Share

WRONG TURN
WRONG TURN
Penulis: Framadani

PROLOG

Penulis: Framadani
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-08 16:37:12

Aku tidak bisa mundur begitu aku berada di kamar Albert.

Meskipun aku mau tapi juga ragu-ragu - karena aku memang menginginkannya, itu sudah terlambat. Pintunya tidak berbunyi sedikitpun ketika aku menyelinap masuk. Jika aku mengenal diriku sendiri dengan baik, aku akan tersandung dan jatuh dengan teriakan dan penjaga di sekitar rumah - maksudku mansion - akan masuk ke dalam kamar dan menangkap ku yang hanya menggunakan gaun tidur yang tersertifikat sebagai pelacur seksi yang mencoba untuk mundur dari menggoda anak bos mereka. Mereka mungkin berpikir aku pembunuh bayaran yang akan membunuh Albert dalam tidurnya.

Jangan jadi pengecut, Cass, aku berbicara dengan diriku sendiri. Mengedipkan mataku beberapa kali untuk menyesuaikan penglihatanku di tengah kegelapan. Kau menginginkannya, kau menginginkan ini.

Mengambil napas yang dalam dan percaya diri. Aku melangkah ke salah satu sisi kasur king size nya. Di dalam kegelapan, aku harus benar-benar mengingat tata letak kamarnya dari tur seluruh mansion tadi pagi. Setelah sembilan jam penerbangan menggunakan jet pribadinya, Albert membawa seluruh geng - Aku, Sam, Sarah, dan Julian - ke kamarnya untuk beristirahat sementara kamar tamu sedang dipersiapkan, kami semua memerah seperti tomat saat kami tertegun melihat ukuran kamarnya. Seperti yang dia bilang dan aku mengutip "Yeah, kamarku memang seukuran gereja tapi hey, kita tetap akan bermain Call Of Duty, kan?" dan kita semua oke dengan itu.

Itulah Albert. Sangat rendah hati. Dan juga sangat seksi hingga terasa sakit saat melihatnya. Dia memiliki rambut hitam seperti tinta, mata biru yang dingin dan fisik seperti atlet, tidak heran jika banyak wanita mengantri untuk mendapatkan perhatiannya. Dia memiliki lautan ikan yang siap untuk dipilih saat pesta dansa nanti. Aku sedikit kecewa dia tidak memilihku tapi aku sudah merelakannya.

Karena malam ini aku akan mendapatkan malam terbaik di hidupku.

Aku benar-benar tidak adil dengan Kyle, bajingan itu, karena meskipun kami putus dengan buruk dia sebenarnya cukup ... baik.

Sangat baik, dia hampir tidak pernah memberiku orgasme.

Kyle Anderson mungkin memang jelmaan adonis tapi aku tidak pernah merasakan apa yang sahabatku, Sarah, sebut dengan "Kapital O". Itu mungkin seperti monster Loch Ness bagiku. Mitos. Itu tidak berarti aku akan basah saat aku datang ke lapangan football dan melihat mantan pacarku. Tapi itu bukan masalahnya.

Mungkin masalahnya bukan dari Kyle, kalimat pahit berkata di kepalaku. Mungkin itu kau.

Dengan pikiran menyebalkan melayang di kepalaku aku jadi tersandung dengan kakiku sendiri dan terbang tepat di atas kasur - mendarat tanpa elegan di objek afeksiku yang meringkuk di lipatan selimut dengan canggung. Jika dia sudah tidur, aku sangat yakin tidak sekarang setelah aku menempatkan tanganku di wajahnya.

"Apa-apaan?" Dia mendengus, mencoba untuk duduk.

Tanpa berpikir, aku mendorongnya kembali tidur, bersyukur dia tidak bisa melihat betapa merahnya wajahku saat ini.

"Sial, aku minta maaf Alby, apa kau baik-baik saja? Apa ada yang sakit?" Aku mengoceh. Seanggun yang aku bisa aku bergerak untuk mengangkanginya, aku merinding merasakan dadanya yang telanjang di telapak tanganku.

"Apa kau berdarah?" Aku mengusap wajahnya dan merasa lega karena aku tidak menemukan jejak cairan hangat atau benjolan.

Tubuhnya mematung. Aku berharap aku bisa melihat wajahnya saat itu, berharap aku bisa melihat saat dia menolak karena ini aku, salah satu sahabatnya, menyelinap ke dalam kamarnya di tengah malam. Sebelum aku kehilangan keberanianku, aku menurunkan bibirku ke dia - setidaknya aku berpikir itu di sana. Bibirku malah berakhir di rahangnya yang mengeras. Tidak biasanya berduri tapi bagiku itu membuatnya semakin seksi. Perlahan aku menggerakkan bibirku ke bibirnya, berdoa dalam hati dia tidak akan menarik diri, atau bilang padaku untuk pergi. Dimana itu adalah kemungkinan besarnya.

Namun dia kemudian menciumku kembali, satu tangan besar merayap di belakang kepalaku dan menjagaku tetap di tempat.

