Ini adalah hari pertama aku masuk kuliah, aku mulai menjalani masa orientasi atau ospek dalam bahasa kerennya, hari pertama opsek ini aku terpaksa izin kepada pimpinan kantorku, aku izin sedang tidak enak badan, semoga ucapanku ini tidak menjadi kenyataan. Sebenarnya aku tidak ingin berangkat kesini untuk mengikuti masa orientasi, aku tidak tertarik dengan hiruk pikuk yang tidak jelas seperti ini, dengan keramaian yang tidak terlalu bermanfaat menurutku.
Dari SMA kegiatan ospek adalah kegiatan yang paling aku hindari aku tidak pernah perduli dengan kegiatan ini dan kali ini dikampus tentu aku akan lakukan hal yang sama, sebisa mungkin aku akan menghindari ospek. Entah bagaimana caranya, yang terpenting aku bisa terbebas dari acara ini.
Berbeda dengan yang lainya saat masuk kampus sudah memiliki beberapa teman atau kenalan, sedangkan aku dikampus hanya sendiri tanpa ada teman atau kenalan sama sekali. Sedikti malas untuk mengikuti acara kampus tetapi juga membuat aku sedi“Yang hari Rabu besok aku balik ke Malang, bisa jemput aku diterminal?”Itu adalah pesan dari Sari malam ini dihari Sabtu, ternyata sudah hampir dua bulan aku dan Sari menjalin hubungan jarak jauh. Aku merasa waktu berlalu sangat cepat sekali, entah karena ada kesibukan atau karena ada Kina. Aku merasa sedikit tidak nyaman dengan kabar kehadiran Sari lagi, aku tidak tahu apakah menjadi sebuah kesalahan bila aku berfikir seburuk itu? Harusnya kehadiran Sari adalah pelepas rinduku, tapi entah kenapa aku tidak terlalu berminat untuk saat ini bertemu dengan Sari. Sebenarnya kalau ingin jujur aku hanya tidak ingin di ganggu saja hubungan aku dengan Kina atas kembalinya Sari.Malam ini aku bertemu dengan Kina, ingin sekali aku mengajak Kina pindah ke kos lain yang jauh dari Sari. Kalian pasti tahu alasanku merencankan itu, iya supaya hubungan aku dan Kina bisa tetap berjalan dengan baik tanpa di ganggu Sari.Dikos Kina dia sudah menyiapkan makan malam untukku,
“Ayo kita cari kos lagi yang,” ajaku ke Kina melalui telephone.“Kapan?” tanya Kina terkejut.“Sepulang aku kerja ya,” jawabku penuh semangat.“Hmmmm.. Iya yang,” jawab Kina dengan nada pasrah.Sepulang kerja aku langsung menjuju kos Kina untuk mengajak dia mencari tempat kos baru, aku dan Kina mulai berkeliling jalanan disekitaran Universitas Brawijaya untuk mulai mencari lagi tempat yang kira-kira cocok untuk Kina tinggal. Sudah beberapa tempat yang kami kunjungi, tapi Kina masih merasa tidak cocok dengan semua kos yang kita datangi. Sampai akhirnya larut malam aku dan Kina masih belum menemukan apa-apa dan kami memutuskan kembali ke kos.Kali ini kau tidak terlalu pusing dan panic karena mungkin aku tahu Sari tidak akan datang dalam waktu dekat.“Kenapa sih senyum-senyum mulu dari tadi?” tanya Kina dengan memandangku.“Hehehehe….,” aku hanya menjawab dengan senyum
Kamu kemana Kina?Itu adalah pertanyaan hatiku atas kepergian Kina dalam beberapa hari ini, tanpa kabar dan tanpa pesan seolah kamu lupa ada orang yang meski telah mengecewakanmu tapi dia juga merindukanmu dengan setulus hatinya. Sadarkah kepergianmu menjadi bejanda dalam hatiku yang aku gunakan untuk menampuk air mata penyesalanku atas kebodohanku mengecewakanmu. Kamu kenapa Kina?Mungkin itu adalah pertanyaan bodoh yang kedua yang aku tanyakan ke dalam hatiku sendiri, aku tahu Kina pasti kecewa dan marah kepadaku. Tapi aku ingin meminta kesempatan untuk memberikan penjelasan terkait semua kesalahanku ini.Aku beberapa kali mencoba menghubungi Kina mulai dari telephone sampai dengan mengirim pesan singkat, dari malam pagi sampai siang ini tapi nyatanya semua sama sekali tidak mendapatkan respon dari Kina.Sepulang kerja aku mencoba mendatangi kosnya tapi kata penjaga kos Kina keluar sejak pagi hari, kemana dia? Sama siapa? penjaga kos seolah bungkam enggan
