“Mannn.. bangun Maaaann, menurutmu ini bagus gak?” tanya Agus membangunkan tidurku.
“Apa sih Gus masih pagi berisik banget,” jawabku dengan jengkel.“Pagi apa Man..!!! Udah sore ini!!!” balas Agus dengan nyolot.Aku melihat jam dinding dan ternyata memang sudah sekitar jam 3 sore, tidurku benar-benar pulas hari ini. Mungkin karena terlalu lelah, semalam warung bener-bener ramai sampai tidak sempat untuk duduk. Agus membangunkan aku dengan menujukan kotak kecil yang aku sendiri tidak begitu jelas apa itu.“Apa itu Gus?” tanyaku ke Agus.“Lihat Man, ini cicin buat Devi,” jawab Agus sambil menujukan cicin emas yang dia bawa.“Hahh.. Emas asli Gus?” tanyaku dengan ragu.“Iya dong Man tapi Cuma 2 gram,” jawab Agus dengan bangga.“Serius Gus mau ngasi itu?” tanyaku dengan tegas ke Agus.“Iya Man, doain aku diterima ya nanti,” jawabPagi hari ini aku bangun cukup pagi, sesuatu yang sederhana tapi sulit aku lakukan beberapa bulan ini. Bukan karena aku malas, tapi aku saja pulang kadang-kadang sudah hampir larut pagi. Aku melihat Agus masih tertidur pulas, aku tidak berani membangunkan dia untuk menanyakan gimana acara makan malam sama Devi apakah sesuai dengan rencana.Aku pergi keluar untuk mencari sarapan, kali ini aku lumayan jauh mencarinya sambil jalan-jalan mencari udara segar di pagi hari. Aku berhenti di sebuah warung pecel yang cukup rame di sekitar kampus UB, aku penasaran apa yang membuat warung ini rame.“Mannn…!!!” terdengar suara sapa seorang dari belakang.Aku menoleh dan mencoba mencari tahu siapa orang yang memanggilku, ternyata dia adalah Cindy.“Hayy.. Cin,” jawabku sembari tersenyum.“Jauh banget man cari sarapan?” tanya Cindy sembari memukul pundaku.“Iya Cin, sambil jalan-jalan sekalian main ketempat
Cindy adalah nama yang mulai akrab ditelingaku dalam beberapa hari ini, ada peran Agus yang tidak terlihat dalam hubungan aku dengan Cindy. Semenjak Devi berpacaran dengan Agus jelas Devi lebih sering keluar dan main dengan Agus, padahal dulu Cindy dan Devi sering menghabiskan waktu Bersama.Cindy beberapa kali minta tolong untuk di antar kebeberapa tempat, karena memang di Malang ini dia tidak membawa kendaraan. Dulu dia sering minta tolong ke Devi untuk mengantar, setelah Devi punya pasangan Cindy merasa tidak enak kalau mau merepotkan temanya yang sedang kasmaran. Kalau aku sih tidak keberatan selagi bisa, apa lagi itu adalah kesempatan aku untuk bisa lebih dekat dengan Cindy.Cantik, pandai dan sederhana adalah gambaran singkat untuk Cindy, apakah dia seperti Sari? Aku pikir mereka memiliki banyak persamaan, hanya ada satu yang membuat berbeda. Cindy orang yang sangat ramah dan mudah akrab, sedangkan Sari cenderung tertutup dan pendiam.Suara telephone
“Hehehe... Bercanda ya Man,” ucap Cindy sambil tertawa.“Hehehe.. Iya Cind,” jawabku dengan senyum yang mulai berubah.Lucu sekali cara bercandamu Cindy, membuat mulutku tertawa dan hatiku menangis.Kalian mungkin tahu rasanya suka dengan seseorang yang memperlakukanmu dengan baik, tapi kalian tidak yakin bahwa kebaikan itu hanya ditujukan untukmu. Bisa saja memang dia bersikap baik ke semua temannya. Ingin sekali nekat mengungkapkan perasaan agar lega tidak ada beban dalam hati, tapi banyak pertimbangan yang menghantui. Aku tidak takut untuk ditolak oleh Cindy, yang membuat aku takut adalah ketika Cindy tahu bahwa aku memiliki harapan khusus dalam pertemanan ini yang membuat Cindy berubah menjauh karena merasa tidak nyaman.“Man... Mann,” tegur Cindy mengacaukan lamunanku.“Ohh.. iy... iya Cin,” jawabku dengan kaget.“Are you oke?” tanya Cindy.“Haahh apa itu?” jawabku b
Suara berisik orang berlari membangunkan aku dari tidur, aku tidak tahu apa yang terjadi di depanku karena dalam setengah sadar aku hanya bisa melihat beberapa orang terlihat panic. Aku mencoba membuka mata sepenuhnya, tapi malah aku melihat Agus tergeletak tidur di depan mataku.Sepertinya ini masih cukup pagi atau mungkin ini masih malam, aku belum melihat cahaya matahari saat ini. Saat aku mencoba bangun ternyata badanku terselimuti oleh jaket Cindy, mungkin ini yang membuat tidurku begitu nyenyak. Aroma parfum Cindy yang khas membuatku nyaman. Aku mencoba membangunkan Agus yang tertidur di depanku.“Gus bangun Gus,” ucapku sembari menggoyangkan badan Agus.“Hmmm..,” jawab Agus sambil memejamkan mata.Aku tidak tahu sejak kapan makhluk ini berada di sini, aku mencoba mengingat malam hari aku tertidur mungkin sekitar jam 11 malam dan itu belum ada Agus, hanya ada David. Berarti bisa jadi Agus datang lebih malam dari itu. Setelah aku inga
