. Selanjutnya Bayu mengatakan, “Oh, iya besok pas jam makan siang kita akan bahas hasil dari tugas ini, ya.”

Kemudian Bayu langsung mengambil berkas yang sudah disiapkan, dan memilih untuk segera melangkah pergi meninggalkan Mega, tanpa menolehkan kepalanya lagi. Ketika kaki atasannya itu sudah bergerak beberapa langkah, Mega yang sudah tidak sabar lagi, segera mengambil kertas catatan itu, dan melihatnya.

Di kertas itu tertulis sebuah perintah, "TOLONG AWASI GERAK-GERIK PAK RONI. DAN, SEBISA MUNGKIN DAPATKAN NAMA-NAMA KARYAWAN LAIN YANG MENJALIN HUBUNGAN DENGANNYA.”

Mega terdiam sehabis membaca tulisan itu. Sambil menyandarkan tubuhnya, pikiran Mega terus berputar mencari petunjuk apa yang harus dia lakukan, untuk menuntaskan misi ini. Dan, hanya perlu waktu sekitar beberapa menit, sekarang senyum manis di wajah Mega kembali bercahaya.

*****

Saat ini Bayu sedang berambisi, ingin membuktikan, bahwa dirinya mampu menjadi pemimpin yang baik, untuk para karyawan yang bekerja di perusahaan yang dikelolanya. Tapi, sedari awal Bayu pun menyadari, bahwa tidak segampang itu mengendalikan salah satu perusahaan terbesar, yang bergerak di industri penyedia bahan baku makanan dan minuman.

Setahu Bayu, sampai detik ini, kekuasaan pasar yang dimiliki oleh Kaisha Enterprise, terbentang luas di 2 kota besar, yaitu di kota Sematih dan kota Kelates. Masing-masing dari kota itu, memberikan penghasilan sekitar 20 miliar rupiah setiap tahunnya.

Selain itu, Kaisha Enterprise juga memiliki sebuah pabrik yang selama ini membantu mereka, dalam pengoperasian bisnisnya. Jika dihitung secara rinci, pabrik itu bisa menampung sekitar 5 ribu karyawan yang bekerja, dalam waktu yang bersamaan. Dan, lokasi pabrik itu, berada di bagian pinggir kota Sematih.

Setelah menemui Mega, Bayu langsung pergi meninggalkan pabrik Kaisha Enterprise. Siang itu, Bayu dan Raihan harus menggunakan waktu sebanyak 20 menit, untuk bisa sampai di gedung Kaisha Enterprise BC. Gedung itu terletak di bagian tengah kota Sematih. Dan, kali ini mereka memilih, untuk menggunakan motor mewah merek Triump tipe Rocket 3 GT milik Bayu, agar lebih cepat sampai ke sana.

Related chapters

  • Waktu Untuk Bertaruh   Bab 5

    Ketika jarak mereka semakin dekat dengan gedung Kaisha Enterprise BC, tiba-tiba saja Bayu mendapatkan sebuah pemikiran, bahwa dia perlu memiliki sedikit informasi, tentang pertemuan yang akan dihadirinya saat ini.Bayu tahu, bahwa sahabatnya itu, adalah orang yang sangat teguh dalam menjaga rahasia, yang dia ketahui. Tapi, disisi lain, Bayu pun tahu titik kelemahan, untuk menaklukkan Raihan. Oleh karena itu, sambil tetap mempertahankan kecepatan laju motornya, Bayu berinisiatif untuk merayu Raihan.“Han, aku mau negosiasi sama kamu. Tolonglah, jangan buat Abang Iparmu mati penasaran kayak begini,” teriak Bayu agar suaranya lebih terdengar oleh Raihan.Raihan yang sejak tadi hanya menikmati pemandangan disekelilingnya, tiba-tiba dibuat terkejut dengan ucapan itu. Tanpa disadari, alam bawah sadar Raihan, memintanya untuk mengatakan, “Apa maumu, Mas? Kalau pertukaranmu buruk, jangan harap aku bakal mewujudkan keinginanmu, Mas.”Bayu p

