Kamu kemana Kina?
Itu adalah pertanyaan hatiku atas kepergian Kina dalam beberapa hari ini, tanpa kabar dan tanpa pesan seolah kamu lupa ada orang yang meski telah mengecewakanmu tapi dia juga merindukanmu dengan setulus hatinya. Sadarkah kepergianmu menjadi bejanda dalam hatiku yang aku gunakan untuk menampuk air mata penyesalanku atas kebodohanku mengecewakanmu.Kamu kenapa Kina?Mungkin itu adalah pertanyaan bodoh yang kedua yang aku tanyakan ke dalam hatiku sendiri, aku tahu Kina pasti kecewa dan marah kepadaku. Tapi aku ingin meminta kesempatan untuk memberikan penjelasan terkait semua kesalahanku ini.Aku beberapa kali mencoba menghubungi Kina mulai dari telephone sampai dengan mengirim pesan singkat, dari malam pagi sampai siang ini tapi nyatanya semua sama sekali tidak mendapatkan respon dari Kina.Sepulang kerja aku mencoba mendatangi kosnya tapi kata penjaga kos Kina keluar sejak pagi hari, kemana dia? Sama siapa? penjaga kos seolah bungkam engganKina menepati janjinya dengan menerima aku sore ini, sepulang kerja aku langsung menuju kos Kina dengan penuh semangat. Seperti biasanya saat bersama Kina di kosnya makanan sudah tersedia di meja, dengan lahap aku menghabiskan satu persatu makanan itu. Kina hanya memandangi aku dengan senyum kecil sembari mata indahnya berbinar seolah ada harapan yang terpendam dari tatapan matanya."Kenapa lihat aku kayak gitu?" tanyaku sembari mengunyah makanan."Gak apa-apa sayang, sehat-sehat ya," jawab Kina sembari tersenyum kecil dan mengelus bahuku.Hampir seminggu aku membagi waktu dengan empat hal yang aku anggap adalah sebuah mimpi, kuliah, bekerja, Kina dan Sari. Meskipun saat ini dengan Sari aku mulai jarang bertemu tapi aku anggap semua berjalan dengan baik tanpa ada masalah berarti, sempat aku berfikir meninggalkan Sari saja sebelum semuanya terbongkar dan membuat Sari kecewa dan marah karena telah aku duakan. Tapi setiap aku bertemu dengan Sari, rasa sayang itu selalu m
Setelah hampir seminggu aku tidak bertemu dengan Kina, hari ini aku mencoba memberanikan diri bertemu dengan dia. Ada sedikit rasa cemas dan takut kalau nanti Kina bertanya tentang perihal yang sama. Aku sampai didepan dikos Kina, dia telah menunggu aku didepan teras sembari membaca sebuah buku.“Kemana aja kok jarang kesini?” tanya Kina mengawali perbincangan.“Hehehehe.. maaf aku banyak kerjaan,” jawabku mencari alasan.“Gimana kuliahnya? Menyenangkan?” tanya Kina dengan senyum ke ibuannya.“Lancar dan menyenangkan yang,” jawabku dengan canggung.Kami menghabiskan waktu ngobrol bersama tanpa ada pertanyaan dari Kina masalah pernikahan, aku berfikir mungkin beberapa hari yang lalu dia hanya sedang dilema saja sehingga dia menanyakan tentang pernikahan itu.Untunglah semua berjalan kembali normal, Kina dan Sari masih bersamaku sampai saat ini. Sebulan lebih tidak ada masalah berarti dalam hubungan ka
Bapak-bapak satpol PP dengan badan besar dengan seragam kebesaranya datang ke tempat kami, kami hanya tersenyum sembari duduk selayaknya menyambut tamu yang datang.“Selamat malam mas,” ucap Pak satpol menyapa kami.“Iya pak, silahkan duduk, mau pesan apa?” jawab Rizal dengan ramah.“Kami tidak mau pesan, kami kesini mau menertibkan lokasi sekitar sini supaya lebih bersih,” jawab bapak tersebut.“Terus?” tanya kami dengan muka bodoh.“Tempat mas jualan ini tidak memiliki izin dan berada ditempat terlarang untuk mendirikan bangunan,” jawab pak satpol.“Terus?” tanya kami lagi.“Mas ini baru?” tanya salah satu satpol yang disebalahnya.“Iya pak hehehe..,” jawabku sembari tersenyum.Ada beberapa pertanyaan dari satpol PP tentang jualan kami dan kami menjawab sesuai dengan apa yang kami lakukan. Kami juga menceritakan kalau sudah seminggu lebih dis
