Dua hari sudah berlalu, tidak hanya detektif Doni yang sangat menginginkan Dimas tertangkap. Melainkan, Alex pun sangat ingin menangkap Dimas dan menghabisinya.
Alex dan Reynald masih terus berupaya untuk menemukan lokasi persembunyian Dimas.
Entah bersembunyi dibelahan dunia mana Dimas kini berada, yang jelas, jejaknya tidak ditemukan sama sekali.
Sampai pada akhirnya, Reynald menemukan petunjuk tentang Dimas yang melakukan perjalanan Luar Negrinya.
“Sir, saya menemukan petunjuk Dimas berada dimana,” ucap Reynald kepada Sirnya yang kini tengah memeriksa beberapa dokumen.
Alex menghentikan kegiatannya dan membenarkan posisi duduknya, “Where is him?”
“Chicago, Illinois. Tiket keberangkatan satu bulan yang lalu.” Ucap Reynald sambil menyodorkan print out bukti tiket pesawat yang ber-atas namakan Dimas.
Alex mengambil kertas yang Reynald sodorkan, ia pun langsung memeriksanya dengan detail.
&ldq
O’HARE, BANDAR UDARA INTERNASIONAL CHICAGO, ILLINOISRombongan detektif Doni, Alex, Aaron, Renald, dan Jolie kini telah sampai di Bandar Udara Internasional O’Haro, Chicago pada malam hari.Mereka dijemput langsung oleh anak buah Alex yang memang sudah menunggu mereka tiba.“Welcome, Sir.” Sapa Aaron, anak buah Alex.“Hei, Aaron. Semua sudah siap?”“Yes, Sir. We are ready.”“Good. Antarkan para tim kepolisian Indonesia untuk menemui pihak polisi Amerika. Kita sudah membuat janji untuk itu bukan? mereka juga sudah mengurus perizinan disini.”“Yes, Sir.”“Follow me, Mr…?”“Doni,” ucap Doni memperkenalkan diri.Aaron pun menerima uluran tangannya dengan ramah. Lalu ia mengantarkan detektif Doni untuk menemui pihak kepolisian Amerika Serikat sebelum mereka bertemu pihak FBI.Bebe
01.00 AMSemua tim tengah menyiapkan peralatan yang akan mereka gunakan, mulai dari pakaian serba hitam, anti peluru, pistol, granat asap, dan lain-lain.“Semua sudah ready?” tanya Reynald.Semuanya mengangguk serempak,“Oke, let’s go!”Mereka memasuki mobil yang sudah disiapkan tim FBI dan tim Alex untuk menuju ke hutan pinus tempat lokasi persembunyian Dimas.Butuh waktu satu setengah jam dari tempat penginapan mereka untuk sampai ke lokasi.Anak buah Alex pun sudah siaga di lokasi dan menginfokan kalau Dimas dan anak buahnya tengah beristirahat karna tidak ada pergerakan dari mereka di dalam rumah.“Kita akan sampai jam berapa disana?” tanya Dizka,Reynald melihat jamnya, “Sekarang pukul 01.30, berarti kita akan sampai disana pukul tiga tepat.”Dizka pun mengangguk paham dan kembali terdiam. Ia melihat keluar jendela, matanya d
Semua orang terkejut saat mendengar suara peluru yang keluar dari pistol detektif Doni.Dimas terjatuh, ia mengembangkan senyumnya, “hahaha kau payah,”Mendengar celotehan Dimas, semuanya langsung ternganga tak percaya dengan apa yang mereka dengar.Mr. Charlos pun langsung memberikan instruksi kepada anak buahnya untuk memborgol Dimas,“Anda ditangkap karna telah melakukan pembunuhan berantai dan berencana kepada warga Negara Indonesia dan warga Negara Amerika. Anda berhak didampingi pengacara dan berhak diam saat sesi Interogasi nanti.”Kaki Dimas mengucur darah yang cukup banyak, Dizka pun mengikatkan kaki Dimas yang terkena tembakan dengan kain.“Aaahh,” Dimas meringis menahan sakit saat Dizka mengikat kakinya dengan kencang.“Akhirnya kau tertangkap wahai psikopat. Selamat menikmati tidur malam mu beralaskan lantai dingin di dalam sel.” Ucap Dizka dengan penuh nada mengejek setelah
