Hari sudah semakin sore, matahari sudah mulai tenggelam dan langit sudah berubah warna menjadi senja. Sekumpulan anak muda yang kini tengah sibuk menyiapkan barbeque party didepan penginapan terlihat sangat bahagia dan tertawa lepas.
“Kita mau mulai bakar-bakar jam berapa guys?” Tanya Dimas ke teman-temannya yang tengah asik berbincang hingga para wanita sedang asik tertawa lepas entah menertawakan apa.
“Nanti aja jam tujuh malem, biar gak kesorean dan kemaleman. Masih agak kenyang juga gue abis makan siang tadi” jawab Aaron
“Iya sama gue juga masih kenyang” lanjut Gabriel menimpali
“Yaudah gue mah ngikut” kata James dan diangguki oleh Aera juga.
“Yaudah abis ini kelar beresin bahan yang mau dibakar, kita ngopi-ngopi aja dulu kali ya” balas Dimas memberikan masukan ke teman-temannya itu.
“Nah setuju gue!” jawab Aera dengan sangat antusias.
“Hmmm kamu kalo udah soal urusan begini nomor satu” ejek Aaron ke kekasihnya itu.
Aera hanya merespon dengan senyum lebar menunjukkan deretan giginya yang rapih itu, lalu Aaron yang gemas dengan tingkah kekasihnya langsung mengusap rambut kekasihnya sambil mengacak-acak rambutnya. Hobi baru bagi Aaron semenjak mereka berpacaran.
Dimas yang sudah selesai menyiapkan semua bahan untuk bakar-bakar malam nanti langsung mengambil kopi dan membuatkan beberapa gelas kopi untuk teman-temannya. Karena Dimas adalah anak dari seorang chef dan memiliki usaha kuliner dimana-mana, maka Dimas sangat ahli urusan memasak. Bakat memasak yang diturunkan oleh papanya kini mengalir dengan kuat dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wanita-wanita diluar sana yang sangat menyukai Dimas yang pandai dalam memasak itu. Tipe calon suami idaman hehehe… jadi, saat acara seperti ini, para wanita gak perlu repot-repot sibuk masak sendirian karna sudah ada chef Dimas yang menghandle urusan masak-memasak.
“Ini dia pesanan kopi sudah datang!” Dimas pun membawa lima gelas yang berisikan kopi yang sudah ia racik sedemikian rupa untuk dinikmati teman-temannya didepan penginapan sambil memandang desiran ombak dipinggir pantai.
“Woooo calon suami idaman” teriak Gabriel yang antusias menerima gelas kopi yang diberikan oleh Dimas, yang lain pun ikut tertawa saat Gabriel berbicara seperti itu.
“Jelas dong, secara gue kan cakep, tajir, pinter, jago masak. Yang jadi bini gue beruntung banget pokoknya.” Jawab Dimas menanggapi ucapan Gabriel tadi dengan bangga.
“Iya aku bangga kok bang memiliki kamu hahaha” ejek Gabriel karna kenarsisan Dimas.
Saat sedang asik menyesap kopi, tiba-tiba ada notifikasi chat masuk ke handphone milik Imelda, Aera yang mendengar suara notif hp nya itu pun langsung mengechek dan melihat isi pesan yang ia terima. Tak lama dari membuka isi pesan itu, Aera langsung terdiam dan mengunci ponsel nya lagi lalu menyimpannya didalam saku jaket yang ia kenakan. Ia memilih diam hingga nanti malam saat ia akan mengatakan semuanya.
“Belum saatnya” batin Aera bergumam
Gabriel yang melihat perubahan Aera langsung memberikan tatapan tanya dan langsung digelengkan oleh Aera sebagai respon bahwa ia tidak apa-apa. Karna Gabriel yang sudah paham dengan kondisi Aera saat ini, ia berusaha dengan memecahkan suasana untuk mengalihkan perhatian Aera dari pesan yang baru ia terima.
