“Rico, kamu harus menerima perjodohan ini,” tutur Risa ibunda Rico.
“Aku tidak bisa, Ma,” sahut Rico menolak keras.
“Baiklah, jika kamu tidak mau menerima perjodohan ini, maka, kamu akan dicoret dari ahli waris keluarga Adelard. Kakek lebih baik menghibahkan harta kakek untuk para anak yatim di panti asuhan dari pada kepada cucu pembangkang sepertimu,” tutur Bara Adelard selaku kakek dari Rico.
“Ta-tapi, Kek, sebenarnya aku sudah me—”
Belum selesai Rico menjelaskan sesuatu kepada Bara. Bara menjeda perkataan si cucu. “Tidak ada tapi dan alasan apapun. Kamu boleh memilih, menjadi orang miskin selamanya atau menerima perjodohan ini,” ujar Bara dengan tegas.
“Waktunya kamu membalas utang budimu kepada kakak Anggun. Berkat dia kamu masih bisa hidup hingga sekarang. Salah satu ginjalmu adalah milik dari Arsya. Dia yang menyelamatkanmu ketika kecelakaan dan mendonorkan salah satu ginjal untukmu sebelum meninggal,” ucap Risa kepada Rico.
“Arsya meninggal?” tanya Rico.
“Dia berpesan sebelum meninggal agar kamu menjaga adik kesayangannya. Akan tetapi, Anggun tidak mengetahui mengenai donor ginjal itu. Hanya kami para orang tua yang tahu.” Risa menjelaskan panjang lebar. “Ingat! Jangan sampai Anggun mengetahui hal ini!” tegas Risa mengancam Rico.
Rico hanya bisa terdiam mendengar penjelasan dan ancaman dari ibu tercinta. Rico diam seribu bahasa tidak bisa berkata apapun lagi bahkan, membantah satu kata apapun tidak akan berhasil. Secara pribadi pun dia tidak akan pernah sanggup hidup miskin dan dicoret menjadi pewaris tunggal harta keluarga Adelard yang berlimpah. Pasalnya, sang kakek adalah salah satu dari 10 besar orang terkaya di Indonesia.
***
Matahari sudah terbenam, siang sudah berganti menjadi malam, waktu pertemuan di antara dua keluarga besar Adelard dan Wiley. Anggun belum diberitahu tujuan dari pertemuan dua keluarga ini. Anggun sama sekali tidak memiliki gambaran perihal pertemuan antara dia dan Rico. Dia masih bersikap ramah kepada keluarga Adelard. Namun, ketika dia mengetahui bahwa dia akan dijodohkan dengan Rico, Anggun geram dan menolak keras.
“Tidak! Aku menentang dan menolak perjodohan ini!” tolak Anggun dengan emosi.
“Anggun, duduklah!” titah sang ayah.
“Ma,Pa, aku tidak mau menikah. Aku masih kuliah, aku ingin berkarier dulu. Aku belum meraih semua cita-citaku. Apa Mama dan Papa tega melihatku menjadi ibu rumah tangga yang kerjanya hanya mengurus suami dan anak di rumah? Kakak sudah meninggal, Ma,Pa. Mama dan Papa hanya punya aku untuk melanjutkan perusahaan kalian. Ayolah, kalian bercanda, ‘kan, tentang perjodohan ini?” tanya Anggun dengan lirih.
“Tidak!” sahut sang ibu. “Jika kamu menolak perjodohan ini maka kamu akan melihat mayat mama.”
“Kok, jadi begini, sih? Ma, ayolah … Jangan begini. Aku menyayangi Mama, tetapi, aku tidak mau menikah dengan Mas Rico,” bujuk Anggun menolak sembari memelas.
Tidak ada jawaban sama sekali dari kedua orangtua itu pada saat Anggun meminta perjodohan ini dibatalkan. Ibunda Anggun pun tak berhenti meneteskan air mata. Melihat sang mama menangis membuat Anggun menjadi merasa bersalah.