Gelombang gairah meletus di perutku dan sebelum aku mengetahuinya, lidah Albert menemukan jalan masuk ke dalam mulutku. Sudah seperti yang aku duga, Albert Mikhail West adalah pencium yang handal. Dia terus merasakanku, menjepit bibir bawahku diantara celah hangat di mulutnya.

Aku menarik kembali dengan napas memburu dan detak jantung yang cepat. Albert mengerang tidak puas, tangannya merayap turun di sisi tubuhku ke kedua kakiku yang memeluk sisinya. Aku menarik gaunku ke atas dan melemparnya di belakang bahuku. Sekarang aku benar-benar telanjang.

Aku belum pernah telanjang di depan pria lain selain Kyle tapi aku cukup merasa percaya diri dengan tubuhku. Lagi pula, di sini gelap, bulan diselimuti langit tebal. Albert tidak bisa melihat - hanya merasakan.

"Sentuh aku, Albert." Aku berbisik, mencari tangannya dan menaruhnya di dadaku. Tangganya besar dan hangat, mereka memijat keduanya dengan cepat di bawah telapak tangannya. Aku bisa spontan meledak.

Dengan malas, Albert membuat pola melingkar di sekitar puncak dadaku yang keras sebelum menariknya di antara dua jarinya yang terampil. Aku menjerit sebelum aku bisa menahan diriku sendiri, sensasi dari tangannya yang sedikit kapalan dengan dadaku yang sensitif benar-benar sangat menakjubkan hingga terasa sakit. Aku menurunkan pinggul ku melawannya dan secara tanpa sadar menumbuk yang aku tahu adalah ereksinya di bawah selimut. Panas dan keras, itu menyentuh di tempat yang tepat. Albert freaking West keras untukku.

Salah satu tangannya bergerak turun dari dadaku, menyusuri jejak panas di bawah perutku sebelum menangkup puncak yang berdenyut di antara kakiku. Desahan yang keras keluar dari mulutku begitu saja tanpa Albert berdesis menyuruhku untuk diam. Berpikir kembali, dia tidak bicara banyak, selain saat aku menindihnya.

"Please," Aku memohon, saat dia tidak begitu juga menyentuh bagian yang aku ingin dia sentuh lebih dari apapun.

Mencoba mengatur kembali posisinya, dia menjalankan jarinya di sepanjang celahku, berhenti di atas ujung bengkakku. Dia segera menarik jarinya dan aku merintih protes. Dalam keheningan, aku mendengar suara hisapan yang memberitahu ku kalau dia merasakanku di jarinya.

"Itu tadi ... Sangat seksi." Aku merintih berharap bisa melihat itu lagi. Aku benar-benar penuh dengan kontradiksi.

Lalu dia mendorong jarinya memasukiku.

Menjerit kecil, aku melengkungkan punggungku ke belakang menyerah pada sensasi yang dia ciptakan dan bergerak di atas jarinya. Ibu jarinya berada di atas pusat saraf paling sensitifku, menggosoknya dengan cepat saat dia menambah satu jari lagi di dalamku. Aku lagi-lagi mengeluarkan jeritan kecil, bergerak ketika dia membengkokan jarinya dan menemukan satu mitos lagi yang aku pernah dengan - G-spot ku. Aku tahu aku sudah selesai saat itu karena aku langsung datang di tangannya.

Tubuhku bergetar dan bintang beterbangan di mataku. Klimaksku benar-benar mengejutkan, walaupun aku juga merasa ingin pipis tapi itu tidak ada hubungannya dengan sensasi di tulang punggungku yang diberikan pria yang memainkan ku dengan hebat.

Aku ingin menangis. Itu bukan aku. Tidak ada yang salah denganku. Aku bisa datang.

"Trims." Aku menghembuskan napas lega, meraih wajahnya dan merasakan wajahnya dengan jemariku. Aku bersandar ke depan dan meraih mulutnya tanpa banyak masalah. Lidahnya menjilat garis di antara bibirku sebelum aku membuat celah yang membiarkan dia masuk. Dia mengerang dengan keras saat menendang selimutnya jauh dan dari situ aku tahu dia tidur telanjang.

Tidak ada yang lebih seksi dari itu. Serius.

Ciumannya berubah ketika dia menekan ereksinya padaku. Lidahnya masuk dan menyerah lidahku. Erangannya menjadi lebih keras dan lebih putus asa. Aku menghisap bibir bawahnya, menggigitnya dan bergetar ketika dia mengeluarkan sumpah serapah.

Aku merasa dia bergerak meraih nightstand nya. Tanpa mendorongku jauh, lacinya terbuka dan setelah jeda beberapa detik dia menutupnya kembali. Suara foil membuat jantung ku berdetak lebih kencang.

"Oh, seharusnya aku sudah tahu." Aku berkata dengan lembut. Albert bukan orang yang tidur dengan siapa saja yang dia suka tapi dia memang melakukannya. Aku hanya tidak mengira dia akan mengajak perempuan ke mansion keluarganya.

Dia mendengus.

