Ketika jarak mereka semakin dekat dengan gedung Kaisha Enterprise BC, tiba-tiba saja Bayu mendapatkan sebuah pemikiran, bahwa dia perlu memiliki sedikit informasi, tentang pertemuan yang akan dihadirinya saat ini.
Bayu tahu, bahwa sahabatnya itu, adalah orang yang sangat teguh dalam menjaga rahasia, yang dia ketahui. Tapi, disisi lain, Bayu pun tahu titik kelemahan, untuk menaklukkan Raihan. Oleh karena itu, sambil tetap mempertahankan kecepatan laju motornya, Bayu berinisiatif untuk merayu Raihan.
“Han, aku mau negosiasi sama kamu. Tolonglah, jangan buat Abang Iparmu mati penasaran kayak begini,” teriak Bayu agar suaranya lebih terdengar oleh Raihan.
Raihan yang sejak tadi hanya menikmati pemandangan disekelilingnya, tiba-tiba dibuat terkejut dengan ucapan itu. Tanpa disadari, alam bawah sadar Raihan, memintanya untuk mengatakan, “Apa maumu, Mas? Kalau pertukaranmu buruk, jangan harap aku bakal mewujudkan keinginanmu, Mas.”
Bayu pun tertawa, setelah mendengar jawabannya. Jurus pertama yang Bayu lakukan itu, sudah berhasil menjebak Raihan masuk ke dalam perangkapnya. Langkah selanjutnya, Bayu cuma perlu mengungkapkan apa keinginannya, sekaligus menyerang titik kelemahan yang Raihan miliki saat ini.
“Begini, Han. Kamu tahu kan, kalau aku benar-benar tidak punya sedikit pun informasi tentang pertemuan ini,” teriak Bayu. Dia harus menghela nafasnya terlebih dahulu, sebelum mengatakan kalimat selanjutnya.
“Aku tahu hanya kamu yang bisa memberikan sepotong informasi rahasia itu kepadaku. Dan, sebagai hadiahnya, aku bakal membantumu, sampai kamu bisa mendapatkan cinta dari tisya. Bagaimana? Sebanding, kan?” sambung Bayu sambil menurunkan kecepatan laju motor yang dikendarainya.
Mendengar ucapan itu, tiba-tiba sebuah senyuman manis sebagai tanda kebahagiaan, mulai terpancar di wajah Raihan. Sebuah penawaran yang terlalu sulit untuk Raihan tolak. Akhir-akhir ini, Raihan pun menyadari, jika Tisya perlahan-lahan sedang mencoba untuk menghindar dirinya.
Dengan status level kekayaan yang dimiliki oleh keluarga Paman Hendra, seharusnya Raihan bisa mendapatkan siapa pun wanita yang dia inginkan. Tapi, Tisya sangat jauh berbeda, jika dibandingkan dengan wanita lain, yang ada di luaran sana.
Adik dari sahabatnya itu, seakan tidak peduli dengan kekayaan harta yang ditawarkan oleh Raihan.
“Iya sudah, Mas, masa aku tolak. Kapan lagi bisa memanfaatkan kesempatan yang dikasih sama Abang Ipar,” tutur Raihan sambil tertawa.
“Eh ... enak saja. Masih CA-LON A-BANG I-PAR!” kelakar Bayu sambil mengejakan susunan kata-kata.
Namun, ketika detik demi detik perlahan semakin berlalu, tiba-tiba saja Bayu terpikirkan untuk memberikan sebuah penjelasan kepada Raihan, tentang arti jodoh yang sesungguhnya.
Dengan sangat berhati-hati, Bayu mengatakan, “Tapi, aku enggak janji, loh, Han, kamu bisa meraih cinta dari tisya dengan mudah. Tahu sendiri kan anaknya seperti apa. Jika nantinya kalian tidak bisa berpasangan, Mas, minta tolong, ya, relakan saja kepergiannya. Mungkin suatu saat nanti kamu akan menyadari, bahwa sangat sempurnanya seorang wanita, yang telah Tuhan pilihkan hanya untukmu.”
