Foto pernikahanmu menjadi senjata paling tajam yang pernah melukaiku, kamu tampak begitu cantik dengan baju khas daerahmu. Matamu terlihat berkaca-kaca entah apa yang menjadi penyembabnya, meskipun dalam hatiku yang licik aku berharap kamu menyesali keputusanmu.
Senyummu disana adalah senyum yang biasa kamu berikan atas hadiah dari sikap baik atau mungkin tingkah lucuku dan laki-laki disebelahmu itu tidak lebih baik dari aku, mungkin dia hanya datang di waktu yang tepat atau mungkin dia sekedar dapat mengambil keputusan dengan cepat.Saat aku melihat fotomu, imajinasiku langsung terbang disampingmu. Melepar suamimu dan mejadikan aku sebagai gantinya, sungguh mungkin itu adalah menjadi terbaik yang bisa aku bayangkan, tapi itu hanya sekedar imajinasi seorang pengecut yang bersembunyi dibalik mimpi yang dia kejar.“Kenapa matamu berkaca-kaca yang?” tanya Sari setelah momen hening seusai melihat foto pernikahan Kina.“Oh.. enggak yang,” jawaDalam perlakuan baik Sari aku seolah menemukan kebaikan lagi dalam hubunganku dengan Sari, perlahan tapi pasti semua tentang Kina sudah menjadi hal biasa dalam ingatanku. Sudah satu bulan berlalu ingatanku tentang Kina menjadi tidak seistimewa dulu, semua pemberianya seolah menjadi barang yang biasa-biasa saja. Semua itu karena Sari yang mengobati lukaku, aku dan Sari semakin hari semakin dekat seolah kami menemukan lagi gairah dalam hubungan yang dulu terasa hambar karena adanya orang ketiga. Mungkin dulu bisa dibilang salahku yang terlalu meremehkan kebaikan dari Sari, hingga yang ada hanya kebaikan Kina yang selalu nampak dipelupuk mata.“Yang aku minggu depan mau ganti tempat magang ya,” ucap Sari kepadaku diantar obrolan kami.“Mau ganti dimana?” tanyaku dengan heran..“Di Jakarta,” jawab Sari singkat.“Kenapa jauh sekali?” tanyaku yang seolah tidak percaya.Sari menjelaskan alasanya mengambil kesempatan m
Hari ini genap satu bulan aku menjalani hubungan jarak jauh, Sari menyuruhku untuk membeli ponsel yang lebih bagus lagi dari yang aku gunakan sekarang. Katanya supaya aku bisa saling video call dan melihat wajah satu sama lain di telephone, aku menuruti saja permintaan dari Sari karena memang ponsel yang saat ini aku pakai sudah sangat lama yaitu mulai aku kelas 2 SMK dan bisa dibilang juga ponselku adalah ponsel jadul yang hanya bisa digunakan untuk telephone atau mengirim pesan singkat saja.Sepulang kerja aku meminta tolong ke Agus untuk mengantarku pergi mencari ponsel yang baru, karena jujur aku belum tahu banyak tentang ponsel, malahan aku akui urusan ini Agus yang jauh lebih paham tentang ponsel, karena mungkin dia adalah orang yang suka dengan perangkat elektronik jadi sudah beberapa kali Agus berganti ponsel.Ketika masuk ke toko handphone aku disugukan dengan banyaknya jenis telephone genggam atau ponsel dengan berbagai macam jenis. Setelah memilih masalah harga
Setelah seharian tanpa kabar aku mencoba mengubungi lagi Sari untuk memastikan keseriusan apa yang dia ucap semalam. Karena ternyata aku baru sadar bahwa menunggu kepastian jauh lebih berat. Aku masih tidak yakin Sari serius mengucapkan itu, karena memang tidak ada alasan bagi kami berpisah.“Hallo selamat pagi sayang,” sapaku setelah telephoneku di angkat oleh Sari.“Tolong jangan panggil aku sayang lagi ya,” jawab Sari dengan jutek.“Lah kenapa?” tanyaku pura-pura bodoh.“Status kita sekarang hanya sebatas teman tidak lebih,” jawab Sari dengan dingin.“Kamu beneran mau putus?” tanyaku memastikan.“Iya, aku mau kita putus,” jawab Sari dengan dingin.“Tapi kenapa?” tanyaku yang masih penasaran.“Kita lebih baik temenan aja, aku mau fokus ke kuliahku dulu,” jawab Sari dengan tegas.Setelah mendengar penjelasan dari Sari aku mencoba tetap bersika
