Suara berisik orang berlari membangunkan aku dari tidur, aku tidak tahu apa yang terjadi di depanku karena dalam setengah sadar aku hanya bisa melihat beberapa orang terlihat panic. Aku mencoba membuka mata sepenuhnya, tapi malah aku melihat Agus tergeletak tidur di depan mataku.
Sepertinya ini masih cukup pagi atau mungkin ini masih malam, aku belum melihat cahaya matahari saat ini. Saat aku mencoba bangun ternyata badanku terselimuti oleh jaket Cindy, mungkin ini yang membuat tidurku begitu nyenyak. Aroma parfum Cindy yang khas membuatku nyaman. Aku mencoba membangunkan Agus yang tertidur di depanku.“Gus bangun Gus,” ucapku sembari menggoyangkan badan Agus.“Hmmm..,” jawab Agus sambil memejamkan mata.Aku tidak tahu sejak kapan makhluk ini berada di sini, aku mencoba mengingat malam hari aku tertidur mungkin sekitar jam 11 malam dan itu belum ada Agus, hanya ada David. Berarti bisa jadi Agus datang lebih malam dari itu. Setelah aku ingaSiang ini Cindy tampak lebih segar dari sebelumnya, senyum manisnya sudah mulai sering terlihat di antara obrolan kita. Meski senyuman dia tetap menggambarkan ada rasa sakit yang masih tertahan. Sudah hampir 2 hari aku belum pulang dan aku juga menggunakan baju yang sama dari awal aku masuk tempat ini, aku sudah tidak terlalu peduli lagi dengan penampilan saat ini, yang terpenting adalah kesembuhan Cindy. Malam hari Agus tiba-tiba datang ke sini karena diberi tahu oleh Devi kalau aku di rumah sakit menjaga Cindy sendirian, karena saat ini Devi memang sedang cukup sibuk banyak tugas dan harus membantu mengerjakan tugas Cindy yang sedang sakit. Agus datang dengan tujuan menjenguk Cindy dan menemaniku menjaga Cindy supaya aku bisa pulang untuk ganti baju atau sekedar istirahat, tapi aku tidak ingin meninggalkan Cindy disini dengan siapapun, bahkan dengan Agus teman dekatku. Sebisa mungkin aku akan terus menemani Cindy sampai sembuh, karena mungkin ini adalah kesempatan aku untuk lebih
“Selamat ya mbak Cindy hari ini sudah bisa pulang,” kata dokter setelah memeriksa kondisi Cindy.Tepat dihari ke empat kami diperbolehkan untuk pulang, aku bingung antara senang atau sedih. Aku senang karena Cindy sudah sembuh tapi aku juga sedih karena tidak bisa menghabiskan waktu bersama lagi dengan Cindy.Cindy mengganti baju dibantu dengan Devi sedangkan aku hanya diluar saja bersama David, kali ini aku tidak terlalu mempermasalahkan kehadiran David karena aku sudah tahu siapa dia. Aku mulai mengenal beberapa hal tentang David, mulai dari dia yang kuliah di Universitas Brawijaya Malang sampai dia yang kuliah mengambil jurusan managemen bisnis. Ketika tahu kalau David kuliah di Universitas Brawijaya membuat aku langsung teringat akan sosok Sari, aku mencoba menanyakan David sekarang sudah semester berapa dan ternyata sama satu angkatan dengan Sari. David ternyata memang anak yang menyenangkan saat aku ajak ngobrol dia tidak hanya sekedar menjawab lalu
Suara telephone membangunkan pagiku, aku bergegas mengangkatnya dengan mata terpejam.“Man bisa ketemu hari ini?” Ucap Cindy di awal telephone.“Kapan?” tanyaku kaget.“Sekarang ya! Ada yang mau aku omongin,” jawab Cindy dengan gugup.“Iya Cin,” ucapku singkat.Aku bergegas bersiap-siap untuk menuju tempat kos Cindy, sesampainya di tempat kos Cindy aku melihat dia sedang duduk di teras dengan dandan yang sudah siap.Aku membunyikan klakson untuk memberi tanda kehadiran aku, Cindy melihatku lalu berdiri sambil tersenyum. Dia tampak begitu ceria dan semangat, Cindy langsung menghampiri motorku lalu duduk dibelakang dan memegang pinggangku.“Ayo Man kita ke Café biasanya,” ucap Cindy dengan semangat.“Iya Cind,” jawabku singkat.Aku merasa gugup karena baru kali ini saat membonceng Cindy dia memegang pinggangku, kami mulai ngobrol dan tanpa sengaja dagu Cind
Selamat Bapak Wagiman anda diterima menjadi karyawan BMI, untuk perjanjian kerja dan tanda tangan kontrak silahkan hadir besok pagi jam 08.00 di kantor Cabang BMI Malang.Alhamdulillah aku benar-benar senang mendapat pesan tersebut dihandphone ku, akhirnya aku bekerja juga di Kota Malang setelah hampir 8 bulan aku berada di Kota Malang dengan bekerja serabutan akhirnya aku bisa bekerja dikantoran.Aku memberi tahu Agus sipengangguran kalau aku sudah keterima kerja dikantor, seperti yang aku harapkan respon dia biasa saja. Tidak ada ucapan selamat atau ekspresi senang, dia hanya bilang “Siiippp Man,” dengan muka datar dan modal memberi jempol.Aku tidak perduli dengan respon itu karena aku tahu Agus ya seperti itu anaknya, aku dengan mencoba menghubungi Cindy.“Iya Halloo Man,” suara Cindy mengangkat telephone.“Cin aku keterima kerja di kantor BMI,” ucapku dengan sangat antusias.“Waaaahh selamat ya Man, mulai k