Aku mengangkat diriku sendiri dari pangkuannya dan berbaring di sampingnya, menunggu dia memasangnya membuatku merasa kurang yakin dengan diriku sendiri di tiap detiknya. Bagaimana kalau Kyle selingkuh dariku karena aku partner yang buruk di ranjang? Aku sudah mempunyai pikiran itu tapi aku tidak membiarkannya meracuniku. Albert baru saja memberiku orgasme. Aku berutang budi padanya untuk memberikan hal yang sama. Sial, aku berutang hidupku padanya.

"Kesini," Aku mendesis, meraih kepalanya dan menariknya ke dalam ciuman yang panas. Dia menyesuaikan ritmeku dengan baik sambil memposisikan dirinya di antara pahaku.

Tanganku mengelus bahunya yang lebar, mencengkeram dengan keras saat mulutnya seakan ingin menghabisi mulutku dengan cara paling nikmat. Sebelum aku tahu, aku menggeliat merasakannya. Dia terkekeh, begitu rendah dan sensual hingga membuatku lebih basah. Aku meraih diantara kita dan menggenggam ereksinya, tawanya seketika berubah menjadi erangan sakit.

Dia besar. Cukup besar hingga aku tidak bisa sepenuhnya menggenggamnya. Sangat besar hingga aku mulai menghitung untuk mencari tahu seberapa jauh dia akan meregangkanku.

Jadi rumor nya benar. Aku berpikir, lebih dari senang. Aku meremasnya hingga dia mengeluarkan erangan lain.

"Cukup." Dia berkata sambil menarik tanganku jauh.

"Aku menginginkanmu." Aku bergumam, menggeliat tidak sabar di bawahnya. Aku mendesak ketika aku merasakannya di pintuku, ujung bulatnya membuat jejak di sepanjang garis celahku. "Sial," Aku mendesis ketika dia menekan di tempat yang tepat. "Please."

Dia perlahan mendorong masuk dan aku mengerang, menginginkan lebih. Aku mengangkat pinggul ku untuk menerimanya, aku mengusap punggungnya dan menancapkan kuku jariku ke pantat berototnya, memaksanya masuk seluruhnya dan menekan dadaku padanya.

Sakitnya tajam namun memuaskan, berdenyut aku mencoba untuk menyesuaikan ukurannya. Kyle tidaklah kecil, tapi aku - seperti yang dia bilang dan aku mengutip - "sangat sempit". Mendengar Albert yang mengambil napas dengan tajam mengkonfirmasi kebenaran itu.

"Kau besar." Aku memejamkan mataku sambil berbisik.

Ketika aku sudah hampir terbiasa dengan ukurannya, dia mendorong lebih dalam dan mataku langsung terbuka lebar. Aku menjerit kesakitan dan seluruh tubuhnya menegang.

"Aku baik-baik saja." Aku berkata dengan cepat, takut dia akan menarik keluar. "Jangan menahan diri." Terdengar seperti sesuatu yang harus aku katakan. Lagi pula aku juga menginginkannya.

Dia mencium diantara leher dan bahuku, Albert menyumpah di atas kulitku sebelum bergerak di dalamku.

"Oh, boy." Aku tersedak, mengangkat pinggul ku sedikit untuk menambah tekanan di dalamku. "Wow."

Bergerak lebih cepat, dorongan dan tarikan Albert membuat ku tidak bisa bernapas. Aku meraih pantatnya lagi, merasakan ototnya menegang dibawah jemariku. Dia menaruh tangannya di belakang lututku dan membungkus pinggangnya dengan kakiku, memanfaatkan posisi ini untuk mendorong ke dalamku lagi. Aku mendesahkan namanya lalu dia berhenti, jantungnya berdetak kencang melawanku.

"Apa?" Aku memeluk bahunya. "Apa yang kau lakukan?"

Albert baru saja memberikan orgasme pertama ku. Jika dia membiarkanku tidak penuh malam ini. Aku akan mati.

"Aku mohon." Napasku berderu, suaraku hanya napas.

Mendengus, dia mendorong kedalamku tanpa ampun, miliknya terus menabrak spot itu. Aku mendesah, mengerang di bawahnya, putus asa ingin merasakannya lagi.

"Come." Suaranya kental.

Aku hampir sampai. Sangat dekat. Begitu dekat.

Aku datang, melepaskan apa saja yang aku punya. Albert masih mempompa dengan keras di dalamku dan untuk satu detik aku berpikir dia akan membelahku menjadi dua.

Namun hal cantik berikutnya datang. Dia melengkungkan punggungnya dan mengeluarkan erangan seperti binatang, dia bergetar, mengendarai orgasmenya dan melepaskan diri dariku. Lalu dia jatuh di atasku tanpa meremukanku. Dengan tangan yang bergetar aku menyisir rambut hitamnya yang bergelombang.

Bergelombang? Aku berpikir seraya menarik tanganku kembali.

Rambut Albert dipotong tipis. Kurang dari seinci dari kulit kepalanya. Sangat pendek untuk bisa menjadi bergelombang.