“Guys, maen kartu yok” ajak Gabriel ke teman-temannya.
“Mau ngapain lu? Mau judi?” jawab Dimas dengan cepat.
“Iye, mau belajar judi gue. ya kagak lah Dim, ngisi kegabutan aja biar seru.” Jawab Gabriel
“Oooh seperti itu, terus menang kalahnya kasih apa?” tanya Dimas lagi
“Pake bedak aja. Yang kalah di colek pake bedak mukanya. Gimana? Diakhir kita itung skor jumlah polesan dimuka siapa yang terbanyak dia yang kalah.” Jelas Gabriel tentang permainan yang mau di mainkan.
Yang lainpun mengangguk setuju dan akhirnya mereka memainkan kartu remi dan diakhiri dengan Aera yang kalah karna banyak polesan bedak yang ia terima di wajahnya.
-----
07.00 PM
Jam makan malam telah tiba, kini Dimas tengah membakar daging barbeque nya, Aaron dan Aera tengah menyiapkan menu pembuka, James dan Gabriel tengah menyiapkan meja makannya. Selesai dengan segala persiapan, hidangan pun siap untuk disantap. Mereka makan dengan lahap dan tenang karna terlalu menikmati masakan hasil Dimas yang baru pertama kali mereka coba.
Selesai makan, Aera dan Gabriel pun membereskan tempat makan dan mencuci peralatan yang digunakan, sedangkan anak-anak cowok sedang asik berbincang didepan penginapan.
“Ra, abis ini jadi bilang kan ke mereka?” Tanya Gabriel ke Aera yang tengah merapihkan piring-piring yang habis Gabriel cuci.
“Iya jadi kok, makanya nyuci nya buruan biar kita cepet kelar terus nyusul mereka.” Jawab Aera.
“Oh iya oke oke, gercep nih gue” balas Gabriel antusias. “Eh tapi tadi lo dapet pesan aneh lagi kan? Isinya apaan?” Tanya Gabriel penasaran.
“Iya, dari no name lagi. Isinya dia tau kita lagi liburan dan nyuruh gue nikmatin liburan ini sebelum nerima hadiah dari dia lagi” jelas Aera soal pesan yang ia terima tadi sore.
“Hah, maksudnya gimana?” Tanya Gabriel lagi dengan nada bingung.
“Gue juga gak paham, udah ah buruan biar kita pikirin ini sama-sama” perintah Aera ke Gabriel agar segera menyelesaikan cucian piringnya.
Selesai mencuci piring bekas makan malam mereka, Gabriel dan Aera pun menyusul ke tempat anak-anak laki duduk di depan penginapan. Suara ombak dimalam hari ditambah suasana nya yang nyaman membuat Aera sedikit relax untuk menceritakan kejadian yang sedang ia alami akhir-akhir ini.
“Hai sayang, udah selesai?” Tanya Aaron ke Aera saat sadar kalau kekasihnya menghampirinya dan yang lain.
“Hmm” jawab Aera singkat lalu langsung mengambil posisi duduk disebelah Aaron, Aaron pun menyambut Aera dengan merangkulkan selimut yang ia kenakan ke tubuh Aera agar kekasihnya itu tidak kedinginan. Karna mereka sedang berlibur ke pantai, jadi angin pantai saat malam hari lebih kencang dari yang biasanya.
Aera yang menerima sikap manis kekasihnya itu tersenyum dan memeluk lengan Aaron sambil bersandar di pundak kekasihnya itu. Sesaat sebelum Aera mengatakan kejadian yang sedang ia alami, Aera menikmati bersandar dipundak kekasihnya sambil memejamkan mata menikmati semilir angina yang menerpa wajahnya. Aera sedikit takut untuk menceritakan ini ke kekasihnya dan teman-temannya. Tapi ia tidak akan sanggup jika harus menahan sendiri. Sampai pada akhirnya Aerapun disadarkan oleh senggolan Gabriel di kakinya dan melihat kode yang Gabriel berikan untuk segera bercerita.