“Baiklah … baiklah, aku akan menikah dengan Mas Rico, tetapi aku punya syarat,” ucap Anggun dengan lantang mengutarakan keinginannya.
“Apa … apa syaratnya?” sahut kedua belah pihak secara bersamaan dan penuh semangat.
“Kalian kenapa kompak sekali?” tanya Anggun penuh curiga.
Sang ibunda kembali menangis pada saat Anggun mulai curiga.
“Iya … iya, dengarkan persyaratan dariku! Yang pertama pernikahan ini diadakan di rumah pihak keluarga wanita hanya dihadiri oleh keluarga besar kita saja. Tidak ada resepsi besar-besaran cukup sah di mata agama dan hukum. Kenapa aku tidak mau dipublikasikan? Karena aku masih kuliah!” kata Anggun menegaskan. “Yang kedua, aku ingin menjadi wanita karier dan tidak mau menjadi wanita rumahan!” tutur Anggun dengan tegas.
“Setuju!” ucap serempak dari orang tua kedua belah pihak.
“Baiklah, pernikahan akan diadakan dua bulan lagi,” ujar Kakek Bara Adelard.
“Apa?” sahut Rico dan Anggun bersamaan.
Hari yang dinanti-nanti oleh kedua keluarga besar pun akhirnya terlaksana, sesuai keinginan Kakek tepat dua bulan setelah malam perjodohan. Kini, Anggun telah resmi menjadi istri sah Rico tanpa harus mengurusi tetek-bengek persiapan pernikahan. Kedua keluarga besar sangat bahagia, berbeda dengan sepasang pengantin yang berada di plaminan.
***
Resmi menjadi istri dari Rico Adelard, Anggun Wiley tinggal di rumah yang megah. Pernikahan yang berdiri atas paksaan atau dengan kata lain perjodohan, antara dua keluarga yaitu keluarga besar Adelard dan Wiley.
Sudah satu bulan kedua insan tanpa cinta itu menikah dan hidup di bawah atap yang sama. Dan, sampai saat ini, Rico belum pernah menyentuh Anggun sekali pun. Hanya nafkah lahir yang dia berikan, tetapi, tidak dengan nafkah batin. Anggun pun, tak pernah mempermasalahkan atau merasa keberatan. Toh, Rico bukanlah pria yang dia harapkan untuk menjadi suami.
***
Anggun sedang mengerjakan tugas kuliah tepat ketika ibu mertua menelepon. Dari nada bicara, terdengar sangat khawatir. Pasalnya, si ibu mertua merasakan firasat tidak baik dan selalu teringat akan putranya itu.
Anggun menenangkan wanita paruh baya itu dengan menawarkan diri untuk mencari Rico, suaminya. Dan, usaha kecil itu berhasil membuat sang Ibu mertua tenang.
Anggun menatap jam di ponsel. "Sudah pukul 9 malam," desis Anggun dengan nada kesal. "Mau cari ke mana?" Keluh wanita cantik itu lagi.
Setelah itu, dia mencoba menghubungi ponsel Rico berkali-kali sambil berpikir keras. Nihil, nomor yang dia hubungi tidak aktif.
Anggun memutuskan untuk mencari ke kantor dan kemudian dia mengambil kunci mobil. Dengan kecepatan sedang, benda broda empat itu berjalan di atas aspal hitam. Ada harapan, pria berstatus suami itu ada di ruang kerjanya malam ini, dan tentu saja tidak terjadi apa-apa kepadanya. Anggun tidak mau repot mengurus dia jika ternyata pria itu harus menginap di rumah sakit.
***
Setiba di kantor, Anggun menghampiri dan bertanya keberadaan Rico kepada Security kantor tersebut. Dan benar saja sang suami sedang lembur dan masih berada di ruangan kerjanya. Anggun pun memasuki kantor tersebut seorang diri karena dia menolak tawaran Security untuk mengantarkannya ke ruangan Rico. Kini, Anggun sudah berada di depan pintu ruangan sang suami. Langkahnya terhenti ketika mendengar desahan seorang wanita. Namun, dia masih berusaha berpikir positif terhadap suaminya.
