Sudah satu jam Aera masih terbaring di kamarnya sejak insiden teror paket yang ia terima. Mama nya yang sedang masak untuk makan malam pun tadi sampai harus berlari dari dapur ke kamar Aera saat mendengar putri satu-satunya itu menjerit histeris dan pingsan di kamar.
"Bagaimana ini pah.. Aera belum bangun juga" tanya mama ke papa dengan sangat khawatir.
"Sabar ma, kata dokter kan Aera hanya shock dan pasti akan bangun" papa pun berusaha menenangkan mama yang sudah satu jam tidak berhenti menangis karna khawatir dengan keadaan Aera.
"Apa kita gak lapor ke polisi aja pah soal paket ini? Mama khawatir ada yang usil dan berniat jahat sama putri kita" saran mama ke papa
"Jangan dulu, mungkin ini hanya orang iseng. Nanti kalo Aera dapet teror paket kaya gini lagi baru kita bisa lapor. Kita juga belum tau kenapa Aera dapet paket seperti ini, jadi tunggu Aera sadar dan kita tanyakan dulu ke dia.. oke ma?" Jawab sang papa menjelaskan
"Hm baiklah, apapun itu menurut papa yang terbaik" mama pun pasrah menuruti saran papa sambil menunggu putrinya itu sadar. Saat mama sedang mengusap-usap tangan Aera, Aera pun menggerakkan jarinya dan mulai membuka mata nya perlahan. Mama yang sadar langsung memanggil papanya yang sedang berdiri menghadap ke luar jendela.
"Sayang, kamu udah sadar?" Tanya mama meyakinkan.
Aera yang sudah membuka mata pun langsung bangun untuk duduk di kasurnya dan memijat pelipis kepalanya, Aera mencoba mengingat-ngingat kenapa ia bisa pingsan tadi sore
"Kamu gak papa sayang?" Tanya papa khawatir
Aera pun menjawab papa dengan mengangguk dan tersenyum berusaha menenangkan papa mama nya
"Aera gak papa kok ma, tadi cuma shock aja pas buka paket itu jadi Aera pingsan.. hehehe maaf ya pa ma udah buat kalian khawatir" jelas Aera
"It’s oke sayang, tapi Ra coba ceritain ke papa sama Mama apa yang sebenernya terjadi. Kenapa kamu terima paket bangkai hewan yang penuh darah kaya gitu? Kamu punya musuh sayang disini?" Cecar sang mama dengan banyak pertanyaan
"Iya sayang coba ceritain ke kami, supaya papa bisa mikirin langkah selanjutnya harus bagaimana" pinta sang papa
"Aera pun gak tau pa ma, beneran.. Aera ngerasa gak punya musuh disini. Aera gak punya masalah dengan siapa-siapa" jelas Aera.
Setelah mengatakan hal itu, Aera pun teringat laki-laki misterius yang selalu memakai topeng yang ia lihat tadi di depan cafe tempatnya makan siang dengan Gabriel, mungkinkah dia? Ah enggak-enggak pasti gak mungkin. Lagian siapa dia. Fikir Aera dalam hati. Karna belum merasa yakin pun, akhirnya Aera tidak menyampaikan hal itu ke mama dan papa nya dan memilih diam.
"Yasudah berarti itu hanya orang iseng" kata papa nya
"Syukurlah, mudah-mudahan gak kejadian lagi ya sayang" doa sang mama
"Lain kali, jangan asal terima paket yah ma.. pastikan dulu isi paketnya apa. Supaya gak kejadian lagi seperti ini" interupsi sang papa untuk mama
"Iya pa, lain kali mama bakal lebih hati-hati. Yasudah sayang makan malam dulu yuk, mama tadi sudah masak untuk makan malam kita" ajak sang mama ke putrinya itu.
Selesai makan malam, Aera pun berbaring di kamar sambil memainkan hp nya, karna sejak ia pingsan tadi sore hingga saat ini ia sama sekali belum membuka hp nya. Ketika Aera mengaktifkan hp nya, sudah banyak notif chat dari Gabriel dan Aaron serta beberapa grup. Aera pun membuka chat Aaron terlebih dahulu yang sudah spam chat serta misedcall. Saat setelah membalas chat Aaron, Aera langsung mendapat panggilan masuk dari kekasihnya itu.