Aera yang sadar langsung membuka obrolannya. “Sayang, aku mau bilang sesuatu. Guys, ada yang mau gue ceritain, dan ini penting” jelas Aera ke teman-temannya dan kekasihnya. Karna suasana yang sedikit berubah menjadi serius, Aaron pun menanyakan apa yang ingin Aera ceritakan.
“Kenapa Ra?” Tanya Aaron
“Ini kenapa hawanya jadi horror gini” jawab Dimas asal celetuk, Gabriel yang duduk disamping imelada langsung memelototi Dimas yang asal bicara, lalu Dimas yang menyadari bahwa ada hal yang memang benar-benar penting akan disampaikan akhirnya menutup mulutnya dan memasang telinganya untuk mendengarkan cerita Imelda.
“Gue selama ini lagi kena terror sama seseorang yang gue gak tau siapa, gue sering ngeliat cowo make pakaian hitam dan topeng yang berdiri natap gue saat gue di cafe deket kampus, gue juga nerima paket yang isinya bangkai hewan saat dirumah, dan pesan terror yang entah dari siapa karna no name. nomornya juga gak bisa gue telpon karna gak terdaftar.” Jelas Aera panjang ke teman-teman dan kekasihnya itu. Aaron yang baru tau langsung mempertanyakan kenapa Aera tidak menceritakan masalah ini dari awal ke dirinya.
“Kenapa kamu gak cerita ke aku?!” jawab Aaron sedikit terbawa emosi.
“Aku takut kamu khawatir, dan aku juga ngira Cuma orang iseng doang dan gak akan berlanjut. Gak taunya masih berlanjut. Kemaren aku sama Gabriel ke toko buku buat cari buku untuk referensi tugas akhir, lalu kami ke toilet. Saat di toilet ada pesan yang ditulis di kaca toilet make darah. Aku gak tau siapa pelakunya.” Jelas Aerasambil menahan tangis. Aaron yang khawatir dengan keadaan Aera langsung memeluk kekasihnya itu agar sedikit tenang, James pun menyodorkan air minum ke Imelda.
“Dari kapan?” Tanya Dimas singkat.
Aera tampak mengingat-ngingat awal pertama ia menerima terror itu, “gak lama dari gue jadian sama Aaron” jawab Aera yakin.
“Kamu serius?” Tanya Aaron memastikan.
“Lo punya musuh Ra?” kini James ikut menimpali.
“Enggak punya James, gue gak pernah punya masalah sama anak-anak kampus” jelas Aera
“Iya lah, Aera mana punya musuh. Kalian kan tau sendiri Aera jadi mahasiswi famous di kampus dan banyak yang suka karna dia dikenal ramah kan, apalagi Aera pindahan dri Korsel.” Gabriel pun ikut menimpali.
Setelah mendengar penjelasan Imelda, semuanya tampak berfikir untuk mengambil langkah yang harus mereka lakukan.
“Kayanya kita harus lapor ke polisi, iya gak sih?” Tanya Gabriel ke yang lain.
“Seharusnya, tapi balik lagi ke Aera mau dilaporin apa gak” balas Dimas menimpali.
“Gimana sayang?” Tanya Aaron ke kekasihnya itu.
“Aku belum mau lapor, karna aku belum tau notifnya apa, dan selama ini terror nya gak ada yang menyakiti aku si, cuma nyeremin aja.” Jelas Aera
“Yaudah jangan dulu kalo gitu, kita amatin aja dulu sampe mana terornya. Lo jangan kemana-mana sendiri, kudu ada yang nemenin, kalo ada apa-apa langsung bilang ke kita-kita” jawab James menimpali.
“Iya bener, aku setuju. Mulai sekarang kamu kalo mau kemana-mana bilang sama aku biar aku anterin. Kalo nerima pesan aneh lagi langsung kabarin aku. Oke sayang?” Aaron pun menegaskan lalu merangkul erat kekasihnya itu.
