Sore hari sepulang dari kerja, seperti biasanya aku keluar bersama Kina. Kali ini Kina meminta tolong aku untuk ke acara ulang tahun temanya. Kina yang pemalu meminta aku menemani dia, sebelum menjemput Kina aku pulang dahulu untuk mengganti baju yang sesuai dengan acara ulang tahun temannya. Setelah mengganti baju aku bersiap berangkat untuk menjemput Kina, ada tantangan yang harus aku lalui saat menjemput Kina. Aku menjemput Kina dikosnya Sari, saat ini tempat itu adalah salah satu tempat yang paling aku hindari. Meskipun dulu tempat itu sering aku gunakan untuk menghabiskan waktu bersama Sari, tapi saat ini kegiatan itu yang paling aku hindari bersama Sari. Aku mencoba menghubungi Sari untuk memastikan apakah dia sedang berada dikos, tapi untungnya dia sedang ada jam kuliah dikampusnya. Informasi sederhana itu mampu membuat aku merasa jauh lebih nyaman untuk melangkah ke tempat Kina. Aku menyuruh Kina untuk bersiap diteras kosnya sembari aku mulai melakukan perjalanan untuk menje
Pagi hari sebelum matahari terbit dengan sempurna Sari meminta tolong untuk mengantar dia ke terminal gadang, dengan senang hati aku lakukan itu. Aku menjemput Sari dikosnya untuk menuju keterminal, dengan jaket tebal, masker dan celana jeans panjang membuat aku sempat tidak mengenalinya saat di depan kos. Tapi setelah melihat mata indahnya, aku tahu mata itu hanya milik Sari. Kami berjalan santai menuju terminal, menerobos udara dingin pagi di Kota Malang.“Udah sarapan yang?” tanyaku.“Belum yang,” jawab Sari singkat.“Yaudah kita makan dulu ya,” ajakku ke Sari.“Boleh, makan soto ya,” jawab Sari dengan antusias.Aku hanya mengangguk sembari melihat jalanan kira-kira apa ada soto sepagi ini, sampai akhirnya aku menemukan penjual soto dipinggir jalan. Kami berhenti lalu masuk dan makan.“Yang gak mau titip sesuatu buat orang rumah? Tanya Sari sembari makan.“Hmmm.. apa ya yang,” j
“Terimakasih untuk hari ini,”Kalimat itu yang Kina bisikan ditelingaku saat kami berjalan menuju arah pulang, dengan duduk kesamping dan kepala yang bersandar dipundaku. Karena beberapa hari belakangan ini memang sepertinya itu posisi yang paling sering Kina lakukan saat dia aku bonceng.Bersandarlah Kina dipundakku, ini adalah tempat paling aman untukmu sementara ini. Jangan buru-buru bersandar di hatiku, karena masih ada Sari yang menetap di dalamnya. Aku tidak tahu mana diantara kalian yang akan menetap lama, aku hanya bisa mencoba menjaga sebaik mungkin itu semua.Sampai dikos aku langsung merebahkan badanku dikasur sembari membuka ponselku, aku melihat ada 12x panggilan tidak terjawab dari Sari. Setelah itu aku melihat pesan singkat ternyata Sari juga mengirim 6x pesan singkat ke aku secara bertahap.“Selamat malam yang?”“Sedang apa sayang?”“Yaaaahhh.. dicuekin.”“Haaallllloooooooooo&h
Sudah seharian ini Sari tidak membalas telephone dan pesanku, aku tidak tahu apakah masalah sesimpel itu bisa membuat hubungan kami serumit ini, dia mengabaikan aku lebih dari 24 jam. Aku tidak tahu apakah masalah seperti itu cukup fatal dalam sebuah hubungan? Atau memang Sari saja yang terlalu ke kanak-kanakan dan menganggap ini sebagai masalah besar?Saat ini pikiranku tidak mau bermasalah dengan siap saja, aku mulai mencoba dengan tidak memikirkan masalah sederhana karena saat ini masalah terbesarku adalah aku sudah hampir satu tahun merantau di Kota Malang tapi belum ada perubahan yang berarti dalam hidup ini, terutama pendidikan. Seharusnya aku kesini untuk kuliah bukan untuk yang lainya, tapi sekarang kuliah malah menjadi opsi ke tiga dalam pikiranku selain wanita dan pekerjaan.Pagi hari Kina menyapaku dengan suara lembutnya, suara selembut itu mampu memberi motivasi baru dalam pagiku. Aku sadar ada mimpi yang harus terwujud dan ada cinta yang harus tetap aku ra