"Hallo" sapa Aera dengan setenang mungkin
"Hallo sayang, kamu kemana aja kok baru ngabarin? Kamu gak papa kan? Aku spam chat gak kamu bales, aku telfonin gak kamu angkat" tanya Aaron dengan khawatir
"Aku gak papa sayang, tadi aku ketiduran aja kok. Dan hp masih di tas, jadi gak kedengeran kalo kamu nelpon" jelas Aera, sudah pasti itu alasan yang Aera buat supaya Aaron tidak tau hal yang sebenernya. Aera tidak mau membuat kekasihnya itu khawatir.
"Syukurlah. Terus sekarang udah makan malam?" Tanya Aaron lagi
"Udah sayaaang, ini baru selesai makan terus aku maen hp. Eh liat notif chat banyak banget, jadi lagi balesin chat satu-satu.
"Yaudah kalo gitu, istirahat lagi gih.. besok aku jemput berangkat kuliahnya ya.." pinta Aaron
"Iya siap komandan" jawab Aera
"Good night sweat heart" balas Aaron di seberang telfon
"Night too honey" balas Aera. Dan saat telfon sudah mati, Aera langsung membuka chat dari Gabriel yang tak kalah banyak.
---------
08.30 at Universitas Garuda
"Gabriel" panggil Aera ke Gabriel saat sudah sampai kampus. Gabriel yang mendengar pun langsung menengok dan melambaikan tangannya.
"Gimana keadaan Lo, udah baekan?" Tanya Gabriel karna mengingat kemarin siang Aera yang tiba-tiba pucat saat di cafe.
"Lumayan, eh btw gue mau cerita. Cuma gak disini, kita ke kelas dulu" ajak Aera
Saat sudah sampai kelas, Aera pun mulai menceritakan kejadian kemarin. Mulai dari melihat lelaki bertopeng di seberang cafe sampai insiden paket bangkai hewan yang ia terima. Mendengar hal itu, Gabriel sedikit kaget dan memutar otak siapa dalang dibalik ini semua.
"Lo ada fikiran siapa gak yang berani ngelakuin ini ?" Tanya Gabriel ke Aera
"Gak ada briel, gue gak paham siapa cowo bertopeng itu dan siapa yang ngirim gue paket itu. Gue ngerasa gak punya musuh, Lo tau kan gue gimana selama dikampus?" Jelas Aera
"Iya sih, secara Lo ini mahasiswi famous dan disukain banyak orang karna Lo itu ramah banget. Jadi gak mungkin Lo punya musuh" jawab Gabriel sambil manggut-manggutkan kepala. "Tapi siapa??" Tanya Gabriel lagi. Aera pun hanya mengangkat bahu nya tanda ia pun tak tau jawabannya.
"Terus Aaron tau gak soal ini?" Tanya Gabriel lagi
"Enggak, jangan kasih tau dia dulu. Gue gak mau buat dia khawatir, toh ini belum jelas orang iseng atau gimana kan. Nanti aja, kalo keadaan makin aneh baru gue bilang ke dia. Dan gue minta sama Lo jangan gacor. Oke?!" Jawab Aera ke Gabriel.
"Siap 86 tuan putri!" Jawab Gabriel sambil bergaya hormat.
Kelas hari ini pun selesai, Gabriel dan Aera pergi ke toko buku untuk mencari beberapa buku sebagai referensi tugas akhir mereka. Saat di perjalanan Aera yang sedang asyik berbincang dengan Gabriel di dalam mobil tiba-tiba mendapat notif chat dari nomor tak dikenal. Karna Aera penasaran, akhirnya Aera pun membuka chat itu.
"Bagaimana hadiah paket yang kemarin sweat heart? Fantastic, right?"
Aera yang membaca pesan itu langsung menjatuhkan hpnya ke lantai, dan Gabriel yang kaget pun langsung terlonjak dan mengambil hp Aera yang di jatuhkannya.
"Lo kenapa Ra?" Tanya Gabriel sambil memungut hp Aera di bawah kaki nya. Saat Gabriel melihat hp Aera yang masih stay di roomchat dari nomor misterius itu, Gabriel pun terbelalak kaget saat membacanya.
"Ra inii??" Tanya Gabriel tak bisa berkata-kata.
Aera yang sudah kembali ke kesadarannya pun mengambil hp nya yang ada di Gabriel, dan tidak meladeni chat iseng orang aneh itu.