    Last Updated : 2021-08-04
  • Waktu Untuk Bertaruh   Bab 6

    Kemeriahan suara pembawa acara mulai terdengar dari dalam ruang platinum. Riuh rendah suara yang dilontarkan oleh orang-orang yang ada di sana, juga turut membangkitkan suasana acara pertemuan itu. Seperti namanya, tentu saja ruangan platinum adalah sebuah tempat yang paling megah di gedung Kaisha Enterprise BC. Bayu pernah mendengar kabar burung yang beredar, bahwa untuk membangun ruangan itu dibutuhkan uang sekitar 5 milyar rupiah. Dan, memang terbukti dari testimoni setiap orang yang pernah masuk ke sana. Mereka mengatakan, bahwa akan sulit melupakan keindahan bentuk bangunan itu. Tidak lama kemudian, seorang Petugas berpakaian serba hitam terlihat segera mendekati Bayu dan Paman Hendra, yang baru saja tiba di depan pintu ruangan platinum. Petugas itu langsung menundukkan tubuhnya, kemudian mengungkapkan, “Selamat datang Bapak-bapak yang saya hormati. Mari saya antarkan ke ruangan khusus yang sudah di siapkan hanya untuk Anda.” Bayu hanya tersenyum

    Last Updated : 2021-08-15
  • Waktu Untuk Bertaruh   Bab 7

    Semburat mentari siang itu menyambut kedatangan Bayu dan Majid di Kelanival Edupark. Sebuah taman bermain yang dibangun di kota Kelates. Ketika mobil sedan merek Jaguar tipe XE yang Majid kendarai sudah terparkir rapi, Bayu langsung membuka pintu dan keluar dari mobil itu. Majid bisa merasakan semangat Bayu sedang menggebu-gebu sekarang. “Yeeeyyy ... kita sampaaaiii...,” teriak Bayu sambil mendorong pintu mobilnya. Kemudian Bayu langsung berlarian ke sana kemari mengungkapkan rasa bahagianya. Sedangkan, Majid segera mematikan mesin mobil dan mengejar langkah-langkah Bayu. Setelah membeli tiket dan masuk ke dalam Kelanival Edupark, Bayu langsung mengajak Ayahnya pergi ke wahana Bouncing Trampoline Kids. Sebuah permainan lompat melompat yang sudah menjadi wahana favoritnya selama ini. Bayu biasanya akan menghabiskan waktu lebih dari dua jam, ketika memainkan wahana itu. Jika tubuhnya sudah merasa lelah, Majid akan mengajak Bayu pergi ke Kelates Aq

    Last Updated : 2021-08-21
  • Waktu Untuk Bertaruh   Bab 8

    Desahan angin malam ini seakan lebih mengetahui sebuah peristiwa yang baru saja terjadi pada diri Vina. Wanita berambut panjang itu sudah tidur pulas di kamarnya sekarang, meski riasan wajah dan beberapa aksesoris lainnya masih melekat pada tubuh rampingnya. Sedangkan, di dalam mobil itu, terlihat Bayu yang lagi bersandar sambil menikmati perbincangannya dengan mimpi-mimpinya. “Mas ... Mas ... bangun, yuk. Kita sudah sampai di rumah nih,” tegur Majid sambil membelai rambut hitam anaknya. Sontak mata Bayu langsung membuka lebar. Kemudian dirinya segera meregangkan saraf-saraf di tubuhnya agar otot-ototnya tidak menegang. Ketika Bayu sedang menormalkan kembali kondisi fisik dan pikirannya, tiba-tiba Majid memerintahkan, “Mas, kamu buruan masuk gih. Takutnya hujan nanti bakal turun sangat deras.” Bayu hanya mengangguk sambil menuruti perintah Ayahnya. Kedua kakinya tetap dipaksakan melangkah, meski sudah terasa lelah. Dan, kamar tidur menjadi tujuan yang