Kina menepati janjinya dengan menerima aku sore ini, sepulang kerja aku langsung menuju kos Kina dengan penuh semangat. Seperti biasanya saat bersama Kina di kosnya makanan sudah tersedia di meja, dengan lahap aku menghabiskan satu persatu makanan itu. Kina hanya memandangi aku dengan senyum kecil sembari mata indahnya berbinar seolah ada harapan yang terpendam dari tatapan matanya."Kenapa lihat aku kayak gitu?" tanyaku sembari mengunyah makanan."Gak apa-apa sayang, sehat-sehat ya," jawab Kina sembari tersenyum kecil dan mengelus bahuku.Hampir seminggu aku membagi waktu dengan empat hal yang aku anggap adalah sebuah mimpi, kuliah, bekerja, Kina dan Sari. Meskipun saat ini dengan Sari aku mulai jarang bertemu tapi aku anggap semua berjalan dengan baik tanpa ada masalah berarti, sempat aku berfikir meninggalkan Sari saja sebelum semuanya terbongkar dan membuat Sari kecewa dan marah karena telah aku duakan. Tapi setiap aku bertemu dengan Sari, rasa sayang itu selalu m
Setelah hampir seminggu aku tidak bertemu dengan Kina, hari ini aku mencoba memberanikan diri bertemu dengan dia. Ada sedikit rasa cemas dan takut kalau nanti Kina bertanya tentang perihal yang sama. Aku sampai didepan dikos Kina, dia telah menunggu aku didepan teras sembari membaca sebuah buku.“Kemana aja kok jarang kesini?” tanya Kina mengawali perbincangan.“Hehehehe.. maaf aku banyak kerjaan,” jawabku mencari alasan.“Gimana kuliahnya? Menyenangkan?” tanya Kina dengan senyum ke ibuannya.“Lancar dan menyenangkan yang,” jawabku dengan canggung.Kami menghabiskan waktu ngobrol bersama tanpa ada pertanyaan dari Kina masalah pernikahan, aku berfikir mungkin beberapa hari yang lalu dia hanya sedang dilema saja sehingga dia menanyakan tentang pernikahan itu.Untunglah semua berjalan kembali normal, Kina dan Sari masih bersamaku sampai saat ini. Sebulan lebih tidak ada masalah berarti dalam hubungan ka
Bapak-bapak satpol PP dengan badan besar dengan seragam kebesaranya datang ke tempat kami, kami hanya tersenyum sembari duduk selayaknya menyambut tamu yang datang.“Selamat malam mas,” ucap Pak satpol menyapa kami.“Iya pak, silahkan duduk, mau pesan apa?” jawab Rizal dengan ramah.“Kami tidak mau pesan, kami kesini mau menertibkan lokasi sekitar sini supaya lebih bersih,” jawab bapak tersebut.“Terus?” tanya kami dengan muka bodoh.“Tempat mas jualan ini tidak memiliki izin dan berada ditempat terlarang untuk mendirikan bangunan,” jawab pak satpol.“Terus?” tanya kami lagi.“Mas ini baru?” tanya salah satu satpol yang disebalahnya.“Iya pak hehehe..,” jawabku sembari tersenyum.Ada beberapa pertanyaan dari satpol PP tentang jualan kami dan kami menjawab sesuai dengan apa yang kami lakukan. Kami juga menceritakan kalau sudah seminggu lebih dis
Setelah gagal dalam membangun usaha, kini aku tidak tahu harus berbuat apa lagi saat kondisiku tidak punya apa-apa. Jangankan berbicara masalah modal, uang untuk makan besok saja aku tidak ada.Saat aku membuka isi dompet hanya tersisa kurang dari 50.000 dimana mungkin itu hanya cukup untuk membeli bensin selama seminggu, dengan beberapa kopi sachet dan mie instan sisa jualan yang kita bagi dengan rata, semua itu harus aku manfaatkan dengan baik sampai akhirnya gajian.Aku bukan orang yang suka terlihat susah didepan orang lain jadi aku tidak mungkin meminjam uang ke sahabatku Agus, bahkan aku tidak mau menceritakan ini ke Agus. Satu-satunya orang yang tahu kondisiku saat ini adalah hanya Kina saja, itupun karena dia tanya tentang uang yang aku punya saat aku cerita warung habis dibubarkan sama satpol PP.“Yaudah gak apa-apa, yang penting kamu selamat dan sehat yang,” ucap Kina menasehati aku setelah mendengar ceritaku.“Iya yang,” jawabku
Sesuai dengan apa yang disuruh oleh Kina, sepulang kerja aku langsung menuju kos nya untuk bertemu dengan Rahma. Jujur aku tidak tahu bagaimana wajah Rahma, karena aku tahu Rahma hanya dari cerita Kina saja. Sesampainya di kos aku melihat ada cewek duduk di teras sembari bermain ponsel, Aku mencoba memberanikan diri untuk menyapa dan bertanya tentang Rahma.“Permisi maaf mengganggu, disini ada yang namanya Mbak Rahma?” tanyaku dengan malu-malu.“Oh.. iya saya Rahma, mas siapa ya?” tanya Rahma balik.“Saya pacarnya Kina, katanya ada titipan buat saya ya mbak?” tanyaku ke Kina.“Iya ada mas, ini titipan buat mas dari Kina,” ucap Rahma sembari memberikan tote bag warna coklat muda kepadaku.“Maaf apa ya ini isinya?” tanyaku penasaran.“Gak tau mas, Kina gak kasih tahu, yaudah aku permisi masuk dulu ya,” jawab Rahma sembari berlalu pergi.Aku hanya diam mematung dengan respon Rahma