05.30 WIB gedung A Universitas Garuda "Ayok ayoookkk buat seluruh MaBa yang masih berada di parkiran segera merapat ke lapangan!!" "Wooiii cepetan napa, kalian bisa cepet gak sih? Lama banget jadi mahasiswa!!" "Itungan ke sepuluh, kalau ada yang masih diparkiran silahkan merangkak dari parkiran sampe lapangan!!" Begitulah suara para senior yang saling bersautan memenuhi penjuru mata angin menggunakan speaker dan toak menyuruh kami untuk segera merapat ke lapangan tempat upacara pembukaan ospek hari ini. Oh iya, perkenalkan gue Choi Aera, keturunan Korea-Indo. Gue lahir di Indonesia dan hidup di sini sampai gue kelas 3 SD. Lalu bokap gue ngajak gue dan keluarga pindah ke Korea untuk urusan pekerjaan. Dan sekarang gue balik lagi ke Indonesia untuk lanjut kuliah di negeri kelahiran. Hari ini gue di anter bokap ke kampus untuk ospek, karena gue udah yakin bakalan macet jadi gue an
Gak kerasa udah sebulan gue kuliah di Universitas Garuda , aktifitas gue masih belum terlalu padat karna kami masih mengambil mata kuliah paket yang sudah disediakan oleh bagian akademik kampus.Selama sebulan kuliah, udah selama itu pula gue makin deket dengan Aaron. Yah kami dekat sejak terakhir kali dia nganterin gue pulang pas hari kedua ospek, sejak saat itu gue dan dia sering chattingan, nongkrong, atau bahkan saling nemenin ngerjain tugas atau ke toko buku untuk mencari buku mata kuliah bareng.Dua temen Aaron yang pas ospek duduk bareng dia ternyata sahabat baik Aaron sejak duduk di bangku SMA, mereka sama-sama menyukai kimia dan ternyata kebetulan diterima di kampus yang sama. Temen Aaron yang terlihat dingin waktu dia semobil dengan Aaron adalah James Anderson keturunan Indo-US, yang satunya lagi Dimasta Anggara anak pengusaha kuliner yang terkenal karna bokap nya adalah chef ternama yang sering wara-wiri di televisi.Dimas orang nya humble dan asik, d
Di dalam taxi, dia mengamati sepasang kekasih yang baru saja jadian di depan gerbang rumah sang wanita. Terlihat pancaran aura kebahagiaan dari pasangan baru tersebut. Setiap aktivitas di depan rumah besar itu tak luput dari pengamatannya. Sedangkan seorang laki-laki yang memakai hodie serba hitam, kacamata, topi dan masker yang kini sedang mengamati mereka dari dalam taxi hanya bisa menyunggingkan senyumannya dibalik masker yang ia pakai.Setelah mobil Aaron pergi meninggalkan halaman rumah Aera, dia masih tetap setia mengamati gadis keturunan Korea itu. Sampai saat Aera sadar bahwa sedang ada yang mengawasi dia dari dalam mobil, ia baru menyuruh taxi untuk menjalankan mobilnya."Jalan pak" kata pria itu"Baik tuan" jawab sang supirMobil taxi itu pun melaju ke pekarangan apartemen mewah di daerah Jakarta pusat.---------Pagi ini sangat cerah, secerah suasana hati pasangan baru jadian tadi malam. Aaron yang ada kelas pagi ini segera bersia
