Setelah gagal dalam membangun usaha, kini aku tidak tahu harus berbuat apa lagi saat kondisiku tidak punya apa-apa. Jangankan berbicara masalah modal, uang untuk makan besok saja aku tidak ada.
Saat aku membuka isi dompet hanya tersisa kurang dari 50.000 dimana mungkin itu hanya cukup untuk membeli bensin selama seminggu, dengan beberapa kopi sachet dan mie instan sisa jualan yang kita bagi dengan rata, semua itu harus aku manfaatkan dengan baik sampai akhirnya gajian.Aku bukan orang yang suka terlihat susah didepan orang lain jadi aku tidak mungkin meminjam uang ke sahabatku Agus, bahkan aku tidak mau menceritakan ini ke Agus. Satu-satunya orang yang tahu kondisiku saat ini adalah hanya Kina saja, itupun karena dia tanya tentang uang yang aku punya saat aku cerita warung habis dibubarkan sama satpol PP.“Yaudah gak apa-apa, yang penting kamu selamat dan sehat yang,” ucap Kina menasehati aku setelah mendengar ceritaku.“Iya yang,” jawabkuSesuai dengan apa yang disuruh oleh Kina, sepulang kerja aku langsung menuju kos nya untuk bertemu dengan Rahma. Jujur aku tidak tahu bagaimana wajah Rahma, karena aku tahu Rahma hanya dari cerita Kina saja. Sesampainya di kos aku melihat ada cewek duduk di teras sembari bermain ponsel, Aku mencoba memberanikan diri untuk menyapa dan bertanya tentang Rahma.“Permisi maaf mengganggu, disini ada yang namanya Mbak Rahma?” tanyaku dengan malu-malu.“Oh.. iya saya Rahma, mas siapa ya?” tanya Rahma balik.“Saya pacarnya Kina, katanya ada titipan buat saya ya mbak?” tanyaku ke Kina.“Iya ada mas, ini titipan buat mas dari Kina,” ucap Rahma sembari memberikan tote bag warna coklat muda kepadaku.“Maaf apa ya ini isinya?” tanyaku penasaran.“Gak tau mas, Kina gak kasih tahu, yaudah aku permisi masuk dulu ya,” jawab Rahma sembari berlalu pergi.Aku hanya diam mematung dengan respon Rahma
Sudah seminggu lebih sejak pamitnya Kina untuk pulang, aku masih penasaran kenapa dia pergi begitu saja. Andai dia minta sesuatu yang mungkin bisa membuat dia tidak kembali ke Kalimantan pasti akan aku usahakan bahkan mungkin komitmen untuk lebih serius pasti akan aku usahakan, tapi dia pergi dengan kondisi baik-baik saja. Apa mungkin dia akan memberikan aku kejutan, mengingat awal bulan depan aku ulang tahun yang itu artinya tepat dua minggu setelah Kina pamit pulang. Pikiranku terus membingkai keindahan tentang kejutan apa yang akan Kina berikan kepadaku di hari ulang tahun.Tapi aku masih terus mencoba untuk mencari uang tambahan dengan harapan aku yang akan memberikan Kina kejutan dengan datang langsung menjemput kerumahnya. Beberapa hari ini aku mencoba berjualan Koran, tapi karena sulitnya mendapat uang dengan jumlah besar akhirnya aku hanya bertahan selama 4 hari. Lalu aku juga membantu teman berjualan jam tangan, meski hasilnya lumayan tapi belum cukup memenuhi kebutuha
Untuk apa Kina menulis surat ini? Apakah ini masih dalam rangkaian kejutan dia dihari ulang tahunku? Pikiranku mulai bercampur aduk, banyak ketidak mungkinan yang mulai aku pikirkan. Saat ini yang membuat aku merasa sangat kesal bukan karena surat dari Kina, tapi karena Kina yang tidak bisa aku hubungi.Lelah aku dengan pikiran aku yang kesana kemari, aku langsung bergegas ke kos Rahma untuk memastikan dan mencari tahu informasi tentang Kina. Sesampainya di kos tanpa ada keraguan aku langsung membuka pagar dan masuk ke dalam teras, menekan bel berkali-kali dengan harapan Rahma segera keluar. Sampai akhirnya Rahma membuka pintu secara perlahan.“Mbak bener Kina akan menikah?” tanyaku tanya basa-basi.“Iya mas,” jawab Rahma sedikit takut.“Kamu dikasih tahu siapa?” tanyaku memastikan..“Kin.. na.. sendiri yang cerita sebelum berangkat,” jawab Rahma dengan gugup.“Kamu jangan bohong?!?” ucap
Foto pernikahanmu menjadi senjata paling tajam yang pernah melukaiku, kamu tampak begitu cantik dengan baju khas daerahmu. Matamu terlihat berkaca-kaca entah apa yang menjadi penyembabnya, meskipun dalam hatiku yang licik aku berharap kamu menyesali keputusanmu. Senyummu disana adalah senyum yang biasa kamu berikan atas hadiah dari sikap baik atau mungkin tingkah lucuku dan laki-laki disebelahmu itu tidak lebih baik dari aku, mungkin dia hanya datang di waktu yang tepat atau mungkin dia sekedar dapat mengambil keputusan dengan cepat.Saat aku melihat fotomu, imajinasiku langsung terbang disampingmu. Melepar suamimu dan mejadikan aku sebagai gantinya, sungguh mungkin itu adalah menjadi terbaik yang bisa aku bayangkan, tapi itu hanya sekedar imajinasi seorang pengecut yang bersembunyi dibalik mimpi yang dia kejar.“Kenapa matamu berkaca-kaca yang?” tanya Sari setelah momen hening seusai melihat foto pernikahan Kina.“Oh.. enggak yang,” jawa