“Heem, aku pasti bilang ke kamu mulai sekarang.” Jawab Aera lalu memeluk kekasihnya itu untuk menenangkan segala ketakutan yang ia rasakan.
Aaron yang sedikit khawatir dengan keadaan Aera karna kejadian ini memeluk erat dan mengelus-elus punggung kekasihnya untuk menenangkan. Aaron tau rasanya pasti berat di terror oleh orang yang entah siapa dan mempunyai motif apa.
“Karena udah malem banget kita istirahat aja yuk. Capek juga nih abis perjalanan panjang tadi” ajak Gabriel setelah pembicaraan selesai.
Para lelaki pun menyetujui, apalagi Aaron dan Dimas yang menyetir mobil dan mereka merasa sangat lelah karena berjam-jam menyetir. Akhirnya mereka memutuskan untuk masuk ke penginapan dan beristirahat untuk kegiatan esok harinya.
Menikmati pagi yang disambut dengan suara ombak serta matahari yang mulai menampakkan sinarnya membuat Aera tenggelam dalam imajinasinya di depan penginapan mereka. Pagi ini Aera bangun lebih cepat dari pada yang lain untuk menghirup udara pantai yang sejuk dan segar sambil menikmati segelas susu coklat hangat yang ia buat.Berbeda dengan Aera yang sudah bersantai didepan penginapan sambil meminum susu coklat hangat, teman-temannya yang lain masih asik tertidur pulas dibalik selimut karna kelelahan akibat perjalanan panjang yang harus mereka tempuh kemarin.Aera sangat bersyukur karena selama tinggal di Indonesia ia mendapat teman-teman yang begitu peduli dan asik, sehingga ia tidak terlalu begitu merindukan teman-teman masa sekolahnya yang ada di Korea.Saat sedang melamun, Aera dikagetkan dengan kedatangan Aaron yang tiba-tiba memeluknya dari belakang. “Kamu udah bangun dari tadi hmm?” Tanya Aaron saat baru tiba.“Eh kamu, ngagetin aja
Karena insiden sore kemarin di penginapan tempat mereka berlibur, Aera dan teman-temannya memutuskan kembali ke Jakarta pukul 06.00 pagi hari agar tidak terjebak macet selama diperjalanan. Sejak saat itu pula, Aera jatuh sakit karna shock menerima paket bangkai hewan disaat mereka sedang berlibur.“Siapakah dia? Apa yang dia inginkan? Kenapa dia mengincar Aera?”, Pertanyaan itu terus menguasai pikiran Aaron yang tengah mengemudi saat ini. Pikirannya terbagi fokus antara harus tetap mengemudi sama memikirkan keadaan Aera yang sudah tidak baik-baik saja. Karena fikirannya yang semakin kalut, ditambah Aera yang tertidur di kursi samping kemudi dengan keringat yang bercucuran, Aaron memutuskan untuk memberhentikan mobilnya dan diikuti mobil Dimas dibelakangnya.“Kenapa berenti Aaron?” Tanya Gabriel khawatir.“James gantiin gue nyetir dong bro, pikiran gue kalut. Ditambah Aera makin gak baik-baik aja, gue mau mindahin dia ke kursi belaka
Aron POVSejak kejadian saat liburan kemarin, gue berfikir keras siapa yang mendalangi semua ini. Pesan, terror, telfon, dan paket. Hal ini gak bisa gue diemin karena menyangkut keselamatan pacar yang gue sayang. Tapi suara di telfon kemarin… rasanya tidak asing, siapa dia?“Aaarrrgghhhh” gue pun mengerang frustasi di dalam kamar karena memikirkan masalah ini.“Gue harus minta bantuan” yah itu yang ada difikiran gue saat ini, akhirnya gue memutuskan untuk meminta bantuan sama temen gue yang ada di Amrik untuk cari tau dalang dibalik semua ini. Tidak menunggu waktu lagi, guepun mendial nomor telfon temen gue yang ahli soal masalah ini.Tuuutt… tuuuttt… tuuuttt…“Hallo, Aaron .. tumben lo nelfon” sapa orang diseberang telfon.“Hai Lex, im sorry about that. But, I really need your help” jawab gue to the point ke Alex. Yah,