    Last Updated : 2021-08-29
  • Waktu Untuk Bertaruh   Bab 9

    Majid berlarian menuruni tangga menuju lantai bawah rumahnya. Ternyata tebakannya benar. Dia menjumpai Istrinya sedang memasak untuk sarapan yang akan mereka santap pagi ini. “Vin ... Vina ....” Suara Majid menggema memenuhi sudut-sudut ruangan. Dan, Vina sama sekali tidak menjawab. Melodi indah dari alat-alat masak yang saling berbenturan seperti mengunci pendengarannya. Sedangkan, penglihatannya sibuk mengamati gerak tangan-tangannya, seperti seorang koki sedang menunjukkan atraksinya. “Kamu lagi masak apa, Vin?” Pria tampan itu kini sudah berdiri di samping Vina. “Loh, kamu sudah bangun, Yang? Padahal aku mau kasih kejutan buat kamu. Makanan kesukaanmu sebentar lagi siap nih,” jawab Vina sambil setengah memeluk tubuh Majid. “Wah, terima kasih, ya, Vin. Pagi yang indah buatku.” Majid tersenyum, lalu memeluk tubuh Vina. Dan, Vina pun langsung menyambut dekapan itu. Ketika Vina sedang ingin melumat bibir suaminya tiba-tiba jari Majid memberhen

    Last Updated : 2021-09-05
  • Waktu Untuk Bertaruh   Bab 10

    Antara ruang hiburan dan Meja makan hanya ada satu penghalang, untuk membatasi ruangan yang terbuat dari kayu jati. Ruang seluas 7 meter itu sering dipakai Bayu dan Majid untuk menonton acara kartun favorit mereka setiap hari libur. Dan sekarang ruangan favorit mereka sedang digunakan oleh Vina dan pria itu.Bayu hanya bisa melihat mereka sedang duduk bersebelahan sambil membincangkan sesuatu yang tak bisa dia dengar dengan baik. Dia hanya mendengar tawa mereka yang terbahak-bahak, menyaksikan tingkah laku Vina yang genit, bahkan beberapa menit kemudian, Vina mulai merebahkan tubuhnya di sofa panjang yang mereka tempati.Sampai pada akhirnya Vina, dengan rambut sedikit berantakan, mulai berdiri dan beranjak menuju meja makan. Dia terkejut saat melihat anaknya masih ada di sana, setelah setengah jam berlalu.“Loh, kamu kenapa masih di sini? Sudah selesai makannya?” ucap Vina.Bayu tidak menjawab. Dia memilih untuk menundukkan pandangannya, taku

    Last Updated : 2021-09-11
  • Waktu Untuk Bertaruh   Bab 1

    "Mas, bagaimana kabar Nadya sekarang? Tumben dia enggak main ke rumah," ucap Bu Shifa. Sedari tadi Bayu asyik sendiri di dalam kamarnya. Perilakunya memang seperti itu. Jika tidak ada kegiatan di luar rumah, Bayu lebih memilih untuk melepaskan rasa bosannya di ruang kamar itu. Seperti hari ini. Selepas makan siang tadi, Bayu belum mau mengeluarkan tubuhnya ke mana pun. Apalagi pikirannya sekarang sedang dihantam dengan keresahan, tentang masa depan kehidupannya. Belum lagi ditambah dengan sebuah masalah yang baru saja dia buat sendiri. Pagi tadi, sambil melahap semua sarapannya, Bayu dengan terpaksa harus memberikan jawaban yang tidak jujur kepada Bu Shifa. "Baik, kok, Bu. Nadya lagi sibuk banget beberapa hari ini," sahut Bayu singkat. "Oh, iya sudah, Mas, kalau begitu," jawab Bu Shifa sambil menyunggingkan senyumnya. Kelihatannya Bu Shifa tidak percaya dengan apa yang baru saja Bayu katakan. Tidak lama kemudian, Bu Shifa melanjutkan p

