Tentang jarak.
Aku berfikir jarak hanyalah sebuah batasan visual yang mengghalangi pandangan, hanya sekedar batasan fisik yang tidak mampu saling bertamu. Aku ingat saat dulu Sari hilang begitu saja tanpa kabar, tidak hanya jarak yang menjadi korban tetapi hati yang menjadi tumbal atas ketidak pastian. Tanpa kabar dalam beberapa hari dia fikir itu sesuatu yang mudah. Sampai-sampai aku tidak berhak untuk berkomentar atau sekedar mengutarakan rinduku padanya, seminggu lebih aku berbicara dengan diriku sendiri dan seminggu lebih hatiku mencoba menghibur diri diantara sepi dan ketidak pastian. Sadarkah itu Sari?
Saat aku diperlakukan seperti itu aku kira Sari juga mampu menerima perlakukan seperti itu dariku, saat ini aku dan Sari hanya terpisah jarak yang tidak terlalu jauh mungkin hanya sekitar 80 kilometer. Keuntungan Sari dari berpisahan jarak ini adalah dia tahu bahwa aku tetap mencintainya, sedangkan saat aku dulu bahkan tidak berani bermimpi untuk bertemu lagi dan a
Dengan kondisi Pak Sholeh yang masih sakit membuat aku tidak bisa bekerja seperti biasanya, aku hanya bisa menunggu dan berharap Pak Sholeh segera pulih kembali agar aku bisa segera bekerja lagi. Sore hari sepulang kerja, seperti biasanya aku ke kos Kina untuk makan sore dan aku menceritakan kondisiku ini ke Kina tentang Pak Sholeh yang sedang sakit dan dirawat dirumah sakit, tentang aku yang akhirnya harus berhenti kerja untuk sementara waktu.“Yaudah mas mungkin disuruh istirahat dulu,” respon Kina setelah mendengar semua ceritaku.“Tapi gimana ya nanti untuk biaya hidupku?” tanyaku ke Kina.“Tenang aja rezeki uda ada yang atur yang,” jawab Kina dengan tenangnya. Kina mengajaku untuk menjenguk Pak Sholeh dan aku mengiyakan saja, aku pulang ke kos untuk bersiap-siap menjenguk Pak Sholeh.Sampai kos tiba-tiba Agus datang menghampiriku,“Man tadi aku ditelephone Sari?” ucap Agus.“Oh iya? Sari tanya apa?” tanyaku ke Agus dengan penasaran.“Masalah
Secara resmi aku sudah menjadi mahasiswa tahun ini, aku sudah selesaikan semua prosedur pendafataran hari ini. Kampus yang aku tuju sesuai dengan analisa dan masukan dari Kina, aku masuk dikampus STMIK ASIA Kota Malang dengan mengambil jurusan Teknik Informatika dan Desain Grafis. Menurut analisah bodohku seharusnya jurusan ini yang paling mudah, tapi tidak tahu lagi kedepan seperti apa. Kalau analisa dari kemampuan keuangan aku, dari waktu yang bisa disesuaikan dengan jam kerjaku sampai biaya yang cukup terjangkau, meskipun sebenarnya biayanya sama seperti kampus pada umumnya hanya saja disini aku punya waktu bekerja disiang hari, jadi bisalah untuk biaya membayar kuliah dan biaya hidupku disini.Setelah resmi menjadi mahasiswa aku berencana untuk memberi tahu ke pimpinan kantorku bahwa statusku adalah mahasiswa, dengan harapan kantorku bisa sedikit memberikan support kepadaku.Aku melihat pimpinan masuk ke dalam ruangannya, nyaliku naik turun antara masuk atau tetap be
Ini adalah hari pertama aku masuk kuliah, aku mulai menjalani masa orientasi atau ospek dalam bahasa kerennya, hari pertama opsek ini aku terpaksa izin kepada pimpinan kantorku, aku izin sedang tidak enak badan, semoga ucapanku ini tidak menjadi kenyataan. Sebenarnya aku tidak ingin berangkat kesini untuk mengikuti masa orientasi, aku tidak tertarik dengan hiruk pikuk yang tidak jelas seperti ini, dengan keramaian yang tidak terlalu bermanfaat menurutku.Dari SMA kegiatan ospek adalah kegiatan yang paling aku hindari aku tidak pernah perduli dengan kegiatan ini dan kali ini dikampus tentu aku akan lakukan hal yang sama, sebisa mungkin aku akan menghindari ospek. Entah bagaimana caranya, yang terpenting aku bisa terbebas dari acara ini.Berbeda dengan yang lainya saat masuk kampus sudah memiliki beberapa teman atau kenalan, sedangkan aku dikampus hanya sendiri tanpa ada teman atau kenalan sama sekali. Sedikti malas untuk mengikuti acara kampus tetapi juga membuat aku sedi