Raihan hanya diam saja. Dia tidak mengucapkan kalimat apapun untuk menanggapi penjelasan itu. Sebenarnya tanpa Bayu sadari, pikiran Raihan sedang disibukkan oleh aktivitas pengumpulan informasi yang dia ketahui, tentang pertemuan itu.
Raihan harus memilah terlebih dahulu, informasi mana yang bisa dia ungkapkan kepada Bayu.
Tidak lama kemudian, tiba-tiba tangan Raihan memukul pundak Bayu beberapa kali. Dia memberikan peringatan, bahwa Bayu harus menggunakan telinganya dengan baik sekarang juga. Dan, kepala Bayu pun mengangguk, tanda mengerti akan peringatan itu.
Tanpa membuang waktu lagi, Raihan pun segera mengatakan, “Mas, sekarang aku mau mengatakan suatu informasi yang paling penting yang aku ketahui tentang pertemuan ini. Aku akan kasih sebuah pesan yang mungkin ...,”
“Ya, apa? Cepat katakan dong, Han. Kenapa jadi menghabiskan waktu, sih,” potong Bayu.
Tiba-tiba emosi Bayu meningkat drastis. Bayu merasa kesal dengan tingkah konyol yang ditunjukkan oleh Raihan. Padahal Raihan pun tahu, saat ini mereka sedang berpacu melawan waktu.
Di satu sisi, mereka tidak boleh datang terlambat ke pertemuan itu. Sedangkan, disisi yang lain, Raihan harus menyelesaikan informasi itu, sebelum mereka masuk ke dalam gedung Kaisha Enterprise BC.
Akhirnya, Bayu pun mengambil keputusan, untuk menghentikan laju kendaraannya terlebih dahulu, tepat di samping pintu gerbang gedung Kaisha Enterprise BC. Meskipun sekitar 5 menit lagi, pertemuan itu akan di mulai.
Sekarang giliran Bayu yang merangkul tubuh Raihan, sambil mengatakan, “Han, tolong bantu aku sekarang. Tolong percayakan informasi itu kepadaku. Ini bukan hanya untukku saja, tapi juga demi perusahaan bapakmu. Aku merasa takut, jika nantinya apa yang mereka lakukan, bisa membahayakan keselamatan diri karyawan yang bekerja bersamaku.”
Bayu sengaja mengucapkan perkataan seperti itu. Tujuannya, adalah untuk membuat Raihan merasa lebih yakin lagi, dengan apa yang akan dia katakan sekarang.
Sebenarnya, Raihan baru saja menyadari, bahwa dia telah membuat sebuah kesalahan besar. Tapi, Raihan tidak menyangka, bahwa sudah sejauh itu firasat yang Bayu punya, tentang pertemuan itu.
Oleh karena itu, dengan berat hati, Raihan mengatakan, “Iya aku mengerti. Sekarang, Mas, perhatikan ucapanku baik-baik.”
Dengan sigap, Bayu semakin mendekatkan tubuhnya ke hadapan Raihan. Lalu, Raihan kembali melanjutkan ucapannya. “Bapak kemarin bilang sekitar 70 persen saham perusahaan dijual kepada seseorang yang memiliki julukan sebagai ‘Telaga Pengampunan’. Dan, Bapak ....”
Tiba-tiba ucapannya terhenti. Ekspresi wajah Raihan terlihat, seperti sedang mencari sesuatu yang cukup penting di otaknya.
Bayu yang semakin penasaran, dengan kalimat selanjutnya, langsung memukul pundak Raihan. Kemudian Bayu mengatakan, “Loh, kenapa diam? Om Hendra bilang apa lagi, Han?”
