Aera POV
Hari ini gue seneng banget karena Aaron ngasih gue kalung dan cincin didepan temen kecilnya si Alex. Aaahhh beruntungnya gue punya pacar kaya Aaron yang perhatian nya sama kaya bokap gue perhatian ke nyokap. Bisa dibilang, Aaron adalah duplikat laki-laki yang mirip kaya bokap. Laki-laki idaman semua wanita pokoknya.
Setelah mereka pulang tadi sore, gue gak berhenti tersenyum sambil megangin kalung yang dia pakein ke gue. Sangking bahagianya, gue sampe guling-guling di kasur kamar karna gak tau harus kaya gimana. Akhirnya ditengah rasa bahagia itu gue memutuskan untuk nelfon Gabriel dan menceritakan soal hari ini.
Tuuuttt tuuutttt tuuuuttt… “Kok lama banget sih ni bocah ngangkatnya.” Gerutu gue karena sudah deringan ketiga Gabriel belum mengangkat telfon gue.
Sampai di dering ke lima, “Hallo Ra, ada ape?” sapa orang diseberang telfon dengan suara serak khas bangun tidur
Aaron POVSaat Aera pamit ke toilet selesai makan, gue pun menunggu sambil memainkan handphone gue dan membuka applikasi instagram untuk sekedar mencari berita terbaru dan membalas beberapa pesan via DM yang masuk ke instagram gue.Gak kerasa udah lebih dari lima belas menit Aera pamit ke toilet, tapi gak kunjung balik ke kursi kami. Gue pun mencoba menelfon handphone nya, dan ternyata handphonennya ia tinggal di meja. Karena udah terlalu lama gue pun mulai bingung dan panik, gue berusaha nyamperin toilet wanita di cafe ini tapi hasilnya nihil gak ada orang sama sekali. Gue masih berusaha buat tetap tenang dan menanyakan keberadaan Aera ke beberapa pegawai wanita di cafe yang barangkali sempet ngeliat Aera masuk ke toilet.“Mba permisi, liat pacar saya gak yang duduk sama saya dimeja situ tadi masuk ke toilet ini?” Tanya gue dengan sopan ke pegawai cafe.“Oh pacar mas nya yang itu? Sa
Aera POVAlaska. 08.23 am.Hal pertama yang gue rasakan saat membuka mata adalah rasa sakit yang luar biasa yang menyerang kepala gue, seakan-akan habis di benturkan ke dinding dengan sangat kuat. Gue pun berusaha mengumpulkan kesadaran dan melihat ke sekililing. Silau, itu yang terlihat saat pertama kali membuka mata.Tempat yang sangat luas, lembab serta kotor dan bau anyir memenuhi indra penciuman gue. “Tempat apa ini?” fikir gue dalam hati. Saat gue mengedarkan pandangan ke sekitar, dengan tidak sengaja gua melihat beberapa orang yang tergeletak dengan anggota tubuh yang terbuka dan sangat banyak darah. Apa mereka semua mati?“Mati?” saat gue baru menyadari apakah gue akan bernasib sama dengan mereka yang tergeletak didepan mata gue saat ini? Pikiran gue udah melayang kemana-mana… takut. Rasanya gue ingin berteriak untuk meminta tolong. Tapi tangan,
“Sir, posisi nona Aera terlacak berada di Ted Stevens Anchorage Airport, Alaska” Jelas Reynald saat ia sudah berhasil melacak titik koordinat yang ada di kalung Aera. “What? Apa kamu yakin Rey?” Tanya Alex memastikan. “Im sure Sir, but..” jawab Reynald lagi. “Tapi kenapa Rey? Katakan!” pinta Alex tegas. “Titik GPS nona Aera tidak ada pergerakan sejak lima jam yang lalu, dan saya rasa, kalung nona Aera terlepas atau sengaja di lepas oleh pelaku. Karena tidak mungkin mereka berada di tempat keramaian hingga lima jam.” Jelas Reynald lagi. “Oh God! Lawan kita sepertinya cukup cerdik Rey.. pantau terus! Kerahkan semua anak buah untuk mencari Aera di Alaska!” perintah Alex telak. “Yes Sir!” jawab Reynald cepat dan telfon pun mati. Setelah menerima informasi dari Reynald, Alex pun menghampiri Aaron dan dua temannya yang sudah datang. Karena tidak mau berbasa-basi lagi, Alex pun langsung memberitahukan informasi yang baru ia terima.