Setelah gagal dalam membangun usaha, kini aku tidak tahu harus berbuat apa lagi saat kondisiku tidak punya apa-apa. Jangankan berbicara masalah modal, uang untuk makan besok saja aku tidak ada.Saat aku membuka isi dompet hanya tersisa kurang dari 50.000 dimana mungkin itu hanya cukup untuk membeli bensin selama seminggu, dengan beberapa kopi sachet dan mie instan sisa jualan yang kita bagi dengan rata, semua itu harus aku manfaatkan dengan baik sampai akhirnya gajian.Aku bukan orang yang suka terlihat susah didepan orang lain jadi aku tidak mungkin meminjam uang ke sahabatku Agus, bahkan aku tidak mau menceritakan ini ke Agus. Satu-satunya orang yang tahu kondisiku saat ini adalah hanya Kina saja, itupun karena dia tanya tentang uang yang aku punya saat aku cerita warung habis dibubarkan sama satpol PP.“Yaudah gak apa-apa, yang penting kamu selamat dan sehat yang,” ucap Kina menasehati aku setelah mendengar ceritaku.“Iya yang,” jawabku
Sesuai dengan apa yang disuruh oleh Kina, sepulang kerja aku langsung menuju kos nya untuk bertemu dengan Rahma. Jujur aku tidak tahu bagaimana wajah Rahma, karena aku tahu Rahma hanya dari cerita Kina saja. Sesampainya di kos aku melihat ada cewek duduk di teras sembari bermain ponsel, Aku mencoba memberanikan diri untuk menyapa dan bertanya tentang Rahma.“Permisi maaf mengganggu, disini ada yang namanya Mbak Rahma?” tanyaku dengan malu-malu.“Oh.. iya saya Rahma, mas siapa ya?” tanya Rahma balik.“Saya pacarnya Kina, katanya ada titipan buat saya ya mbak?” tanyaku ke Kina.“Iya ada mas, ini titipan buat mas dari Kina,” ucap Rahma sembari memberikan tote bag warna coklat muda kepadaku.“Maaf apa ya ini isinya?” tanyaku penasaran.“Gak tau mas, Kina gak kasih tahu, yaudah aku permisi masuk dulu ya,” jawab Rahma sembari berlalu pergi.Aku hanya diam mematung dengan respon Rahma
Sudah seminggu lebih sejak pamitnya Kina untuk pulang, aku masih penasaran kenapa dia pergi begitu saja. Andai dia minta sesuatu yang mungkin bisa membuat dia tidak kembali ke Kalimantan pasti akan aku usahakan bahkan mungkin komitmen untuk lebih serius pasti akan aku usahakan, tapi dia pergi dengan kondisi baik-baik saja. Apa mungkin dia akan memberikan aku kejutan, mengingat awal bulan depan aku ulang tahun yang itu artinya tepat dua minggu setelah Kina pamit pulang. Pikiranku terus membingkai keindahan tentang kejutan apa yang akan Kina berikan kepadaku di hari ulang tahun.Tapi aku masih terus mencoba untuk mencari uang tambahan dengan harapan aku yang akan memberikan Kina kejutan dengan datang langsung menjemput kerumahnya. Beberapa hari ini aku mencoba berjualan Koran, tapi karena sulitnya mendapat uang dengan jumlah besar akhirnya aku hanya bertahan selama 4 hari. Lalu aku juga membantu teman berjualan jam tangan, meski hasilnya lumayan tapi belum cukup memenuhi kebutuha