Ketika Bayu sedang mencoba mencari tahu informasi selanjutnya, tanpa mereka sadari, sebuah mobil mewah merek BMW tipe X1, sudah berhenti di belakang motor Bayu. Tidak lama kemudian, terlihat Paman Hendra keluar dari dalam mobil itu. Tanpa berlama-lama, Paman Hendra segera menghampiri Bayu dan Raihan.
Bayu yang sempat menyadari kedatangan Paman Hendra, segera menyapanya terlebih dahulu. “Hai, Om. Kok, enggak langsung masuk? Kayaknya sebentar lagi acaranya sudah mau dimulai, ya, Om.”
Sambil menyunggingkan senyum di wajahnya, Paman Hendra menjawab, “Loh, seharusnya, Om, yang tanya begitu. Kenapa kalian masih ada di sini?”
Bayu segera memberikan kode gerakan lirikan mata kepada Raihan. Dan, Raihan pun dengan cepat bisa mengerti, apa yang harus dia lakukan sekarang juga.
Sambil mengarahkan penglihatannya ke arah Raihan, Bayu mengatakan, “Iya sudah sekalian bareng Bayu saja yuk, Om. Raihan mau pergi ke minimarket dulu, sebelum masuk ke dalam, dan bergabung dengan kita nantinya.”
Paman Hendra hanya menganggukkan kepalanya, sebagai tanda dia telah menyetujui ajakan itu. Bayu tahu, saat ini Paman Hendra tidak menaruh rasa curiga sedikit pun kepada dirinya, maupun kepada Raihan.
Kemudian, agar tidak terus menerus membuang waktu, Raihan segera memisahkan dirinya dari mereka. Sedangkan, Bayu dan Paman Hendra, segera masuk ke dalam gedung Kaisha Enterprise BC.
Bayu dan Raihan sangat beruntung, karena pembicaraan mereka tadi sempat terhenti, sebelum Paman Hendra datang. Jika seandainya Paman Hendra mengetahui, apa yang sedang mereka perbincangkan, tentu saja, hal itu akan membuat Bayu menjadi merasa tidak enak hati kepadanya. Dan, Raihan pasti akan merasa sangat bersalah, dengan apa yang baru saja dia lakukan.
Di samping itu, sebenarnya Bayu merasa sangat bersyukur, bisa mengenal Raihan maupun Paman Hendra. Meskipun Bayu dan Raihan sudah berteman, sejak mereka masih duduk di bangku sekolah menengah umum, tapi entah kenapa, Bayu baru memiliki keberanian, untuk membangun hubungan yang lebih akrab dengan Paman Hendra, sekitar satu tahun terakhir ini.
Perlahan Bayu pun mulai menyadari, setiap kali dia sedang bercengkrama dengan Paman Hendra, pada saat itulah, batinnya seperti merasa sedang berjumpa kembali dengan sesosok pria, yang sudah lama meninggalkannya seorang diri.