“Yang.. yang.. yang… ayyoookk,”Ucap Kina sembari menggoyang-goyangkan lenganku, aku merasa terpesona dengan kecantikan Kina malam ini sampai-sampai aku tidak sadar bahwa dia sudah ada didepanku, aku bingung imajinasiku lari kemana saja dari tadi.“Ohhh.. sudah yang, ayok naik yang,” ucapku ke Kina.“Aku sudah naik yang dari tadi,” jawab Kina sembari memukul pundaku.“Oh.. iya iya maaf,” ucapku menahan malu karena kurang konsentrasi.Aku dan Kina mulai berjalan menuju tempat janjian kami disalah satu café di Kota Batu, udara dingin menemani perjalanan kami sepanjang jalan. Beberapa kali Kina menanyakan kecemasanya akan bertemu dengan teman-temanku.“Aku udah cantik belum?” tanya Kina sembari melihat kaca spion motor yang sudah tertuju kepadanya.“Suda,” jawabku singkat sembari fokus ke jalan.“Eh.. beneran? Gak kelihatan jelek dadananku?” tany
Tentang jarak.Aku berfikir jarak hanyalah sebuah batasan visual yang mengghalangi pandangan, hanya sekedar batasan fisik yang tidak mampu saling bertamu. Aku ingat saat dulu Sari hilang begitu saja tanpa kabar, tidak hanya jarak yang menjadi korban tetapi hati yang menjadi tumbal atas ketidak pastian. Tanpa kabar dalam beberapa hari dia fikir itu sesuatu yang mudah. Sampai-sampai aku tidak berhak untuk berkomentar atau sekedar mengutarakan rinduku padanya, seminggu lebih aku berbicara dengan diriku sendiri dan seminggu lebih hatiku mencoba menghibur diri diantara sepi dan ketidak pastian. Sadarkah itu Sari?Saat aku diperlakukan seperti itu aku kira Sari juga mampu menerima perlakukan seperti itu dariku, saat ini aku dan Sari hanya terpisah jarak yang tidak terlalu jauh mungkin hanya sekitar 80 kilometer. Keuntungan Sari dari berpisahan jarak ini adalah dia tahu bahwa aku tetap mencintainya, sedangkan saat aku dulu bahkan tidak berani bermimpi untuk bertemu lagi dan a
Dengan kondisi Pak Sholeh yang masih sakit membuat aku tidak bisa bekerja seperti biasanya, aku hanya bisa menunggu dan berharap Pak Sholeh segera pulih kembali agar aku bisa segera bekerja lagi. Sore hari sepulang kerja, seperti biasanya aku ke kos Kina untuk makan sore dan aku menceritakan kondisiku ini ke Kina tentang Pak Sholeh yang sedang sakit dan dirawat dirumah sakit, tentang aku yang akhirnya harus berhenti kerja untuk sementara waktu.“Yaudah mas mungkin disuruh istirahat dulu,” respon Kina setelah mendengar semua ceritaku.“Tapi gimana ya nanti untuk biaya hidupku?” tanyaku ke Kina.“Tenang aja rezeki uda ada yang atur yang,” jawab Kina dengan tenangnya. Kina mengajaku untuk menjenguk Pak Sholeh dan aku mengiyakan saja, aku pulang ke kos untuk bersiap-siap menjenguk Pak Sholeh.Sampai kos tiba-tiba Agus datang menghampiriku,“Man tadi aku ditelephone Sari?” ucap Agus.“Oh iya? Sari tanya apa?” tanyaku ke Agus dengan penasaran.“Masalah