Untuk apa Kina menulis surat ini? Apakah ini masih dalam rangkaian kejutan dia dihari ulang tahunku? Pikiranku mulai bercampur aduk, banyak ketidak mungkinan yang mulai aku pikirkan. Saat ini yang membuat aku merasa sangat kesal bukan karena surat dari Kina, tapi karena Kina yang tidak bisa aku hubungi.Lelah aku dengan pikiran aku yang kesana kemari, aku langsung bergegas ke kos Rahma untuk memastikan dan mencari tahu informasi tentang Kina. Sesampainya di kos tanpa ada keraguan aku langsung membuka pagar dan masuk ke dalam teras, menekan bel berkali-kali dengan harapan Rahma segera keluar. Sampai akhirnya Rahma membuka pintu secara perlahan.“Mbak bener Kina akan menikah?” tanyaku tanya basa-basi.“Iya mas,” jawab Rahma sedikit takut.“Kamu dikasih tahu siapa?” tanyaku memastikan..“Kin.. na.. sendiri yang cerita sebelum berangkat,” jawab Rahma dengan gugup.“Kamu jangan bohong?!?” ucap
Foto pernikahanmu menjadi senjata paling tajam yang pernah melukaiku, kamu tampak begitu cantik dengan baju khas daerahmu. Matamu terlihat berkaca-kaca entah apa yang menjadi penyembabnya, meskipun dalam hatiku yang licik aku berharap kamu menyesali keputusanmu. Senyummu disana adalah senyum yang biasa kamu berikan atas hadiah dari sikap baik atau mungkin tingkah lucuku dan laki-laki disebelahmu itu tidak lebih baik dari aku, mungkin dia hanya datang di waktu yang tepat atau mungkin dia sekedar dapat mengambil keputusan dengan cepat.Saat aku melihat fotomu, imajinasiku langsung terbang disampingmu. Melepar suamimu dan mejadikan aku sebagai gantinya, sungguh mungkin itu adalah menjadi terbaik yang bisa aku bayangkan, tapi itu hanya sekedar imajinasi seorang pengecut yang bersembunyi dibalik mimpi yang dia kejar.“Kenapa matamu berkaca-kaca yang?” tanya Sari setelah momen hening seusai melihat foto pernikahan Kina.“Oh.. enggak yang,” jawa
“Ayo Gim balik,” ucap Vina memecah keheningan.“Oh iyaaa,” jawabku singkat.Suasana memang seperti berbeda saat aku dan Vina beranjak pulang, seolah udara semakin dingin dan cahaya lampu kota yang semakin redup. Mungkin karena perjalanan kali ini kami lalui tanpa ada canda dan tanpa ada tutur kata yang terucap, yang menemani perjalan pulang hanya keheningan dan suara angin malam yang tidak seindah biasanya.“Vin Maaf ya,” ucapku ketika sampai dikos Vina.“Udah gak apa-apa, santai aja. Oh iya aku masuk dulu ya Gim, thanks untuk hari ini,” jawab Vina sembari masuk membuka pagar kosnya.Hmmm.. sepertinya tidak ada yang sedang baik-baik saja dalam keadaan sekarang yang sepertinya serba salah, aku sedang berfikir bagaimana caranya supaya dapat memperbaiki hubunganku dengan Vina yang sepertinya bermasalah.Sepanjang jalan menuju pulang aku mencoba berfikir bagaimana cara memperbaiki hubungan, sampai ditengah p
Selang satu hari setelah aku dan Vina membuat kesepakatan untuk membantu Ezza tanpa sengaja aku melihat Vina sedang asik ngobrol dengan Andhini cewek incaran Ezza, dari jauh aku melihat mereka cukup akrab entah bagaimana cara Vina mendekati Andhini tapi yang terlihat didepan mataku seolah tidak ada rasa kaku dari obrolan mereka berdua.“Giiimmm…,” teriak Vina yang mengetahui kehadiranku.“Siniii Gim,” ucap Vina sembari mengayunkan tanganya.Aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepala sembari berjalan mendekati Vina dan Andhini di lorong kampus.“Kenalin Gim ini temenku,” ucap Vina sembari menarik tanganku.“Ohh.. iy.. iya Vin,” jawabku dengan terkejut karena semudah itu Vina menyuruh aku untuk kenalan dengan Andhini.“Andhini kak,” ucap Andhini sembari menjulurkan tangan kearah aku.“Gim.. Gimman,” jawabku dengan gugup karena jujur ketika melihat And