Oh, aku sial.

"Menjauh dariku atau aku akan berteriak." Aku mendesis, jatuh dari kenikmatan setelah seks dengan cepat, kepalaku berdenyut.

Dia tertawa. "Tapi kau sudah berteriak." Dia membalas dan dia sama sekali tidak terdengar seperti Albert. Untuk awalnya, suaranya ratusan kali lebih rendah dan dia memiliki aksen. Albert, yang sepanjang hidupnya tinggal di Amerika, tidak memiliki aksen. Meringkuk jauh dariku, orang asing itu berguling ke sisi lain kasur.

Mengabaikan kekosongan yang aku rasakan, aku mengambil napas panjang dan duduk, rasa sakit menjalar di sebagian tubuh bawahku.

"Siapa kau?" Kataku, meraih lampu samping, jika memang itu benar-benar di sana.

"Siapa kau?" Dia membalas, mengalahkanku menyalakan lampu duluan.

Dia berbalik dan melihat ku. Ekspresi yang tidak bisa aku kenali menyelimuti wajahnya. Aku tersedak. Aku tidak bisa menghentikannya. Aku tidak bisa menyembunyikannya.

Dia bukan Albert yang-baru-saja-lulus-sekolah. Tidak, tapi dia pria bermata hijau dingin yang belum bercukur - pria telanjang bermata hijau dingin yang belum bercukur. Dia yang baru saja berada di dalamku. Memberiku orgasme yang dahsyat.

Berotot dengan hidung mancung dan bibir penuh, rambutnya lah yang benar-benar mengambil perhatianku. Tebal dan bergelombang. Rambutnya bergantung di dahinya, basah sebagai hasil dari aktivitasnya dengan ku. Fakta jika aku tidak melihat uban di sana membuatku lega. Menurutku dia berada di umur dua puluhan.

"Aku terus memanggil nama Albert tahu. Kau tahu," Aku berkata, memeluk diriku sendiri. Menatap ke sekeliling yang akhirnya aku sadari kalau ini kamar yang salah. Aku merasa ingin menangis. "Kau tahu siapa yang aku mau."

Dia menaikkan alisnya. "Jadi kau berkata kalau istri Albert yang baru meninggal satu tahun lalu dan dia sudah mengundang pelacur ke kamarnya?"

Istri?

Mengabaikan fakta kalau aku baru saja disebut pelacur bayaran, aku berkata "Apa yang kau bicarakan? Alby baru saja delapan belas tahun!"

Dia hampir mengatakan sesuatu namun dia mengurungkan niatnya.

"Well?" Aku mendorongnya untuk menjawab.

Dia membersihkan tenggorokannya. "Kau salah satu teman, si Albert Junior?"

"Ya! Apa yang kau pi ..." Suaraku meredup begitu saja. Albert Junior, berarti ada Albert Senior ... ayahnya ... "Oh, God."

Pria itu juga terlihat tertegun. "Tolong, jangan bilang kau masih enam belas tahun."

"Aku benar-benar bodoh." Aku bergumam sambil keluar dari kasur yang berantakan dan mencari gaun tidur ku di lantai. "Sangat bodoh." Tidak begitu lama menemukannya dan memakainya. Aku akhirnya menatap pria itu - pria yang salah - yang aku goda. "Aku delapan belas tahun. Bukan berarti itu penting karena ... karena aku bodoh. Aku pasti berbelok di tempat yang salah dan kau mungkin ... Kau mungkin salah satu penjaga dan aku tidur denganmu!"

Dia tertawa lagi, sambil berdiri. Aku dengan cepat mengalihkan mataku dari semi ereksinya yang jauh lebih besar di pencahayaan.

"Jangan lupa, kau yang datang padaku." Dia mengatakan poinnya.

Dengan satu langkah di sudah berada di depanku, membuatku sedikit takut. Mendadak aku merasa kesulitan untuk bernapas di bawah tatapan matanya.

"Dean," Dia menghela napas, menurunkan lututnya hingga bibirnya sejajar denganku. Aku menutup mataku, menahan desahan ketika lidahnya menyusup ke dalam mulutku untuk merasakanku.

"Apa?" Aku bertanya dengan linglung saat mulutnya meninggalkanku.

Bibirnya membentuk seringaian dan dia melepaskanku. "Namaku Dean. Dean Giovanni West," Dia menambahkan, dan aku mengambil langkah mundur karena aku mengenal namanya.