Dalam perlakuan baik Sari aku seolah menemukan kebaikan lagi dalam hubunganku dengan Sari, perlahan tapi pasti semua tentang Kina sudah menjadi hal biasa dalam ingatanku. Sudah satu bulan berlalu ingatanku tentang Kina menjadi tidak seistimewa dulu, semua pemberianya seolah menjadi barang yang biasa-biasa saja. Semua itu karena Sari yang mengobati lukaku, aku dan Sari semakin hari semakin dekat seolah kami menemukan lagi gairah dalam hubungan yang dulu terasa hambar karena adanya orang ketiga. Mungkin dulu bisa dibilang salahku yang terlalu meremehkan kebaikan dari Sari, hingga yang ada hanya kebaikan Kina yang selalu nampak dipelupuk mata.“Yang aku minggu depan mau ganti tempat magang ya,” ucap Sari kepadaku diantar obrolan kami.“Mau ganti dimana?” tanyaku dengan heran..“Di Jakarta,” jawab Sari singkat.“Kenapa jauh sekali?” tanyaku yang seolah tidak percaya.Sari menjelaskan alasanya mengambil kesempatan m
Hari ini genap satu bulan aku menjalani hubungan jarak jauh, Sari menyuruhku untuk membeli ponsel yang lebih bagus lagi dari yang aku gunakan sekarang. Katanya supaya aku bisa saling video call dan melihat wajah satu sama lain di telephone, aku menuruti saja permintaan dari Sari karena memang ponsel yang saat ini aku pakai sudah sangat lama yaitu mulai aku kelas 2 SMK dan bisa dibilang juga ponselku adalah ponsel jadul yang hanya bisa digunakan untuk telephone atau mengirim pesan singkat saja.Sepulang kerja aku meminta tolong ke Agus untuk mengantarku pergi mencari ponsel yang baru, karena jujur aku belum tahu banyak tentang ponsel, malahan aku akui urusan ini Agus yang jauh lebih paham tentang ponsel, karena mungkin dia adalah orang yang suka dengan perangkat elektronik jadi sudah beberapa kali Agus berganti ponsel.Ketika masuk ke toko handphone aku disugukan dengan banyaknya jenis telephone genggam atau ponsel dengan berbagai macam jenis. Setelah memilih masalah harga
Setelah seharian tanpa kabar aku mencoba mengubungi lagi Sari untuk memastikan keseriusan apa yang dia ucap semalam. Karena ternyata aku baru sadar bahwa menunggu kepastian jauh lebih berat. Aku masih tidak yakin Sari serius mengucapkan itu, karena memang tidak ada alasan bagi kami berpisah.“Hallo selamat pagi sayang,” sapaku setelah telephoneku di angkat oleh Sari.“Tolong jangan panggil aku sayang lagi ya,” jawab Sari dengan jutek.“Lah kenapa?” tanyaku pura-pura bodoh.“Status kita sekarang hanya sebatas teman tidak lebih,” jawab Sari dengan dingin.“Kamu beneran mau putus?” tanyaku memastikan.“Iya, aku mau kita putus,” jawab Sari dengan dingin.“Tapi kenapa?” tanyaku yang masih penasaran.“Kita lebih baik temenan aja, aku mau fokus ke kuliahku dulu,” jawab Sari dengan tegas.Setelah mendengar penjelasan dari Sari aku mencoba tetap bersika
Realistis atau idealis?Mungkin dalam kasus ini Sari adalah orang yang realistis sedangkan aku adalah orang yang idealis, Sari mungkin memiliki prinsip atau rencana ke depan yang ingin kehidupannya jauh lebih baik. Sedangkan aku orang yang idealis, bisaku hanya memaksamu untuk menemaniku menuju apa yang kamu mau. Jelas dalam masalah ini aku butuh Sari untuk mewujudnya mimpinya, sedangkan Sari tidak butuh aku untuk mewujudkan mimpinya.Jujur aku juga ingin berfikir realistis tentang masa depan, tapi aku merasa seorang cowok tugasnya adalah untuk melayani bukan untuk dilayani. Jadi biarkan aku menjadi orang yang idealis dan terus memaksamu disampingku, tenang saja aku pastikan tugasmu hanya sekedar menemani dan menikmati kerja kerasku.Kata Agus aku disuruh segera melupakan Sari, lebih baik putus sekarang dari pada nanti saat hubungan kami jauh lebih serius lagi mungkin tidak hanya aku yang kecewa, tapi bisa melibatkan banyak orang tanpa kecuali keluarga.Kata Agus