Selamat Bapak Wagiman anda diterima menjadi karyawan BMI, untuk perjanjian kerja dan tanda tangan kontrak silahkan hadir besok pagi jam 08.00 di kantor Cabang BMI Malang.
Alhamdulillah aku benar-benar senang mendapat pesan tersebut dihandphone ku, akhirnya aku bekerja juga di Kota Malang setelah hampir 8 bulan aku berada di Kota Malang dengan bekerja serabutan akhirnya aku bisa bekerja dikantoran.Aku memberi tahu Agus sipengangguran kalau aku sudah keterima kerja dikantor, seperti yang aku harapkan respon dia biasa saja. Tidak ada ucapan selamat atau ekspresi senang, dia hanya bilang “Siiippp Man,” dengan muka datar dan modal memberi jempol.Aku tidak perduli dengan respon itu karena aku tahu Agus ya seperti itu anaknya, aku dengan mencoba menghubungi Cindy.“Iya Halloo Man,” suara Cindy mengangkat telephone.“Cin aku keterima kerja di kantor BMI,” ucapku dengan sangat antusias.“Waaaahh selamat ya Man, mulai kHari pertama kerja membuat aku benar-benar gugup, ini adalah pengalaman pertama aku bekerja disebuah kantor yang cukup formal. Aku bekerja di BMI Malang yang bergerak dibidang ke uangan islam, dimana semua karyawan disana adalah laki-laki yang memiliki pemahaman bagus. Disana ada beberapa aturan yang membuat kita bisa dikeluarkan dan aturan itu tidak sama dengan perusahaan lain. Aturan pertama adalah ibadah, kita wajib sholat 5 waktu dan mengaji. Menurutku itu aturan yang cukup bagus, karena bisa memperbaiki atau menjaga kwalitas ibadah kita. Aturan selanjutnya adalah dilarang merokok, menurutku juga bagus karena bisa menjaga kesehatan dan lebih hemat pengeluaran. Karena kebetulan aku juga tidak merokok, jadi tidak ada masalah. Aturan selanjutnya pacaran, kita tidak boleh pacaran apapun alasanya. Apabila kita sampai ketahuan pacaran maka kita akan langsung dikeluarkan, itu cukup sulit mungkin bagiku. Karena saat ini aku dekat dengan Cindy dan cukup sering keluar bersama ketempat umu
Setelah mengetahui kabar Sari yang sudah memiliki pasangan membuatku semakin mantap untuk berubah demi diriku sendiri dan keluargaku dikampung tentunya. Aku juga sudah dua hari ini tidak berkomunikasi dengan Cindy yang sudah mulai cuek, untung saja aku sudah mulai disibukan dengan 2 pekerjaan aku. Pagi sampai sore kerja di BMI dan sore sampai malam jualan nasi goreng, jadi tidak terlalu memikirkan sikap Cindy yang tiba-tiba berubah dingin. Meski kadang-kadang juga masih berfikir kenapa Cindy seperti itu, tapi hati yang paling dalam mencoba menasehati untuk aku tahu diri dan jangan terlalu berharap kepada Cindy.Sore hari sepulang aku dari kerja, aku tidak melihat Agus yang biasanya rebahan atau nonton TV di depan. Mungkin dia sedang jalan-jalan sore sama Devi, aku tidak terlalu memikirkan itu dan memilih bergegas untuk merebahkan badan dikasur hingga akhirnya tertidur. Suara gaduh pintu membangunkan aku dan ternyata itu Agus, dia tampak begitu senang.“Kenapa kamu Gu
Aku melewati beberapa hari dengan rutinitas yang sama, mungkin bagi beberapa orang itu terlihat monoton tapi bagi aku itu adalah kewajiban yang harus ditunaikan. Pagi kerja sore ketemu Cindy dan malam jualan nasi goreng, mungkin ada pertanyaan kenapa harus ketemu Cindy setiap sore? Bukanya dia bukan siapa-siapaku. Harusnya aku juga berfikir seperti itu, tapi nyatanya hati ini nyaman dengan posisi yang seperti ini. Ketika ketemu Cindy seolah-olah indra perasaku memanipulasi lelahku menjadi bahagia, memang tidak logis tapi itu yang aku rasa. Seperti ada energi baru setelah bertemu dengan Cindy, dari dia aku menemukan keseimbangan.Saat hari Sabtu aku pulang lebih awal, yaitu jam satu siang. Sepulang itu juga aku langsung ke rumah Cindy dan kita janjian untuk makan siang bersama. Meskipun di kantor aku sudah mendapat nasi bungkus tapi sengaja aku simpan di dalam jok motorku, berharap nanti sore atau malam aku akan makan. Yang terpenting saat ini bisa makan bareng sama Cind