"Aku paman Albert Junior."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
openingnya keren ya, gak kalah novel terjemahan setting barat!!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • WRONG TURN   BAB 1: THE MOMENT SHE TOOK THE WRONG TURN

    Aku menghela napas lega begitu keluar dari mobil setelah sembilan jam penerbangan dari Washington ke Ełlona dimana Albert mengundang seluruh geng untuk menghabiskan libur musim panas. Mobil kami berhenti berhenti di depan rumah - setidaknya itu bagaimana Albert menyebutnya - yang bagiku terlihat seperti mansion dengan desain medieval dan dikelilingi lapangan hijau juga pepohonan.Aku, Sam, Sarah, dan Julian masuk ke dalam dengan mulut terbuka dan mata yang mengambil banyak sekali ornamen dan lukisan sejauh pandangan. Aku tidak terkejut jika Albert memiliki rumah seperti ini karena dia terlahir di keluarga terkaya di Eropa namun menjadi temannya dan melihat secara langsung terasa berbeda. Hal yang paling aku sukai di sini adalah chandelier nya. Aku seakan tidak bisa melepaskan pandanganku darinya."Ayo, ikut aku." Albert berkata pada kami untuk mengikutinya menaiki salah satu tangga kembar di depan kami.Setiap sudu

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • WRONG TURN   BAB 2: IT'S GOING TO BE A LONG MORNING

    5 tahun kemudianTeleponku berbunyi ketika aku memasuki elevator. Aku memutuskan untuk mengabaikannya tapi sepertinya Sarah bukan tipe orang yang mudah menyerah."Hai, aku tidak tahu kalau Miss Makcomblang menelponku." Aku bersiul."Apa kau bercerita tentang ayahmu adalah anggota mafia pada James?" Sarah setengah berteriak padaku melalui telepon. "Pria malang itu mengancam akan membunuhku. Di tengah malam! Bagaimana kau bisa membuat pria baik dan ramah seperti James berubah jadi kejam?""Hei, bukan salahku dia langsung percaya. Semua pria yang kau comblangkan padaku hanya berpikir dengan satu sel otak.""Pria yang aku kirim untukmu itu cerdas, punya penghasilan yang bagus, dan tampang yang lumayan," Sarah membalas dengan helaan napas berat. "Apa kau tidak ingin bahagia, Cass?"Sekilas aku merasa marah dengan pertanyaannya tapi aku dengan cepat memendamnya. Sarah Hale adalah sahabat ku dan orang yang paling bisa aku percaya di dunia. Kita saling mengenal semenjak taman kanak-kanak tapi

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • WRONG TURN   BAB 3: TILL THEY MET AGAIN

    Kota bagian timur laut Eropa bernama Ełlona terletak ditengah-tengah antara Rusia, Estonia dan Latvia. Bahasa umum yang digunakan antara lain : Russian, Latvian, dan English. Populasi di Ełlona cukup banyak untuk kota yang kecil dan setiap bulan kota ini menerima turis dengan total empat ratus orang baik dari luar kota maupun luar negeri untuk melihat keindahan alam dan taman bunga - plus Ełlona juga merupakan asal keluarga Amerika-Eropa terkaya di dunia yang terkenal karena gen ketampanannya. OK, bagian terakhir hanyalah pendapatku sendiri dan bukan dari Wikipedia. Setelah aku dan ayahku duduk di interior mewah limusin berwarna hitam yang mengantar kami dari landasan pribadi West. Aku menghabiskan sembilan jam di langit pagi dari JFK ke langit malam Rusia ke bandara Sheremetyevo, plus satu jam di pesawat pribadi menuju Ełlona, aku googling tentang apa saja yang tidak aku ketahui tentang kota ini - yang mana cukup banyak. Di setiap kesempatan ayahku mengintip teleponku dan menyuaraka

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • WRONG TURN   BAB 4 : BITE HER IN THE ASS

    Tempat api unggunnya bergerak. Jam di ponsel menunjukkan, ini baru saja lewat tengah malam dan aku berguling di sofa dengan selimutku membaca Shadow and Bone di Kindle. Aku berhak untuk ketakutan ... karena tempat apinya bergerak-gerak. Aku bahkan tidak menyadari ada semacam pahatan batu bodoh sampai aku melihat bagian kecil dari dinding perlahan terbuka, seperti pintu. Di mansion tua yang luasnya mengalahi kastil ini, ghoul atau demon bukanlah pengecualian, lihatlah diriku yang terbawa karakter yang aku mainkan di The Hunt, Samantha, berburu monster jahat sepanjang hidupnya, aku terlahir untuk menjadi hebat dalam yang aku lakukan. Apapun yang ada di balik dinding itu akan dengan mudah aku lawan. Namun mungkin setelah aku menyelesaikan chapter ini, pikirku, kembali membaca bagian yang aku tinggalkan yang baru saja memasuki bab yang bagus sebelum kembali melihat ke tempat api yang setengah terbuka. "Debu sialan," Setannya bergumam, merundukkan kepalanya dan keluar dari rak di ata

