Home / Romansa / Wagiman / Alkisah

Share

Alkisah

Author: achmad irawan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sabtu pagi dengan persiapan yang sudah lengkap, aku datang kerumah Agus. Tidak lupa aku berpamitan kepada orang tuaku.

“Pak.. bu.. aku berangkat ya..” Ucapku sambil mencium tangan kedua orang tuaku.

Mata ibuku terlihat berkaca-kaca, sedangkan ayahku biasa saja tapi yang menyebalkan adalah kedua adikku yang tidak peduli. Mereka lebih memilih asik bermain.

“Iya man jaga diri di tempat orang, semoga sukses..” Jawab Bapakku.

“Iya lee.. makan yang banyak, jangan tidur terlalu malam, kalau uangmu habis kabari..” Ucap Ibuku sedih.

Aku berangkat menjemput Agus. Tampak dari kejauhan tidak terlihat Agus dan pintu rumahnya tertutup rapat.

“Assalamuallaikum.. Guss.. Aguuss…” Teriakku di depan pintunya.

“Wallaikumsallam Iya tunggu..” Terdengar suara Ibu Agus dari dalam.

“Owalah giman… duduk man, Agus masih tidur, biar ibu bangunin dulu.” Ucap Ibu Agus sambil menuju kamar.

“Oh iya Bu.. Maturnuwun (Terimakasih)” Jawabku singkat.

Selang beberapa menit Agus keluar dari kamar dengan wajah kusamnya.

���Ada apa man?” Tanya Agus dengan santainya.

“Ada apa apanya?” Tanyaku balik.

“Kamu kesini pagi-pagi ngapain man?” Tanya dia dengan judes.

“Lah.. Gus kita kan udah janjian mau ke kota..!!!!” Jawabku kaget.

“Astaghfirullah man, aku lupa..” Jawab Agus kaget.

“Heh. Man kamu serius? Aku gak boleh sama bapakku man..” Ucap Agus mulai panik.

“Aku udah izin ke bapak ibuku Gus. Semua baju dan barang-barangku sudah di tas ini, masak iya aku harus balik..” Jawabku meyakinkan Agus.

Kami berdua mulai gelisah berfikir untuk mendapatkan jalan tengahnya.

“Man kamu berangkat sendiri aja ya..” Ucap Agus seolah-olah itu solusi.

“Gak bisa Gus…” Jawabku singkat.

“Hallah masak gak berani man, udah gede juga..” Ucap Agus.

“Bukan masalah berani apa enggak Gus. Aku kan izin berangkatnya sama kamu. Kalau aku berangkat sendiri berarti aku bohong sama orang tuaku..” Jawabku dengan raut sedih.

“Owalah gitu ya..” Ucap Agus sambil terlihat berfikir, meskipun aku tidak yakin dia bisa berfikir.

Di tengah-tengah kami berfikir agar bisa berangkat tiba-tiba Ibu Agus membawakan kami kopi dan pisang goreng.

“Dimakan dulu le..” Ucap Ibu Agus sambil menyajikan makanan.

“Man makan dulu man, biar bisa mikir..” Sahut Agus dengan pisang goreng ditangannya.

“Mikir apa kalian le?” Tanya Ibu Agus tiba-tiba.

“Ini Bu Giman mau ngajak aku ke kota buat kerja..” Jawab Agus sambil mengunyah.

“Hehehe..” Responku hanya cengengesan saja sambil membatin “Sial Agus balas dendam ini..”

“Owalah man.. Agus sudah ada kerjaan di rumah. Nanti kalau Agus pergi bapaknya kerepotan man. Tahu sendiri bapak sama ibu juga sudah tua man.” Ucap Ibu Agus dengan nada memelas dan di situ aku melihat muka Agus sangat tengil.

“Tidak ngajak kerja kok bu.. cuma minta anter aja bu. Agus kemaren janji mau nganter ke kota, soalnya kalau tidak sama Agus bapak ibuku tidak kasih izin..” Ucapku ikut memelas.

“Owalah gitu, yaudah Gus anterin Giman dulu ke kota. Kamu ini udah janji kok malah gak mau nepatin Gus..” Ucap ibu Agus berbalik menyuruh Agus.

“Hhaahh? Iya Bu…” Jawab Agus singkat.