Sesampainya Aaron dan Alex di bandara internasional Washington, mereka langsung disambut oleh Reynald yang sudah menunggu kedatangan mereka.“Apa kabar Rey?” sapa Alex saat Reynald menghampiri mereka.“Im fine Sir” jawab Reynald singkat. “Welcome to America Sir Aaron” lanjut Reynald menyapa Aaron.“Thank you Reynald” jawab Aaron singkat.“So, bagaimana perkembangannya?” Tanya Alex lagi ke Reynald.“Setelah kami menelusuri bandara internasional Alaska tempat titik terakhir GPS nona Aera yang tidak ada pergerakan, kami menemukan kalung seperti gambar yang tuan kirim ke saya saat itu.” Jelas Reynald sambil menyerahkan kalung milik Aera ke Alex. Aaron dan Alex pun seketika menghentikan jalannya dan memeriksa kalung yang Reynald dan anak buahnya temukan itu.“Ini bener kalung Aera.” Jawab Alex cepat. Lalu mereka pun melanjutkan perjalanan menuju mobil yang sudah m
Sejak terakhir kali lelaki bertopeng itu mengatakan bahwa ia menginginkan Aera dan membenci Aaron, Aera tidak henti-hentinya berfikir keras memikirkan siapa orang yang berkemungkinan menjadi musuh Aaron.“Kayanya Aaron gak punya musuh deh” gumam Aera pelan. Aera pun sudah menahan rasa sakit karena posisi badannya yang harus bergantung dengan tangan yang diikat di atas atap. Ia pun meringis menahan perih pada bagian tangan yang terikat kencang oleh tali.Saat Aera sedang berusaha menggerak-gerakkan badannya agar bisa mengurasi rasa sakit pada tangannya itu, lelaki bertopeng itu masuk ke ruangan Aera dengan aura dingin.“Mencoba melepaskan diri dari ikatan itu heh?” Tanya lelaki bertopeng itu sarkas.“Tangan dan tubuh saya sakit, bisa kamu lepaskan ini? Saya janji tidak akan kabur.” Pinta Aera memohon.“Kamu fikir aku percaya dengan mu baby?”ejek lelaki bertopeng itu.“Kamu bisa melakukan a
Setelah mendapatkan posisi keberadaan Aera yang diculik, kini Aaron, Alex berserta tim tanpa membuang waktu bergegas untuk menuju ke lokasi. Tapi, saat Aaron tengah menyiapkan peralatan.. ia menerima telfon dari Dimas. Sejenak Aaron bingung, tapi sedetik kemudian Aaron baru tersadar bahwa ia hanya datang bersama Alex kemarin.. kemana Dimas? Aaron yang menyadari hal itu pun langsung mengangkat telfon dari Dimas.“Halo Dim, lo dimana? Gue baru sadar kalo lo gak ikut flight bareng gue dan Alex.” Tanya Aaron langsung ke inti.“Itu yang mau gue tanya kutil, kalian ngapa ninggalin gue, hah?!” teriak Dimas frustasi. “Gue sekarang udah sampe bandara Amrik. Jemput gue sekarang! Karena kalian udah ninggalin gue kemarin di bandara dan flight duluan jadi gue dan Gabriel harus ngereschedule ulang keberangkatan.” Jelas Dimas lagi masih dengan emosi dan kesal yang tertahan.“Hahahaha I’m sorry, kemarin gue dan Alex terlalu fokus