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • WRONG TURN   BAB 5 : TASTE TEST AND EVERYTHING ELSE

    Dean mengambil waktunya untuk berjalan mundur dariku tapi aku tidak membantu untuk mendorongnya lebih jauh karena aku membeku di tempatku berdiri. Aku selalu berpikir itu hanya hiperbola konyol tapi saat ini, aku benar-benar merasa seperti patung es."Apa, Vanya?" Katanya sambil tersenyum puas, melarikan ibu jarinya di sepanjang bibir bawahku yang bengkak karena ciumannya."Aku tidak bermaksud mengganggu, paman." Suara Vanya yang tetap kasual membuatku sedikit lega.Aku berbalik, meringis melihat raut penasaran tergambar jelas di wajahnya. "Kau tidak mengganggu apapun, Vanya." Kataku, memaksakan nada kasual di suaraku. "Apa kau akan kembali ke dalam?" "Vanya, sudah berapa kali ku bilang jangan memanggilku paman," Dean mengeluh di samping ku. "Aku tidak setua itu." "Aku hanya mencoba menghormatimu," Vanya berkata dengan lembut. "dan ya, Cassandra, aku akan kembali ke mansion. Ada beberapa detail di pernikahan yang membutuhkan perhatian ku.""Bagus, aku akan, um, ikut denganmu.""Kau t

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • WRONG TURN   BAB 6 : LAYERS OF HIM

    Ada ketukan di pintuku sekitar jam sepuluh, aku baru saja selesai memakai makeup ku. Orgasme semalam benar-benar menaruh keceriaan di wajahku. Memikirkannya aku jadi teringat Dean - bayangan tentangnya menyentuh dirinya sendiri tadi malam, membayangkan dia meledak dalam ekstasi. Semua itu - terutama miliknya itu akan terpatri selamanya di pikiranku dan aku menemukan diriku sendiri berliur ketika aku hendak membuka pintu ... berhadapan langsung dengan ayahku. Aku langsung menyingkirkan pemikiran kotorku dan mengeluarkan ekspresi polos dan senang pada ayahku. "Hi, Dad," Kataku, memberinya senyuman yang tidak dia balas. Aku merasakan wajahku memanas saat dia berjalan tanpa berkata-kata melewatiku, parfum cologne nya yang familiar tercium olehku. "Apa semua baik-baik saja?" Aku bertanya. Tidak bisa menghentikan nada ragu-ragu seperti anak lima tahun yang ketahuan mencuri di suaraku. Hanya Daniel Prince yang bisa membuatku s

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • WRONG TURN   BAB 7 : MISS. I-PICKED-THE-WRONG-TURN

    Makan malam benar-benar mengerikan.Tentu saja, ada hal yang lebih buruk sedang terjadi di dunia daripada sahabatku yang memberikanku silent treatment tanpa alasan apapun, tunangan pujaan hatiku dulu memberiku tatapan diam-diam selama main course dan dewa Yunani duduk di sampingku dengan jemari paling ajaib.Aku kebetulan yang paling terlambat datang ke ruang makan dan kursi yang kosong tinggal satu, itulah kenapa aku duduk bersandingan dengan Dean, jemarinya merayap naik dari ujung gaunku di bawah meja saat dia dengan polosnya berbicara dengan Constantine yang ada di kanannya.Aku tidak bisa makan; aku bahkan tidak bisa berpikir. Tidak saat dia baru saja tahu kalau aku tidak menggunakan celana dalam.Membuka pahaku untuknya, aku merasakan jemarinya berhenti saat dia tidak menemukan penghalang apapun di antara dua kakiku. Kepalaku pusing karena rangsangannya, aku hampir saja menangis lega ketika d

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-30
  • WRONG TURN   BAB 8 : THE CIRCLE OF CONTRADICTION

    "Sial, apa yang kau pikirkan? Bagaimana dengan STD? Apa aku satu-satunya orang yang masih waras di sini?" Dia terlihat terkejut. "Kita periksa setiap bulan. Sebenarnya, aku sembila-puluh-sembilan persen yakin kalau ini anaknya Sam." Aku memutar mataku padanya. "Oh, ya, kurasa itu akan membuat hal yang lainnya tak berarti." "Lihat? Karena inilah aku tidak ingin memberitahumu apapun. Kau selalu menghakimi ku!" "Realistislah sedikit, Sarah. Hanya sedetik saja, jangan menganggap kalau kau hidup di dunia fantasi dimana setiap orang telanjang dan bercinta dengan siapapun yang mereka mau," Aku mencacinya, merasakan amarah merayap di sekujur tubuhku karena ketidakdewasaannya. "Ini bayi - yang tidak kau yakini milik suamimu." "Bisakah kita melihat Netflix dan melupakan percakapan ini?" Dia membujuk, memberiku tatapan puppy-dog nya. Aku hampir saja menyerah melawan ta

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-01

Bab terbaru

  • WRONG TURN   WEDDING AND PROPOSAL (EXTRA)

    “Apa aku sudah bilang padamu kalau aku akan menikmati waktuku membuka gaun ini nanti?” Dean berbisik di telingaku saat kita berdansa dengan iringan “perfect” dari Ed Sheeran. Setelah upacara ikrar janji selesai, atrium dari Pazzo’s telah diubah menjadi surga romantis dengan lampu-lampu berkilauan, dimana kita semua memakan makanan terbaik dan wine teratas, dan sekarang aku berdansa dengan pacarku di lantai dansa.Aku tersenyum di samping pipinya. “Apa itu karena kau menyukai apa yang aku pakai atau karena kau membencinya?”“Aku tidak akan pernah bisa membenci apapun yang kau pakai, apalagi kalau kau tidak memakai apapun. Percaya padaku.”Klasik Dean. Aku memakai gaun a-line berwarna biru langit dengan garis leher yang rendah, atasan korsetku disulam dengan kristal dan payet yang dengan alami memudar ke rok tulle yang memiliki celah paha yang tinggi.Diseberang lantai dansa, aku melihat pasangan yang baru saja menikah berdansa dan tersenyum, tidak mempedulikan fakta kalau Alby adalah