Sudah satu jam Aera masih terbaring di kamarnya sejak insiden teror paket yang ia terima. Mama nya yang sedang masak untuk makan malam pun tadi sampai harus berlari dari dapur ke kamar Aera saat mendengar putri satu-satunya itu menjerit histeris dan pingsan di kamar."Bagaimana ini pah.. Aera belum bangun juga" tanya mama ke papa dengan sangat khawatir."Sabar ma, kata dokter kan Aera hanya shock dan pasti akan bangun" papa pun berusaha menenangkan mama yang sudah satu jam tidak berhenti menangis karna khawatir dengan keadaan Aera."Apa kita gak lapor ke polisi aja pah soal paket ini? Mama khawatir ada yang usil dan berniat jahat sama putri kita" saran mama ke papa"Jangan dulu, mungkin ini hanya orang iseng. Nanti kalo Aera dapet teror paket kaya gini lagi baru kita bisa lapor. Kita juga belum tau kenapa Aera dapet paket seperti ini, jadi tunggu Aera sadar dan kita tanyakan dulu ke dia.. oke ma?" Jawab sang papa menjelaskan"Hm baiklah, apapun itu
-Sebelum kejadian di toilet wanita toko buku-Sreekk kesrek kesrek kesrek.. suara pisau yang sedang di asah berbunyi nyaring memenuhi seluruh ruangan bawah tanah yang pengap dan gelap ini. Lelaki itu pun dengan wajah bahagia mengasah pisau agar tajam saat digunakan untuk membunuh mangsa nya kali ini.Selesai mengasah pisau, ia berjalan ke ruang yang penuh dengan kucing dan berbagai hewan yang ia pelihara. Lalu ia mengambil salah satu kucing kecil dan membawanya ke ruangan yang penuh dengan alat medis di sebelah ruang penyimpanan hewan itu. Tanpa fikir panjang, lelaki itu menceking kucing itu hingga kucing kehabisan nafas dan tenaga lalu tak berdaya. Saat sudah mati, lelaki itu mencabik-cabik kucing kecil itu dan menadahkan darahnya ke sebuah wadah tertutup lalu kucingnya di kubur di belakang ruang bawah tanah.Dengan senyum yang mengembang dan tawa jahat memenuhi seluruh ruangan bawah tanah itu. "Im coming
Semua orang terkejut saat mendengar suara peluru yang keluar dari pistol detektif Doni.Dimas terjatuh, ia mengembangkan senyumnya, “hahaha kau payah,”Mendengar celotehan Dimas, semuanya langsung ternganga tak percaya dengan apa yang mereka dengar.Mr. Charlos pun langsung memberikan instruksi kepada anak buahnya untuk memborgol Dimas,“Anda ditangkap karna telah melakukan pembunuhan berantai dan berencana kepada warga Negara Indonesia dan warga Negara Amerika. Anda berhak didampingi pengacara dan berhak diam saat sesi Interogasi nanti.”Kaki Dimas mengucur darah yang cukup banyak, Dizka pun mengikatkan kaki Dimas yang terkena tembakan dengan kain.“Aaahh,” Dimas meringis menahan sakit saat Dizka mengikat kakinya dengan kencang.“Akhirnya kau tertangkap wahai psikopat. Selamat menikmati tidur malam mu beralaskan lantai dingin di dalam sel.” Ucap Dizka dengan penuh nada mengejek setelah
01.00 AMSemua tim tengah menyiapkan peralatan yang akan mereka gunakan, mulai dari pakaian serba hitam, anti peluru, pistol, granat asap, dan lain-lain.“Semua sudah ready?” tanya Reynald.Semuanya mengangguk serempak,“Oke, let’s go!”Mereka memasuki mobil yang sudah disiapkan tim FBI dan tim Alex untuk menuju ke hutan pinus tempat lokasi persembunyian Dimas.Butuh waktu satu setengah jam dari tempat penginapan mereka untuk sampai ke lokasi.Anak buah Alex pun sudah siaga di lokasi dan menginfokan kalau Dimas dan anak buahnya tengah beristirahat karna tidak ada pergerakan dari mereka di dalam rumah.“Kita akan sampai jam berapa disana?” tanya Dizka,Reynald melihat jamnya, “Sekarang pukul 01.30, berarti kita akan sampai disana pukul tiga tepat.”Dizka pun mengangguk paham dan kembali terdiam. Ia melihat keluar jendela, matanya d