"Tenang aja, kita pasti bakal menemukan cewek Lo.. gue janji" kata Alex saat menghampiri Aaron sahabat lamanya itu yang tengah termenung menatap langit Anchorage dalam sunyi."Gue khawatir Lex, gue gak tau gimana keadaan dia sekarang. Bahkan... Kita hanya menemukan cincin beserta sebuah jari?" Jawab Aaron tertahan menahan tangis."Kita belum mengetahui hasil pastinya kan Aaron itu jari manis Aera atau bukan, besok baru keluar hasilnya. Kita berdoa aja, oke?" Ucap Alex yang berusaha menenangkan sahabatnya yang sudah kalut itu.Ditengah-tengah obrolan mereka, handphone Aaron pun berbunyi menandakan telfon masuk. Aaron pun merogoh handphone nya dari saku celana dan menemukan nama Gabriel yang tertera di layar ponselnya itu. Dengan ragu, Aaron pun berusaha untuk tetap tenang dan mengangkat telfon dari sahabat kekasihnya."Hallo Aaron?" Panggil Gabriel saat Aaron mengangkat telfon darinya."Hmm?" Jawab Aaron dengan lemas."Gimana perkembangan nya
Alex menghampiri Aaron di kamarnya pada malam hari setelah ia menerima hasil laporan sidik jari yang dibawakan oleh Reynald, lalu menyerahkannya ke Aaron yang kebetulan ada Dimas dan James di kamar itu.“Nih…” sambil menyodorkan amplop yang berisi laporan laboratorium itu ke hadapan wajah Aaron.Aaron pun langsung mengambil amplop itu dari tangan Alex dan segera membukanya, Dimas dan James yang sedang menyesap minuman di kursi pun langsung bangun mendekati Aaron.“O negative?” gumam Aaron.“Pelaku nya memiliki resus negative, berarti sudah jelas dia bukan orang Indonesia. Karena hanya satu banding seribu orang Asia yang memiliki resus negative.” Jelas Alex memaparkan.“Maksud lo?” tanya Aaron bingung dengan apa yang Alex ucapkan.“Orangnya ada kemungkinan memang orang luar Aaron. I mean, orang Amrik atau blasteran. Karna hanya orang-orang barat yang memiliki resus darah negat
Semua orang terkejut saat mendengar suara peluru yang keluar dari pistol detektif Doni.Dimas terjatuh, ia mengembangkan senyumnya, “hahaha kau payah,”Mendengar celotehan Dimas, semuanya langsung ternganga tak percaya dengan apa yang mereka dengar.Mr. Charlos pun langsung memberikan instruksi kepada anak buahnya untuk memborgol Dimas,“Anda ditangkap karna telah melakukan pembunuhan berantai dan berencana kepada warga Negara Indonesia dan warga Negara Amerika. Anda berhak didampingi pengacara dan berhak diam saat sesi Interogasi nanti.”Kaki Dimas mengucur darah yang cukup banyak, Dizka pun mengikatkan kaki Dimas yang terkena tembakan dengan kain.“Aaahh,” Dimas meringis menahan sakit saat Dizka mengikat kakinya dengan kencang.“Akhirnya kau tertangkap wahai psikopat. Selamat menikmati tidur malam mu beralaskan lantai dingin di dalam sel.” Ucap Dizka dengan penuh nada mengejek setelah
01.00 AMSemua tim tengah menyiapkan peralatan yang akan mereka gunakan, mulai dari pakaian serba hitam, anti peluru, pistol, granat asap, dan lain-lain.“Semua sudah ready?” tanya Reynald.Semuanya mengangguk serempak,“Oke, let’s go!”Mereka memasuki mobil yang sudah disiapkan tim FBI dan tim Alex untuk menuju ke hutan pinus tempat lokasi persembunyian Dimas.Butuh waktu satu setengah jam dari tempat penginapan mereka untuk sampai ke lokasi.Anak buah Alex pun sudah siaga di lokasi dan menginfokan kalau Dimas dan anak buahnya tengah beristirahat karna tidak ada pergerakan dari mereka di dalam rumah.“Kita akan sampai jam berapa disana?” tanya Dizka,Reynald melihat jamnya, “Sekarang pukul 01.30, berarti kita akan sampai disana pukul tiga tepat.”Dizka pun mengangguk paham dan kembali terdiam. Ia melihat keluar jendela, matanya d