  • WRONG TURN   EPILOG (Part III)

    Waktu terasa aneh setelah itu. Beberapa menit setelah Dean muncul di depan pintuku waktu terasa terus berjalan maju sementara aku tidak bergerak sama sekali. Aku tidak ingat bagaimana aku bisa kembali duduk di sofaku tanpa jatuh dan mencium lantai. Aku tidak tahu sudah berapa kali aku mendengar Dean memanggilku tapi aku terus menatapnya seolah aku takut kalau yang aku lihat ini hanyalah mimpi, atau halusinasi, atau seseorang memasukkan halusinogen paling kuat ke dalam saluran udaraku dan aku sudah menghirupnya sepanjang malam dan efeknya baru terasa sekarang.Hei, setelah semua yang aku alami aku tidak akan mengabaikan pilihan terakhir itu.“Babe,” Panggilan itu akhirnya mengeluarkanku dari lubang yang aku ciptakan sendiri.Babe, huh? Aku menyukainya.Ketika aku akhirnya memperhatikannya, dia tersenyum. Senyum yang jarang sekali dia tampilkan dan rasa rindu yang melandaku seolah berubah menjadi gelombang tsunami yang berkali-

  • WRONG TURN   EPILOG (Part II)

    “Apa hanya aku yang merasa kalau semua ini terasa mengerikan. Coba biar aku ulang lagi.” Aku memutar mataku, mengingat kejadian yang sama persis pernah terjadi padaku. Cahaya matahari terbenam menembus jendela kacaku dan aku menikmati kehangatannya di sofa dengan popcorn dan Netflix di televisi.Ayahku tidak salah. The deja vu is real.“Kau ingin aku menjadi pasanganmu, lagi? Di pernikahan Albert pula?” Aku mendengar ayahku menghela napas. “Aku sudah terlalu tua untuk ini.”“Ayolah, dad. Ini tidak seperti kita melakukan ini setiap hari. Apa aku perlu mengingatkanmu kalau aku akan terlihat seperti daging segar di sana jika aku datang sendirian.” Aku tahu kalau trik yang sama tidak akan berhasil. Aku memutar otakku mencoba memikirkan strategi yang bisa membuat ayahku luluh dengan permintaanku, karena ini hanya lewat telepon aku tidak bisa memberikannya puppy eyes. Lalu ide bagus melintas. “Kau

  • WRONG TURN   EPILOG (Part I)

    LIMA TAHUN KEMUDIANLos AngelesPonselku berdering begitu aku memasuki elevator. Aku berniat untuk mengabaikannya ketika aku melihat siapa yang menelponku, tapi hingga aku sampai di lantai apartemenku Sarah belum akan menyerah sampai aku menjawabnya.“Hai, Sarah. Bagaimana keponakan kesayanganku?” Sapaku.“Some friend you are,” Balas Sarah dengan kesal. “Mentang mentang karirmu semakin menanjak kau jadi jarang menelponku dan ketika kau menjawab kau langsung menanyakan kabar Henry dan bukannya kabarku.”Aku tertawa sambil berusaha membuka pintu apartemenku. Sarah memang penuh dengan omong kosong, aku hanya sekali pernah tidak menjawab teleponnya karena aku berada ditengah-tengah set dan aku tidak sadar kalau aku meninggalkan teleponku ada di trailer sampai proses syutingnya selesai. Aku juga tidak bisa menolong diriku sendiri kalau Henry – anaknya yang sekarang sudah berumur 4 tahun – adalah makhluk paling menggemaskan di dunia ini.“Kau tahu aku lebih mencintainya daripada kau,” Balas

  • WRONG TURN   41.3 : THE PROMISE WE MAKE

    Pukul dua belas tepat.Aku berdiri di depan gerbang masuk taman, dekat dengan air mancur yang besar, merinding karena udara dingin yang menembus jaketku. Aku menendang kerikil di dekat kaki hanya karena aku ingin menghabiskan waktu. Namun, Luke memiliki cara yang berbeda untuk menghabiskan waktunya. Dia mengisi pistolnya dan mematikan pengamannya. Yeah, aku tentang pistol karena setengah bagian dari karirku adalah berakting menggunakan pistol. Perbedaannya adalah milikku tidak berisi peluru. Aku merinding melihat mendengar suara peluru memasuki pistolnya dan semakin takut lagi jika dia terpaksa menggunakannya.“Aku ingin bilang kalau aku berterima kasih padamu. Sungguh, aku tidak akan bisa melakukan ini tanpamu.” Katanya setelah menyembunyikan pistolnya di balik punggungnya.“Apa senjata itu benar-benar diperlukan? Kau bisa mempercayai Dean.” Kataku menunjuk pada pistol yang dia sembunyikan.“Tidak ada salahnya selalu berhati