Agus sejatinya anak yang sangat berbakti kepada orang tuanya. Semua perintah bapak ibunya pasti akan dituruti apalagi ibunya. Aku cukup kenal dekat dengan Ibu Agus. Karena dulu saat SMP sering minta makan, minta tolong ambilkan rapot bahkan kalau ada masalah di sekolah yang ku jadikan orang tua angkatku pasti Ibu Agus. Karena memang beliau orang yang sangat sabar dan mengayomi. Karena kalau orang tuaku sampai tahu tentang masalahku di sekolah pasti sudah habis babak belur aku dipukuli bapakku. 

Aku menunggu hampir 1 jam hanya untuk menunggu Agus siap-siap. Karena ternyata dia belum memiliki persiapan apapun dari kemaren. Dia masih tidak yakin akan keseriusanku untuk cari kerja ke kota. Aku menunggu sambil dengerin cerita Ibu Agus tentang keluarganya bahkan, kisah-kisah masa lalu mereka. Satu jam aku ngobrol sama ibu Agus, aku sudah tahu silsilah keluarga Agus. Mungkin kalau aku ngobrol 2 atau 3 jam lagi aku bakal diangkat jadi anak.

 Beberapa saat kemudian, Agus keluar dengan membawa tas kecil.

“Ayo Man..” Ajak Agus semangat.

“Sudah gus bawa itu aja..?” Tanyaku.

“Iya Man kan aku Cuma 2 atau 3 hari aja di Malang.” Jawab Agus.

“Bu.. aku berangkat dulu nganter Giman ke kota. Selasa atau Rabu aku pulang, pamitin ke bapak ya bu..” Agus berpamitan kepada Ibunya disusul aku yang ikut pamit sembari cium tangan Ibunya kebetulan saat itu bapak Agus sedang berada di sawah.

“Iya le.. hati-hati di jalan. Semoga Giman dapat kerjaan yang bagus..” Ucap Ibu Agus mendoakan.

“Amiiiinn..” Jawabku sama Agus.

Kami berangkat menggunakan motor. Perjalanan kami membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam itu juga paling cepet. Karena di kampung kami tidak ada transpotasi umum, ada juga hanya ojek. Di mana dari pangkalan ojek ke kampung kurang lebih 5 km. Aku tidak bertanya ke Agus nanti pulangnya pakai apa setelah mengantarku. Karena kami berangkat menggunakan motorku. Aku takut nanti ketika aku tanya dia berubah pikiran setelah tahu dia harus pulang sendiri. Di sepanjang perjalanan kami ngobrol banyak hal. Mulai dari bola sampai tentang Sari. Tentu yang paling banyak adalah tentang Sari karena rumah Agus dan Sari hanya berjarak kurang lebih 300 meter. Jadi pasti Agus tahu banyak tentang dia. Agus adalah satu-satunya teman yang aku ceritakan tentang Sari. Karena rumah dia yang dekat, dan Agus juga bukan tipe orang yang suka membully tapi sebaliknya dia selalu jadi bahan bullying

“Gimana ya Gus kabar Sari?" Tanyaku mengawali membahas Sari.

“Katanya dia kuliah di Universitas brawijaya Man?” Jawab Agus singkat.

“UB kan mahal ya Gus?” Tanyaku.

“Gak tau Man..” Jawab Agus.

“Mungkin dia ikut beasiswa ya Gus..??” Tanyaku lagi.

“Gak tau Man..” Agus mengulang jawaban yang sama.

“Kalau bayar mandiri juga bisa ya? Kan Pak Rois pegawai negeri.” Jawabku sendiri.

“Gak tau Man..” Agus mengulang jawaban yang sama lagi.

Agus sama sekali tidak paham tentang kuliah. Yang dia tahu kalau kuliah nanti bakal mikir lagi, belajar lagi dan keluar biaya lagi.

“Semua gak tau! Taumu apa Gus!!!” Ucapku sewot.

“Sari semakin cantik Man.. Hehehe.” Jawab Agus cengengesan.

“Hehehe.. iya Gus, aku juga mikir gitu.” Sahutku.

“Tahu dari mana kamu Man?” Tanya Agus penasaran, karena sudah hampir 4 bulan setelah lulus dia tahu kalau aku tidak pernah ketemu dengan Sari.

“Kisahnya mungkin sudah pergi, orangnya juga sudah berlari, tapi bayangannya masih di hati Gus..” Jawabku dengan yakin.

