Semenjak aku meminjam uang Vina hubungan kami semakin dekat, aku merasa harus terus bersikap baik dengan Vina supaya tidak di anggap orang yang tidak tahu balas budi. Meskipun sebelumnya aku juga baik dengan Vina, tapi setelah kebaikan Vina aku merasa harus lebih baik lagi.
Beberapa hari ini aku semakin sering di ajak keluar oleh Vina entah hanya sekedar makan atau nongkrong sampai larut malam, aku tidak tahu alasan Vina yang semakin sering mengajak aku untuk keluar. Antara dia tahu aku tidak akan menolak ajakanya karena aku punya hutang atau memang tidak ada pilihan lain selain aku.“Gim nanti kamu kuliah sampai jam berapa?” tanya Vina ketika kami bertemu diparkiran kampus.“Hmmm.. cuma sampai jam enam sore aja Vin, kenapa?” jawabku sembari bertanya balik.“Ayo nanti sore kita nonton,” ajak Vina dengan antusias.“Haahh.. nanti?” tanyaku memastikan.“Iya nanti malam, bisa ya?” jawab Vina dengan“Gim kamu bisa temenin aku beli baju?”“Gim kamu mau gak nemenin aku cari kado?”“Gim malam ini nongkrong yuk?”“Gim ayo nanti makan malam bareng?”“Gim sibuk gak? Aku bosen,”Itu adalah beberapa contoh ucapan yang semakin sering aku dengar dari mulut Vina dan yang aneh adalah aku mulai menikmati moment itu dan sama sekali tidak merasa keberatan akan hal itu.Sore hari saat aku sedang duduk santai dikedai kopi depan kampus, Vina datang dengan mobilnya dan dia berhenti tepat didepan gerbang kampus. Setelah aku melihat Vina keluar dan ternyata dia keluar dari bangku penumpang, suara gaduh bisikan teman-teman yang ada disekitarku membuat aku kurang begitu fokus tapi sekilas aku lihat mobil Vina dikemudikan oleh seorang cewek, karena perawakanya yang putih dan berambut panjang.Untunglah yang memakai mobil Vina bukan cowok, sehingga membuat mentalku masih tetap terjaga untuk sedikit berharap d
Melihat dari jauh cewek incaran Ezza membuat aku merasa pesimis dan merasa Ezza adalah cowok yang tidak tahu diri karena selera cewek dia yang terlampau tinggi. Cewek incaran Ezza memiliki paras cantik, modis dan terlihat selalu ceria berbanding terbalik dengan Ezza yang cupu, pemalu dan lebih sering murung.“Man giamana bajuku bagus gak?” tiba-tiba Ezza datang di hadapanku dengan baju anehnya.“Hahhh.., Oh Bagus Za,” jawabku dengan singkat.“Gimana Man?” tanya Ezza lagi dengan antusias.“Gimana apanya?” jawabku pura-pura bodoh.“Apa tugas awalku untuk deketin dia?” tanya Ezza dengan percaya diri.Sial sekali, kenapa aku merasa tertekan dengan semangat Ezza untuk punya pacar. Membuat aku harus berfikir bagaimana solusianya supaya Ezza tidak kecewa ke dua kalinya.“Nanti dulu deh Za aku masih cari strategi,” jawabku memasang muka serius.“Oh gitu, oke deh Man kalau
Dua hari telah berlalu setelah semua yang aku perintahkan ke Ezza, dia datang lagi menghampiriku sembari menceritakan semua informasi yang dia dapat tentang cewek yang dia suka.Cewek malang yang di sukai oleh Ezza itu bernama Andhini Natasya Putri Purnomo dia adalah mahasiswi baru jurusan management bisnis dia berasal dari Kalimantan Utara tempatnya dari Nunukan, Adhini adalah anak pertama dari lima bersaudara, ayahnya adalah seorang penguasaha dan ibunya adalah ibu rumah tangga. Bahkan Ezza juga menceritakan tanggal lahir Andhini lengkap dengan tanggal lahir keluarganya beserta alamat keluarga Andhini tinggal sesuai dengan catatan yang dia bawa.“Wahhhh keren kamu Za bisa tahu sedetail itu,” ucapku memuji data observasi Ezza yang sangat lengkap.“Hehehehe, ini sih gampang Man,” jawab Ezza sembari memegang kerah bajunya.“Eh kamu tahu makanan kesukaan dia gak?” tanyaku dengan antusias.“Enggak,” jawab Ezza
Selang satu hari setelah aku dan Vina membuat kesepakatan untuk membantu Ezza tanpa sengaja aku melihat Vina sedang asik ngobrol dengan Andhini cewek incaran Ezza, dari jauh aku melihat mereka cukup akrab entah bagaimana cara Vina mendekati Andhini tapi yang terlihat didepan mataku seolah tidak ada rasa kaku dari obrolan mereka berdua.“Giiimmm…,” teriak Vina yang mengetahui kehadiranku.“Siniii Gim,” ucap Vina sembari mengayunkan tanganya.Aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepala sembari berjalan mendekati Vina dan Andhini di lorong kampus.“Kenalin Gim ini temenku,” ucap Vina sembari menarik tanganku.“Ohh.. iy.. iya Vin,” jawabku dengan terkejut karena semudah itu Vina menyuruh aku untuk kenalan dengan Andhini.“Andhini kak,” ucap Andhini sembari menjulurkan tangan kearah aku.“Gim.. Gimman,” jawabku dengan gugup karena jujur ketika melihat And