O’HARE, BANDAR UDARA INTERNASIONAL CHICAGO, ILLINOISRombongan detektif Doni, Alex, Aaron, Renald, dan Jolie kini telah sampai di Bandar Udara Internasional O’Haro, Chicago pada malam hari.Mereka dijemput langsung oleh anak buah Alex yang memang sudah menunggu mereka tiba.“Welcome, Sir.” Sapa Aaron, anak buah Alex.“Hei, Aaron. Semua sudah siap?”“Yes, Sir. We are ready.”“Good. Antarkan para tim kepolisian Indonesia untuk menemui pihak polisi Amerika. Kita sudah membuat janji untuk itu bukan? mereka juga sudah mengurus perizinan disini.”“Yes, Sir.”“Follow me, Mr…?”“Doni,” ucap Doni memperkenalkan diri.Aaron pun menerima uluran tangannya dengan ramah. Lalu ia mengantarkan detektif Doni untuk menemui pihak kepolisian Amerika Serikat sebelum mereka bertemu pihak FBI.Bebe
Dua hari sudah berlalu, tidak hanya detektif Doni yang sangat menginginkan Dimas tertangkap. Melainkan, Alex pun sangat ingin menangkap Dimas dan menghabisinya.Alex dan Reynald masih terus berupaya untuk menemukan lokasi persembunyian Dimas.Entah bersembunyi dibelahan dunia mana Dimas kini berada, yang jelas, jejaknya tidak ditemukan sama sekali.Sampai pada akhirnya, Reynald menemukan petunjuk tentang Dimas yang melakukan perjalanan Luar Negrinya.“Sir, saya menemukan petunjuk Dimas berada dimana,” ucap Reynald kepada Sirnya yang kini tengah memeriksa beberapa dokumen.Alex menghentikan kegiatannya dan membenarkan posisi duduknya, “Where is him?”“Chicago, Illinois. Tiket keberangkatan satu bulan yang lalu.” Ucap Reynald sambil menyodorkan print out bukti tiket pesawat yang ber-atas namakan Dimas.Alex mengambil kertas yang Reynald sodorkan, ia pun langsung memeriksanya dengan detail.&ldq
TAMAN MAKAM PAHLAWAN KALIBATA JAKARTA Pagi ini, di Taman Makam Pahlawan tengah dilangsungkannya pemakaman detektif Aldi secara khidmat.Istri dan anak detektif Aldi tampak menahan tangisnya karna menghormati jasa suaminya yang selalu berjuang membela kebenaran dan menangkap para kriminal-kriminal yang selalu membayangkan nyawanya.Para pasukan polisi tengah bersiap melakukan penghormatan senjata sebagai tanda simbolis penurunan peti jenazah detektif Aldi.Sang Bendera Merah Putih pun masih setia menutupi atas peti jenazah detektif Aldi.Komandan upacara pun siap memberikan instruksi hormat senjata kepada para pasukan,“Kepada, arwah almarhum, hormat senjata…… gerak!”Door!!Suara tembakan melayang ke udara, suara terompet langsung mengalun serempak mengiringi penurunan peti jenazah kedalam liang lahat.Istri dan anak detekti Aldi tidak bisa menahan tangisnya lagi,