Kemeriahan suara pembawa acara mulai terdengar dari dalam ruang platinum. Riuh rendah suara yang dilontarkan oleh orang-orang yang ada di sana, juga turut membangkitkan suasana acara pertemuan itu. Seperti namanya, tentu saja ruangan platinum adalah sebuah tempat yang paling megah di gedung Kaisha Enterprise BC. Bayu pernah mendengar kabar burung yang beredar, bahwa untuk membangun ruangan itu dibutuhkan uang sekitar 5 milyar rupiah. Dan, memang terbukti dari testimoni setiap orang yang pernah masuk ke sana. Mereka mengatakan, bahwa akan sulit melupakan keindahan bentuk bangunan itu. Tidak lama kemudian, seorang Petugas berpakaian serba hitam terlihat segera mendekati Bayu dan Paman Hendra, yang baru saja tiba di depan pintu ruangan platinum. Petugas itu langsung menundukkan tubuhnya, kemudian mengungkapkan, “Selamat datang Bapak-bapak yang saya hormati. Mari saya antarkan ke ruangan khusus yang sudah di siapkan hanya untuk Anda.” Bayu hanya tersenyum
Semburat mentari siang itu menyambut kedatangan Bayu dan Majid di Kelanival Edupark. Sebuah taman bermain yang dibangun di kota Kelates. Ketika mobil sedan merek Jaguar tipe XE yang Majid kendarai sudah terparkir rapi, Bayu langsung membuka pintu dan keluar dari mobil itu. Majid bisa merasakan semangat Bayu sedang menggebu-gebu sekarang. “Yeeeyyy ... kita sampaaaiii...,” teriak Bayu sambil mendorong pintu mobilnya. Kemudian Bayu langsung berlarian ke sana kemari mengungkapkan rasa bahagianya. Sedangkan, Majid segera mematikan mesin mobil dan mengejar langkah-langkah Bayu. Setelah membeli tiket dan masuk ke dalam Kelanival Edupark, Bayu langsung mengajak Ayahnya pergi ke wahana Bouncing Trampoline Kids. Sebuah permainan lompat melompat yang sudah menjadi wahana favoritnya selama ini. Bayu biasanya akan menghabiskan waktu lebih dari dua jam, ketika memainkan wahana itu. Jika tubuhnya sudah merasa lelah, Majid akan mengajak Bayu pergi ke Kelates Aq
Desahan angin malam ini seakan lebih mengetahui sebuah peristiwa yang baru saja terjadi pada diri Vina. Wanita berambut panjang itu sudah tidur pulas di kamarnya sekarang, meski riasan wajah dan beberapa aksesoris lainnya masih melekat pada tubuh rampingnya. Sedangkan, di dalam mobil itu, terlihat Bayu yang lagi bersandar sambil menikmati perbincangannya dengan mimpi-mimpinya. “Mas ... Mas ... bangun, yuk. Kita sudah sampai di rumah nih,” tegur Majid sambil membelai rambut hitam anaknya. Sontak mata Bayu langsung membuka lebar. Kemudian dirinya segera meregangkan saraf-saraf di tubuhnya agar otot-ototnya tidak menegang. Ketika Bayu sedang menormalkan kembali kondisi fisik dan pikirannya, tiba-tiba Majid memerintahkan, “Mas, kamu buruan masuk gih. Takutnya hujan nanti bakal turun sangat deras.” Bayu hanya mengangguk sambil menuruti perintah Ayahnya. Kedua kakinya tetap dipaksakan melangkah, meski sudah terasa lelah. Dan, kamar tidur menjadi tujuan yang