Realistis atau idealis?Mungkin dalam kasus ini Sari adalah orang yang realistis sedangkan aku adalah orang yang idealis, Sari mungkin memiliki prinsip atau rencana ke depan yang ingin kehidupannya jauh lebih baik. Sedangkan aku orang yang idealis, bisaku hanya memaksamu untuk menemaniku menuju apa yang kamu mau. Jelas dalam masalah ini aku butuh Sari untuk mewujudnya mimpinya, sedangkan Sari tidak butuh aku untuk mewujudkan mimpinya.Jujur aku juga ingin berfikir realistis tentang masa depan, tapi aku merasa seorang cowok tugasnya adalah untuk melayani bukan untuk dilayani. Jadi biarkan aku menjadi orang yang idealis dan terus memaksamu disampingku, tenang saja aku pastikan tugasmu hanya sekedar menemani dan menikmati kerja kerasku.Kata Agus aku disuruh segera melupakan Sari, lebih baik putus sekarang dari pada nanti saat hubungan kami jauh lebih serius lagi mungkin tidak hanya aku yang kecewa, tapi bisa melibatkan banyak orang tanpa kecuali keluarga.Kata Agus
Pagi hari aku menuju kantor agency dipusat Kota Malang, aku tidak tahu sama sekali tentang pekerjaan yang akan aku dapatkan disana nanti. Yang membuat aku cukup yakin untuk berangkat adalah karena Vina memberi tahu aku kalau akan mendapatkan uang dari tanda tangan kontrak dan uang juara lomba kemarin dari agency, sesederhana itu motivasiku untuk berangkat ke kantora agency.Sampai dilokasi aku melihat banyak sekali anak muda seusiaku cewek dan cowok semua membaur jadi satu, aku melihat banyak sekali cewek cantik disini dan cowoknya juga tidak kalah cantik. Hehehehe..Aku terpaksa berangkat sendiri kesini karena Vina tidak bisa ikut, sesampainya di depan kantornya aku disambut oleh mas mas bersuara merdu.“Wagiman ya,” ucap mas tersebut dengan ramah.“Iya mas,” jawabku singkat.“Ayo-ayo masuk ke dalam, hallo kenalin anak-anak ini anggota baru kita namanya Wagi, see haii dulu sama Wagi,” ucap mas tersebut dengan ramah dan an
Aku mulai menjalani dunia baruku di dunia model, tapi kehidupanku yang lain masih sama tentang pekerjaan dan kuliah tidak pernah tergantikan. Yang sedikit berbeda adalah aku sekarang ke kampus dengan motor sport yang gagah berbeda dengan bulan lalu aku datang ke kampus dengan motor tuaku. Aku sangat bangga dengan motor yang baru aku beli, bukan hanya karena model yang bagus tapi juga motor ini aku beli dari jerih payahku. Ehhh.. tapi tunggu dulu, motor ini belum lunas, bahkan aku belum mengawali cicilan pertama, jadi mungkin motor ini belum sepenuhnya menjadi miliki. Jadi aku ganti alasanku bangga adalah karena motor ini keren dan cocok dengan apa yang aku mau, aku merasa hampir setiap perjalanan cewek-cewek melihatku dengan motor baru dengan rasa kagum. Entah itu kenyataan atau hanya aku saja yang terlalu percaya diri, tapi aku mulai menikmati semua itu. Heheheh.. Setiap hari aku cuci motorku sampai tidak ada noda tersisa, kotor sedikit langsung aku bersihkan bahkan hampir se