Ini hari pertama Alex tinggal di rumah gue, setelah tadi siang gue dan Alex menjemput Aera di rumah sakit untuk mengantarnya pulang, gue langsung memfokuskan pikiran gue untuk masalah ini. Rencananya gue dan Alex mau bahas soal ini dirumah aja, karna ini masalah yang bukan main-main, jadi Alex bilang harus meminimalisirkan orang lain tau kalau gue lagi nyelidikin ini diem-diem. Alex masih beristirahat karna perjalanan panjang nya hari ini. Jadi, sambil nunggu Alex istirahat, gue memutuskan untuk nelfon pacar kesayangan gue dulu. Tuuut tuuut tuuut deringan keempat Aera pun akhirnya mengangkat telfon gue. “Hallo Aaron” sapa nya dengan suara yang masih sedikit serak. “Hallo sayang, gimana keadaannya sekarang?” Tanya gue ke Aera. “Hmmm udah baikan, kamu sekarang dimana?” Tanya nya balik. “Syukur deh kalo udah baikan, aku dirumah ini lagi nyantai aja dikamar.” Jawab gue “Kamu udah munim obat? Jangan sampe telat loh!” lanjut gue lagi menging
“Jadi, kita mau kemana dulu?” Tanya gue ke Alex saat kami tengah sarapan pagi di ruang makan.“Toko perhiasan aja.” Jawab Alex singkat sambil fokus mengoles rotinya dengan selai coklat kesukaannya sejak dulu.“Cuma toko perhiasan?” Tanya gue lagi.“Iya.” Jawabnya singkat lalu langsung melahap roti yang sudah selesai ia oleskan dengan selai coklat tadi.“Oke deh” gue pun kembali fokus ke roti dan segelas susu yang udah ada didepan mata gue. Oh iya gue tinggal di rumah yang terpisah sama orang tua gue. Karena orang tua gue ada di Jogja dan gue di Jakarta.Selesai sarapan gue langsung manasin mobil dan bersiap untuk berangkat ke salah satu mall besar di Jakarta. Sesampainya di toko perhiasan, Alex langsung memilih kalung yang ada berlian kecil yang ada ditengahnya.“Mba saya minta yang ini ya… langsung bungkus aja” pinta Alex ke penjaga toko.“Kok lo yan
Aera POVHari ini gue seneng banget karena Aaron ngasih gue kalung dan cincin didepan temen kecilnya si Alex. Aaahhh beruntungnya gue punya pacar kaya Aaron yang perhatian nya sama kaya bokap gue perhatian ke nyokap. Bisa dibilang, Aaron adalah duplikat laki-laki yang mirip kaya bokap. Laki-laki idaman semua wanita pokoknya.Setelah mereka pulang tadi sore, gue gak berhenti tersenyum sambil megangin kalung yang dia pakein ke gue. Sangking bahagianya, gue sampe guling-guling di kasur kamar karna gak tau harus kaya gimana. Akhirnya ditengah rasa bahagia itu gue memutuskan untuk nelfon Gabriel dan menceritakan soal hari ini.Tuuuttt tuuutttt tuuuuttt… “Kok lama banget sih ni bocah ngangkatnya.” Gerutu gue karena sudah deringan ketiga Gabriel belum mengangkat telfon gue.Sampai di dering ke lima, “Hallo Ra, ada ape?” sapa orang diseberang telfon dengan suara serak khas bangun tidur
