“Mas aku udah pulang kuliah,” isi pesan singkat dari Kina.
“Siiaappp aku kesana sekarang,” jawabku sembari bergegas menjemput Kina dikampus.Sampai dikampus aku melihat Kina sedang duduk dibawah pohon yang rindang sembari membaca buku, aku menyapanya dan dia langsung menoleh ke arahku. Kina mendekat menghampiriku, aku melihat kali ini Kina nampak cantik sekali. Sepertinya dia menggunakan make up tipis ditambah lip ice yang menemani bibir manisnya membuat setiap goresan dari senyumnya membuat semakin menawan.Sejenak aku terpana melihatnya, kecantikan dan kesederhanaan ini tidak dapat aku abaikan begitu saja.“Kita mau kemana tuan putri?” tanyaku dengan nada bercanda.“Hehehe.. nanti aku kasih tahu,” jawab Kina sembari tersipu malu.“Kemanapun aku siap mengantar tuan putri,” ucapku sembari menggoda.“Ahhh.. jangan gitu dong mas,” jawab Kina sembari malu-malu.“KenapaSore hari sepulang dari kerja, seperti biasanya aku keluar bersama Kina. Kali ini Kina meminta tolong aku untuk ke acara ulang tahun temanya. Kina yang pemalu meminta aku menemani dia, sebelum menjemput Kina aku pulang dahulu untuk mengganti baju yang sesuai dengan acara ulang tahun temannya. Setelah mengganti baju aku bersiap berangkat untuk menjemput Kina, ada tantangan yang harus aku lalui saat menjemput Kina. Aku menjemput Kina dikosnya Sari, saat ini tempat itu adalah salah satu tempat yang paling aku hindari. Meskipun dulu tempat itu sering aku gunakan untuk menghabiskan waktu bersama Sari, tapi saat ini kegiatan itu yang paling aku hindari bersama Sari. Aku mencoba menghubungi Sari untuk memastikan apakah dia sedang berada dikos, tapi untungnya dia sedang ada jam kuliah dikampusnya. Informasi sederhana itu mampu membuat aku merasa jauh lebih nyaman untuk melangkah ke tempat Kina. Aku menyuruh Kina untuk bersiap diteras kosnya sembari aku mulai melakukan perjalanan untuk menje
Pagi hari sebelum matahari terbit dengan sempurna Sari meminta tolong untuk mengantar dia ke terminal gadang, dengan senang hati aku lakukan itu. Aku menjemput Sari dikosnya untuk menuju keterminal, dengan jaket tebal, masker dan celana jeans panjang membuat aku sempat tidak mengenalinya saat di depan kos. Tapi setelah melihat mata indahnya, aku tahu mata itu hanya milik Sari. Kami berjalan santai menuju terminal, menerobos udara dingin pagi di Kota Malang.“Udah sarapan yang?” tanyaku.“Belum yang,” jawab Sari singkat.“Yaudah kita makan dulu ya,” ajakku ke Sari.“Boleh, makan soto ya,” jawab Sari dengan antusias.Aku hanya mengangguk sembari melihat jalanan kira-kira apa ada soto sepagi ini, sampai akhirnya aku menemukan penjual soto dipinggir jalan. Kami berhenti lalu masuk dan makan.“Yang gak mau titip sesuatu buat orang rumah? Tanya Sari sembari makan.“Hmmm.. apa ya yang,” j
“Terimakasih untuk hari ini,”Kalimat itu yang Kina bisikan ditelingaku saat kami berjalan menuju arah pulang, dengan duduk kesamping dan kepala yang bersandar dipundaku. Karena beberapa hari belakangan ini memang sepertinya itu posisi yang paling sering Kina lakukan saat dia aku bonceng.Bersandarlah Kina dipundakku, ini adalah tempat paling aman untukmu sementara ini. Jangan buru-buru bersandar di hatiku, karena masih ada Sari yang menetap di dalamnya. Aku tidak tahu mana diantara kalian yang akan menetap lama, aku hanya bisa mencoba menjaga sebaik mungkin itu semua.Sampai dikos aku langsung merebahkan badanku dikasur sembari membuka ponselku, aku melihat ada 12x panggilan tidak terjawab dari Sari. Setelah itu aku melihat pesan singkat ternyata Sari juga mengirim 6x pesan singkat ke aku secara bertahap.“Selamat malam yang?”“Sedang apa sayang?”“Yaaaahhh.. dicuekin.”“Haaallllloooooooooo&h
Sudah seharian ini Sari tidak membalas telephone dan pesanku, aku tidak tahu apakah masalah sesimpel itu bisa membuat hubungan kami serumit ini, dia mengabaikan aku lebih dari 24 jam. Aku tidak tahu apakah masalah seperti itu cukup fatal dalam sebuah hubungan? Atau memang Sari saja yang terlalu ke kanak-kanakan dan menganggap ini sebagai masalah besar?Saat ini pikiranku tidak mau bermasalah dengan siap saja, aku mulai mencoba dengan tidak memikirkan masalah sederhana karena saat ini masalah terbesarku adalah aku sudah hampir satu tahun merantau di Kota Malang tapi belum ada perubahan yang berarti dalam hidup ini, terutama pendidikan. Seharusnya aku kesini untuk kuliah bukan untuk yang lainya, tapi sekarang kuliah malah menjadi opsi ke tiga dalam pikiranku selain wanita dan pekerjaan.Pagi hari Kina menyapaku dengan suara lembutnya, suara selembut itu mampu memberi motivasi baru dalam pagiku. Aku sadar ada mimpi yang harus terwujud dan ada cinta yang harus tetap aku ra
