Sejak terakhir kali lelaki bertopeng itu mengatakan bahwa ia menginginkan Aera dan membenci Aaron, Aera tidak henti-hentinya berfikir keras memikirkan siapa orang yang berkemungkinan menjadi musuh Aaron.
“Kayanya Aaron gak punya musuh deh” gumam Aera pelan. Aera pun sudah menahan rasa sakit karena posisi badannya yang harus bergantung dengan tangan yang diikat di atas atap. Ia pun meringis menahan perih pada bagian tangan yang terikat kencang oleh tali.
Saat Aera sedang berusaha menggerak-gerakkan badannya agar bisa mengurasi rasa sakit pada tangannya itu, lelaki bertopeng itu masuk ke ruangan Aera dengan aura dingin.
“Mencoba melepaskan diri dari ikatan itu heh?” Tanya lelaki bertopeng itu sarkas.
“Tangan dan tubuh saya sakit, bisa kamu lepaskan ini? Saya janji tidak akan kabur.” Pinta Aera memohon.
“Kamu fikir aku percaya dengan mu baby?”ejek lelaki bertopeng itu.
“Kamu bisa melakukan a
Setelah mendapatkan posisi keberadaan Aera yang diculik, kini Aaron, Alex berserta tim tanpa membuang waktu bergegas untuk menuju ke lokasi. Tapi, saat Aaron tengah menyiapkan peralatan.. ia menerima telfon dari Dimas. Sejenak Aaron bingung, tapi sedetik kemudian Aaron baru tersadar bahwa ia hanya datang bersama Alex kemarin.. kemana Dimas? Aaron yang menyadari hal itu pun langsung mengangkat telfon dari Dimas.“Halo Dim, lo dimana? Gue baru sadar kalo lo gak ikut flight bareng gue dan Alex.” Tanya Aaron langsung ke inti.“Itu yang mau gue tanya kutil, kalian ngapa ninggalin gue, hah?!” teriak Dimas frustasi. “Gue sekarang udah sampe bandara Amrik. Jemput gue sekarang! Karena kalian udah ninggalin gue kemarin di bandara dan flight duluan jadi gue dan Gabriel harus ngereschedule ulang keberangkatan.” Jelas Dimas lagi masih dengan emosi dan kesal yang tertahan.“Hahahaha I’m sorry, kemarin gue dan Alex terlalu fokus
"Tenang aja, kita pasti bakal menemukan cewek Lo.. gue janji" kata Alex saat menghampiri Aaron sahabat lamanya itu yang tengah termenung menatap langit Anchorage dalam sunyi."Gue khawatir Lex, gue gak tau gimana keadaan dia sekarang. Bahkan... Kita hanya menemukan cincin beserta sebuah jari?" Jawab Aaron tertahan menahan tangis."Kita belum mengetahui hasil pastinya kan Aaron itu jari manis Aera atau bukan, besok baru keluar hasilnya. Kita berdoa aja, oke?" Ucap Alex yang berusaha menenangkan sahabatnya yang sudah kalut itu.Ditengah-tengah obrolan mereka, handphone Aaron pun berbunyi menandakan telfon masuk. Aaron pun merogoh handphone nya dari saku celana dan menemukan nama Gabriel yang tertera di layar ponselnya itu. Dengan ragu, Aaron pun berusaha untuk tetap tenang dan mengangkat telfon dari sahabat kekasihnya."Hallo Aaron?" Panggil Gabriel saat Aaron mengangkat telfon darinya."Hmm?" Jawab Aaron dengan lemas."Gimana perkembangan nya