Aaron POVSaat Aera pamit ke toilet selesai makan, gue pun menunggu sambil memainkan handphone gue dan membuka applikasi instagram untuk sekedar mencari berita terbaru dan membalas beberapa pesan via DM yang masuk ke instagram gue.Gak kerasa udah lebih dari lima belas menit Aera pamit ke toilet, tapi gak kunjung balik ke kursi kami. Gue pun mencoba menelfon handphone nya, dan ternyata handphonennya ia tinggal di meja. Karena udah terlalu lama gue pun mulai bingung dan panik, gue berusaha nyamperin toilet wanita di cafe ini tapi hasilnya nihil gak ada orang sama sekali. Gue masih berusaha buat tetap tenang dan menanyakan keberadaan Aera ke beberapa pegawai wanita di cafe yang barangkali sempet ngeliat Aera masuk ke toilet.“Mba permisi, liat pacar saya gak yang duduk sama saya dimeja situ tadi masuk ke toilet ini?” Tanya gue dengan sopan ke pegawai cafe.“Oh pacar mas nya yang itu? Sa
Aera POVAlaska. 08.23 am.Hal pertama yang gue rasakan saat membuka mata adalah rasa sakit yang luar biasa yang menyerang kepala gue, seakan-akan habis di benturkan ke dinding dengan sangat kuat. Gue pun berusaha mengumpulkan kesadaran dan melihat ke sekililing. Silau, itu yang terlihat saat pertama kali membuka mata.Tempat yang sangat luas, lembab serta kotor dan bau anyir memenuhi indra penciuman gue. “Tempat apa ini?” fikir gue dalam hati. Saat gue mengedarkan pandangan ke sekitar, dengan tidak sengaja gua melihat beberapa orang yang tergeletak dengan anggota tubuh yang terbuka dan sangat banyak darah. Apa mereka semua mati?“Mati?” saat gue baru menyadari apakah gue akan bernasib sama dengan mereka yang tergeletak didepan mata gue saat ini? Pikiran gue udah melayang kemana-mana… takut. Rasanya gue ingin berteriak untuk meminta tolong. Tapi tangan,
Semua orang terkejut saat mendengar suara peluru yang keluar dari pistol detektif Doni.Dimas terjatuh, ia mengembangkan senyumnya, “hahaha kau payah,”Mendengar celotehan Dimas, semuanya langsung ternganga tak percaya dengan apa yang mereka dengar.Mr. Charlos pun langsung memberikan instruksi kepada anak buahnya untuk memborgol Dimas,“Anda ditangkap karna telah melakukan pembunuhan berantai dan berencana kepada warga Negara Indonesia dan warga Negara Amerika. Anda berhak didampingi pengacara dan berhak diam saat sesi Interogasi nanti.”Kaki Dimas mengucur darah yang cukup banyak, Dizka pun mengikatkan kaki Dimas yang terkena tembakan dengan kain.“Aaahh,” Dimas meringis menahan sakit saat Dizka mengikat kakinya dengan kencang.“Akhirnya kau tertangkap wahai psikopat. Selamat menikmati tidur malam mu beralaskan lantai dingin di dalam sel.” Ucap Dizka dengan penuh nada mengejek setelah
01.00 AMSemua tim tengah menyiapkan peralatan yang akan mereka gunakan, mulai dari pakaian serba hitam, anti peluru, pistol, granat asap, dan lain-lain.“Semua sudah ready?” tanya Reynald.Semuanya mengangguk serempak,“Oke, let’s go!”Mereka memasuki mobil yang sudah disiapkan tim FBI dan tim Alex untuk menuju ke hutan pinus tempat lokasi persembunyian Dimas.Butuh waktu satu setengah jam dari tempat penginapan mereka untuk sampai ke lokasi.Anak buah Alex pun sudah siaga di lokasi dan menginfokan kalau Dimas dan anak buahnya tengah beristirahat karna tidak ada pergerakan dari mereka di dalam rumah.“Kita akan sampai jam berapa disana?” tanya Dizka,Reynald melihat jamnya, “Sekarang pukul 01.30, berarti kita akan sampai disana pukul tiga tepat.”Dizka pun mengangguk paham dan kembali terdiam. Ia melihat keluar jendela, matanya d