“Yang.. yang.. yang… ayyoookk,”Ucap Kina sembari menggoyang-goyangkan lenganku, aku merasa terpesona dengan kecantikan Kina malam ini sampai-sampai aku tidak sadar bahwa dia sudah ada didepanku, aku bingung imajinasiku lari kemana saja dari tadi.“Ohhh.. sudah yang, ayok naik yang,” ucapku ke Kina.“Aku sudah naik yang dari tadi,” jawab Kina sembari memukul pundaku.“Oh.. iya iya maaf,” ucapku menahan malu karena kurang konsentrasi.Aku dan Kina mulai berjalan menuju tempat janjian kami disalah satu café di Kota Batu, udara dingin menemani perjalanan kami sepanjang jalan. Beberapa kali Kina menanyakan kecemasanya akan bertemu dengan teman-temanku.“Aku udah cantik belum?” tanya Kina sembari melihat kaca spion motor yang sudah tertuju kepadanya.“Suda,” jawabku singkat sembari fokus ke jalan.“Eh.. beneran? Gak kelihatan jelek dadananku?” tany
Tentang jarak.Aku berfikir jarak hanyalah sebuah batasan visual yang mengghalangi pandangan, hanya sekedar batasan fisik yang tidak mampu saling bertamu. Aku ingat saat dulu Sari hilang begitu saja tanpa kabar, tidak hanya jarak yang menjadi korban tetapi hati yang menjadi tumbal atas ketidak pastian. Tanpa kabar dalam beberapa hari dia fikir itu sesuatu yang mudah. Sampai-sampai aku tidak berhak untuk berkomentar atau sekedar mengutarakan rinduku padanya, seminggu lebih aku berbicara dengan diriku sendiri dan seminggu lebih hatiku mencoba menghibur diri diantara sepi dan ketidak pastian. Sadarkah itu Sari?Saat aku diperlakukan seperti itu aku kira Sari juga mampu menerima perlakukan seperti itu dariku, saat ini aku dan Sari hanya terpisah jarak yang tidak terlalu jauh mungkin hanya sekitar 80 kilometer. Keuntungan Sari dari berpisahan jarak ini adalah dia tahu bahwa aku tetap mencintainya, sedangkan saat aku dulu bahkan tidak berani bermimpi untuk bertemu lagi dan a
Dengan kondisi Pak Sholeh yang masih sakit membuat aku tidak bisa bekerja seperti biasanya, aku hanya bisa menunggu dan berharap Pak Sholeh segera pulih kembali agar aku bisa segera bekerja lagi. Sore hari sepulang kerja, seperti biasanya aku ke kos Kina untuk makan sore dan aku menceritakan kondisiku ini ke Kina tentang Pak Sholeh yang sedang sakit dan dirawat dirumah sakit, tentang aku yang akhirnya harus berhenti kerja untuk sementara waktu.“Yaudah mas mungkin disuruh istirahat dulu,” respon Kina setelah mendengar semua ceritaku.“Tapi gimana ya nanti untuk biaya hidupku?” tanyaku ke Kina.“Tenang aja rezeki uda ada yang atur yang,” jawab Kina dengan tenangnya. Kina mengajaku untuk menjenguk Pak Sholeh dan aku mengiyakan saja, aku pulang ke kos untuk bersiap-siap menjenguk Pak Sholeh.Sampai kos tiba-tiba Agus datang menghampiriku,“Man tadi aku ditelephone Sari?” ucap Agus.“Oh iya? Sari tanya apa?” tanyaku ke Agus dengan penasaran.“Masalah
Secara resmi aku sudah menjadi mahasiswa tahun ini, aku sudah selesaikan semua prosedur pendafataran hari ini. Kampus yang aku tuju sesuai dengan analisa dan masukan dari Kina, aku masuk dikampus STMIK ASIA Kota Malang dengan mengambil jurusan Teknik Informatika dan Desain Grafis. Menurut analisah bodohku seharusnya jurusan ini yang paling mudah, tapi tidak tahu lagi kedepan seperti apa. Kalau analisa dari kemampuan keuangan aku, dari waktu yang bisa disesuaikan dengan jam kerjaku sampai biaya yang cukup terjangkau, meskipun sebenarnya biayanya sama seperti kampus pada umumnya hanya saja disini aku punya waktu bekerja disiang hari, jadi bisalah untuk biaya membayar kuliah dan biaya hidupku disini.Setelah resmi menjadi mahasiswa aku berencana untuk memberi tahu ke pimpinan kantorku bahwa statusku adalah mahasiswa, dengan harapan kantorku bisa sedikit memberikan support kepadaku.Aku melihat pimpinan masuk ke dalam ruangannya, nyaliku naik turun antara masuk atau tetap be