Sore ini aku menunggu jam kuliah dengan Vina dikantin kampus, entah kenapa memang beberapa jadwal kami sering bersama.“Man kamu punya pacar?” tanya Vina tiba-tiba kepadaku.“Enggak, kenapa?” jawabku sembari bertanya balik.“Oh.. enggak apa-apa,” ucap Vina singkat.Iya aku dan Vina semakin hari memang semakin dekat, aku tidak tahu apakah ini proses pendekatan atau memang proses pertemanan kami yang seperti ini. Aku merasa memang Vina menaruh rasa denganku, salah satunya selain seringnya kami chat bersama sampai larut malam Vina juga tidak pernah nolak kalau aku ajak keluar, entah hanya nongkrong tidak jelas atau berhubungan dengan dunia model. Beberapa temanku sampai penasarana dengan hubungan aku dan Vina, temanku Ryan pernah bertanya tentang hubungan kami.“Kamu beneran gak ada hubungan apa-apa sama Vina?” tanya Ryan saat kami nongrkong berdua.“Hmmm enggak ada,” jawabku singkat.“
Hari demi hari mulai berlalu, aku masih belum mendapatkan tambahan uang satu juta untuk biaya semesteran kuliah aku. Kepala sudah mulai semakin tegang lagi karena waktu yang semakin terbatas, ada satu solusi yang sepertinya akan aku pakai. Tapi mungkin solusi ini cukup beresiko, aku berencana meminjam uang perusahaan untuk tambahan uang semesteran, mungkin ini sangat beresiko tapi bagaimana lagi aku sudah tidak punya solusi lagi untuk mencari dana tambahan.Ketika pimpinan datang aku mencoba mengawasi raut wajahnya, apakah sedang dalam kondisi senang atau dalam kondisi yang kurang baik. Setelah aku perhatikan seharian ini sepertinya pimpinan dalam kondisi kurang baik karena tidak ada senyum sama sekali sepanjang hari, sehingga aku memutuskan untuk mengurungkan niatku berbicara hari ini.Dikampus teman-temanku sibuk dan mengeluh masalah tugas dan pembelajaran sedangkan aku masih harus sibuk dengan bayar kuliah, tapi beruntungnya aku punya teman-teman yang sangat paham denga
“Ayo Gim balik,” ucap Vina memecah keheningan.“Oh iyaaa,” jawabku singkat.Suasana memang seperti berbeda saat aku dan Vina beranjak pulang, seolah udara semakin dingin dan cahaya lampu kota yang semakin redup. Mungkin karena perjalanan kali ini kami lalui tanpa ada canda dan tanpa ada tutur kata yang terucap, yang menemani perjalan pulang hanya keheningan dan suara angin malam yang tidak seindah biasanya.“Vin Maaf ya,” ucapku ketika sampai dikos Vina.“Udah gak apa-apa, santai aja. Oh iya aku masuk dulu ya Gim, thanks untuk hari ini,” jawab Vina sembari masuk membuka pagar kosnya.Hmmm.. sepertinya tidak ada yang sedang baik-baik saja dalam keadaan sekarang yang sepertinya serba salah, aku sedang berfikir bagaimana caranya supaya dapat memperbaiki hubunganku dengan Vina yang sepertinya bermasalah.Sepanjang jalan menuju pulang aku mencoba berfikir bagaimana cara memperbaiki hubungan, sampai ditengah p
Selang satu hari setelah aku dan Vina membuat kesepakatan untuk membantu Ezza tanpa sengaja aku melihat Vina sedang asik ngobrol dengan Andhini cewek incaran Ezza, dari jauh aku melihat mereka cukup akrab entah bagaimana cara Vina mendekati Andhini tapi yang terlihat didepan mataku seolah tidak ada rasa kaku dari obrolan mereka berdua.“Giiimmm…,” teriak Vina yang mengetahui kehadiranku.“Siniii Gim,” ucap Vina sembari mengayunkan tanganya.Aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepala sembari berjalan mendekati Vina dan Andhini di lorong kampus.“Kenalin Gim ini temenku,” ucap Vina sembari menarik tanganku.“Ohh.. iy.. iya Vin,” jawabku dengan terkejut karena semudah itu Vina menyuruh aku untuk kenalan dengan Andhini.“Andhini kak,” ucap Andhini sembari menjulurkan tangan kearah aku.“Gim.. Gimman,” jawabku dengan gugup karena jujur ketika melihat And