Majid berlarian menuruni tangga menuju lantai bawah rumahnya. Ternyata tebakannya benar. Dia menjumpai Istrinya sedang memasak untuk sarapan yang akan mereka santap pagi ini. “Vin ... Vina ....” Suara Majid menggema memenuhi sudut-sudut ruangan. Dan, Vina sama sekali tidak menjawab. Melodi indah dari alat-alat masak yang saling berbenturan seperti mengunci pendengarannya. Sedangkan, penglihatannya sibuk mengamati gerak tangan-tangannya, seperti seorang koki sedang menunjukkan atraksinya. “Kamu lagi masak apa, Vin?” Pria tampan itu kini sudah berdiri di samping Vina. “Loh, kamu sudah bangun, Yang? Padahal aku mau kasih kejutan buat kamu. Makanan kesukaanmu sebentar lagi siap nih,” jawab Vina sambil setengah memeluk tubuh Majid. “Wah, terima kasih, ya, Vin. Pagi yang indah buatku.” Majid tersenyum, lalu memeluk tubuh Vina. Dan, Vina pun langsung menyambut dekapan itu. Ketika Vina sedang ingin melumat bibir suaminya tiba-tiba jari Majid memberhen
Antara ruang hiburan dan Meja makan hanya ada satu penghalang, untuk membatasi ruangan yang terbuat dari kayu jati. Ruang seluas 7 meter itu sering dipakai Bayu dan Majid untuk menonton acara kartun favorit mereka setiap hari libur. Dan sekarang ruangan favorit mereka sedang digunakan oleh Vina dan pria itu.Bayu hanya bisa melihat mereka sedang duduk bersebelahan sambil membincangkan sesuatu yang tak bisa dia dengar dengan baik. Dia hanya mendengar tawa mereka yang terbahak-bahak, menyaksikan tingkah laku Vina yang genit, bahkan beberapa menit kemudian, Vina mulai merebahkan tubuhnya di sofa panjang yang mereka tempati.Sampai pada akhirnya Vina, dengan rambut sedikit berantakan, mulai berdiri dan beranjak menuju meja makan. Dia terkejut saat melihat anaknya masih ada di sana, setelah setengah jam berlalu.“Loh, kamu kenapa masih di sini? Sudah selesai makannya?” ucap Vina.Bayu tidak menjawab. Dia memilih untuk menundukkan pandangannya, taku
"Mas, bagaimana kabar Nadya sekarang? Tumben dia enggak main ke rumah," ucap Bu Shifa. Sedari tadi Bayu asyik sendiri di dalam kamarnya. Perilakunya memang seperti itu. Jika tidak ada kegiatan di luar rumah, Bayu lebih memilih untuk melepaskan rasa bosannya di ruang kamar itu. Seperti hari ini. Selepas makan siang tadi, Bayu belum mau mengeluarkan tubuhnya ke mana pun. Apalagi pikirannya sekarang sedang dihantam dengan keresahan, tentang masa depan kehidupannya. Belum lagi ditambah dengan sebuah masalah yang baru saja dia buat sendiri. Pagi tadi, sambil melahap semua sarapannya, Bayu dengan terpaksa harus memberikan jawaban yang tidak jujur kepada Bu Shifa. "Baik, kok, Bu. Nadya lagi sibuk banget beberapa hari ini," sahut Bayu singkat. "Oh, iya sudah, Mas, kalau begitu," jawab Bu Shifa sambil menyunggingkan senyumnya. Kelihatannya Bu Shifa tidak percaya dengan apa yang baru saja Bayu katakan. Tidak lama kemudian, Bu Shifa melanjutkan p
Sejuknya udara malam ini, seperti tidak ingin menyentuh tubuh Bu Shifa. Kelihatannya batin Bu Shifa saat itu sedang diselimuti oleh hawa yang sangat berbeda. Belum apa-apa, kecemburuannya dan pertanyaan-pertanyaan aneh, mulai muncul di kepala Bu Shifa. Tetapi, keyakinan Bu Shifa sudah bulat. Apalagi tujuan utamanya hanya ingin mencari tahu, jawaban apa yang akan Pak Rafi berikan. Supaya batin Bu Shifa bisa merasa tenang. Dan, untuk melakukan rencananya, Bu Shifa perlu waktu yang tepat, agar lebih merasa nyaman saat membicarakan hal itu. Setelah mempertimbangkannya dengan baik, akhirnya, Bu Shifa memilih waktunya, pada saat mereka sedang melakukan perbincangan sebelum tidur. Karena Bu Shifa mendapatkan sebuah kesimpulan, bahwa biasanya saat itu jiwa dan raga Pak Rafi, dalam kondisi yang paling tenang. Dan, perbincangan semacam itu, menjadi salah satu kegiatan yang paling mahal untuk mereka. Apalagi untuk Bu Shifa, yang cuma seorang Ibu rumah tangga, yang rasa