Alex menghampiri Aaron di kamarnya pada malam hari setelah ia menerima hasil laporan sidik jari yang dibawakan oleh Reynald, lalu menyerahkannya ke Aaron yang kebetulan ada Dimas dan James di kamar itu.“Nih…” sambil menyodorkan amplop yang berisi laporan laboratorium itu ke hadapan wajah Aaron.Aaron pun langsung mengambil amplop itu dari tangan Alex dan segera membukanya, Dimas dan James yang sedang menyesap minuman di kursi pun langsung bangun mendekati Aaron.“O negative?” gumam Aaron.“Pelaku nya memiliki resus negative, berarti sudah jelas dia bukan orang Indonesia. Karena hanya satu banding seribu orang Asia yang memiliki resus negative.” Jelas Alex memaparkan.“Maksud lo?” tanya Aaron bingung dengan apa yang Alex ucapkan.“Orangnya ada kemungkinan memang orang luar Aaron. I mean, orang Amrik atau blasteran. Karna hanya orang-orang barat yang memiliki resus darah negat
Sudah dua jam Aera menjalankan operasi darurat karena jarinya yang terputus, Aaron beserta yang lainnya pun dengan cemas menunggu operasi Aera selesai. Setelah membawa Aera ke rumah sakit, Dimas langsung menghubungi Gabriel yang saat ini tengah berada di rumah Aera menemani orang tua Aera.“Hallo Dim, ada perkembangan?” tanya Gabriel langsung saat menerima telfon dari Dimas.“O.. ya, Aera sudah kami temukan dan selamat. Sekarang harus menjalankan operasi darurat di rumah sakit.” Jawab Dimas dengan cepat.“Oh Tuhaann syukurlah, gue bakal ngabarin ini ke bokap dan nyokapnya Aera.” Ucap Gabriel dengan senang dan haru. “But wait, operasi? Lo bilang tadi operasi?” lanjut Gabriel meyakinkan pendengarannya.“Iya, Aera harus dioperasi karena jari manisnya yang terputus karena ulah pelaku.” Jawab Dimas singkat. “pokoknya, kabarin aja ke keluarganya Aera oke… nanti gue chat alamat rumah sakitn
Sudah lebih dari tiga jam Aaron menunggu Aera yang tak kunjung siuman di ruangannya, selama itu pula Aaron terus menggenggam tangan Aera hingga ia tertidur disamping brangkar Aera.Aera mulai mengerjapkan mata perlahan-lahan dan menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya ruang rawat inapnya. Karena Aera tak tau kalau ia telah selamat, Aera mulai melihat sekeliling ruangan dan manik mata coklat nya jatuh pada pemandangan kekasihnya yang tengah tertidur dalam posisi duduk sambil menggenggam tangannya dengan lembut. Aera pun berusaha menggerakkan jarinya dan membuka suara untuk membangunkan kekasih yang sangat ia rindukan itu.“Rooy…” panggil Aera lirih.Merasa ada yang bergerak dalam genggamannya dan seperti ada yang memanggil, Aaron pun mulai mengumpulkan kesadarannya dan terbangun. Melihat Aera yang sudah membuka mata dan kini tengah menatapnya Aaron pun langsung memanggil dokter untuk memeriksakan keadaan kekasihnya itu.“Sayang,
Kini, tiba waktunya Aera untuk berangkat transfer ke rumah sakit yang ada di Washington. Orang tua Aera telah menunggu di sana, karena Aaron yang mengabarkan untuk langsung ke Washington dan tidak perlu ke rumah sakit yang ada di Anchorage. Sesampainya di rumah sakit Washington, Aera melihat mama dan papa nya serta Gabriel tengah menunggu di ruang tunggu rumah sakit. Aaron dan Dimas yang melihat juga kehadiran orang tua serta teman mereka yang telah sampai pun langsung menghampiri bersama dengan Aera yang menaiki kursi roda dan dibantu oleh perawat. “Sayaaanggg” teriak mama Aera setengah berlari menghampiri Aera yang menuju ke arahnya sambil menangis haru. Tak menyangka penantian proses pencarian putrinya yang hilang hampir seminggu kini telah berhasil ditemukan. “Mamaaa” sambut Aera tak kalah haru menahan tangis ingin segera memeluk mamanya. Akhirnya, penantian kedua orang tua Aera yang hanya bisa menunggu di Indonesia tanpa tau proses pencaria