O’HARE, BANDAR UDARA INTERNASIONAL CHICAGO, ILLINOISRombongan detektif Doni, Alex, Aaron, Renald, dan Jolie kini telah sampai di Bandar Udara Internasional O’Haro, Chicago pada malam hari.Mereka dijemput langsung oleh anak buah Alex yang memang sudah menunggu mereka tiba.“Welcome, Sir.” Sapa Aaron, anak buah Alex.“Hei, Aaron. Semua sudah siap?”“Yes, Sir. We are ready.”“Good. Antarkan para tim kepolisian Indonesia untuk menemui pihak polisi Amerika. Kita sudah membuat janji untuk itu bukan? mereka juga sudah mengurus perizinan disini.”“Yes, Sir.”“Follow me, Mr…?”“Doni,” ucap Doni memperkenalkan diri.Aaron pun menerima uluran tangannya dengan ramah. Lalu ia mengantarkan detektif Doni untuk menemui pihak kepolisian Amerika Serikat sebelum mereka bertemu pihak FBI.Bebe
Dua hari sudah berlalu, tidak hanya detektif Doni yang sangat menginginkan Dimas tertangkap. Melainkan, Alex pun sangat ingin menangkap Dimas dan menghabisinya.Alex dan Reynald masih terus berupaya untuk menemukan lokasi persembunyian Dimas.Entah bersembunyi dibelahan dunia mana Dimas kini berada, yang jelas, jejaknya tidak ditemukan sama sekali.Sampai pada akhirnya, Reynald menemukan petunjuk tentang Dimas yang melakukan perjalanan Luar Negrinya.“Sir, saya menemukan petunjuk Dimas berada dimana,” ucap Reynald kepada Sirnya yang kini tengah memeriksa beberapa dokumen.Alex menghentikan kegiatannya dan membenarkan posisi duduknya, “Where is him?”“Chicago, Illinois. Tiket keberangkatan satu bulan yang lalu.” Ucap Reynald sambil menyodorkan print out bukti tiket pesawat yang ber-atas namakan Dimas.Alex mengambil kertas yang Reynald sodorkan, ia pun langsung memeriksanya dengan detail.&ldq
TAMAN MAKAM PAHLAWAN KALIBATA JAKARTA Pagi ini, di Taman Makam Pahlawan tengah dilangsungkannya pemakaman detektif Aldi secara khidmat.Istri dan anak detektif Aldi tampak menahan tangisnya karna menghormati jasa suaminya yang selalu berjuang membela kebenaran dan menangkap para kriminal-kriminal yang selalu membayangkan nyawanya.Para pasukan polisi tengah bersiap melakukan penghormatan senjata sebagai tanda simbolis penurunan peti jenazah detektif Aldi.Sang Bendera Merah Putih pun masih setia menutupi atas peti jenazah detektif Aldi.Komandan upacara pun siap memberikan instruksi hormat senjata kepada para pasukan,“Kepada, arwah almarhum, hormat senjata…… gerak!”Door!!Suara tembakan melayang ke udara, suara terompet langsung mengalun serempak mengiringi penurunan peti jenazah kedalam liang lahat.Istri dan anak detekti Aldi tidak bisa menahan tangisnya lagi,