"Lo diem aja, kita pura-pura gak dapet chat ini oke" pinta Aera yang berusaha tenang
Gabriel pun mengangguk. "Ra Lo harus hati-hati mulai dari sekarang" pinta Gabriel ke Aera
Aera pun mengiyakan dan akhirnya mereka sampai ke toko buku tujuan. Aera dan Gabriel memilih untuk melupakan chat aneh itu dan fokus memilih buku. Setelah buku sudah dapat Aera mengajak Gabriel untuk ke toilet sebentar untuk buang air kecil dan merapihkan make up mereka yang sudah sedikit memudar karna panas terik matahari hari ini.
"Gue buang air kecil dulu ya.. tungguin" pinta Aera
"Ih gue juga mau ikutan lah, kita sebelahan aja ya.. mumpung lagi sepi ini toiletnya" jawab Gabriel
Saat mereka sudah selesai buang air kecil dan ingin mentouch up make up nya, tiba-tiba Aera teriak saat melihat kaca toilet yang penuh dengan bacaan berwarna merah. Gabriel yang kaget mendengar jeritan Aera pun menyusul Aera dan sama terkejutnya. Karna Gabriel penasaran, Gabriel pun mendekati kaca itu dan menyentuh tulisannya yang berwarna merah. Entah ini cat atau lipstik Gabriel ingin memastikan dengan apa orang iseng ini menulis di kaca. Saat Gabriel mencium bau nya, ternyata bau anyir yang didapat. Gabriel pun menoleh ke arah Aera dan menatap nya dengan tatapan takut sekaligus panik
"Ini darah Ra" jelas Gabriel
"Serius Lo?" Tanya Aera memastikan
"Sini, Lo coba cium sendiri" tawar Gabriel
Aerapun penasaran dan mendekati Gabriel. Karna Gabriel tidak berbohong mereka pun semakin panik dan takut, Gabriel pun mengajak Aera untuk pergi meninggalkan tempat itu. Tapi saat Gabriel menarik tangan Aera untuk keluar dari toilet, Aera menahan nya. Gabriel yang heran pun memasang wajah bertanya ke Aera
"Kita harus foto ini dulu briel, untuk bukti" jelas Aera yang paham akan kebingungan Gabriel. Gabriel yang baru ingat pun akhirnya mengangguk dan membiarkan Aera mengambil foto tulisan itu lalu setelah nya mereka pergi meninggalkan toilet dan toko buku.
---------
Dibalik toilet itu, sosok lelaki yang memakai topeng dengan pakaian serba hitam nya masih memegang bangkai hewan yang baru saja ia bunuh dan menggunakan darahnya untuk menulis di kaca toilet wanita.
Sambil mendengarkan percakapan dua wanita cantik yang ketakutan atas tindakannya itu, lelaki itupun tersenyum puas dibalik topeng yang ia kenakan
"Bagaimana surprise yang aku buat sweat heart? Pasti berhasil mengejutkan mu kan" gumamnya dalam gelap.
-Sebelum kejadian di toilet wanita toko buku-Sreekk kesrek kesrek kesrek.. suara pisau yang sedang di asah berbunyi nyaring memenuhi seluruh ruangan bawah tanah yang pengap dan gelap ini. Lelaki itu pun dengan wajah bahagia mengasah pisau agar tajam saat digunakan untuk membunuh mangsa nya kali ini.Selesai mengasah pisau, ia berjalan ke ruang yang penuh dengan kucing dan berbagai hewan yang ia pelihara. Lalu ia mengambil salah satu kucing kecil dan membawanya ke ruangan yang penuh dengan alat medis di sebelah ruang penyimpanan hewan itu. Tanpa fikir panjang, lelaki itu menceking kucing itu hingga kucing kehabisan nafas dan tenaga lalu tak berdaya. Saat sudah mati, lelaki itu mencabik-cabik kucing kecil itu dan menadahkan darahnya ke sebuah wadah tertutup lalu kucingnya di kubur di belakang ruang bawah tanah.Dengan senyum yang mengembang dan tawa jahat memenuhi seluruh ruangan bawah tanah itu. "Im coming