Secara resmi aku sudah menjadi mahasiswa tahun ini, aku sudah selesaikan semua prosedur pendafataran hari ini. Kampus yang aku tuju sesuai dengan analisa dan masukan dari Kina, aku masuk dikampus STMIK ASIA Kota Malang dengan mengambil jurusan Teknik Informatika dan Desain Grafis. Menurut analisah bodohku seharusnya jurusan ini yang paling mudah, tapi tidak tahu lagi kedepan seperti apa. Kalau analisa dari kemampuan keuangan aku, dari waktu yang bisa disesuaikan dengan jam kerjaku sampai biaya yang cukup terjangkau, meskipun sebenarnya biayanya sama seperti kampus pada umumnya hanya saja disini aku punya waktu bekerja disiang hari, jadi bisalah untuk biaya membayar kuliah dan biaya hidupku disini.Setelah resmi menjadi mahasiswa aku berencana untuk memberi tahu ke pimpinan kantorku bahwa statusku adalah mahasiswa, dengan harapan kantorku bisa sedikit memberikan support kepadaku.Aku melihat pimpinan masuk ke dalam ruangannya, nyaliku naik turun antara masuk atau tetap be
Ini adalah hari pertama aku masuk kuliah, aku mulai menjalani masa orientasi atau ospek dalam bahasa kerennya, hari pertama opsek ini aku terpaksa izin kepada pimpinan kantorku, aku izin sedang tidak enak badan, semoga ucapanku ini tidak menjadi kenyataan. Sebenarnya aku tidak ingin berangkat kesini untuk mengikuti masa orientasi, aku tidak tertarik dengan hiruk pikuk yang tidak jelas seperti ini, dengan keramaian yang tidak terlalu bermanfaat menurutku.Dari SMA kegiatan ospek adalah kegiatan yang paling aku hindari aku tidak pernah perduli dengan kegiatan ini dan kali ini dikampus tentu aku akan lakukan hal yang sama, sebisa mungkin aku akan menghindari ospek. Entah bagaimana caranya, yang terpenting aku bisa terbebas dari acara ini.Berbeda dengan yang lainya saat masuk kampus sudah memiliki beberapa teman atau kenalan, sedangkan aku dikampus hanya sendiri tanpa ada teman atau kenalan sama sekali. Sedikti malas untuk mengikuti acara kampus tetapi juga membuat aku sedi
“Ayo Gim balik,” ucap Vina memecah keheningan.“Oh iyaaa,” jawabku singkat.Suasana memang seperti berbeda saat aku dan Vina beranjak pulang, seolah udara semakin dingin dan cahaya lampu kota yang semakin redup. Mungkin karena perjalanan kali ini kami lalui tanpa ada canda dan tanpa ada tutur kata yang terucap, yang menemani perjalan pulang hanya keheningan dan suara angin malam yang tidak seindah biasanya.“Vin Maaf ya,” ucapku ketika sampai dikos Vina.“Udah gak apa-apa, santai aja. Oh iya aku masuk dulu ya Gim, thanks untuk hari ini,” jawab Vina sembari masuk membuka pagar kosnya.Hmmm.. sepertinya tidak ada yang sedang baik-baik saja dalam keadaan sekarang yang sepertinya serba salah, aku sedang berfikir bagaimana caranya supaya dapat memperbaiki hubunganku dengan Vina yang sepertinya bermasalah.Sepanjang jalan menuju pulang aku mencoba berfikir bagaimana cara memperbaiki hubungan, sampai ditengah p
Selang satu hari setelah aku dan Vina membuat kesepakatan untuk membantu Ezza tanpa sengaja aku melihat Vina sedang asik ngobrol dengan Andhini cewek incaran Ezza, dari jauh aku melihat mereka cukup akrab entah bagaimana cara Vina mendekati Andhini tapi yang terlihat didepan mataku seolah tidak ada rasa kaku dari obrolan mereka berdua.“Giiimmm…,” teriak Vina yang mengetahui kehadiranku.“Siniii Gim,” ucap Vina sembari mengayunkan tanganya.Aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepala sembari berjalan mendekati Vina dan Andhini di lorong kampus.“Kenalin Gim ini temenku,” ucap Vina sembari menarik tanganku.“Ohh.. iy.. iya Vin,” jawabku dengan terkejut karena semudah itu Vina menyuruh aku untuk kenalan dengan Andhini.“Andhini kak,” ucap Andhini sembari menjulurkan tangan kearah aku.“Gim.. Gimman,” jawabku dengan gugup karena jujur ketika melihat And