“Ayo Gim balik,” ucap Vina memecah keheningan.“Oh iyaaa,” jawabku singkat.Suasana memang seperti berbeda saat aku dan Vina beranjak pulang, seolah udara semakin dingin dan cahaya lampu kota yang semakin redup. Mungkin karena perjalanan kali ini kami lalui tanpa ada canda dan tanpa ada tutur kata yang terucap, yang menemani perjalan pulang hanya keheningan dan suara angin malam yang tidak seindah biasanya.“Vin Maaf ya,” ucapku ketika sampai dikos Vina.“Udah gak apa-apa, santai aja. Oh iya aku masuk dulu ya Gim, thanks untuk hari ini,” jawab Vina sembari masuk membuka pagar kosnya.Hmmm.. sepertinya tidak ada yang sedang baik-baik saja dalam keadaan sekarang yang sepertinya serba salah, aku sedang berfikir bagaimana caranya supaya dapat memperbaiki hubunganku dengan Vina yang sepertinya bermasalah.Sepanjang jalan menuju pulang aku mencoba berfikir bagaimana cara memperbaiki hubungan, sampai ditengah p
Namaku Wagiman, tidak ada nama panggilan khusus karena namaku hanya terdiri dari 1 kata. Kata bapak nama Wagiman memiliki arti yang sangat mendalam yaitu laki-laki yang lahir di hari wage. Mungkin kalian bingung mana ada hari wage? Di jawa ada kalender pasar seperti pon, legi, wage sampai kliwon. Mungkin diantara semua nama tersebut hanya kliwon yang cukup banyak orang bicarakan. Karena banyak film horror yang menggunakan kliwon sebagai tambahannya. Contohnya seperti misteri malam jumat kliwon dan lain sebagainya. Ada banyak orang jawa yang namanya memiliki unsur kalender jawa atau pasaran jawa, contohnya seperti Poniman, Legiman untuk cowok dan Poniti, Wagiati untuk cewek. Mungkin kalau dulu bapak suka kalender yang umum dan aku lahir dihari minggu mungkin namaku akan menjadi Mingguman bukan Wagiman. Nama yang diberikan bapak tidak ada doa spesifik seperti anak zaman sekarang, yang biasanya kelak akan menjadi anak sholeh, menjadi anak yang sukses atau yang lainnya. Bapak memb
Besok adalah hari dimana aku akan memulai petualangan baru. Aku bersama Agus akan pergi ke Kota Malang. Sebenarnya aku juga masih tinggal di Malang hanya saja aku tinggal di Kabupaten Malang di mana apabila ingin ke kota harus menempuh perjalanan kurang lebih 3 sampai 4 jam menggunakan sepeda motor. Malam hari sebelum berangkat, aku datang ke rumah Agus untuk memastikan persiapan dia untuk besok. Dari kejauhan aku sudah melihat Agus duduk di teras rumahnya.“Woiii… Gus gimana?” Teriakku dari kejauhan yang membuat Agus kaget.“Hah… gimana apanya?” Jawab Agus sambil memegang dadanya karena terkejut.“Kita kan besok berangkat ke kota Gus!” Jawabku sangat antusias.“Waduh.. Aku gak bisa ikut man, aku gak mungkin dapat izin dari bapakku. Tahu sendiri kan aku harus bantu rawat ternak sama sawahnya bapak.” Jawab Agus sambil gelisah.“Coba izin dulu lah Gus, masak belum dicoba udah gak b
Sabtu pagi dengan persiapan yang sudah lengkap, aku datang kerumah Agus. Tidak lupa aku berpamitan kepada orang tuaku.“Pak.. bu.. aku berangkat ya..” Ucapku sambil mencium tangan kedua orang tuaku.Mata ibuku terlihat berkaca-kaca, sedangkan ayahku biasa saja tapi yang menyebalkan adalah kedua adikku yang tidak peduli. Mereka lebih memilih asik bermain.“Iya man jaga diri di tempat orang, semoga sukses..” Jawab Bapakku.“Iya lee.. makan yang banyak, jangan tidur terlalu malam, kalau uangmu habis kabari..” Ucap Ibuku sedih.Aku berangkat menjemput Agus. Tampak dari kejauhan tidak terlihat Agus dan pintu rumahnya tertutup rapat.“Assalamuallaikum.. Guss.. Aguuss…” Teriakku di depan pintunya.“Wallaikumsallam Iya tunggu..” Terdengar suara Ibu Agus dari dalam.“Owalah giman… duduk man, Agus masih tidur, biar ibu bangunin dulu.” Ucap Ibu Agus sambil menuju kamar.