Setelah kejadian di toko buku dua hari yang lalu, Aera dan Gabriel pun memilih untuk pergi berlibur bersama Aaron dan teman-temannya untuk sedikit menghilangkan stress dan ketakutan akibat terror yang diterima selama beberapa hari terakhir.Aera kini tengah membantu mama nya menyiapkan makanan yang akan ia bawa ke pantai bersama teman-temannya. Saat sedang membuat kimbab, tiba-tiba bel rumah Aera pun berbunyi. “Sayang, coba cek siapa yang datang”, pinta sang mama ke Aera untuk melihat tamu yang datang.“Paling si Gabriel udah sampe ma, aku bukain pintu dulu”, jelas Aera.“Oh gitu, yaudah sana.. ini biar mama yang ngelanjutin”, jawab sang mama.“Oke ma” Aera pun pergi keruang tamu untuk membukakan pintu, dan benar saja Gabriel yang datang untuk membantunya menyiapkan makanan yang akan dibawa ke pantai hari ini.“Sorry ya Ra baru dateng, gue nyiapin barang yang mau gue bawa dulu karna semalem abis
Hari sudah semakin sore, matahari sudah mulai tenggelam dan langit sudah berubah warna menjadi senja. Sekumpulan anak muda yang kini tengah sibuk menyiapkan barbeque party didepan penginapan terlihat sangat bahagia dan tertawa lepas.“Kita mau mulai bakar-bakar jam berapa guys?” Tanya Dimas ke teman-temannya yang tengah asik berbincang hingga para wanita sedang asik tertawa lepas entah menertawakan apa.“Nanti aja jam tujuh malem, biar gak kesorean dan kemaleman. Masih agak kenyang juga gue abis makan siang tadi” jawab Aaron“Iya sama gue juga masih kenyang” lanjut Gabriel menimpali“Yaudah gue mah ngikut” kata James dan diangguki oleh Aera juga.“Yaudah abis ini kelar beresin bahan yang mau dibakar, kita ngopi-ngopi aja dulu kali ya” balas Dimas memberikan masukan ke teman-temannya itu.“Nah setuju gue!” jawab Aera dengan sangat antusias.“Hmmm kamu kalo ud
Menikmati pagi yang disambut dengan suara ombak serta matahari yang mulai menampakkan sinarnya membuat Aera tenggelam dalam imajinasinya di depan penginapan mereka. Pagi ini Aera bangun lebih cepat dari pada yang lain untuk menghirup udara pantai yang sejuk dan segar sambil menikmati segelas susu coklat hangat yang ia buat.Berbeda dengan Aera yang sudah bersantai didepan penginapan sambil meminum susu coklat hangat, teman-temannya yang lain masih asik tertidur pulas dibalik selimut karna kelelahan akibat perjalanan panjang yang harus mereka tempuh kemarin.Aera sangat bersyukur karena selama tinggal di Indonesia ia mendapat teman-teman yang begitu peduli dan asik, sehingga ia tidak terlalu begitu merindukan teman-teman masa sekolahnya yang ada di Korea.Saat sedang melamun, Aera dikagetkan dengan kedatangan Aaron yang tiba-tiba memeluknya dari belakang. “Kamu udah bangun dari tadi hmm?” Tanya Aaron saat baru tiba.“Eh kamu, ngagetin aja
Karena insiden sore kemarin di penginapan tempat mereka berlibur, Aera dan teman-temannya memutuskan kembali ke Jakarta pukul 06.00 pagi hari agar tidak terjebak macet selama diperjalanan. Sejak saat itu pula, Aera jatuh sakit karna shock menerima paket bangkai hewan disaat mereka sedang berlibur.“Siapakah dia? Apa yang dia inginkan? Kenapa dia mengincar Aera?”, Pertanyaan itu terus menguasai pikiran Aaron yang tengah mengemudi saat ini. Pikirannya terbagi fokus antara harus tetap mengemudi sama memikirkan keadaan Aera yang sudah tidak baik-baik saja. Karena fikirannya yang semakin kalut, ditambah Aera yang tertidur di kursi samping kemudi dengan keringat yang bercucuran, Aaron memutuskan untuk memberhentikan mobilnya dan diikuti mobil Dimas dibelakangnya.“Kenapa berenti Aaron?” Tanya Gabriel khawatir.“James gantiin gue nyetir dong bro, pikiran gue kalut. Ditambah Aera makin gak baik-baik aja, gue mau mindahin dia ke kursi belaka