“Yang hari Rabu besok aku balik ke Malang, bisa jemput aku diterminal?”Itu adalah pesan dari Sari malam ini dihari Sabtu, ternyata sudah hampir dua bulan aku dan Sari menjalin hubungan jarak jauh. Aku merasa waktu berlalu sangat cepat sekali, entah karena ada kesibukan atau karena ada Kina. Aku merasa sedikit tidak nyaman dengan kabar kehadiran Sari lagi, aku tidak tahu apakah menjadi sebuah kesalahan bila aku berfikir seburuk itu? Harusnya kehadiran Sari adalah pelepas rinduku, tapi entah kenapa aku tidak terlalu berminat untuk saat ini bertemu dengan Sari. Sebenarnya kalau ingin jujur aku hanya tidak ingin di ganggu saja hubungan aku dengan Kina atas kembalinya Sari.Malam ini aku bertemu dengan Kina, ingin sekali aku mengajak Kina pindah ke kos lain yang jauh dari Sari. Kalian pasti tahu alasanku merencankan itu, iya supaya hubungan aku dan Kina bisa tetap berjalan dengan baik tanpa di ganggu Sari.Dikos Kina dia sudah menyiapkan makan malam untukku,
“Ayo kita cari kos lagi yang,” ajaku ke Kina melalui telephone.“Kapan?” tanya Kina terkejut.“Sepulang aku kerja ya,” jawabku penuh semangat.“Hmmmm.. Iya yang,” jawab Kina dengan nada pasrah.Sepulang kerja aku langsung menjuju kos Kina untuk mengajak dia mencari tempat kos baru, aku dan Kina mulai berkeliling jalanan disekitaran Universitas Brawijaya untuk mulai mencari lagi tempat yang kira-kira cocok untuk Kina tinggal. Sudah beberapa tempat yang kami kunjungi, tapi Kina masih merasa tidak cocok dengan semua kos yang kita datangi. Sampai akhirnya larut malam aku dan Kina masih belum menemukan apa-apa dan kami memutuskan kembali ke kos.Kali ini kau tidak terlalu pusing dan panic karena mungkin aku tahu Sari tidak akan datang dalam waktu dekat.“Kenapa sih senyum-senyum mulu dari tadi?” tanya Kina dengan memandangku.“Hehehehe….,” aku hanya menjawab dengan senyum
Kamu kemana Kina?Itu adalah pertanyaan hatiku atas kepergian Kina dalam beberapa hari ini, tanpa kabar dan tanpa pesan seolah kamu lupa ada orang yang meski telah mengecewakanmu tapi dia juga merindukanmu dengan setulus hatinya. Sadarkah kepergianmu menjadi bejanda dalam hatiku yang aku gunakan untuk menampuk air mata penyesalanku atas kebodohanku mengecewakanmu. Kamu kenapa Kina?Mungkin itu adalah pertanyaan bodoh yang kedua yang aku tanyakan ke dalam hatiku sendiri, aku tahu Kina pasti kecewa dan marah kepadaku. Tapi aku ingin meminta kesempatan untuk memberikan penjelasan terkait semua kesalahanku ini.Aku beberapa kali mencoba menghubungi Kina mulai dari telephone sampai dengan mengirim pesan singkat, dari malam pagi sampai siang ini tapi nyatanya semua sama sekali tidak mendapatkan respon dari Kina.Sepulang kerja aku mencoba mendatangi kosnya tapi kata penjaga kos Kina keluar sejak pagi hari, kemana dia? Sama siapa? penjaga kos seolah bungkam enggan
Kina menepati janjinya dengan menerima aku sore ini, sepulang kerja aku langsung menuju kos Kina dengan penuh semangat. Seperti biasanya saat bersama Kina di kosnya makanan sudah tersedia di meja, dengan lahap aku menghabiskan satu persatu makanan itu. Kina hanya memandangi aku dengan senyum kecil sembari mata indahnya berbinar seolah ada harapan yang terpendam dari tatapan matanya."Kenapa lihat aku kayak gitu?" tanyaku sembari mengunyah makanan."Gak apa-apa sayang, sehat-sehat ya," jawab Kina sembari tersenyum kecil dan mengelus bahuku.Hampir seminggu aku membagi waktu dengan empat hal yang aku anggap adalah sebuah mimpi, kuliah, bekerja, Kina dan Sari. Meskipun saat ini dengan Sari aku mulai jarang bertemu tapi aku anggap semua berjalan dengan baik tanpa ada masalah berarti, sempat aku berfikir meninggalkan Sari saja sebelum semuanya terbongkar dan membuat Sari kecewa dan marah karena telah aku duakan. Tapi setiap aku bertemu dengan Sari, rasa sayang itu selalu m
Setelah hampir seminggu aku tidak bertemu dengan Kina, hari ini aku mencoba memberanikan diri bertemu dengan dia. Ada sedikit rasa cemas dan takut kalau nanti Kina bertanya tentang perihal yang sama. Aku sampai didepan dikos Kina, dia telah menunggu aku didepan teras sembari membaca sebuah buku.“Kemana aja kok jarang kesini?” tanya Kina mengawali perbincangan.“Hehehehe.. maaf aku banyak kerjaan,” jawabku mencari alasan.“Gimana kuliahnya? Menyenangkan?” tanya Kina dengan senyum ke ibuannya.“Lancar dan menyenangkan yang,” jawabku dengan canggung.Kami menghabiskan waktu ngobrol bersama tanpa ada pertanyaan dari Kina masalah pernikahan, aku berfikir mungkin beberapa hari yang lalu dia hanya sedang dilema saja sehingga dia menanyakan tentang pernikahan itu.Untunglah semua berjalan kembali normal, Kina dan Sari masih bersamaku sampai saat ini. Sebulan lebih tidak ada masalah berarti dalam hubungan ka