Pekerjaan yang Bayu miliki sebenarnya sudah sangat baik. Bayu mengawali karier di Khaisa Enterprise, ketika dirinya masih berusia 24 tahun. Dan, hanya butuh 3 tahun dari masa itu, sekarang Bayu sudah menduduki posisi sebagai Direktur di Kaisha Enterprise.Mungkin karena saat itu para petinggi perusahaan, sangat menyukai kinerja yang diberikan oleh Bayu. Sehingga mereka memberikan tawaran kenaikan jabatan itu kepadanya.Kalau boleh jujur, sampai sekarang Bayu tidak pernah menyangka, bahwa dirinya mampu memegang amanah sebesar itu. Karena Bayu pun sangat menyadari, bahwa kadang dia masih belum bisa mengolah rasa takut, dan kelemahan lain yang tersimpan dalam dirinya. Terutama mengatasi ketidakpercayaan pada dirinya sendiri, yang sering kali muncul mengganggu pikirannya.Bayu mengakui dibalik kesuksesannya kariernya itu, ada Pak Rafi, dan Raihan yang selalu membantunya selama ini. Jika bukan karena kejujuran yang Bayu katakan, dan pesan berharga yang
Antara ruang hiburan dan Meja makan hanya ada satu penghalang, untuk membatasi ruangan yang terbuat dari kayu jati. Ruang seluas 7 meter itu sering dipakai Bayu dan Majid untuk menonton acara kartun favorit mereka setiap hari libur. Dan sekarang ruangan favorit mereka sedang digunakan oleh Vina dan pria itu.Bayu hanya bisa melihat mereka sedang duduk bersebelahan sambil membincangkan sesuatu yang tak bisa dia dengar dengan baik. Dia hanya mendengar tawa mereka yang terbahak-bahak, menyaksikan tingkah laku Vina yang genit, bahkan beberapa menit kemudian, Vina mulai merebahkan tubuhnya di sofa panjang yang mereka tempati.Sampai pada akhirnya Vina, dengan rambut sedikit berantakan, mulai berdiri dan beranjak menuju meja makan. Dia terkejut saat melihat anaknya masih ada di sana, setelah setengah jam berlalu.“Loh, kamu kenapa masih di sini? Sudah selesai makannya?” ucap Vina.Bayu tidak menjawab. Dia memilih untuk menundukkan pandangannya, taku
Majid berlarian menuruni tangga menuju lantai bawah rumahnya. Ternyata tebakannya benar. Dia menjumpai Istrinya sedang memasak untuk sarapan yang akan mereka santap pagi ini. “Vin ... Vina ....” Suara Majid menggema memenuhi sudut-sudut ruangan. Dan, Vina sama sekali tidak menjawab. Melodi indah dari alat-alat masak yang saling berbenturan seperti mengunci pendengarannya. Sedangkan, penglihatannya sibuk mengamati gerak tangan-tangannya, seperti seorang koki sedang menunjukkan atraksinya. “Kamu lagi masak apa, Vin?” Pria tampan itu kini sudah berdiri di samping Vina. “Loh, kamu sudah bangun, Yang? Padahal aku mau kasih kejutan buat kamu. Makanan kesukaanmu sebentar lagi siap nih,” jawab Vina sambil setengah memeluk tubuh Majid. “Wah, terima kasih, ya, Vin. Pagi yang indah buatku.” Majid tersenyum, lalu memeluk tubuh Vina. Dan, Vina pun langsung menyambut dekapan itu. Ketika Vina sedang ingin melumat bibir suaminya tiba-tiba jari Majid memberhen