Dua hari telah berlalu setelah semua yang aku perintahkan ke Ezza, dia datang lagi menghampiriku sembari menceritakan semua informasi yang dia dapat tentang cewek yang dia suka.Cewek malang yang di sukai oleh Ezza itu bernama Andhini Natasya Putri Purnomo dia adalah mahasiswi baru jurusan management bisnis dia berasal dari Kalimantan Utara tempatnya dari Nunukan, Adhini adalah anak pertama dari lima bersaudara, ayahnya adalah seorang penguasaha dan ibunya adalah ibu rumah tangga. Bahkan Ezza juga menceritakan tanggal lahir Andhini lengkap dengan tanggal lahir keluarganya beserta alamat keluarga Andhini tinggal sesuai dengan catatan yang dia bawa.“Wahhhh keren kamu Za bisa tahu sedetail itu,” ucapku memuji data observasi Ezza yang sangat lengkap.“Hehehehe, ini sih gampang Man,” jawab Ezza sembari memegang kerah bajunya.“Eh kamu tahu makanan kesukaan dia gak?” tanyaku dengan antusias.“Enggak,” jawab Ezza
Melihat dari jauh cewek incaran Ezza membuat aku merasa pesimis dan merasa Ezza adalah cowok yang tidak tahu diri karena selera cewek dia yang terlampau tinggi. Cewek incaran Ezza memiliki paras cantik, modis dan terlihat selalu ceria berbanding terbalik dengan Ezza yang cupu, pemalu dan lebih sering murung.“Man giamana bajuku bagus gak?” tiba-tiba Ezza datang di hadapanku dengan baju anehnya.“Hahhh.., Oh Bagus Za,” jawabku dengan singkat.“Gimana Man?” tanya Ezza lagi dengan antusias.“Gimana apanya?” jawabku pura-pura bodoh.“Apa tugas awalku untuk deketin dia?” tanya Ezza dengan percaya diri.Sial sekali, kenapa aku merasa tertekan dengan semangat Ezza untuk punya pacar. Membuat aku harus berfikir bagaimana solusianya supaya Ezza tidak kecewa ke dua kalinya.“Nanti dulu deh Za aku masih cari strategi,” jawabku memasang muka serius.“Oh gitu, oke deh Man kalau
“Gim kamu bisa temenin aku beli baju?”“Gim kamu mau gak nemenin aku cari kado?”“Gim malam ini nongkrong yuk?”“Gim ayo nanti makan malam bareng?”“Gim sibuk gak? Aku bosen,”Itu adalah beberapa contoh ucapan yang semakin sering aku dengar dari mulut Vina dan yang aneh adalah aku mulai menikmati moment itu dan sama sekali tidak merasa keberatan akan hal itu.Sore hari saat aku sedang duduk santai dikedai kopi depan kampus, Vina datang dengan mobilnya dan dia berhenti tepat didepan gerbang kampus. Setelah aku melihat Vina keluar dan ternyata dia keluar dari bangku penumpang, suara gaduh bisikan teman-teman yang ada disekitarku membuat aku kurang begitu fokus tapi sekilas aku lihat mobil Vina dikemudikan oleh seorang cewek, karena perawakanya yang putih dan berambut panjang.Untunglah yang memakai mobil Vina bukan cowok, sehingga membuat mentalku masih tetap terjaga untuk sedikit berharap d