Hari sudah semakin malam. Siang tadi, kasus Adam sudah sampai ke tahap sidang pertama. Sedangkan anak buah Dimas yang lain masih menunggu giliran karna detektif Aldi masih berusaha untuk membuat mereka buka suara.Sudah lebih dari tiga bulan detektif Aldi dan tim nya mengerjakan kasus Aera, tapi masih belum menemukan titik terang dimana Dimas berada.Selama detektif Aldi mengerjakan kasus ini, ia dan timnya jadi jarang pulang kerumah mereka masing-masing. Sehingga, ia memutuskan untuk pulang kerumah nya dan beristirahat dirumah.Entah kenapa, sudah dua hari detektif Aldi merasa tidak fit. Mungkin karena kelelahan.“Saya malam ini ingin tidur dirumah dulu, kalian tetap disini dan terus pantau area apartemen Dimas!”“Baik, Pak.”“Pak, apa kau sedang tidak enak badan?” tanya Dizka.“Kayanya iya deh, gak enak aja rasanya badan saya dari kemaren. Makanya mau istirahat dirumah dulu.&rdqu
Boem Jin kembali ke kamarnya dengan perasaan yang campur aduk, pikirannya melayang memikirkan keadaan sahabatnya yang makin tertekan karna masalah tak kunjung usai.Ia tahu, kalau Aera berusaha tegar selama ini karna Aera tidak mau membuat orang-orang yang dia sayang merasa kasihan dan terbebani sama keadaannya.Boem Jin tahu betul akan hal itu, karna ia sangat tahu bagaimana watak dan kepribadian sahabat cantiknya itu.Saat sedang memikirkan keadaan Aera, suara dering ponsel yang Boem Jin letakkan asal di atas kasurnya membuyarkan fikirannya.Nama, Aaron muncul didalam layar ponsel Boem Jin. Dengan cepat, Boem Jin pun mengangkat panggilan masuk dari kekasih sahabatnya itu.“Annyeong,” sapa Boem Jin lemas.“Halo, Boem Jin… kamu udah ngasih tau Aera soal kejadian Zafran?” tanya Aaron.“Hmm, aku barusan dari kamarnya dan memberitahunya.”“Dan dia…?”“Seper
Selama perjalanan menuju kantor polisi, detektif Aldi merasa seperti ada yang mengikuti.Ia mencoba melihat kaca spion di kiri dan kanan nya, tapi tidak menemukan kendaraan yang mencurigakan.“Perasaan gue aja kali ya?” gumam detektif Aldi pada dirinya sendiri.Ia pun mencoba mengabaikan firasat gak enaknya dan menambah laju kecepatan mobil yang ia bawa.Sesampainya di kantor polisi, detektif Aldi langsung menghampiri ruang atasannya untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan yang diberikan oleh Keanu.“Selamat malam, Pak.” Sapa detektif Aldi sambil memberi hormat kepada Jendral Arif.“Malam, Aldi.”“Bagaimana?” tanya Jendral.“Hasil pemeriksaan atas insiden kematian Zafran di gudang sudah keluar, Pak.” Ucap detektif Aldi sambil menyerahkan berkas dokumennya.Jendral Arif langsung membuka map yang berisi laporan dari tim forensik, ia pun membaca lebih dulu sebelum m
Aaron keluar dari kamar dengan berlari menuju ke kamar Alex, ia pun membuka pintu kamar Alex tanpa mengetuk lagi lebih dulu.Dengan ngos-ngosan, Aaron mencoba menenangkan dirinya yang masih berdiri didepan pintu.Sedangkan Alex, ia sedikit kaget karna aksi heboh sahabat gilanya itu, “Ada apaan sih, ngagetin aja dah lu.” Ucap Alex kesal.“Inih… detektif Aldi… nelfon gueh…,” ucap Aaron dengan terbata-bata.“Iya, terus masalahnya apa sampe lo kaya begitu?” Alex yang tadinya sedang rebahan, kini ia membenarkan posisinya untuk duduk dan siap mendengarkan apa yang akan sahabatnya itu beritahukan.Perasaan Alex juga merasa tidak enak, feelingnya merasakan bahwa hal yang buruk yang akan Aaron sampaikan saat ini padanya.“Salah satu anak buah Dimas yang kemarin kita ciduk dan kita bawa ke kantor polisi, pagi ini ditemukan tewan dengan kondisi mengenaskan…,”“Lehe