Hari sudah semakin malam. Siang tadi, kasus Adam sudah sampai ke tahap sidang pertama. Sedangkan anak buah Dimas yang lain masih menunggu giliran karna detektif Aldi masih berusaha untuk membuat mereka buka suara.Sudah lebih dari tiga bulan detektif Aldi dan tim nya mengerjakan kasus Aera, tapi masih belum menemukan titik terang dimana Dimas berada.Selama detektif Aldi mengerjakan kasus ini, ia dan timnya jadi jarang pulang kerumah mereka masing-masing. Sehingga, ia memutuskan untuk pulang kerumah nya dan beristirahat dirumah.Entah kenapa, sudah dua hari detektif Aldi merasa tidak fit. Mungkin karena kelelahan.“Saya malam ini ingin tidur dirumah dulu, kalian tetap disini dan terus pantau area apartemen Dimas!”“Baik, Pak.”“Pak, apa kau sedang tidak enak badan?” tanya Dizka.“Kayanya iya deh, gak enak aja rasanya badan saya dari kemaren. Makanya mau istirahat dirumah dulu.&rdqu
Boem Jin kembali ke kamarnya dengan perasaan yang campur aduk, pikirannya melayang memikirkan keadaan sahabatnya yang makin tertekan karna masalah tak kunjung usai.Ia tahu, kalau Aera berusaha tegar selama ini karna Aera tidak mau membuat orang-orang yang dia sayang merasa kasihan dan terbebani sama keadaannya.Boem Jin tahu betul akan hal itu, karna ia sangat tahu bagaimana watak dan kepribadian sahabat cantiknya itu.Saat sedang memikirkan keadaan Aera, suara dering ponsel yang Boem Jin letakkan asal di atas kasurnya membuyarkan fikirannya.Nama, Aaron muncul didalam layar ponsel Boem Jin. Dengan cepat, Boem Jin pun mengangkat panggilan masuk dari kekasih sahabatnya itu.“Annyeong,” sapa Boem Jin lemas.“Halo, Boem Jin… kamu udah ngasih tau Aera soal kejadian Zafran?” tanya Aaron.“Hmm, aku barusan dari kamarnya dan memberitahunya.”“Dan dia…?”“Seper
Selama perjalanan menuju kantor polisi, detektif Aldi merasa seperti ada yang mengikuti.Ia mencoba melihat kaca spion di kiri dan kanan nya, tapi tidak menemukan kendaraan yang mencurigakan.“Perasaan gue aja kali ya?” gumam detektif Aldi pada dirinya sendiri.Ia pun mencoba mengabaikan firasat gak enaknya dan menambah laju kecepatan mobil yang ia bawa.Sesampainya di kantor polisi, detektif Aldi langsung menghampiri ruang atasannya untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan yang diberikan oleh Keanu.“Selamat malam, Pak.” Sapa detektif Aldi sambil memberi hormat kepada Jendral Arif.“Malam, Aldi.”“Bagaimana?” tanya Jendral.“Hasil pemeriksaan atas insiden kematian Zafran di gudang sudah keluar, Pak.” Ucap detektif Aldi sambil menyerahkan berkas dokumennya.Jendral Arif langsung membuka map yang berisi laporan dari tim forensik, ia pun membaca lebih dulu sebelum m
Aaron keluar dari kamar dengan berlari menuju ke kamar Alex, ia pun membuka pintu kamar Alex tanpa mengetuk lagi lebih dulu.Dengan ngos-ngosan, Aaron mencoba menenangkan dirinya yang masih berdiri didepan pintu.Sedangkan Alex, ia sedikit kaget karna aksi heboh sahabat gilanya itu, “Ada apaan sih, ngagetin aja dah lu.” Ucap Alex kesal.“Inih… detektif Aldi… nelfon gueh…,” ucap Aaron dengan terbata-bata.“Iya, terus masalahnya apa sampe lo kaya begitu?” Alex yang tadinya sedang rebahan, kini ia membenarkan posisinya untuk duduk dan siap mendengarkan apa yang akan sahabatnya itu beritahukan.Perasaan Alex juga merasa tidak enak, feelingnya merasakan bahwa hal yang buruk yang akan Aaron sampaikan saat ini padanya.“Salah satu anak buah Dimas yang kemarin kita ciduk dan kita bawa ke kantor polisi, pagi ini ditemukan tewan dengan kondisi mengenaskan…,”“Lehe