“Terimakasih untuk hari ini,”
Kalimat itu yang Kina bisikan ditelingaku saat kami berjalan menuju arah pulang, dengan duduk kesamping dan kepala yang bersandar dipundaku. Karena beberapa hari belakangan ini memang sepertinya itu posisi yang paling sering Kina lakukan saat dia aku bonceng.Bersandarlah Kina dipundakku, ini adalah tempat paling aman untukmu sementara ini. Jangan buru-buru bersandar di hatiku, karena masih ada Sari yang menetap di dalamnya. Aku tidak tahu mana diantara kalian yang akan menetap lama, aku hanya bisa mencoba menjaga sebaik mungkin itu semua.Sampai dikos aku langsung merebahkan badanku dikasur sembari membuka ponselku, aku melihat ada 12x panggilan tidak terjawab dari Sari. Setelah itu aku melihat pesan singkat ternyata Sari juga mengirim 6x pesan singkat ke aku secara bertahap.
“Selamat malam yang?”“Sedang apa sayang?”“Yaaaahhh.. dicuekin.”“Haaallllloooooooooo&hSudah seharian ini Sari tidak membalas telephone dan pesanku, aku tidak tahu apakah masalah sesimpel itu bisa membuat hubungan kami serumit ini, dia mengabaikan aku lebih dari 24 jam. Aku tidak tahu apakah masalah seperti itu cukup fatal dalam sebuah hubungan? Atau memang Sari saja yang terlalu ke kanak-kanakan dan menganggap ini sebagai masalah besar?Saat ini pikiranku tidak mau bermasalah dengan siap saja, aku mulai mencoba dengan tidak memikirkan masalah sederhana karena saat ini masalah terbesarku adalah aku sudah hampir satu tahun merantau di Kota Malang tapi belum ada perubahan yang berarti dalam hidup ini, terutama pendidikan. Seharusnya aku kesini untuk kuliah bukan untuk yang lainya, tapi sekarang kuliah malah menjadi opsi ke tiga dalam pikiranku selain wanita dan pekerjaan.Pagi hari Kina menyapaku dengan suara lembutnya, suara selembut itu mampu memberi motivasi baru dalam pagiku. Aku sadar ada mimpi yang harus terwujud dan ada cinta yang harus tetap aku ra
“Yang.. yang.. yang… ayyoookk,”Ucap Kina sembari menggoyang-goyangkan lenganku, aku merasa terpesona dengan kecantikan Kina malam ini sampai-sampai aku tidak sadar bahwa dia sudah ada didepanku, aku bingung imajinasiku lari kemana saja dari tadi.“Ohhh.. sudah yang, ayok naik yang,” ucapku ke Kina.“Aku sudah naik yang dari tadi,” jawab Kina sembari memukul pundaku.“Oh.. iya iya maaf,” ucapku menahan malu karena kurang konsentrasi.Aku dan Kina mulai berjalan menuju tempat janjian kami disalah satu café di Kota Batu, udara dingin menemani perjalanan kami sepanjang jalan. Beberapa kali Kina menanyakan kecemasanya akan bertemu dengan teman-temanku.“Aku udah cantik belum?” tanya Kina sembari melihat kaca spion motor yang sudah tertuju kepadanya.“Suda,” jawabku singkat sembari fokus ke jalan.“Eh.. beneran? Gak kelihatan jelek dadananku?” tany
Tentang jarak.Aku berfikir jarak hanyalah sebuah batasan visual yang mengghalangi pandangan, hanya sekedar batasan fisik yang tidak mampu saling bertamu. Aku ingat saat dulu Sari hilang begitu saja tanpa kabar, tidak hanya jarak yang menjadi korban tetapi hati yang menjadi tumbal atas ketidak pastian. Tanpa kabar dalam beberapa hari dia fikir itu sesuatu yang mudah. Sampai-sampai aku tidak berhak untuk berkomentar atau sekedar mengutarakan rinduku padanya, seminggu lebih aku berbicara dengan diriku sendiri dan seminggu lebih hatiku mencoba menghibur diri diantara sepi dan ketidak pastian. Sadarkah itu Sari?Saat aku diperlakukan seperti itu aku kira Sari juga mampu menerima perlakukan seperti itu dariku, saat ini aku dan Sari hanya terpisah jarak yang tidak terlalu jauh mungkin hanya sekitar 80 kilometer. Keuntungan Sari dari berpisahan jarak ini adalah dia tahu bahwa aku tetap mencintainya, sedangkan saat aku dulu bahkan tidak berani bermimpi untuk bertemu lagi dan a
Dengan kondisi Pak Sholeh yang masih sakit membuat aku tidak bisa bekerja seperti biasanya, aku hanya bisa menunggu dan berharap Pak Sholeh segera pulih kembali agar aku bisa segera bekerja lagi. Sore hari sepulang kerja, seperti biasanya aku ke kos Kina untuk makan sore dan aku menceritakan kondisiku ini ke Kina tentang Pak Sholeh yang sedang sakit dan dirawat dirumah sakit, tentang aku yang akhirnya harus berhenti kerja untuk sementara waktu.“Yaudah mas mungkin disuruh istirahat dulu,” respon Kina setelah mendengar semua ceritaku.“Tapi gimana ya nanti untuk biaya hidupku?” tanyaku ke Kina.“Tenang aja rezeki uda ada yang atur yang,” jawab Kina dengan tenangnya. Kina mengajaku untuk menjenguk Pak Sholeh dan aku mengiyakan saja, aku pulang ke kos untuk bersiap-siap menjenguk Pak Sholeh.Sampai kos tiba-tiba Agus datang menghampiriku,“Man tadi aku ditelephone Sari?” ucap Agus.“Oh iya? Sari tanya apa?” tanyaku ke Agus dengan penasaran.“Masalah