Aron POVSejak kejadian saat liburan kemarin, gue berfikir keras siapa yang mendalangi semua ini. Pesan, terror, telfon, dan paket. Hal ini gak bisa gue diemin karena menyangkut keselamatan pacar yang gue sayang. Tapi suara di telfon kemarin… rasanya tidak asing, siapa dia?“Aaarrrgghhhh” gue pun mengerang frustasi di dalam kamar karena memikirkan masalah ini.“Gue harus minta bantuan” yah itu yang ada difikiran gue saat ini, akhirnya gue memutuskan untuk meminta bantuan sama temen gue yang ada di Amrik untuk cari tau dalang dibalik semua ini. Tidak menunggu waktu lagi, guepun mendial nomor telfon temen gue yang ahli soal masalah ini.Tuuutt… tuuuttt… tuuuttt…“Hallo, Aaron .. tumben lo nelfon” sapa orang diseberang telfon.“Hai Lex, im sorry about that. But, I really need your help” jawab gue to the point ke Alex. Yah,
Ini hari pertama Alex tinggal di rumah gue, setelah tadi siang gue dan Alex menjemput Aera di rumah sakit untuk mengantarnya pulang, gue langsung memfokuskan pikiran gue untuk masalah ini. Rencananya gue dan Alex mau bahas soal ini dirumah aja, karna ini masalah yang bukan main-main, jadi Alex bilang harus meminimalisirkan orang lain tau kalau gue lagi nyelidikin ini diem-diem. Alex masih beristirahat karna perjalanan panjang nya hari ini. Jadi, sambil nunggu Alex istirahat, gue memutuskan untuk nelfon pacar kesayangan gue dulu. Tuuut tuuut tuuut deringan keempat Aera pun akhirnya mengangkat telfon gue. “Hallo Aaron” sapa nya dengan suara yang masih sedikit serak. “Hallo sayang, gimana keadaannya sekarang?” Tanya gue ke Aera. “Hmmm udah baikan, kamu sekarang dimana?” Tanya nya balik. “Syukur deh kalo udah baikan, aku dirumah ini lagi nyantai aja dikamar.” Jawab gue “Kamu udah munim obat? Jangan sampe telat loh!” lanjut gue lagi menging
“Jadi, kita mau kemana dulu?” Tanya gue ke Alex saat kami tengah sarapan pagi di ruang makan.“Toko perhiasan aja.” Jawab Alex singkat sambil fokus mengoles rotinya dengan selai coklat kesukaannya sejak dulu.“Cuma toko perhiasan?” Tanya gue lagi.“Iya.” Jawabnya singkat lalu langsung melahap roti yang sudah selesai ia oleskan dengan selai coklat tadi.“Oke deh” gue pun kembali fokus ke roti dan segelas susu yang udah ada didepan mata gue. Oh iya gue tinggal di rumah yang terpisah sama orang tua gue. Karena orang tua gue ada di Jogja dan gue di Jakarta.Selesai sarapan gue langsung manasin mobil dan bersiap untuk berangkat ke salah satu mall besar di Jakarta. Sesampainya di toko perhiasan, Alex langsung memilih kalung yang ada berlian kecil yang ada ditengahnya.“Mba saya minta yang ini ya… langsung bungkus aja” pinta Alex ke penjaga toko.“Kok lo yan
Semua orang terkejut saat mendengar suara peluru yang keluar dari pistol detektif Doni.Dimas terjatuh, ia mengembangkan senyumnya, “hahaha kau payah,”Mendengar celotehan Dimas, semuanya langsung ternganga tak percaya dengan apa yang mereka dengar.Mr. Charlos pun langsung memberikan instruksi kepada anak buahnya untuk memborgol Dimas,“Anda ditangkap karna telah melakukan pembunuhan berantai dan berencana kepada warga Negara Indonesia dan warga Negara Amerika. Anda berhak didampingi pengacara dan berhak diam saat sesi Interogasi nanti.”Kaki Dimas mengucur darah yang cukup banyak, Dizka pun mengikatkan kaki Dimas yang terkena tembakan dengan kain.“Aaahh,” Dimas meringis menahan sakit saat Dizka mengikat kakinya dengan kencang.“Akhirnya kau tertangkap wahai psikopat. Selamat menikmati tidur malam mu beralaskan lantai dingin di dalam sel.” Ucap Dizka dengan penuh nada mengejek setelah