“Massook Mannn..!!! Heh.. Maann apa gara-gara Sari kamu mau kuliah?” Tanya Agus sangat antusias.

“Bisa jadi Gus, Hehehe..” Jawabku sedikit malu.

“Owalah bocah bodoh man.. man.. aneh.. aneh aja..” Ucap Agus sambil memukul helm yang aku pakai.

Tidak ada yang tahu memang ada Sari di balik alasanku untuk kuliah. Hanya Agus saja yang tahu, itupun tidak sepenuhnya benar. Untuk sekarang aku sudah mulai berfikir lain, tidak hanya sekedar karena ingin menujukkan ke guruku dan Sari, tapi karena aku ingin memiliki pengalaman yang berbeda dari keluargaku. Aku ingin memiliki wawasan yang berbeda dari keluargaku.

Setelah hampir 4 jam kita melakukan perjalanan, akhirnya kami sampai di kota Malang. Terakhir aku datang ke Malang 3 bulan yang lalu untuk ikut tes beasiswa kuliah. Aku terpaksa bolak-balik pulang pergi karena ingin ikut tes kuliah sedangkan saat itu aku pamit ke orang tuaku untuk pergi bermain, jadi tidak memungkinkan untuk aku menginap. Sedangkan untuk Agus terakhir ke Malang adalah 3 tahun yang lalu sehingga dia sedikit terkejut dengan perubahan pembangunan Kota Malang yang cukup pesat. Terlihat dari kaca spion motorku, dia terlihat tengak-tengok saja dengan keramaian dan kemacetan Kota Malang.

Related chapters

  • Wagiman   Perjalanan Awal

    Aku mengajak Agus berkeliling kota Malang, mulai melihat tugu kota Malang, Alun-alun kota sampai tempat perbelanjaan. Dia terlihat takjub dengan keramain kota Malang karena dikampung kita kegiatan yang membuat ramai adalah hajatan tetangga atau pemilihan kepala desa, itupun tidak seperti di Kota yang hampir setiap waktu pasti ramai dengan aktivitas orang.“Man.. Kita mau kemana setelah ini?” Tanya Agus.“Kita ketemenku aja ya Gus..” Jawabku singkat.“Siapa Man? Kamu gak ada saudara di Malang?” Tanya Agus.“Ada Gus tapi jangan kesana, nanti kita tidak bisa bebas main.” Jawabku sambil memperhatikan jalan.“Oh.. iya.. ya..” Ucap Agus singkat.Rencananya aku akan ajak ketempat temanku yang aku kenal saat tes beberapa bulan yang lalu, namanya adalah devi kebetulan dia sangat beruntung bisa diterima dan berhasil masuk ke Universitas Negeri Malang atau biasa disingkat UM dengan jalur bidik misi. Aku s

    Last Updated : 2024-10-29
  • Wagiman   Cinta Pertama Agus

    Gemuruh kenalpot sepedah motor membangunkan tidurku di pagi hari, hati cukup jengkel kenapa ada orang yang menyalakan motor sekencang ini, aku mencoba membuka dan baru tersadar bahwa ternyata aku tidur tidak dikamarku yang dikampung, dimana jarak jalan yang biasa dilewati kendaraan bermotor hampir 100 meter lebih jadi suara kenalpot sekeras apapun tidak akan membangunkan aku, kecuali temanku sendiri, sedangkan disini tepat dijendela yang jaraknya hanya 3 meter sudah lalu-lalang motor berjalan.Aku bangun dan mencari Agus, karena saat aku periksa diseluruh ruangan kos tidak aku temukan panampakan Agus. Akhirnya aku pergi mandi, yang keren dari kos ku ini dia pakai shower jadi aku berasa hujan-hujanan apabila mandi, tidak seperti dikampung yang harus menimba air dulu untuk mandi. Setelah aku selesai mandi aku bersiap untuk keluar mencari sarapan, sepertinya tidak terlalu jauh karena kemaren aku melihat sepanjang jalan banyak warung berjejer jadi aku memutuskan tidak mengunci ka