Dua hari telah berlalu setelah semua yang aku perintahkan ke Ezza, dia datang lagi menghampiriku sembari menceritakan semua informasi yang dia dapat tentang cewek yang dia suka.Cewek malang yang di sukai oleh Ezza itu bernama Andhini Natasya Putri Purnomo dia adalah mahasiswi baru jurusan management bisnis dia berasal dari Kalimantan Utara tempatnya dari Nunukan, Adhini adalah anak pertama dari lima bersaudara, ayahnya adalah seorang penguasaha dan ibunya adalah ibu rumah tangga. Bahkan Ezza juga menceritakan tanggal lahir Andhini lengkap dengan tanggal lahir keluarganya beserta alamat keluarga Andhini tinggal sesuai dengan catatan yang dia bawa.“Wahhhh keren kamu Za bisa tahu sedetail itu,” ucapku memuji data observasi Ezza yang sangat lengkap.“Hehehehe, ini sih gampang Man,” jawab Ezza sembari memegang kerah bajunya.“Eh kamu tahu makanan kesukaan dia gak?” tanyaku dengan antusias.“Enggak,” jawab Ezza
Melihat dari jauh cewek incaran Ezza membuat aku merasa pesimis dan merasa Ezza adalah cowok yang tidak tahu diri karena selera cewek dia yang terlampau tinggi. Cewek incaran Ezza memiliki paras cantik, modis dan terlihat selalu ceria berbanding terbalik dengan Ezza yang cupu, pemalu dan lebih sering murung.“Man giamana bajuku bagus gak?” tiba-tiba Ezza datang di hadapanku dengan baju anehnya.“Hahhh.., Oh Bagus Za,” jawabku dengan singkat.“Gimana Man?” tanya Ezza lagi dengan antusias.“Gimana apanya?” jawabku pura-pura bodoh.“Apa tugas awalku untuk deketin dia?” tanya Ezza dengan percaya diri.Sial sekali, kenapa aku merasa tertekan dengan semangat Ezza untuk punya pacar. Membuat aku harus berfikir bagaimana solusianya supaya Ezza tidak kecewa ke dua kalinya.“Nanti dulu deh Za aku masih cari strategi,” jawabku memasang muka serius.“Oh gitu, oke deh Man kalau
“Gim kamu bisa temenin aku beli baju?”“Gim kamu mau gak nemenin aku cari kado?”“Gim malam ini nongkrong yuk?”“Gim ayo nanti makan malam bareng?”“Gim sibuk gak? Aku bosen,”Itu adalah beberapa contoh ucapan yang semakin sering aku dengar dari mulut Vina dan yang aneh adalah aku mulai menikmati moment itu dan sama sekali tidak merasa keberatan akan hal itu.Sore hari saat aku sedang duduk santai dikedai kopi depan kampus, Vina datang dengan mobilnya dan dia berhenti tepat didepan gerbang kampus. Setelah aku melihat Vina keluar dan ternyata dia keluar dari bangku penumpang, suara gaduh bisikan teman-teman yang ada disekitarku membuat aku kurang begitu fokus tapi sekilas aku lihat mobil Vina dikemudikan oleh seorang cewek, karena perawakanya yang putih dan berambut panjang.Untunglah yang memakai mobil Vina bukan cowok, sehingga membuat mentalku masih tetap terjaga untuk sedikit berharap d