01.00 AMSemua tim tengah menyiapkan peralatan yang akan mereka gunakan, mulai dari pakaian serba hitam, anti peluru, pistol, granat asap, dan lain-lain.“Semua sudah ready?” tanya Reynald.Semuanya mengangguk serempak,“Oke, let’s go!”Mereka memasuki mobil yang sudah disiapkan tim FBI dan tim Alex untuk menuju ke hutan pinus tempat lokasi persembunyian Dimas.Butuh waktu satu setengah jam dari tempat penginapan mereka untuk sampai ke lokasi.Anak buah Alex pun sudah siaga di lokasi dan menginfokan kalau Dimas dan anak buahnya tengah beristirahat karna tidak ada pergerakan dari mereka di dalam rumah.“Kita akan sampai jam berapa disana?” tanya Dizka,Reynald melihat jamnya, “Sekarang pukul 01.30, berarti kita akan sampai disana pukul tiga tepat.”Dizka pun mengangguk paham dan kembali terdiam. Ia melihat keluar jendela, matanya d
O’HARE, BANDAR UDARA INTERNASIONAL CHICAGO, ILLINOISRombongan detektif Doni, Alex, Aaron, Renald, dan Jolie kini telah sampai di Bandar Udara Internasional O’Haro, Chicago pada malam hari.Mereka dijemput langsung oleh anak buah Alex yang memang sudah menunggu mereka tiba.“Welcome, Sir.” Sapa Aaron, anak buah Alex.“Hei, Aaron. Semua sudah siap?”“Yes, Sir. We are ready.”“Good. Antarkan para tim kepolisian Indonesia untuk menemui pihak polisi Amerika. Kita sudah membuat janji untuk itu bukan? mereka juga sudah mengurus perizinan disini.”“Yes, Sir.”“Follow me, Mr…?”“Doni,” ucap Doni memperkenalkan diri.Aaron pun menerima uluran tangannya dengan ramah. Lalu ia mengantarkan detektif Doni untuk menemui pihak kepolisian Amerika Serikat sebelum mereka bertemu pihak FBI.Bebe
Dua hari sudah berlalu, tidak hanya detektif Doni yang sangat menginginkan Dimas tertangkap. Melainkan, Alex pun sangat ingin menangkap Dimas dan menghabisinya.Alex dan Reynald masih terus berupaya untuk menemukan lokasi persembunyian Dimas.Entah bersembunyi dibelahan dunia mana Dimas kini berada, yang jelas, jejaknya tidak ditemukan sama sekali.Sampai pada akhirnya, Reynald menemukan petunjuk tentang Dimas yang melakukan perjalanan Luar Negrinya.“Sir, saya menemukan petunjuk Dimas berada dimana,” ucap Reynald kepada Sirnya yang kini tengah memeriksa beberapa dokumen.Alex menghentikan kegiatannya dan membenarkan posisi duduknya, “Where is him?”“Chicago, Illinois. Tiket keberangkatan satu bulan yang lalu.” Ucap Reynald sambil menyodorkan print out bukti tiket pesawat yang ber-atas namakan Dimas.Alex mengambil kertas yang Reynald sodorkan, ia pun langsung memeriksanya dengan detail.&ldq
TAMAN MAKAM PAHLAWAN KALIBATA JAKARTA Pagi ini, di Taman Makam Pahlawan tengah dilangsungkannya pemakaman detektif Aldi secara khidmat.Istri dan anak detektif Aldi tampak menahan tangisnya karna menghormati jasa suaminya yang selalu berjuang membela kebenaran dan menangkap para kriminal-kriminal yang selalu membayangkan nyawanya.Para pasukan polisi tengah bersiap melakukan penghormatan senjata sebagai tanda simbolis penurunan peti jenazah detektif Aldi.Sang Bendera Merah Putih pun masih setia menutupi atas peti jenazah detektif Aldi.Komandan upacara pun siap memberikan instruksi hormat senjata kepada para pasukan,“Kepada, arwah almarhum, hormat senjata…… gerak!”Door!!Suara tembakan melayang ke udara, suara terompet langsung mengalun serempak mengiringi penurunan peti jenazah kedalam liang lahat.Istri dan anak detekti Aldi tidak bisa menahan tangisnya lagi,