Siang ini Cindy tampak lebih segar dari sebelumnya, senyum manisnya sudah mulai sering terlihat di antara obrolan kita. Meski senyuman dia tetap menggambarkan ada rasa sakit yang masih tertahan. Sudah hampir 2 hari aku belum pulang dan aku juga menggunakan baju yang sama dari awal aku masuk tempat ini, aku sudah tidak terlalu peduli lagi dengan penampilan saat ini, yang terpenting adalah kesembuhan Cindy. Malam hari Agus tiba-tiba datang ke sini karena diberi tahu oleh Devi kalau aku di rumah sakit menjaga Cindy sendirian, karena saat ini Devi memang sedang cukup sibuk banyak tugas dan harus membantu mengerjakan tugas Cindy yang sedang sakit. Agus datang dengan tujuan menjenguk Cindy dan menemaniku menjaga Cindy supaya aku bisa pulang untuk ganti baju atau sekedar istirahat, tapi aku tidak ingin meninggalkan Cindy disini dengan siapapun, bahkan dengan Agus teman dekatku. Sebisa mungkin aku akan terus menemani Cindy sampai sembuh, karena mungkin ini adalah kesempatan aku untuk lebih
“Selamat ya mbak Cindy hari ini sudah bisa pulang,” kata dokter setelah memeriksa kondisi Cindy.Tepat dihari ke empat kami diperbolehkan untuk pulang, aku bingung antara senang atau sedih. Aku senang karena Cindy sudah sembuh tapi aku juga sedih karena tidak bisa menghabiskan waktu bersama lagi dengan Cindy.Cindy mengganti baju dibantu dengan Devi sedangkan aku hanya diluar saja bersama David, kali ini aku tidak terlalu mempermasalahkan kehadiran David karena aku sudah tahu siapa dia. Aku mulai mengenal beberapa hal tentang David, mulai dari dia yang kuliah di Universitas Brawijaya Malang sampai dia yang kuliah mengambil jurusan managemen bisnis. Ketika tahu kalau David kuliah di Universitas Brawijaya membuat aku langsung teringat akan sosok Sari, aku mencoba menanyakan David sekarang sudah semester berapa dan ternyata sama satu angkatan dengan Sari. David ternyata memang anak yang menyenangkan saat aku ajak ngobrol dia tidak hanya sekedar menjawab lalu
Suara telephone membangunkan pagiku, aku bergegas mengangkatnya dengan mata terpejam.“Man bisa ketemu hari ini?” Ucap Cindy di awal telephone.“Kapan?” tanyaku kaget.“Sekarang ya! Ada yang mau aku omongin,” jawab Cindy dengan gugup.“Iya Cin,” ucapku singkat.Aku bergegas bersiap-siap untuk menuju tempat kos Cindy, sesampainya di tempat kos Cindy aku melihat dia sedang duduk di teras dengan dandan yang sudah siap.Aku membunyikan klakson untuk memberi tanda kehadiran aku, Cindy melihatku lalu berdiri sambil tersenyum. Dia tampak begitu ceria dan semangat, Cindy langsung menghampiri motorku lalu duduk dibelakang dan memegang pinggangku.“Ayo Man kita ke Café biasanya,” ucap Cindy dengan semangat.“Iya Cind,” jawabku singkat.Aku merasa gugup karena baru kali ini saat membonceng Cindy dia memegang pinggangku, kami mulai ngobrol dan tanpa sengaja dagu Cind
Selamat Bapak Wagiman anda diterima menjadi karyawan BMI, untuk perjanjian kerja dan tanda tangan kontrak silahkan hadir besok pagi jam 08.00 di kantor Cabang BMI Malang.Alhamdulillah aku benar-benar senang mendapat pesan tersebut dihandphone ku, akhirnya aku bekerja juga di Kota Malang setelah hampir 8 bulan aku berada di Kota Malang dengan bekerja serabutan akhirnya aku bisa bekerja dikantoran.Aku memberi tahu Agus sipengangguran kalau aku sudah keterima kerja dikantor, seperti yang aku harapkan respon dia biasa saja. Tidak ada ucapan selamat atau ekspresi senang, dia hanya bilang “Siiippp Man,” dengan muka datar dan modal memberi jempol.Aku tidak perduli dengan respon itu karena aku tahu Agus ya seperti itu anaknya, aku dengan mencoba menghubungi Cindy.“Iya Halloo Man,” suara Cindy mengangkat telephone.“Cin aku keterima kerja di kantor BMI,” ucapku dengan sangat antusias.“Waaaahh selamat ya Man, mulai k