O’HARE, BANDAR UDARA INTERNASIONAL CHICAGO, ILLINOISRombongan detektif Doni, Alex, Aaron, Renald, dan Jolie kini telah sampai di Bandar Udara Internasional O’Haro, Chicago pada malam hari.Mereka dijemput langsung oleh anak buah Alex yang memang sudah menunggu mereka tiba.“Welcome, Sir.” Sapa Aaron, anak buah Alex.“Hei, Aaron. Semua sudah siap?”“Yes, Sir. We are ready.”“Good. Antarkan para tim kepolisian Indonesia untuk menemui pihak polisi Amerika. Kita sudah membuat janji untuk itu bukan? mereka juga sudah mengurus perizinan disini.”“Yes, Sir.”“Follow me, Mr…?”“Doni,” ucap Doni memperkenalkan diri.Aaron pun menerima uluran tangannya dengan ramah. Lalu ia mengantarkan detektif Doni untuk menemui pihak kepolisian Amerika Serikat sebelum mereka bertemu pihak FBI.Bebe
Dua hari sudah berlalu, tidak hanya detektif Doni yang sangat menginginkan Dimas tertangkap. Melainkan, Alex pun sangat ingin menangkap Dimas dan menghabisinya.Alex dan Reynald masih terus berupaya untuk menemukan lokasi persembunyian Dimas.Entah bersembunyi dibelahan dunia mana Dimas kini berada, yang jelas, jejaknya tidak ditemukan sama sekali.Sampai pada akhirnya, Reynald menemukan petunjuk tentang Dimas yang melakukan perjalanan Luar Negrinya.“Sir, saya menemukan petunjuk Dimas berada dimana,” ucap Reynald kepada Sirnya yang kini tengah memeriksa beberapa dokumen.Alex menghentikan kegiatannya dan membenarkan posisi duduknya, “Where is him?”“Chicago, Illinois. Tiket keberangkatan satu bulan yang lalu.” Ucap Reynald sambil menyodorkan print out bukti tiket pesawat yang ber-atas namakan Dimas.Alex mengambil kertas yang Reynald sodorkan, ia pun langsung memeriksanya dengan detail.&ldq
TAMAN MAKAM PAHLAWAN KALIBATA JAKARTA Pagi ini, di Taman Makam Pahlawan tengah dilangsungkannya pemakaman detektif Aldi secara khidmat.Istri dan anak detektif Aldi tampak menahan tangisnya karna menghormati jasa suaminya yang selalu berjuang membela kebenaran dan menangkap para kriminal-kriminal yang selalu membayangkan nyawanya.Para pasukan polisi tengah bersiap melakukan penghormatan senjata sebagai tanda simbolis penurunan peti jenazah detektif Aldi.Sang Bendera Merah Putih pun masih setia menutupi atas peti jenazah detektif Aldi.Komandan upacara pun siap memberikan instruksi hormat senjata kepada para pasukan,“Kepada, arwah almarhum, hormat senjata…… gerak!”Door!!Suara tembakan melayang ke udara, suara terompet langsung mengalun serempak mengiringi penurunan peti jenazah kedalam liang lahat.Istri dan anak detekti Aldi tidak bisa menahan tangisnya lagi,