Semenjak aku meminjam uang Vina hubungan kami semakin dekat, aku merasa harus terus bersikap baik dengan Vina supaya tidak di anggap orang yang tidak tahu balas budi. Meskipun sebelumnya aku juga baik dengan Vina, tapi setelah kebaikan Vina aku merasa harus lebih baik lagi.Beberapa hari ini aku semakin sering di ajak keluar oleh Vina entah hanya sekedar makan atau nongkrong sampai larut malam, aku tidak tahu alasan Vina yang semakin sering mengajak aku untuk keluar. Antara dia tahu aku tidak akan menolak ajakanya karena aku punya hutang atau memang tidak ada pilihan lain selain aku.“Gim nanti kamu kuliah sampai jam berapa?” tanya Vina ketika kami bertemu diparkiran kampus.“Hmmm.. cuma sampai jam enam sore aja Vin, kenapa?” jawabku sembari bertanya balik.“Ayo nanti sore kita nonton,” ajak Vina dengan antusias.“Haahh.. nanti?” tanyaku memastikan.“Iya nanti malam, bisa ya?” jawab Vina dengan
Hari demi hari mulai berlalu, aku masih belum mendapatkan tambahan uang satu juta untuk biaya semesteran kuliah aku. Kepala sudah mulai semakin tegang lagi karena waktu yang semakin terbatas, ada satu solusi yang sepertinya akan aku pakai. Tapi mungkin solusi ini cukup beresiko, aku berencana meminjam uang perusahaan untuk tambahan uang semesteran, mungkin ini sangat beresiko tapi bagaimana lagi aku sudah tidak punya solusi lagi untuk mencari dana tambahan.Ketika pimpinan datang aku mencoba mengawasi raut wajahnya, apakah sedang dalam kondisi senang atau dalam kondisi yang kurang baik. Setelah aku perhatikan seharian ini sepertinya pimpinan dalam kondisi kurang baik karena tidak ada senyum sama sekali sepanjang hari, sehingga aku memutuskan untuk mengurungkan niatku berbicara hari ini.Dikampus teman-temanku sibuk dan mengeluh masalah tugas dan pembelajaran sedangkan aku masih harus sibuk dengan bayar kuliah, tapi beruntungnya aku punya teman-teman yang sangat paham denga
Sore ini aku menunggu jam kuliah dengan Vina dikantin kampus, entah kenapa memang beberapa jadwal kami sering bersama.“Man kamu punya pacar?” tanya Vina tiba-tiba kepadaku.“Enggak, kenapa?” jawabku sembari bertanya balik.“Oh.. enggak apa-apa,” ucap Vina singkat.Iya aku dan Vina semakin hari memang semakin dekat, aku tidak tahu apakah ini proses pendekatan atau memang proses pertemanan kami yang seperti ini. Aku merasa memang Vina menaruh rasa denganku, salah satunya selain seringnya kami chat bersama sampai larut malam Vina juga tidak pernah nolak kalau aku ajak keluar, entah hanya nongkrong tidak jelas atau berhubungan dengan dunia model. Beberapa temanku sampai penasarana dengan hubungan aku dan Vina, temanku Ryan pernah bertanya tentang hubungan kami.“Kamu beneran gak ada hubungan apa-apa sama Vina?” tanya Ryan saat kami nongrkong berdua.“Hmmm enggak ada,” jawabku singkat.“
Aku mulai menjalani dunia baruku di dunia model, tapi kehidupanku yang lain masih sama tentang pekerjaan dan kuliah tidak pernah tergantikan. Yang sedikit berbeda adalah aku sekarang ke kampus dengan motor sport yang gagah berbeda dengan bulan lalu aku datang ke kampus dengan motor tuaku. Aku sangat bangga dengan motor yang baru aku beli, bukan hanya karena model yang bagus tapi juga motor ini aku beli dari jerih payahku. Ehhh.. tapi tunggu dulu, motor ini belum lunas, bahkan aku belum mengawali cicilan pertama, jadi mungkin motor ini belum sepenuhnya menjadi miliki. Jadi aku ganti alasanku bangga adalah karena motor ini keren dan cocok dengan apa yang aku mau, aku merasa hampir setiap perjalanan cewek-cewek melihatku dengan motor baru dengan rasa kagum. Entah itu kenyataan atau hanya aku saja yang terlalu percaya diri, tapi aku mulai menikmati semua itu. Heheheh.. Setiap hari aku cuci motorku sampai tidak ada noda tersisa, kotor sedikit langsung aku bersihkan bahkan hampir se