Dua hari telah berlalu setelah semua yang aku perintahkan ke Ezza, dia datang lagi menghampiriku sembari menceritakan semua informasi yang dia dapat tentang cewek yang dia suka.Cewek malang yang di sukai oleh Ezza itu bernama Andhini Natasya Putri Purnomo dia adalah mahasiswi baru jurusan management bisnis dia berasal dari Kalimantan Utara tempatnya dari Nunukan, Adhini adalah anak pertama dari lima bersaudara, ayahnya adalah seorang penguasaha dan ibunya adalah ibu rumah tangga. Bahkan Ezza juga menceritakan tanggal lahir Andhini lengkap dengan tanggal lahir keluarganya beserta alamat keluarga Andhini tinggal sesuai dengan catatan yang dia bawa.“Wahhhh keren kamu Za bisa tahu sedetail itu,” ucapku memuji data observasi Ezza yang sangat lengkap.“Hehehehe, ini sih gampang Man,” jawab Ezza sembari memegang kerah bajunya.“Eh kamu tahu makanan kesukaan dia gak?” tanyaku dengan antusias.“Enggak,” jawab Ezza
Melihat dari jauh cewek incaran Ezza membuat aku merasa pesimis dan merasa Ezza adalah cowok yang tidak tahu diri karena selera cewek dia yang terlampau tinggi. Cewek incaran Ezza memiliki paras cantik, modis dan terlihat selalu ceria berbanding terbalik dengan Ezza yang cupu, pemalu dan lebih sering murung.“Man giamana bajuku bagus gak?” tiba-tiba Ezza datang di hadapanku dengan baju anehnya.“Hahhh.., Oh Bagus Za,” jawabku dengan singkat.“Gimana Man?” tanya Ezza lagi dengan antusias.“Gimana apanya?” jawabku pura-pura bodoh.“Apa tugas awalku untuk deketin dia?” tanya Ezza dengan percaya diri.Sial sekali, kenapa aku merasa tertekan dengan semangat Ezza untuk punya pacar. Membuat aku harus berfikir bagaimana solusianya supaya Ezza tidak kecewa ke dua kalinya.“Nanti dulu deh Za aku masih cari strategi,” jawabku memasang muka serius.“Oh gitu, oke deh Man kalau
“Gim kamu bisa temenin aku beli baju?”“Gim kamu mau gak nemenin aku cari kado?”“Gim malam ini nongkrong yuk?”“Gim ayo nanti makan malam bareng?”“Gim sibuk gak? Aku bosen,”Itu adalah beberapa contoh ucapan yang semakin sering aku dengar dari mulut Vina dan yang aneh adalah aku mulai menikmati moment itu dan sama sekali tidak merasa keberatan akan hal itu.Sore hari saat aku sedang duduk santai dikedai kopi depan kampus, Vina datang dengan mobilnya dan dia berhenti tepat didepan gerbang kampus. Setelah aku melihat Vina keluar dan ternyata dia keluar dari bangku penumpang, suara gaduh bisikan teman-teman yang ada disekitarku membuat aku kurang begitu fokus tapi sekilas aku lihat mobil Vina dikemudikan oleh seorang cewek, karena perawakanya yang putih dan berambut panjang.Untunglah yang memakai mobil Vina bukan cowok, sehingga membuat mentalku masih tetap terjaga untuk sedikit berharap d