Desahan angin malam ini seakan lebih mengetahui sebuah peristiwa yang baru saja terjadi pada diri Vina. Wanita berambut panjang itu sudah tidur pulas di kamarnya sekarang, meski riasan wajah dan beberapa aksesoris lainnya masih melekat pada tubuh rampingnya. Sedangkan, di dalam mobil itu, terlihat Bayu yang lagi bersandar sambil menikmati perbincangannya dengan mimpi-mimpinya. “Mas ... Mas ... bangun, yuk. Kita sudah sampai di rumah nih,” tegur Majid sambil membelai rambut hitam anaknya. Sontak mata Bayu langsung membuka lebar. Kemudian dirinya segera meregangkan saraf-saraf di tubuhnya agar otot-ototnya tidak menegang. Ketika Bayu sedang menormalkan kembali kondisi fisik dan pikirannya, tiba-tiba Majid memerintahkan, “Mas, kamu buruan masuk gih. Takutnya hujan nanti bakal turun sangat deras.” Bayu hanya mengangguk sambil menuruti perintah Ayahnya. Kedua kakinya tetap dipaksakan melangkah, meski sudah terasa lelah. Dan, kamar tidur menjadi tujuan yang
Semburat mentari siang itu menyambut kedatangan Bayu dan Majid di Kelanival Edupark. Sebuah taman bermain yang dibangun di kota Kelates. Ketika mobil sedan merek Jaguar tipe XE yang Majid kendarai sudah terparkir rapi, Bayu langsung membuka pintu dan keluar dari mobil itu. Majid bisa merasakan semangat Bayu sedang menggebu-gebu sekarang. “Yeeeyyy ... kita sampaaaiii...,” teriak Bayu sambil mendorong pintu mobilnya. Kemudian Bayu langsung berlarian ke sana kemari mengungkapkan rasa bahagianya. Sedangkan, Majid segera mematikan mesin mobil dan mengejar langkah-langkah Bayu. Setelah membeli tiket dan masuk ke dalam Kelanival Edupark, Bayu langsung mengajak Ayahnya pergi ke wahana Bouncing Trampoline Kids. Sebuah permainan lompat melompat yang sudah menjadi wahana favoritnya selama ini. Bayu biasanya akan menghabiskan waktu lebih dari dua jam, ketika memainkan wahana itu. Jika tubuhnya sudah merasa lelah, Majid akan mengajak Bayu pergi ke Kelates Aq
Kemeriahan suara pembawa acara mulai terdengar dari dalam ruang platinum. Riuh rendah suara yang dilontarkan oleh orang-orang yang ada di sana, juga turut membangkitkan suasana acara pertemuan itu. Seperti namanya, tentu saja ruangan platinum adalah sebuah tempat yang paling megah di gedung Kaisha Enterprise BC. Bayu pernah mendengar kabar burung yang beredar, bahwa untuk membangun ruangan itu dibutuhkan uang sekitar 5 milyar rupiah. Dan, memang terbukti dari testimoni setiap orang yang pernah masuk ke sana. Mereka mengatakan, bahwa akan sulit melupakan keindahan bentuk bangunan itu. Tidak lama kemudian, seorang Petugas berpakaian serba hitam terlihat segera mendekati Bayu dan Paman Hendra, yang baru saja tiba di depan pintu ruangan platinum. Petugas itu langsung menundukkan tubuhnya, kemudian mengungkapkan, “Selamat datang Bapak-bapak yang saya hormati. Mari saya antarkan ke ruangan khusus yang sudah di siapkan hanya untuk Anda.” Bayu hanya tersenyum
Ketika jarak mereka semakin dekat dengan gedung Kaisha Enterprise BC, tiba-tiba saja Bayu mendapatkan sebuah pemikiran, bahwa dia perlu memiliki sedikit informasi, tentang pertemuan yang akan dihadirinya saat ini.Bayu tahu, bahwa sahabatnya itu, adalah orang yang sangat teguh dalam menjaga rahasia, yang dia ketahui. Tapi, disisi lain, Bayu pun tahu titik kelemahan, untuk menaklukkan Raihan. Oleh karena itu, sambil tetap mempertahankan kecepatan laju motornya, Bayu berinisiatif untuk merayu Raihan.“Han, aku mau negosiasi sama kamu. Tolonglah, jangan buat Abang Iparmu mati penasaran kayak begini,” teriak Bayu agar suaranya lebih terdengar oleh Raihan.Raihan yang sejak tadi hanya menikmati pemandangan disekelilingnya, tiba-tiba dibuat terkejut dengan ucapan itu. Tanpa disadari, alam bawah sadar Raihan, memintanya untuk mengatakan, “Apa maumu, Mas? Kalau pertukaranmu buruk, jangan harap aku bakal mewujudkan keinginanmu, Mas.”Bayu p