    Last Updated : 2021-07-28
  • Waktu Untuk Bertaruh   Bab 2

    Sejuknya udara malam ini, seperti tidak ingin menyentuh tubuh Bu Shifa. Kelihatannya batin Bu Shifa saat itu sedang diselimuti oleh hawa yang sangat berbeda. Belum apa-apa, kecemburuannya dan pertanyaan-pertanyaan aneh, mulai muncul di kepala Bu Shifa. Tetapi, keyakinan Bu Shifa sudah bulat. Apalagi tujuan utamanya hanya ingin mencari tahu, jawaban apa yang akan Pak Rafi berikan. Supaya batin Bu Shifa bisa merasa tenang. Dan, untuk melakukan rencananya, Bu Shifa perlu waktu yang tepat, agar lebih merasa nyaman saat membicarakan hal itu. Setelah mempertimbangkannya dengan baik, akhirnya, Bu Shifa memilih waktunya, pada saat mereka sedang melakukan perbincangan sebelum tidur. Karena Bu Shifa mendapatkan sebuah kesimpulan, bahwa biasanya saat itu jiwa dan raga Pak Rafi, dalam kondisi yang paling tenang. Dan, perbincangan semacam itu, menjadi salah satu kegiatan yang paling mahal untuk mereka. Apalagi untuk Bu Shifa, yang cuma seorang Ibu rumah tangga, yang rasa

    Last Updated : 2021-08-04

Latest chapter

  • Waktu Untuk Bertaruh   Bab 10

    Antara ruang hiburan dan Meja makan hanya ada satu penghalang, untuk membatasi ruangan yang terbuat dari kayu jati. Ruang seluas 7 meter itu sering dipakai Bayu dan Majid untuk menonton acara kartun favorit mereka setiap hari libur. Dan sekarang ruangan favorit mereka sedang digunakan oleh Vina dan pria itu.Bayu hanya bisa melihat mereka sedang duduk bersebelahan sambil membincangkan sesuatu yang tak bisa dia dengar dengan baik. Dia hanya mendengar tawa mereka yang terbahak-bahak, menyaksikan tingkah laku Vina yang genit, bahkan beberapa menit kemudian, Vina mulai merebahkan tubuhnya di sofa panjang yang mereka tempati.Sampai pada akhirnya Vina, dengan rambut sedikit berantakan, mulai berdiri dan beranjak menuju meja makan. Dia terkejut saat melihat anaknya masih ada di sana, setelah setengah jam berlalu.“Loh, kamu kenapa masih di sini? Sudah selesai makannya?” ucap Vina.Bayu tidak menjawab. Dia memilih untuk menundukkan pandangannya, taku

  • Waktu Untuk Bertaruh   Bab 9

    Majid berlarian menuruni tangga menuju lantai bawah rumahnya. Ternyata tebakannya benar. Dia menjumpai Istrinya sedang memasak untuk sarapan yang akan mereka santap pagi ini. “Vin ... Vina ....” Suara Majid menggema memenuhi sudut-sudut ruangan. Dan, Vina sama sekali tidak menjawab. Melodi indah dari alat-alat masak yang saling berbenturan seperti mengunci pendengarannya. Sedangkan, penglihatannya sibuk mengamati gerak tangan-tangannya, seperti seorang koki sedang menunjukkan atraksinya. “Kamu lagi masak apa, Vin?” Pria tampan itu kini sudah berdiri di samping Vina. “Loh, kamu sudah bangun, Yang? Padahal aku mau kasih kejutan buat kamu. Makanan kesukaanmu sebentar lagi siap nih,” jawab Vina sambil setengah memeluk tubuh Majid. “Wah, terima kasih, ya, Vin. Pagi yang indah buatku.” Majid tersenyum, lalu memeluk tubuh Vina. Dan, Vina pun langsung menyambut dekapan itu. Ketika Vina sedang ingin melumat bibir suaminya tiba-tiba jari Majid memberhen

  • Waktu Untuk Bertaruh   Bab 8

    Desahan angin malam ini seakan lebih mengetahui sebuah peristiwa yang baru saja terjadi pada diri Vina. Wanita berambut panjang itu sudah tidur pulas di kamarnya sekarang, meski riasan wajah dan beberapa aksesoris lainnya masih melekat pada tubuh rampingnya. Sedangkan, di dalam mobil itu, terlihat Bayu yang lagi bersandar sambil menikmati perbincangannya dengan mimpi-mimpinya. “Mas ... Mas ... bangun, yuk. Kita sudah sampai di rumah nih,” tegur Majid sambil membelai rambut hitam anaknya. Sontak mata Bayu langsung membuka lebar. Kemudian dirinya segera meregangkan saraf-saraf di tubuhnya agar otot-ototnya tidak menegang. Ketika Bayu sedang menormalkan kembali kondisi fisik dan pikirannya, tiba-tiba Majid memerintahkan, “Mas, kamu buruan masuk gih. Takutnya hujan nanti bakal turun sangat deras.” Bayu hanya mengangguk sambil menuruti perintah Ayahnya. Kedua kakinya tetap dipaksakan melangkah, meski sudah terasa lelah. Dan, kamar tidur menjadi tujuan yang