Dua bulan kemudian…Aera kini sudah kembali ke Indonesia, keadaannya yang mulai membaik membuat keluarga Aera memutuskan untuk pulang ke Indonesia dengan segera. Lagi pula, perkuliahan Aera pun sudah mau memasuki semester baru.Satu bulan telah berlalu, selama itu pula insiden terror tidak lagi Aera terima. Padahal, pelaku yang sebenarnya belum juga dapat ditemukan oleh Alex dan anak buahnya. Segala macam petunjuk yang Aera beri tidak menemukan titik terang, belum lagi pria bertopeng itu menghilang bagai ditelan bumi karna tidak meninggalkan jejak sama sekali.Karena keadaan yang sudah mulai membaik dan aman, bukan berarti Aaron dan Alex lengah dalam mengawasi Aera. Aera diberikan alat pelacak yang baru yang jauh lebih canggih dari sebelumnya dan tidak akan bisa ditemukan oleh orang lain. Pelacak itu hanya Aera, Aaron dan Alex yang tau dimana tempatnya.----Nada telfon di handphone Aera berbunyi menandakan ada panggilan masuk dari seseorang
“Sayang, bangun… udah sampe” Aaron membangunkan Aera yang tertidur di kursi samping kemudi dengan menepuk-nepuk pipi Aera. Mereka terlalu larut nongkrong di cafe hingga pulang malam.“Eehmm huaaa” Aera menguap berusaha mengumpulkan kesadarannya.“Awas ada lalet yang masuk mulut haha” ejek Aaron melihat tingkah Aera yang sudah tidak tau malu lagi di depannya. Sontak, mendengar ejekan kekasihnya itu Aera langsung menutup mulutnya yang terbuka lebar karna masih menguap.“Hm yaudah, aku turun yah… kamu hati-hati di jalan. Kalo udah sampe kabarin, oke?” ucap Aera setelah sedikit terkumpul kesadarannya.“Oke baby” Aaron pun mengecup kening Aera sebelum kekasihnya turun dari mobil.Aera yang sudah turun dari mobil tidak langsung masuk ke dalam rumahnya, tetapi menunggu mobil kekasihnya itu pergi menjauh dari pekarangan rumahnya. Aaron pun membunyikan klakson saat mobilnya suda
Semua orang terkejut saat mendengar suara peluru yang keluar dari pistol detektif Doni.Dimas terjatuh, ia mengembangkan senyumnya, “hahaha kau payah,”Mendengar celotehan Dimas, semuanya langsung ternganga tak percaya dengan apa yang mereka dengar.Mr. Charlos pun langsung memberikan instruksi kepada anak buahnya untuk memborgol Dimas,“Anda ditangkap karna telah melakukan pembunuhan berantai dan berencana kepada warga Negara Indonesia dan warga Negara Amerika. Anda berhak didampingi pengacara dan berhak diam saat sesi Interogasi nanti.”Kaki Dimas mengucur darah yang cukup banyak, Dizka pun mengikatkan kaki Dimas yang terkena tembakan dengan kain.“Aaahh,” Dimas meringis menahan sakit saat Dizka mengikat kakinya dengan kencang.“Akhirnya kau tertangkap wahai psikopat. Selamat menikmati tidur malam mu beralaskan lantai dingin di dalam sel.” Ucap Dizka dengan penuh nada mengejek setelah
01.00 AMSemua tim tengah menyiapkan peralatan yang akan mereka gunakan, mulai dari pakaian serba hitam, anti peluru, pistol, granat asap, dan lain-lain.“Semua sudah ready?” tanya Reynald.Semuanya mengangguk serempak,“Oke, let’s go!”Mereka memasuki mobil yang sudah disiapkan tim FBI dan tim Alex untuk menuju ke hutan pinus tempat lokasi persembunyian Dimas.Butuh waktu satu setengah jam dari tempat penginapan mereka untuk sampai ke lokasi.Anak buah Alex pun sudah siaga di lokasi dan menginfokan kalau Dimas dan anak buahnya tengah beristirahat karna tidak ada pergerakan dari mereka di dalam rumah.“Kita akan sampai jam berapa disana?” tanya Dizka,Reynald melihat jamnya, “Sekarang pukul 01.30, berarti kita akan sampai disana pukul tiga tepat.”Dizka pun mengangguk paham dan kembali terdiam. Ia melihat keluar jendela, matanya d