  • WRONG TURN   41.2 : THE PROMISE WE MAKE

    Sore harinya aku bertemu dengan Sarah di rumahnya, karena dia yang selalu mewajibkanku untuk mengunjunginya setiap kali aku pulang ke Florida. Seolah aku tidak pernah mengunjunginya. Ketika aku sampai di rumahnya, aku langsung masuk dan menyamankan diriku sendiri di sofa ruang tengahnya seperti yang biasa aku lakukan jika berkunjung ke rumanya. “Well, kurasa beberapa hal memang tidak pernah berubah.”Aku berbalik, mataku membelalak ketika aku melihat Sarah. Rambutnya sekarang berwarna platinum yang terang dengan guratan pink dan biru di sela-selanya.“Kau menyukainya?” Katanya, mengibaskan rambutnya. “Maksudku kau sudah mewarnai rambutmu menyerupai stripers, akan lebih adil kalau aku mengubah rambutku juga.”Aku tertawa, menggelengkan kepalaku. “Yeah, aku bisa melihat apa yang kau maksud. Dan ini, sangat cocok untukmu.”“Benarkan? Aku juga berpikir seperti itu.” Dia menaruh kopi ya

  • WRONG TURN   41.1 : THE PROMISE WE MAKE

    Tiba-tiba aku merasa ruangannya menjadi sunyi senyap ketika Dean berjalan memasuki café dan berjalan ke arahku. Aku melihatnya seperti pertama kali aku melihatnya, pria yang luar biasa seksi yang menyebalkan yang membuatku ingin memukul dan menciumnya secara bersamaan. Harapan muncul begitu saja setelah aku bicara dengan Xavier. Aku bukan remaja yang mementingkan ego atau gengsiku, jika adalah sedikit saja celah di hatinya untukku, aku akan memperjuangkannya. Aku sudah memutuskan kalau dia adalah satu-satunya untukku.“Kau terlihat berbeda,” Katanya, menatapku dari seberang meja.Aku mengangkat bahuku dan menyeruput minumanku, menolak untuk menyadari kaus the devil made me do it yang aku kenakan atau jeans robek yang melekat di kakiku dengan ketat atau makeupku yang tegas. Ini adalah penampilanku untuk menyamar di tengah-tengah keramaian, karena kacamata dan topi baseball tidak pernah benar-benar berhasil. Sejauh ini berpenampilan s

  • WRONG TURN   40.3 : HIT ME RIGHT WHERE IT HURTS

    Cafénya sunyi dengan anak-anak sekolah sudah mulai libur untuk spring break, mereka yang biasanya mengunjungi area di sini semuanya sudah pergi untuk menikmati liburan mereka. Aku duduk di pojokan yang biasanya aku tempati jika jadwalku tidak begitu padat, menikmati suasana sambil meminum teh coklat mint yang hangat. Rasanya seperti peppermint yang segar, kaya akan rasa dan creamy secara bersamaan, sesuatu yang membuat Sarah meringis.Memikirkannya, aku jadi teringat saat terakhir kali aku dan Sarah kesini, dia masih mencoba menjodohkanku, good times. Aku menatap ke arah jam terdekat dan menghela napas. Mungkin Dean tidak akan dating. Aku bahkan tidak yakin apakah aku ingin bertemu dengannya. Aku tidak mendapatkan kabar apapun darinya semenjak telepon seminggu yang lalu, dan aku menghabiskan seluruh waktuku berkerja memikirkannya, yang membuatku banyak mendapatkan teriakan dari sutradaraku, mungkin lebih banyak dari apa yang aku dapatkan dala

  • WRONG TURN   40.2 : HIT ME RIGHT WHERE IT HURTS

    Dua belas jam kemudian, aku duduk di depan televisi, wajahku terkubur di telapak tanganku, frustrasi, amarah, dan takut bergejolak di dalam perutku setelah aku kalah dengan diriku dan membuka isi amplop yang berisi flashdisk tentang apa yang Luke amati seminggu ini.Aku kewalahan dengan pikiranku sendiri. Aku berharap aku bisa mengabaikan ini, kalau setelah penculikan itu aku bisa kembali ke kehidupan lamaku sebelum aku datang ke Ellona dengan cepat dan tanpa rasa sakit – aku tidak memiliki niatan untuk berurusan dengan Dean atau krisis mentalnya lagi – tapi semua itu lebih mudah saat dikatakan saja dan bukannya benar-benar melakukannya. Deanlah yang tidak menginginkan aku dan aku tidak akan hidup di dalam bayangan kalau suatu hari dia akan menyadari kalau dia menginginkanku.Sudah jelas sekali kalau aku juga tidak mau berurusan dengan Vincent dan gerombolannya. Mereka membuatku merinding apalagi Xavier. Dia mengerikan, dan aku tidak ingin bertemu dengannya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status