  • Waktu Untuk Bertaruh   Bab 7

    Semburat mentari siang itu menyambut kedatangan Bayu dan Majid di Kelanival Edupark. Sebuah taman bermain yang dibangun di kota Kelates. Ketika mobil sedan merek Jaguar tipe XE yang Majid kendarai sudah terparkir rapi, Bayu langsung membuka pintu dan keluar dari mobil itu. Majid bisa merasakan semangat Bayu sedang menggebu-gebu sekarang. “Yeeeyyy ... kita sampaaaiii...,” teriak Bayu sambil mendorong pintu mobilnya. Kemudian Bayu langsung berlarian ke sana kemari mengungkapkan rasa bahagianya. Sedangkan, Majid segera mematikan mesin mobil dan mengejar langkah-langkah Bayu. Setelah membeli tiket dan masuk ke dalam Kelanival Edupark, Bayu langsung mengajak Ayahnya pergi ke wahana Bouncing Trampoline Kids. Sebuah permainan lompat melompat yang sudah menjadi wahana favoritnya selama ini. Bayu biasanya akan menghabiskan waktu lebih dari dua jam, ketika memainkan wahana itu. Jika tubuhnya sudah merasa lelah, Majid akan mengajak Bayu pergi ke Kelates Aq

  • Waktu Untuk Bertaruh   Bab 6

    Kemeriahan suara pembawa acara mulai terdengar dari dalam ruang platinum. Riuh rendah suara yang dilontarkan oleh orang-orang yang ada di sana, juga turut membangkitkan suasana acara pertemuan itu. Seperti namanya, tentu saja ruangan platinum adalah sebuah tempat yang paling megah di gedung Kaisha Enterprise BC. Bayu pernah mendengar kabar burung yang beredar, bahwa untuk membangun ruangan itu dibutuhkan uang sekitar 5 milyar rupiah. Dan, memang terbukti dari testimoni setiap orang yang pernah masuk ke sana. Mereka mengatakan, bahwa akan sulit melupakan keindahan bentuk bangunan itu. Tidak lama kemudian, seorang Petugas berpakaian serba hitam terlihat segera mendekati Bayu dan Paman Hendra, yang baru saja tiba di depan pintu ruangan platinum. Petugas itu langsung menundukkan tubuhnya, kemudian mengungkapkan, “Selamat datang Bapak-bapak yang saya hormati. Mari saya antarkan ke ruangan khusus yang sudah di siapkan hanya untuk Anda.” Bayu hanya tersenyum

  • Waktu Untuk Bertaruh   Bab 5

    Ketika jarak mereka semakin dekat dengan gedung Kaisha Enterprise BC, tiba-tiba saja Bayu mendapatkan sebuah pemikiran, bahwa dia perlu memiliki sedikit informasi, tentang pertemuan yang akan dihadirinya saat ini.Bayu tahu, bahwa sahabatnya itu, adalah orang yang sangat teguh dalam menjaga rahasia, yang dia ketahui. Tapi, disisi lain, Bayu pun tahu titik kelemahan, untuk menaklukkan Raihan. Oleh karena itu, sambil tetap mempertahankan kecepatan laju motornya, Bayu berinisiatif untuk merayu Raihan.“Han, aku mau negosiasi sama kamu. Tolonglah, jangan buat Abang Iparmu mati penasaran kayak begini,” teriak Bayu agar suaranya lebih terdengar oleh Raihan.Raihan yang sejak tadi hanya menikmati pemandangan disekelilingnya, tiba-tiba dibuat terkejut dengan ucapan itu. Tanpa disadari, alam bawah sadar Raihan, memintanya untuk mengatakan, “Apa maumu, Mas? Kalau pertukaranmu buruk, jangan harap aku bakal mewujudkan keinginanmu, Mas.”Bayu p