Hari sudah semakin malam. Siang tadi, kasus Adam sudah sampai ke tahap sidang pertama. Sedangkan anak buah Dimas yang lain masih menunggu giliran karna detektif Aldi masih berusaha untuk membuat mereka buka suara.Sudah lebih dari tiga bulan detektif Aldi dan tim nya mengerjakan kasus Aera, tapi masih belum menemukan titik terang dimana Dimas berada.Selama detektif Aldi mengerjakan kasus ini, ia dan timnya jadi jarang pulang kerumah mereka masing-masing. Sehingga, ia memutuskan untuk pulang kerumah nya dan beristirahat dirumah.Entah kenapa, sudah dua hari detektif Aldi merasa tidak fit. Mungkin karena kelelahan.“Saya malam ini ingin tidur dirumah dulu, kalian tetap disini dan terus pantau area apartemen Dimas!”“Baik, Pak.”“Pak, apa kau sedang tidak enak badan?” tanya Dizka.“Kayanya iya deh, gak enak aja rasanya badan saya dari kemaren. Makanya mau istirahat dirumah dulu.&rdqu
Boem Jin kembali ke kamarnya dengan perasaan yang campur aduk, pikirannya melayang memikirkan keadaan sahabatnya yang makin tertekan karna masalah tak kunjung usai.Ia tahu, kalau Aera berusaha tegar selama ini karna Aera tidak mau membuat orang-orang yang dia sayang merasa kasihan dan terbebani sama keadaannya.Boem Jin tahu betul akan hal itu, karna ia sangat tahu bagaimana watak dan kepribadian sahabat cantiknya itu.Saat sedang memikirkan keadaan Aera, suara dering ponsel yang Boem Jin letakkan asal di atas kasurnya membuyarkan fikirannya.Nama, Aaron muncul didalam layar ponsel Boem Jin. Dengan cepat, Boem Jin pun mengangkat panggilan masuk dari kekasih sahabatnya itu.“Annyeong,” sapa Boem Jin lemas.“Halo, Boem Jin… kamu udah ngasih tau Aera soal kejadian Zafran?” tanya Aaron.“Hmm, aku barusan dari kamarnya dan memberitahunya.”“Dan dia…?”“Seper
Selama perjalanan menuju kantor polisi, detektif Aldi merasa seperti ada yang mengikuti.Ia mencoba melihat kaca spion di kiri dan kanan nya, tapi tidak menemukan kendaraan yang mencurigakan.“Perasaan gue aja kali ya?” gumam detektif Aldi pada dirinya sendiri.Ia pun mencoba mengabaikan firasat gak enaknya dan menambah laju kecepatan mobil yang ia bawa.Sesampainya di kantor polisi, detektif Aldi langsung menghampiri ruang atasannya untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan yang diberikan oleh Keanu.“Selamat malam, Pak.” Sapa detektif Aldi sambil memberi hormat kepada Jendral Arif.“Malam, Aldi.”“Bagaimana?” tanya Jendral.“Hasil pemeriksaan atas insiden kematian Zafran di gudang sudah keluar, Pak.” Ucap detektif Aldi sambil menyerahkan berkas dokumennya.Jendral Arif langsung membuka map yang berisi laporan dari tim forensik, ia pun membaca lebih dulu sebelum m
Aaron keluar dari kamar dengan berlari menuju ke kamar Alex, ia pun membuka pintu kamar Alex tanpa mengetuk lagi lebih dulu.Dengan ngos-ngosan, Aaron mencoba menenangkan dirinya yang masih berdiri didepan pintu.Sedangkan Alex, ia sedikit kaget karna aksi heboh sahabat gilanya itu, “Ada apaan sih, ngagetin aja dah lu.” Ucap Alex kesal.“Inih… detektif Aldi… nelfon gueh…,” ucap Aaron dengan terbata-bata.“Iya, terus masalahnya apa sampe lo kaya begitu?” Alex yang tadinya sedang rebahan, kini ia membenarkan posisinya untuk duduk dan siap mendengarkan apa yang akan sahabatnya itu beritahukan.Perasaan Alex juga merasa tidak enak, feelingnya merasakan bahwa hal yang buruk yang akan Aaron sampaikan saat ini padanya.“Salah satu anak buah Dimas yang kemarin kita ciduk dan kita bawa ke kantor polisi, pagi ini ditemukan tewan dengan kondisi mengenaskan…,”“Lehe