O’HARE, BANDAR UDARA INTERNASIONAL CHICAGO, ILLINOISRombongan detektif Doni, Alex, Aaron, Renald, dan Jolie kini telah sampai di Bandar Udara Internasional O’Haro, Chicago pada malam hari.Mereka dijemput langsung oleh anak buah Alex yang memang sudah menunggu mereka tiba.“Welcome, Sir.” Sapa Aaron, anak buah Alex.“Hei, Aaron. Semua sudah siap?”“Yes, Sir. We are ready.”“Good. Antarkan para tim kepolisian Indonesia untuk menemui pihak polisi Amerika. Kita sudah membuat janji untuk itu bukan? mereka juga sudah mengurus perizinan disini.”“Yes, Sir.”“Follow me, Mr…?”“Doni,” ucap Doni memperkenalkan diri.Aaron pun menerima uluran tangannya dengan ramah. Lalu ia mengantarkan detektif Doni untuk menemui pihak kepolisian Amerika Serikat sebelum mereka bertemu pihak FBI.Bebe
Dua hari sudah berlalu, tidak hanya detektif Doni yang sangat menginginkan Dimas tertangkap. Melainkan, Alex pun sangat ingin menangkap Dimas dan menghabisinya.Alex dan Reynald masih terus berupaya untuk menemukan lokasi persembunyian Dimas.Entah bersembunyi dibelahan dunia mana Dimas kini berada, yang jelas, jejaknya tidak ditemukan sama sekali.Sampai pada akhirnya, Reynald menemukan petunjuk tentang Dimas yang melakukan perjalanan Luar Negrinya.“Sir, saya menemukan petunjuk Dimas berada dimana,” ucap Reynald kepada Sirnya yang kini tengah memeriksa beberapa dokumen.Alex menghentikan kegiatannya dan membenarkan posisi duduknya, “Where is him?”“Chicago, Illinois. Tiket keberangkatan satu bulan yang lalu.” Ucap Reynald sambil menyodorkan print out bukti tiket pesawat yang ber-atas namakan Dimas.Alex mengambil kertas yang Reynald sodorkan, ia pun langsung memeriksanya dengan detail.&ldq
TAMAN MAKAM PAHLAWAN KALIBATA JAKARTA Pagi ini, di Taman Makam Pahlawan tengah dilangsungkannya pemakaman detektif Aldi secara khidmat.Istri dan anak detektif Aldi tampak menahan tangisnya karna menghormati jasa suaminya yang selalu berjuang membela kebenaran dan menangkap para kriminal-kriminal yang selalu membayangkan nyawanya.Para pasukan polisi tengah bersiap melakukan penghormatan senjata sebagai tanda simbolis penurunan peti jenazah detektif Aldi.Sang Bendera Merah Putih pun masih setia menutupi atas peti jenazah detektif Aldi.Komandan upacara pun siap memberikan instruksi hormat senjata kepada para pasukan,“Kepada, arwah almarhum, hormat senjata…… gerak!”Door!!Suara tembakan melayang ke udara, suara terompet langsung mengalun serempak mengiringi penurunan peti jenazah kedalam liang lahat.Istri dan anak detekti Aldi tidak bisa menahan tangisnya lagi,