Semenjak aku meminjam uang Vina hubungan kami semakin dekat, aku merasa harus terus bersikap baik dengan Vina supaya tidak di anggap orang yang tidak tahu balas budi. Meskipun sebelumnya aku juga baik dengan Vina, tapi setelah kebaikan Vina aku merasa harus lebih baik lagi.Beberapa hari ini aku semakin sering di ajak keluar oleh Vina entah hanya sekedar makan atau nongkrong sampai larut malam, aku tidak tahu alasan Vina yang semakin sering mengajak aku untuk keluar. Antara dia tahu aku tidak akan menolak ajakanya karena aku punya hutang atau memang tidak ada pilihan lain selain aku.“Gim nanti kamu kuliah sampai jam berapa?” tanya Vina ketika kami bertemu diparkiran kampus.“Hmmm.. cuma sampai jam enam sore aja Vin, kenapa?” jawabku sembari bertanya balik.“Ayo nanti sore kita nonton,” ajak Vina dengan antusias.“Haahh.. nanti?” tanyaku memastikan.“Iya nanti malam, bisa ya?” jawab Vina dengan
Hari demi hari mulai berlalu, aku masih belum mendapatkan tambahan uang satu juta untuk biaya semesteran kuliah aku. Kepala sudah mulai semakin tegang lagi karena waktu yang semakin terbatas, ada satu solusi yang sepertinya akan aku pakai. Tapi mungkin solusi ini cukup beresiko, aku berencana meminjam uang perusahaan untuk tambahan uang semesteran, mungkin ini sangat beresiko tapi bagaimana lagi aku sudah tidak punya solusi lagi untuk mencari dana tambahan.Ketika pimpinan datang aku mencoba mengawasi raut wajahnya, apakah sedang dalam kondisi senang atau dalam kondisi yang kurang baik. Setelah aku perhatikan seharian ini sepertinya pimpinan dalam kondisi kurang baik karena tidak ada senyum sama sekali sepanjang hari, sehingga aku memutuskan untuk mengurungkan niatku berbicara hari ini.Dikampus teman-temanku sibuk dan mengeluh masalah tugas dan pembelajaran sedangkan aku masih harus sibuk dengan bayar kuliah, tapi beruntungnya aku punya teman-teman yang sangat paham denga
Sore ini aku menunggu jam kuliah dengan Vina dikantin kampus, entah kenapa memang beberapa jadwal kami sering bersama.“Man kamu punya pacar?” tanya Vina tiba-tiba kepadaku.“Enggak, kenapa?” jawabku sembari bertanya balik.“Oh.. enggak apa-apa,” ucap Vina singkat.Iya aku dan Vina semakin hari memang semakin dekat, aku tidak tahu apakah ini proses pendekatan atau memang proses pertemanan kami yang seperti ini. Aku merasa memang Vina menaruh rasa denganku, salah satunya selain seringnya kami chat bersama sampai larut malam Vina juga tidak pernah nolak kalau aku ajak keluar, entah hanya nongkrong tidak jelas atau berhubungan dengan dunia model. Beberapa temanku sampai penasarana dengan hubungan aku dan Vina, temanku Ryan pernah bertanya tentang hubungan kami.“Kamu beneran gak ada hubungan apa-apa sama Vina?” tanya Ryan saat kami nongrkong berdua.“Hmmm enggak ada,” jawabku singkat.“
Aku mulai menjalani dunia baruku di dunia model, tapi kehidupanku yang lain masih sama tentang pekerjaan dan kuliah tidak pernah tergantikan. Yang sedikit berbeda adalah aku sekarang ke kampus dengan motor sport yang gagah berbeda dengan bulan lalu aku datang ke kampus dengan motor tuaku. Aku sangat bangga dengan motor yang baru aku beli, bukan hanya karena model yang bagus tapi juga motor ini aku beli dari jerih payahku. Ehhh.. tapi tunggu dulu, motor ini belum lunas, bahkan aku belum mengawali cicilan pertama, jadi mungkin motor ini belum sepenuhnya menjadi miliki. Jadi aku ganti alasanku bangga adalah karena motor ini keren dan cocok dengan apa yang aku mau, aku merasa hampir setiap perjalanan cewek-cewek melihatku dengan motor baru dengan rasa kagum. Entah itu kenyataan atau hanya aku saja yang terlalu percaya diri, tapi aku mulai menikmati semua itu. Heheheh.. Setiap hari aku cuci motorku sampai tidak ada noda tersisa, kotor sedikit langsung aku bersihkan bahkan hampir se