  • Waktu Untuk Bertaruh   Bab 4

    Suara dering ponsel milik Bayu begitu keras terdengar. Terhitung sudah lebih dari tiga kali, panggilan ponsel yang dilakukan oleh Raihan, belum juga diangkatnya.Hingga pada akhirnya Bayu pun tergoda, untuk melirikkan mata ke arah ponselnya. Semakin lama panggilan itu, terlalu mengganggu konsentrasinya.Samar-samar mata Bayu melihat nomor ponsel milik sahabatnya itu, seperti sedang melakukan teror kepada dirinya. Ketika panggilan itu Bayu terima, selanjutnya yang terdengarlah suara teriakan dari Raihan, yang sangat memekikkan telinganya.“MASBAY ... KE MANA SAJA, SIH? BURUAN KE LOBI PABRIK SEKARANG!" pekik Raihan.Bayu sengaja masih belum memberikan respon apa-apa. Sebab Bayu tahu sekali, detik itu Raihan masih belum selesai berbicara kepadanya.Tidak lama kemudian, Raihan kembali melanjutkan ucapannya, "Kita harus berangkat saat ini juga. Kalau sampai terlambat, Mas, tahu kan kita pasti tidak akan lolos dari hukuman yang mereka berikan.&rdqu

  • Waktu Untuk Bertaruh   Bab 3

    Pekerjaan yang Bayu miliki sebenarnya sudah sangat baik. Bayu mengawali karier di Khaisa Enterprise, ketika dirinya masih berusia 24 tahun. Dan, hanya butuh 3 tahun dari masa itu, sekarang Bayu sudah menduduki posisi sebagai Direktur di Kaisha Enterprise.Mungkin karena saat itu para petinggi perusahaan, sangat menyukai kinerja yang diberikan oleh Bayu. Sehingga mereka memberikan tawaran kenaikan jabatan itu kepadanya.Kalau boleh jujur, sampai sekarang Bayu tidak pernah menyangka, bahwa dirinya mampu memegang amanah sebesar itu. Karena Bayu pun sangat menyadari, bahwa kadang dia masih belum bisa mengolah rasa takut, dan kelemahan lain yang tersimpan dalam dirinya. Terutama mengatasi ketidakpercayaan pada dirinya sendiri, yang sering kali muncul mengganggu pikirannya.Bayu mengakui dibalik kesuksesannya kariernya itu, ada Pak Rafi, dan Raihan yang selalu membantunya selama ini. Jika bukan karena kejujuran yang Bayu katakan, dan pesan berharga yang

  • Waktu Untuk Bertaruh   Bab 2

    Sejuknya udara malam ini, seperti tidak ingin menyentuh tubuh Bu Shifa. Kelihatannya batin Bu Shifa saat itu sedang diselimuti oleh hawa yang sangat berbeda. Belum apa-apa, kecemburuannya dan pertanyaan-pertanyaan aneh, mulai muncul di kepala Bu Shifa. Tetapi, keyakinan Bu Shifa sudah bulat. Apalagi tujuan utamanya hanya ingin mencari tahu, jawaban apa yang akan Pak Rafi berikan. Supaya batin Bu Shifa bisa merasa tenang. Dan, untuk melakukan rencananya, Bu Shifa perlu waktu yang tepat, agar lebih merasa nyaman saat membicarakan hal itu. Setelah mempertimbangkannya dengan baik, akhirnya, Bu Shifa memilih waktunya, pada saat mereka sedang melakukan perbincangan sebelum tidur. Karena Bu Shifa mendapatkan sebuah kesimpulan, bahwa biasanya saat itu jiwa dan raga Pak Rafi, dalam kondisi yang paling tenang. Dan, perbincangan semacam itu, menjadi salah satu kegiatan yang paling mahal untuk mereka. Apalagi untuk Bu Shifa, yang cuma seorang Ibu rumah tangga, yang rasa

DMCA.com Protection Status