    Last Updated : 2024-10-29
  • Wagiman   Multilevel

    Seminggu sudah aku bersama Agus di kota Malang menjadi pengganguran ditempat orang, aku belum mendapatkan pekerjaan dan Agus juga sama belum mendapatkan pekerjaan, tapi Agus masih beruntung dia mendapatkan Devi dan dia ke Malang sejatinya tidak untuk mencari pekerjaan. Hampir setiap hari Agus dan Devi keluar bareng, entah itu pergi jauh atau hanya sekedar mencari makan disekitar kos.Ternyata mencari pekerjaan dikota tidak semudah yang aku bayangkan, semua harus bener-bener butuh proses dan perjuangan lebih, tidak seperti dikampungku yang banyak banget pekerjaan, bahkan orang-orang yang sudah berumur masih bisa mendapat pekerjaan, namun memang hasilnya tidak sebanyak dikota karena memang biaya hidup didesa sangat murah.Mencari, mencari dan mencari, tiba-tiba aku mendapatkan informasi lowongan pekerjaan yang aku pikir sesuai denganku, yaitu lulusan SMA/SMK mau bekerja keras dan memiliki cita-cita yang tinggi, dilamaran tersebut tertulis nominal gajinya yaitu 8 sampai 10 ju

    Last Updated : 2024-10-29
  • Wagiman   Mulai Sakit

    Sudah hampir 1 bulan aku di Kota Malang bersama Agus, aku merasa tidak ada perubahan yang berarti dalam hidupku. Bangun siang, makan, rebahan, keluyuran atau nongkrong sampai larut malam, kegiatan itu yang lebih sering aku lakukan dengan Agus dan beberapa teman-temanku satu kos. Aku sudah mengenal hampir seluruh penghuni kos ini yang mayoritas adalah mahasiswa dan hanya aku dan Agus yang pengangguran. Jujur sebagai anak muda aku sangat menikmati kegiatan ini, apa lagi Agus dia sangat senang sampai-sampai setiap disuruh pulang bapak ibunya dikampung pasti ada saja alasan dia agar tidak pulang.Seperti malam-malam sebelumnya , aku menghabiskan waktu diwarung kopi dengan Agus karena hampir setiap hari ngopi, sampai-sampai aku punya tempat nonkrong langganan disini. Disini kita bisa nongkrong 24 jam kalau mau, bahkan kata pegawai café banyak yang sampai ketiduran disini.Berbeda dengan dikampungku, warung kopi paling ramai dari pagi sampai sore atau maksimal

    Last Updated : 2024-10-29
  • Wagiman   Belajar Patah Hati

    Pagiku terbangun karena suara Agus yang cukup keras, dia sedang ditelephone oleh orang tuanya karena disuruh pulang.“Agus belum bisa pulang bu,” ucap Agus ditelephone.“Aku keterima kerja di Malang bulan ini bu,” alasan Agus ke ibunya.Aku terbangun dan langsung beranjak ke kamar mandi dan tidak mendengarkan lagi apa yang Agus bicarakan, melakukan aktivitas yang sama dipagi hari, yaitu bangun, mandi, makan dan rebahan sampai tiba sore hari waktunya bekerja.“Kenapa Gus kok ibumu telephone pagi-pagi?” tanyaku sambil mengusap rambut setelah mandi.“Iya Man aku disuruh pulang,” jawab Agus dengan bingung.“Yaa pulang Gus, udah lebih dari 1 bulan kamu gak pulang, kamu juga izinya dulu cuma 3 hari,” jawabku dengan santai.“Haduh.. gimana ya man, udah betah di sini,” jawab Agus cengengesan.Agus ke Kota Malang hanya bermodal 3 pasang baju & celana karena niat dia yang

    Last Updated : 2024-10-29
  • Wagiman   Hari Bahagia Agus

    “Mannn.. bangun Maaaann, menurutmu ini bagus gak?” tanya Agus membangunkan tidurku.“Apa sih Gus masih pagi berisik banget,” jawabku dengan jengkel.“Pagi apa Man..!!! Udah sore ini!!!” balas Agus dengan nyolot.Aku melihat jam dinding dan ternyata memang sudah sekitar jam 3 sore, tidurku benar-benar pulas hari ini. Mungkin karena terlalu lelah, semalam warung bener-bener ramai sampai tidak sempat untuk duduk. Agus membangunkan aku dengan menujukan kotak kecil yang aku sendiri tidak begitu jelas apa itu.“Apa itu Gus?” tanyaku ke Agus.“Lihat Man, ini cicin buat Devi,” jawab Agus sambil menujukan cicin emas yang dia bawa.“Hahh.. Emas asli Gus?” tanyaku dengan ragu.“Iya dong Man tapi Cuma 2 gram,” jawab Agus dengan bangga.“Serius Gus mau ngasi itu?” tanyaku dengan tegas ke Agus.“Iya Man, doain aku diterima ya nanti,” jawab