Hari sudah semakin malam. Siang tadi, kasus Adam sudah sampai ke tahap sidang pertama. Sedangkan anak buah Dimas yang lain masih menunggu giliran karna detektif Aldi masih berusaha untuk membuat mereka buka suara.Sudah lebih dari tiga bulan detektif Aldi dan tim nya mengerjakan kasus Aera, tapi masih belum menemukan titik terang dimana Dimas berada.Selama detektif Aldi mengerjakan kasus ini, ia dan timnya jadi jarang pulang kerumah mereka masing-masing. Sehingga, ia memutuskan untuk pulang kerumah nya dan beristirahat dirumah.Entah kenapa, sudah dua hari detektif Aldi merasa tidak fit. Mungkin karena kelelahan.“Saya malam ini ingin tidur dirumah dulu, kalian tetap disini dan terus pantau area apartemen Dimas!”“Baik, Pak.”“Pak, apa kau sedang tidak enak badan?” tanya Dizka.“Kayanya iya deh, gak enak aja rasanya badan saya dari kemaren. Makanya mau istirahat dirumah dulu.&rdqu
Boem Jin kembali ke kamarnya dengan perasaan yang campur aduk, pikirannya melayang memikirkan keadaan sahabatnya yang makin tertekan karna masalah tak kunjung usai.Ia tahu, kalau Aera berusaha tegar selama ini karna Aera tidak mau membuat orang-orang yang dia sayang merasa kasihan dan terbebani sama keadaannya.Boem Jin tahu betul akan hal itu, karna ia sangat tahu bagaimana watak dan kepribadian sahabat cantiknya itu.Saat sedang memikirkan keadaan Aera, suara dering ponsel yang Boem Jin letakkan asal di atas kasurnya membuyarkan fikirannya.Nama, Aaron muncul didalam layar ponsel Boem Jin. Dengan cepat, Boem Jin pun mengangkat panggilan masuk dari kekasih sahabatnya itu.“Annyeong,” sapa Boem Jin lemas.“Halo, Boem Jin… kamu udah ngasih tau Aera soal kejadian Zafran?” tanya Aaron.“Hmm, aku barusan dari kamarnya dan memberitahunya.”“Dan dia…?”“Seper
Selama perjalanan menuju kantor polisi, detektif Aldi merasa seperti ada yang mengikuti.Ia mencoba melihat kaca spion di kiri dan kanan nya, tapi tidak menemukan kendaraan yang mencurigakan.“Perasaan gue aja kali ya?” gumam detektif Aldi pada dirinya sendiri.Ia pun mencoba mengabaikan firasat gak enaknya dan menambah laju kecepatan mobil yang ia bawa.Sesampainya di kantor polisi, detektif Aldi langsung menghampiri ruang atasannya untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan yang diberikan oleh Keanu.“Selamat malam, Pak.” Sapa detektif Aldi sambil memberi hormat kepada Jendral Arif.“Malam, Aldi.”“Bagaimana?” tanya Jendral.“Hasil pemeriksaan atas insiden kematian Zafran di gudang sudah keluar, Pak.” Ucap detektif Aldi sambil menyerahkan berkas dokumennya.Jendral Arif langsung membuka map yang berisi laporan dari tim forensik, ia pun membaca lebih dulu sebelum m
Aaron keluar dari kamar dengan berlari menuju ke kamar Alex, ia pun membuka pintu kamar Alex tanpa mengetuk lagi lebih dulu.Dengan ngos-ngosan, Aaron mencoba menenangkan dirinya yang masih berdiri didepan pintu.Sedangkan Alex, ia sedikit kaget karna aksi heboh sahabat gilanya itu, “Ada apaan sih, ngagetin aja dah lu.” Ucap Alex kesal.“Inih… detektif Aldi… nelfon gueh…,” ucap Aaron dengan terbata-bata.“Iya, terus masalahnya apa sampe lo kaya begitu?” Alex yang tadinya sedang rebahan, kini ia membenarkan posisinya untuk duduk dan siap mendengarkan apa yang akan sahabatnya itu beritahukan.Perasaan Alex juga merasa tidak enak, feelingnya merasakan bahwa hal yang buruk yang akan Aaron sampaikan saat ini padanya.“Salah satu anak buah Dimas yang kemarin kita ciduk dan kita bawa ke kantor polisi, pagi ini ditemukan tewan dengan kondisi mengenaskan…,”“Lehe