Suara dering ponsel milik Bayu begitu keras terdengar. Terhitung sudah lebih dari tiga kali, panggilan ponsel yang dilakukan oleh Raihan, belum juga diangkatnya.Hingga pada akhirnya Bayu pun tergoda, untuk melirikkan mata ke arah ponselnya. Semakin lama panggilan itu, terlalu mengganggu konsentrasinya.Samar-samar mata Bayu melihat nomor ponsel milik sahabatnya itu, seperti sedang melakukan teror kepada dirinya. Ketika panggilan itu Bayu terima, selanjutnya yang terdengarlah suara teriakan dari Raihan, yang sangat memekikkan telinganya.“MASBAY ... KE MANA SAJA, SIH? BURUAN KE LOBI PABRIK SEKARANG!" pekik Raihan.Bayu sengaja masih belum memberikan respon apa-apa. Sebab Bayu tahu sekali, detik itu Raihan masih belum selesai berbicara kepadanya.Tidak lama kemudian, Raihan kembali melanjutkan ucapannya, "Kita harus berangkat saat ini juga. Kalau sampai terlambat, Mas, tahu kan kita pasti tidak akan lolos dari hukuman yang mereka berikan.&rdqu
Pekerjaan yang Bayu miliki sebenarnya sudah sangat baik. Bayu mengawali karier di Khaisa Enterprise, ketika dirinya masih berusia 24 tahun. Dan, hanya butuh 3 tahun dari masa itu, sekarang Bayu sudah menduduki posisi sebagai Direktur di Kaisha Enterprise.Mungkin karena saat itu para petinggi perusahaan, sangat menyukai kinerja yang diberikan oleh Bayu. Sehingga mereka memberikan tawaran kenaikan jabatan itu kepadanya.Kalau boleh jujur, sampai sekarang Bayu tidak pernah menyangka, bahwa dirinya mampu memegang amanah sebesar itu. Karena Bayu pun sangat menyadari, bahwa kadang dia masih belum bisa mengolah rasa takut, dan kelemahan lain yang tersimpan dalam dirinya. Terutama mengatasi ketidakpercayaan pada dirinya sendiri, yang sering kali muncul mengganggu pikirannya.Bayu mengakui dibalik kesuksesannya kariernya itu, ada Pak Rafi, dan Raihan yang selalu membantunya selama ini. Jika bukan karena kejujuran yang Bayu katakan, dan pesan berharga yang
Sejuknya udara malam ini, seperti tidak ingin menyentuh tubuh Bu Shifa. Kelihatannya batin Bu Shifa saat itu sedang diselimuti oleh hawa yang sangat berbeda. Belum apa-apa, kecemburuannya dan pertanyaan-pertanyaan aneh, mulai muncul di kepala Bu Shifa. Tetapi, keyakinan Bu Shifa sudah bulat. Apalagi tujuan utamanya hanya ingin mencari tahu, jawaban apa yang akan Pak Rafi berikan. Supaya batin Bu Shifa bisa merasa tenang. Dan, untuk melakukan rencananya, Bu Shifa perlu waktu yang tepat, agar lebih merasa nyaman saat membicarakan hal itu. Setelah mempertimbangkannya dengan baik, akhirnya, Bu Shifa memilih waktunya, pada saat mereka sedang melakukan perbincangan sebelum tidur. Karena Bu Shifa mendapatkan sebuah kesimpulan, bahwa biasanya saat itu jiwa dan raga Pak Rafi, dalam kondisi yang paling tenang. Dan, perbincangan semacam itu, menjadi salah satu kegiatan yang paling mahal untuk mereka. Apalagi untuk Bu Shifa, yang cuma seorang Ibu rumah tangga, yang rasa