Hari sudah semakin malam. Siang tadi, kasus Adam sudah sampai ke tahap sidang pertama. Sedangkan anak buah Dimas yang lain masih menunggu giliran karna detektif Aldi masih berusaha untuk membuat mereka buka suara.Sudah lebih dari tiga bulan detektif Aldi dan tim nya mengerjakan kasus Aera, tapi masih belum menemukan titik terang dimana Dimas berada.Selama detektif Aldi mengerjakan kasus ini, ia dan timnya jadi jarang pulang kerumah mereka masing-masing. Sehingga, ia memutuskan untuk pulang kerumah nya dan beristirahat dirumah.Entah kenapa, sudah dua hari detektif Aldi merasa tidak fit. Mungkin karena kelelahan.“Saya malam ini ingin tidur dirumah dulu, kalian tetap disini dan terus pantau area apartemen Dimas!”“Baik, Pak.”“Pak, apa kau sedang tidak enak badan?” tanya Dizka.“Kayanya iya deh, gak enak aja rasanya badan saya dari kemaren. Makanya mau istirahat dirumah dulu.&rdqu
Boem Jin kembali ke kamarnya dengan perasaan yang campur aduk, pikirannya melayang memikirkan keadaan sahabatnya yang makin tertekan karna masalah tak kunjung usai.Ia tahu, kalau Aera berusaha tegar selama ini karna Aera tidak mau membuat orang-orang yang dia sayang merasa kasihan dan terbebani sama keadaannya.Boem Jin tahu betul akan hal itu, karna ia sangat tahu bagaimana watak dan kepribadian sahabat cantiknya itu.Saat sedang memikirkan keadaan Aera, suara dering ponsel yang Boem Jin letakkan asal di atas kasurnya membuyarkan fikirannya.Nama, Aaron muncul didalam layar ponsel Boem Jin. Dengan cepat, Boem Jin pun mengangkat panggilan masuk dari kekasih sahabatnya itu.“Annyeong,” sapa Boem Jin lemas.“Halo, Boem Jin… kamu udah ngasih tau Aera soal kejadian Zafran?” tanya Aaron.“Hmm, aku barusan dari kamarnya dan memberitahunya.”“Dan dia…?”“Seper
Selama perjalanan menuju kantor polisi, detektif Aldi merasa seperti ada yang mengikuti.Ia mencoba melihat kaca spion di kiri dan kanan nya, tapi tidak menemukan kendaraan yang mencurigakan.“Perasaan gue aja kali ya?” gumam detektif Aldi pada dirinya sendiri.Ia pun mencoba mengabaikan firasat gak enaknya dan menambah laju kecepatan mobil yang ia bawa.Sesampainya di kantor polisi, detektif Aldi langsung menghampiri ruang atasannya untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan yang diberikan oleh Keanu.“Selamat malam, Pak.” Sapa detektif Aldi sambil memberi hormat kepada Jendral Arif.“Malam, Aldi.”“Bagaimana?” tanya Jendral.“Hasil pemeriksaan atas insiden kematian Zafran di gudang sudah keluar, Pak.” Ucap detektif Aldi sambil menyerahkan berkas dokumennya.Jendral Arif langsung membuka map yang berisi laporan dari tim forensik, ia pun membaca lebih dulu sebelum m
Aaron keluar dari kamar dengan berlari menuju ke kamar Alex, ia pun membuka pintu kamar Alex tanpa mengetuk lagi lebih dulu.Dengan ngos-ngosan, Aaron mencoba menenangkan dirinya yang masih berdiri didepan pintu.Sedangkan Alex, ia sedikit kaget karna aksi heboh sahabat gilanya itu, “Ada apaan sih, ngagetin aja dah lu.” Ucap Alex kesal.“Inih… detektif Aldi… nelfon gueh…,” ucap Aaron dengan terbata-bata.“Iya, terus masalahnya apa sampe lo kaya begitu?” Alex yang tadinya sedang rebahan, kini ia membenarkan posisinya untuk duduk dan siap mendengarkan apa yang akan sahabatnya itu beritahukan.Perasaan Alex juga merasa tidak enak, feelingnya merasakan bahwa hal yang buruk yang akan Aaron sampaikan saat ini padanya.“Salah satu anak buah Dimas yang kemarin kita ciduk dan kita bawa ke kantor polisi, pagi ini ditemukan tewan dengan kondisi mengenaskan…,”“Lehe