Modern adalah kalimat yang aku ucapkan pertama ketika sampai di Kota Surabaya, gedung tinggi menjulang aku lihat banyak sekali. Tempat perbelanjaan dan pertokoan selalu ada dimana-mana, jalanan yang besar dan bercabang-cabang serta ramai dengan kendaraan lalu lalang orang membuat aku bingung saat harus mengendarai motor dengan Cindy.Cindy terus memandu aku untuk sampai di rumahnya, dari kaca spion aku melihat dia masih sangat semangat dan antusias, mungkin bahagia karena akan bertemu dengan orang tuanya.Setelah melewati beberapa belokan, akhirnya kita masuk ke sebuah perumahan dengan pintu gerbang yang cukup besar dan mewah.“Man rumah aku yang itu,” ucap Cindy sembari menunjuk sebuah rumah.“Ohh.. iya Cind,” aku melihat pada rumah yang ditunjuk oleh Cindy.Terlihat rumah cukup besar dan mewah menurut aku, ada satu mobil terparkir di teras dan dua motor disebelahnya. Cindy langsung turun dan menekan bell rumah terseb
Pagi ini aku mendengar Agus marah-marah di telepon, aku tidak tahu karena apa yang aku tahu nada Agus cukup kerasnya untuk membuat aku terbangun. Waktu menunjukkan jam 6 pagi, teriakan Agus menjadi alarm pagiku untuk bangun.Aku mencoba mengabaikan Agus, karena aku yakin kalau memang dia ada masalah nanti pasti cerita ke aku.Setelah mandi dan bersiap untuk bekerja, sepanjang perjalanan aku mengingat moments indah kemaren. Rasanya rindu ini hadir terlalu pagi untuk Cindy, masih teringat jelas bagaimana Cindy memeluk aku dari belakang. Tanpa banyak berfikir aku langsung membelokkan motor ke arah kos Cindy, disana aku melihat dari luar kos Cindy. Meski tidak bertemu langsung dengan dia, tapi melihat tempat yang biasa Cindy habiskan sehari-hari sudah cukup mengobati sedikit rindu ini. Rencanya sepulang dari kantor aku mau ke tempat Cindy tapi ternyata saat aku hubungi dia sedang ada kuliah sore. Yasudahlah besok saja aku ketempat Cindy, aku langsung pulang dan istir
Setelah mengetahui kabar Sari yang sudah memiliki pasangan membuatku semakin mantap untuk berubah demi diriku sendiri dan keluargaku dikampung tentunya. Aku juga sudah dua hari ini tidak berkomunikasi dengan Cindy yang sudah mulai cuek, untung saja aku sudah mulai disibukan dengan 2 pekerjaan aku. Pagi sampai sore kerja di BMI dan sore sampai malam jualan nasi goreng, jadi tidak terlalu memikirkan sikap Cindy yang tiba-tiba berubah dingin. Meski kadang-kadang juga masih berfikir kenapa Cindy seperti itu, tapi hati yang paling dalam mencoba menasehati untuk aku tahu diri dan jangan terlalu berharap kepada Cindy.Sore hari sepulang aku dari kerja, aku tidak melihat Agus yang biasanya rebahan atau nonton TV di depan. Mungkin dia sedang jalan-jalan sore sama Devi, aku tidak terlalu memikirkan itu dan memilih bergegas untuk merebahkan badan dikasur hingga akhirnya tertidur. Suara gaduh pintu membangunkan aku dan ternyata itu Agus, dia tampak begitu senang.“Kenapa kamu Gu
Aku melewati beberapa hari dengan rutinitas yang sama, mungkin bagi beberapa orang itu terlihat monoton tapi bagi aku itu adalah kewajiban yang harus ditunaikan. Pagi kerja sore ketemu Cindy dan malam jualan nasi goreng, mungkin ada pertanyaan kenapa harus ketemu Cindy setiap sore? Bukanya dia bukan siapa-siapaku. Harusnya aku juga berfikir seperti itu, tapi nyatanya hati ini nyaman dengan posisi yang seperti ini. Ketika ketemu Cindy seolah-olah indra perasaku memanipulasi lelahku menjadi bahagia, memang tidak logis tapi itu yang aku rasa. Seperti ada energi baru setelah bertemu dengan Cindy, dari dia aku menemukan keseimbangan. Saat hari Sabtu aku pulang lebih awal, yaitu jam satu siang. Sepulang itu juga aku langsung ke rumah Cindy dan kita janjian untuk makan siang bersama. Meskipun di kantor aku sudah mendapat nasi bungkus tapi sengaja aku simpan di dalam jok motorku, berharap nanti sore atau malam aku akan makan. Yang terpenting saat ini bisa makan bareng sama Cindy.
Modern adalah kalimat yang aku ucapkan pertama ketika sampai di Kota Surabaya, gedung tinggi menjulang aku lihat banyak sekali. Tempat perbelanjaan dan pertokoan selalu ada dimana-mana, jalanan yang besar dan bercabang-cabang serta ramai dengan kendaraan lalu lalang orang membuat aku bingung saat harus mengendarai motor dengan Cindy.Cindy terus memandu aku untuk sampai di rumahnya, dari kaca spion aku melihat dia masih sangat semangat dan antusias, mungkin bahagia karena akan bertemu dengan orang tuanya.Setelah melewati beberapa belokan, akhirnya kita masuk ke sebuah perumahan dengan pintu gerbang yang cukup besar dan mewah.“Man rumah aku yang itu,” ucap Cindy sembari menunjuk sebuah rumah.“Ohh.. iya Cind,” aku melihat pada rumah yang ditunjuk oleh Cindy.Terlihat rumah cukup besar dan mewah menurut aku, ada satu mobil terparkir di teras dan dua motor disebelahnya. Cindy langsung turun dan menekan bell rumah terseb