Hari pertama kerja membuat aku benar-benar gugup, ini adalah pengalaman pertama aku bekerja disebuah kantor yang cukup formal. Aku bekerja di BMI Malang yang bergerak dibidang ke uangan islam, dimana semua karyawan disana adalah laki-laki yang memiliki pemahaman bagus. Disana ada beberapa aturan yang membuat kita bisa dikeluarkan dan aturan itu tidak sama dengan perusahaan lain. Aturan pertama adalah ibadah, kita wajib sholat 5 waktu dan mengaji. Menurutku itu aturan yang cukup bagus, karena bisa memperbaiki atau menjaga kwalitas ibadah kita. Aturan selanjutnya adalah dilarang merokok, menurutku juga bagus karena bisa menjaga kesehatan dan lebih hemat pengeluaran. Karena kebetulan aku juga tidak merokok, jadi tidak ada masalah. Aturan selanjutnya pacaran, kita tidak boleh pacaran apapun alasanya. Apabila kita sampai ketahuan pacaran maka kita akan langsung dikeluarkan, itu cukup sulit mungkin bagiku. Karena saat ini aku dekat dengan Cindy dan cukup sering keluar bersama ketempat umu
Setelah mengetahui kabar Sari yang sudah memiliki pasangan membuatku semakin mantap untuk berubah demi diriku sendiri dan keluargaku dikampung tentunya. Aku juga sudah dua hari ini tidak berkomunikasi dengan Cindy yang sudah mulai cuek, untung saja aku sudah mulai disibukan dengan 2 pekerjaan aku. Pagi sampai sore kerja di BMI dan sore sampai malam jualan nasi goreng, jadi tidak terlalu memikirkan sikap Cindy yang tiba-tiba berubah dingin. Meski kadang-kadang juga masih berfikir kenapa Cindy seperti itu, tapi hati yang paling dalam mencoba menasehati untuk aku tahu diri dan jangan terlalu berharap kepada Cindy.Sore hari sepulang aku dari kerja, aku tidak melihat Agus yang biasanya rebahan atau nonton TV di depan. Mungkin dia sedang jalan-jalan sore sama Devi, aku tidak terlalu memikirkan itu dan memilih bergegas untuk merebahkan badan dikasur hingga akhirnya tertidur. Suara gaduh pintu membangunkan aku dan ternyata itu Agus, dia tampak begitu senang.“Kenapa kamu Gu
Aku melewati beberapa hari dengan rutinitas yang sama, mungkin bagi beberapa orang itu terlihat monoton tapi bagi aku itu adalah kewajiban yang harus ditunaikan. Pagi kerja sore ketemu Cindy dan malam jualan nasi goreng, mungkin ada pertanyaan kenapa harus ketemu Cindy setiap sore? Bukanya dia bukan siapa-siapaku. Harusnya aku juga berfikir seperti itu, tapi nyatanya hati ini nyaman dengan posisi yang seperti ini. Ketika ketemu Cindy seolah-olah indra perasaku memanipulasi lelahku menjadi bahagia, memang tidak logis tapi itu yang aku rasa. Seperti ada energi baru setelah bertemu dengan Cindy, dari dia aku menemukan keseimbangan.Saat hari Sabtu aku pulang lebih awal, yaitu jam satu siang. Sepulang itu juga aku langsung ke rumah Cindy dan kita janjian untuk makan siang bersama. Meskipun di kantor aku sudah mendapat nasi bungkus tapi sengaja aku simpan di dalam jok motorku, berharap nanti sore atau malam aku akan makan. Yang terpenting saat ini bisa makan bareng sama Cind
Modern adalah kalimat yang aku ucapkan pertama ketika sampai di Kota Surabaya, gedung tinggi menjulang aku lihat banyak sekali. Tempat perbelanjaan dan pertokoan selalu ada dimana-mana, jalanan yang besar dan bercabang-cabang serta ramai dengan kendaraan lalu lalang orang membuat aku bingung saat harus mengendarai motor dengan Cindy.Cindy terus memandu aku untuk sampai di rumahnya, dari kaca spion aku melihat dia masih sangat semangat dan antusias, mungkin bahagia karena akan bertemu dengan orang tuanya.Setelah melewati beberapa belokan, akhirnya kita masuk ke sebuah perumahan dengan pintu gerbang yang cukup besar dan mewah.“Man rumah aku yang itu,” ucap Cindy sembari menunjuk sebuah rumah.“Ohh.. iya Cind,” aku melihat pada rumah yang ditunjuk oleh Cindy.Terlihat rumah cukup besar dan mewah menurut aku, ada satu mobil terparkir di teras dan dua motor disebelahnya. Cindy langsung turun dan menekan bell rumah terseb