    Last Updated : 2024-10-29
  • Wagiman   Senyuman Meresahkan

    Pagi hari ini aku bangun cukup pagi, sesuatu yang sederhana tapi sulit aku lakukan beberapa bulan ini. Bukan karena aku malas, tapi aku saja pulang kadang-kadang sudah hampir larut pagi. Aku melihat Agus masih tertidur pulas, aku tidak berani membangunkan dia untuk menanyakan gimana acara makan malam sama Devi apakah sesuai dengan rencana.Aku pergi keluar untuk mencari sarapan, kali ini aku lumayan jauh mencarinya sambil jalan-jalan mencari udara segar di pagi hari. Aku berhenti di sebuah warung pecel yang cukup rame di sekitar kampus UB, aku penasaran apa yang membuat warung ini rame.“Mannn…!!!” terdengar suara sapa seorang dari belakang.Aku menoleh dan mencoba mencari tahu siapa orang yang memanggilku, ternyata dia adalah Cindy.“Hayy.. Cin,” jawabku sembari tersenyum.“Jauh banget man cari sarapan?” tanya Cindy sembari memukul pundaku.“Iya Cin, sambil jalan-jalan sekalian main ketempat

    Last Updated : 2024-10-29
  • Wagiman   Berhak Khawatir

    Cindy adalah nama yang mulai akrab ditelingaku dalam beberapa hari ini, ada peran Agus yang tidak terlihat dalam hubungan aku dengan Cindy. Semenjak Devi berpacaran dengan Agus jelas Devi lebih sering keluar dan main dengan Agus, padahal dulu Cindy dan Devi sering menghabiskan waktu Bersama.Cindy beberapa kali minta tolong untuk di antar kebeberapa tempat, karena memang di Malang ini dia tidak membawa kendaraan. Dulu dia sering minta tolong ke Devi untuk mengantar, setelah Devi punya pasangan Cindy merasa tidak enak kalau mau merepotkan temanya yang sedang kasmaran. Kalau aku sih tidak keberatan selagi bisa, apa lagi itu adalah kesempatan aku untuk bisa lebih dekat dengan Cindy.Cantik, pandai dan sederhana adalah gambaran singkat untuk Cindy, apakah dia seperti Sari? Aku pikir mereka memiliki banyak persamaan, hanya ada satu yang membuat berbeda. Cindy orang yang sangat ramah dan mudah akrab, sedangkan Sari cenderung tertutup dan pendiam.Suara telephone

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Wagiman   Pesona Andhini

    “Ayo Gim balik,” ucap Vina memecah keheningan.“Oh iyaaa,” jawabku singkat.Suasana memang seperti berbeda saat aku dan Vina beranjak pulang, seolah udara semakin dingin dan cahaya lampu kota yang semakin redup. Mungkin karena perjalanan kali ini kami lalui tanpa ada canda dan tanpa ada tutur kata yang terucap, yang menemani perjalan pulang hanya keheningan dan suara angin malam yang tidak seindah biasanya.“Vin Maaf ya,” ucapku ketika sampai dikos Vina.“Udah gak apa-apa, santai aja. Oh iya aku masuk dulu ya Gim, thanks untuk hari ini,” jawab Vina sembari masuk membuka pagar kosnya.Hmmm.. sepertinya tidak ada yang sedang baik-baik saja dalam keadaan sekarang yang sepertinya serba salah, aku sedang berfikir bagaimana caranya supaya dapat memperbaiki hubunganku dengan Vina yang sepertinya bermasalah.Sepanjang jalan menuju pulang aku mencoba berfikir bagaimana cara memperbaiki hubungan, sampai ditengah p

  • Wagiman   Andhini

    Selang satu hari setelah aku dan Vina membuat kesepakatan untuk membantu Ezza tanpa sengaja aku melihat Vina sedang asik ngobrol dengan Andhini cewek incaran Ezza, dari jauh aku melihat mereka cukup akrab entah bagaimana cara Vina mendekati Andhini tapi yang terlihat didepan mataku seolah tidak ada rasa kaku dari obrolan mereka berdua.“Giiimmm…,” teriak Vina yang mengetahui kehadiranku.“Siniii Gim,” ucap Vina sembari mengayunkan tanganya.Aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepala sembari berjalan mendekati Vina dan Andhini di lorong kampus.“Kenalin Gim ini temenku,” ucap Vina sembari menarik tanganku.“Ohh.. iy.. iya Vin,” jawabku dengan terkejut karena semudah itu Vina menyuruh aku untuk kenalan dengan Andhini.“Andhini kak,” ucap Andhini sembari menjulurkan tangan kearah aku.“Gim.. Gimman,” jawabku dengan gugup karena jujur ketika melihat And