Secara resmi aku sudah menjadi mahasiswa tahun ini, aku sudah selesaikan semua prosedur pendafataran hari ini. Kampus yang aku tuju sesuai dengan analisa dan masukan dari Kina, aku masuk dikampus STMIK ASIA Kota Malang dengan mengambil jurusan Teknik Informatika dan Desain Grafis. Menurut analisah bodohku seharusnya jurusan ini yang paling mudah, tapi tidak tahu lagi kedepan seperti apa. Kalau analisa dari kemampuan keuangan aku, dari waktu yang bisa disesuaikan dengan jam kerjaku sampai biaya yang cukup terjangkau, meskipun sebenarnya biayanya sama seperti kampus pada umumnya hanya saja disini aku punya waktu bekerja disiang hari, jadi bisalah untuk biaya membayar kuliah dan biaya hidupku disini.Setelah resmi menjadi mahasiswa aku berencana untuk memberi tahu ke pimpinan kantorku bahwa statusku adalah mahasiswa, dengan harapan kantorku bisa sedikit memberikan support kepadaku.Aku melihat pimpinan masuk ke dalam ruangannya, nyaliku naik turun antara masuk atau tetap be
Ini adalah hari pertama aku masuk kuliah, aku mulai menjalani masa orientasi atau ospek dalam bahasa kerennya, hari pertama opsek ini aku terpaksa izin kepada pimpinan kantorku, aku izin sedang tidak enak badan, semoga ucapanku ini tidak menjadi kenyataan. Sebenarnya aku tidak ingin berangkat kesini untuk mengikuti masa orientasi, aku tidak tertarik dengan hiruk pikuk yang tidak jelas seperti ini, dengan keramaian yang tidak terlalu bermanfaat menurutku.Dari SMA kegiatan ospek adalah kegiatan yang paling aku hindari aku tidak pernah perduli dengan kegiatan ini dan kali ini dikampus tentu aku akan lakukan hal yang sama, sebisa mungkin aku akan menghindari ospek. Entah bagaimana caranya, yang terpenting aku bisa terbebas dari acara ini.Berbeda dengan yang lainya saat masuk kampus sudah memiliki beberapa teman atau kenalan, sedangkan aku dikampus hanya sendiri tanpa ada teman atau kenalan sama sekali. Sedikti malas untuk mengikuti acara kampus tetapi juga membuat aku sedi
“Yang hari Rabu besok aku balik ke Malang, bisa jemput aku diterminal?”Itu adalah pesan dari Sari malam ini dihari Sabtu, ternyata sudah hampir dua bulan aku dan Sari menjalin hubungan jarak jauh. Aku merasa waktu berlalu sangat cepat sekali, entah karena ada kesibukan atau karena ada Kina. Aku merasa sedikit tidak nyaman dengan kabar kehadiran Sari lagi, aku tidak tahu apakah menjadi sebuah kesalahan bila aku berfikir seburuk itu? Harusnya kehadiran Sari adalah pelepas rinduku, tapi entah kenapa aku tidak terlalu berminat untuk saat ini bertemu dengan Sari. Sebenarnya kalau ingin jujur aku hanya tidak ingin di ganggu saja hubungan aku dengan Kina atas kembalinya Sari.Malam ini aku bertemu dengan Kina, ingin sekali aku mengajak Kina pindah ke kos lain yang jauh dari Sari. Kalian pasti tahu alasanku merencankan itu, iya supaya hubungan aku dan Kina bisa tetap berjalan dengan baik tanpa di ganggu Sari.Dikos Kina dia sudah menyiapkan makan malam untukku,
“Ayo kita cari kos lagi yang,” ajaku ke Kina melalui telephone.“Kapan?” tanya Kina terkejut.“Sepulang aku kerja ya,” jawabku penuh semangat.“Hmmmm.. Iya yang,” jawab Kina dengan nada pasrah.Sepulang kerja aku langsung menjuju kos Kina untuk mengajak dia mencari tempat kos baru, aku dan Kina mulai berkeliling jalanan disekitaran Universitas Brawijaya untuk mulai mencari lagi tempat yang kira-kira cocok untuk Kina tinggal. Sudah beberapa tempat yang kami kunjungi, tapi Kina masih merasa tidak cocok dengan semua kos yang kita datangi. Sampai akhirnya larut malam aku dan Kina masih belum menemukan apa-apa dan kami memutuskan kembali ke kos.Kali ini kau tidak terlalu pusing dan panic karena mungkin aku tahu Sari tidak akan datang dalam waktu dekat.“Kenapa sih senyum-senyum mulu dari tadi?” tanya Kina dengan memandangku.“Hehehehe….,” aku hanya menjawab dengan senyum