Semenjak aku meminjam uang Vina hubungan kami semakin dekat, aku merasa harus terus bersikap baik dengan Vina supaya tidak di anggap orang yang tidak tahu balas budi. Meskipun sebelumnya aku juga baik dengan Vina, tapi setelah kebaikan Vina aku merasa harus lebih baik lagi.Beberapa hari ini aku semakin sering di ajak keluar oleh Vina entah hanya sekedar makan atau nongkrong sampai larut malam, aku tidak tahu alasan Vina yang semakin sering mengajak aku untuk keluar. Antara dia tahu aku tidak akan menolak ajakanya karena aku punya hutang atau memang tidak ada pilihan lain selain aku.“Gim nanti kamu kuliah sampai jam berapa?” tanya Vina ketika kami bertemu diparkiran kampus.“Hmmm.. cuma sampai jam enam sore aja Vin, kenapa?” jawabku sembari bertanya balik.“Ayo nanti sore kita nonton,” ajak Vina dengan antusias.“Haahh.. nanti?” tanyaku memastikan.“Iya nanti malam, bisa ya?” jawab Vina dengan
Hari demi hari mulai berlalu, aku masih belum mendapatkan tambahan uang satu juta untuk biaya semesteran kuliah aku. Kepala sudah mulai semakin tegang lagi karena waktu yang semakin terbatas, ada satu solusi yang sepertinya akan aku pakai. Tapi mungkin solusi ini cukup beresiko, aku berencana meminjam uang perusahaan untuk tambahan uang semesteran, mungkin ini sangat beresiko tapi bagaimana lagi aku sudah tidak punya solusi lagi untuk mencari dana tambahan.Ketika pimpinan datang aku mencoba mengawasi raut wajahnya, apakah sedang dalam kondisi senang atau dalam kondisi yang kurang baik. Setelah aku perhatikan seharian ini sepertinya pimpinan dalam kondisi kurang baik karena tidak ada senyum sama sekali sepanjang hari, sehingga aku memutuskan untuk mengurungkan niatku berbicara hari ini.Dikampus teman-temanku sibuk dan mengeluh masalah tugas dan pembelajaran sedangkan aku masih harus sibuk dengan bayar kuliah, tapi beruntungnya aku punya teman-teman yang sangat paham denga
Sore ini aku menunggu jam kuliah dengan Vina dikantin kampus, entah kenapa memang beberapa jadwal kami sering bersama.“Man kamu punya pacar?” tanya Vina tiba-tiba kepadaku.“Enggak, kenapa?” jawabku sembari bertanya balik.“Oh.. enggak apa-apa,” ucap Vina singkat.Iya aku dan Vina semakin hari memang semakin dekat, aku tidak tahu apakah ini proses pendekatan atau memang proses pertemanan kami yang seperti ini. Aku merasa memang Vina menaruh rasa denganku, salah satunya selain seringnya kami chat bersama sampai larut malam Vina juga tidak pernah nolak kalau aku ajak keluar, entah hanya nongkrong tidak jelas atau berhubungan dengan dunia model. Beberapa temanku sampai penasarana dengan hubungan aku dan Vina, temanku Ryan pernah bertanya tentang hubungan kami.“Kamu beneran gak ada hubungan apa-apa sama Vina?” tanya Ryan saat kami nongrkong berdua.“Hmmm enggak ada,” jawabku singkat.“
Aku mulai menjalani dunia baruku di dunia model, tapi kehidupanku yang lain masih sama tentang pekerjaan dan kuliah tidak pernah tergantikan. Yang sedikit berbeda adalah aku sekarang ke kampus dengan motor sport yang gagah berbeda dengan bulan lalu aku datang ke kampus dengan motor tuaku. Aku sangat bangga dengan motor yang baru aku beli, bukan hanya karena model yang bagus tapi juga motor ini aku beli dari jerih payahku. Ehhh.. tapi tunggu dulu, motor ini belum lunas, bahkan aku belum mengawali cicilan pertama, jadi mungkin motor ini belum sepenuhnya menjadi miliki. Jadi aku ganti alasanku bangga adalah karena motor ini keren dan cocok dengan apa yang aku mau, aku merasa hampir setiap perjalanan cewek-cewek melihatku dengan motor baru dengan rasa kagum. Entah itu kenyataan atau hanya aku saja yang terlalu percaya diri, tapi aku mulai menikmati semua itu. Heheheh.. Setiap hari aku cuci motorku sampai tidak ada noda tersisa, kotor sedikit langsung aku bersihkan bahkan hampir se