  • Wagiman   Ezza Cupu

    Dua hari telah berlalu setelah semua yang aku perintahkan ke Ezza, dia datang lagi menghampiriku sembari menceritakan semua informasi yang dia dapat tentang cewek yang dia suka.Cewek malang yang di sukai oleh Ezza itu bernama Andhini Natasya Putri Purnomo dia adalah mahasiswi baru jurusan management bisnis dia berasal dari Kalimantan Utara tempatnya dari Nunukan, Adhini adalah anak pertama dari lima bersaudara, ayahnya adalah seorang penguasaha dan ibunya adalah ibu rumah tangga. Bahkan Ezza juga menceritakan tanggal lahir Andhini lengkap dengan tanggal lahir keluarganya beserta alamat keluarga Andhini tinggal sesuai dengan catatan yang dia bawa.“Wahhhh keren kamu Za bisa tahu sedetail itu,” ucapku memuji data observasi Ezza yang sangat lengkap.“Hehehehe, ini sih gampang Man,” jawab Ezza sembari memegang kerah bajunya.“Eh kamu tahu makanan kesukaan dia gak?” tanyaku dengan antusias.“Enggak,” jawab Ezza

  • Wagiman   Tugas Baru

    Melihat dari jauh cewek incaran Ezza membuat aku merasa pesimis dan merasa Ezza adalah cowok yang tidak tahu diri karena selera cewek dia yang terlampau tinggi. Cewek incaran Ezza memiliki paras cantik, modis dan terlihat selalu ceria berbanding terbalik dengan Ezza yang cupu, pemalu dan lebih sering murung.“Man giamana bajuku bagus gak?” tiba-tiba Ezza datang di hadapanku dengan baju anehnya.“Hahhh.., Oh Bagus Za,” jawabku dengan singkat.“Gimana Man?” tanya Ezza lagi dengan antusias.“Gimana apanya?” jawabku pura-pura bodoh.“Apa tugas awalku untuk deketin dia?” tanya Ezza dengan percaya diri.Sial sekali, kenapa aku merasa tertekan dengan semangat Ezza untuk punya pacar. Membuat aku harus berfikir bagaimana solusianya supaya Ezza tidak kecewa ke dua kalinya.“Nanti dulu deh Za aku masih cari strategi,” jawabku memasang muka serius.“Oh gitu, oke deh Man kalau

  • Wagiman   Tugas Mulia

    “Gim kamu bisa temenin aku beli baju?”“Gim kamu mau gak nemenin aku cari kado?”“Gim malam ini nongkrong yuk?”“Gim ayo nanti makan malam bareng?”“Gim sibuk gak? Aku bosen,”Itu adalah beberapa contoh ucapan yang semakin sering aku dengar dari mulut Vina dan yang aneh adalah aku mulai menikmati moment itu dan sama sekali tidak merasa keberatan akan hal itu.Sore hari saat aku sedang duduk santai dikedai kopi depan kampus, Vina datang dengan mobilnya dan dia berhenti tepat didepan gerbang kampus. Setelah aku melihat Vina keluar dan ternyata dia keluar dari bangku penumpang, suara gaduh bisikan teman-teman yang ada disekitarku membuat aku kurang begitu fokus tapi sekilas aku lihat mobil Vina dikemudikan oleh seorang cewek, karena perawakanya yang putih dan berambut panjang.Untunglah yang memakai mobil Vina bukan cowok, sehingga membuat mentalku masih tetap terjaga untuk sedikit berharap d

  • Wagiman   Mencoba Sadar

    Semenjak aku meminjam uang Vina hubungan kami semakin dekat, aku merasa harus terus bersikap baik dengan Vina supaya tidak di anggap orang yang tidak tahu balas budi. Meskipun sebelumnya aku juga baik dengan Vina, tapi setelah kebaikan Vina aku merasa harus lebih baik lagi.Beberapa hari ini aku semakin sering di ajak keluar oleh Vina entah hanya sekedar makan atau nongkrong sampai larut malam, aku tidak tahu alasan Vina yang semakin sering mengajak aku untuk keluar. Antara dia tahu aku tidak akan menolak ajakanya karena aku punya hutang atau memang tidak ada pilihan lain selain aku.“Gim nanti kamu kuliah sampai jam berapa?” tanya Vina ketika kami bertemu diparkiran kampus.“Hmmm.. cuma sampai jam enam sore aja Vin, kenapa?” jawabku sembari bertanya balik.“Ayo nanti sore kita nonton,” ajak Vina dengan antusias.“Haahh.. nanti?” tanyaku memastikan.“Iya nanti malam, bisa ya?” jawab Vina dengan

  • Wagiman   Drama Uang Semesteran

    Hari demi hari mulai berlalu, aku masih belum mendapatkan tambahan uang satu juta untuk biaya semesteran kuliah aku. Kepala sudah mulai semakin tegang lagi karena waktu yang semakin terbatas, ada satu solusi yang sepertinya akan aku pakai. Tapi mungkin solusi ini cukup beresiko, aku berencana meminjam uang perusahaan untuk tambahan uang semesteran, mungkin ini sangat beresiko tapi bagaimana lagi aku sudah tidak punya solusi lagi untuk mencari dana tambahan.Ketika pimpinan datang aku mencoba mengawasi raut wajahnya, apakah sedang dalam kondisi senang atau dalam kondisi yang kurang baik. Setelah aku perhatikan seharian ini sepertinya pimpinan dalam kondisi kurang baik karena tidak ada senyum sama sekali sepanjang hari, sehingga aku memutuskan untuk mengurungkan niatku berbicara hari ini.Dikampus teman-temanku sibuk dan mengeluh masalah tugas dan pembelajaran sedangkan aku masih harus sibuk dengan bayar kuliah, tapi beruntungnya aku punya teman-teman yang sangat paham denga

  • Wagiman   Biaya Kuliah

    Sore ini aku menunggu jam kuliah dengan Vina dikantin kampus, entah kenapa memang beberapa jadwal kami sering bersama.“Man kamu punya pacar?” tanya Vina tiba-tiba kepadaku.“Enggak, kenapa?” jawabku sembari bertanya balik.“Oh.. enggak apa-apa,” ucap Vina singkat.Iya aku dan Vina semakin hari memang semakin dekat, aku tidak tahu apakah ini proses pendekatan atau memang proses pertemanan kami yang seperti ini. Aku merasa memang Vina menaruh rasa denganku, salah satunya selain seringnya kami chat bersama sampai larut malam Vina juga tidak pernah nolak kalau aku ajak keluar, entah hanya nongkrong tidak jelas atau berhubungan dengan dunia model. Beberapa temanku sampai penasarana dengan hubungan aku dan Vina, temanku Ryan pernah bertanya tentang hubungan kami.“Kamu beneran gak ada hubungan apa-apa sama Vina?” tanya Ryan saat kami nongrkong berdua.“Hmmm enggak ada,” jawabku singkat.“

  • Wagiman   Dunia Baru

    Aku mulai menjalani dunia baruku di dunia model, tapi kehidupanku yang lain masih sama tentang pekerjaan dan kuliah tidak pernah tergantikan. Yang sedikit berbeda adalah aku sekarang ke kampus dengan motor sport yang gagah berbeda dengan bulan lalu aku datang ke kampus dengan motor tuaku. Aku sangat bangga dengan motor yang baru aku beli, bukan hanya karena model yang bagus tapi juga motor ini aku beli dari jerih payahku. Ehhh.. tapi tunggu dulu, motor ini belum lunas, bahkan aku belum mengawali cicilan pertama, jadi mungkin motor ini belum sepenuhnya menjadi miliki. Jadi aku ganti alasanku bangga adalah karena motor ini keren dan cocok dengan apa yang aku mau, aku merasa hampir setiap perjalanan cewek-cewek melihatku dengan motor baru dengan rasa kagum. Entah itu kenyataan atau hanya aku saja yang terlalu percaya diri, tapi aku mulai menikmati semua itu. Heheheh.. Setiap hari aku cuci motorku sampai tidak ada noda tersisa, kotor sedikit langsung aku bersihkan bahkan hampir se

DMCA.com Protection Status