Dia memegang gagang pintu tersebut dan keberuntungan sedang berada di pihaknya. Pintu itu tidak terkunci sehingga Anggun bisa membuka pintu tersebut tanpa harus mendobrak dengan tenaga dalamnya. Ya, Anggun adalah seorang atlet bela diri dan sudah tingkat sabuk hitam.
Dia membuka dengan perlahan nyaris tak terdengar pintu ruangan tersebut. Dan betapa terkesiap ketika dia melihat sang suami sedang bercinta dengan Sekretaris pribadinya. Tubuh Anggun bergetar karena emosi, napasnya memburu, jantungnya berpacu dengan kencang dan dia tidak menyangka bahwa Rico akan melakukan perbuatan serendah itu.
Walaupun Anggun tidak mencintai Rico tetapi jika suaminya itu berselingkuh dia tidak bisa memaafkan dan menerimanya.
“Mas Rico!” teriak Anggun dengan tatapan tajam dan tentunya dengan tangan yang mengepal.
Pasangan yang sedang bercinta itu terperangah dengan keberadaan Anggun yang tiba-tiba. Buru-buru mereka mengambil pakaian dan memakainya dengan cepat.
“Apa yang kamu lakukan, Mas? Pantas saja Mamamu meneleponku dan bilang dia sedang tidak enak hati. Ternyata batin seorang ibu benar. Kamu sedang berselingkuh dan berzina dengan wanita jalang ini.”
“Jangan sebut dia jalang!” bentak Rico kepada Anggun.
“Lalu aku harus mengatakan apa kepada wanita yang sedang berzina dengan suami orang lain,” tuturnya dengan intonasi tinggi.
“Jaga ucapanmu! Kami berdua tidak berzina.”
“Hahaha, lalu apa yang sedang kalian lakukan? Oooh aku paham sekarang. Ternyata ini alasan mengapa kamu tidak pernah menyentuhku sama sekali? Oke fine, malam ini juga ceraikan aku, Mas! Aku tidak sudi hidup dengan pria yang suka berselingkuh.”
“Diam, Jaga bicaramu!” bentak Rico kepada Anggun. “Asalkan kamu tahu, kami sudah menikah!” tutur Rico dengan intonasi tidak kalah tinggi dengan Anggun.
“A-apa?” Anggun terkejut sembari membulatkan matanya karena mendengar penuturan Rico.
“Duduklah! Aku akan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi,” papar Rico yang mulai menurunkan intonasi nada bicaranya.
Walaupun dirinya sedang di selimuti emosi kepada Rico. Anggun tetap mau mendengarkan penjelasan pria yang berstatus suaminya itu.
"Silakan, apa yang mau kamu katakan, Mas?" tanya Anggun dengan tatapan tajam ke arah Rico.
“Sebenarnya, kami sudah lama menikah bahkan sebelum aku menikah denganmu. Kami menikah secara siri karena Mamaku tidak setuju jika aku menikah dengan Nisa."
“Kamu sudah beristri, Mas. Lalu mengapa kamu tidak menolak pada saat kita dijodohkan? kamu menerima begitu saja. Padahal aku sudah memohon kepadamu agar pernikahan kita digagalkan,” tutur dengan nada lirih.
“Itu karena—”
Nisa memotong perkataan Rico. “Sebelumnya, izinkan aku berbicara,” tutur Nisa dengan nada lembut sembari tersenyum sendu.
"Rico tidak bisa menolak perjodohan itu karena jika dia menolak, dia akan dicoret menjadi pewaris tunggal di keluarganya. Dan, satu lagi Pernikahan siri ini terjadi karena kami sudah putus asa mencari cara agar kami bisa bersatu. Aku dan Rico saling mencintai dan tidak bisa kehilangan satu sama lain. Hanya dengan pernikahan siri inilah, kami bisa saling memiliki. Maafkan dengan kejadian ini, maafkan juga karena kami telah membohongimu dan menutupi pernikahan siri kami," tutur Nisa dengan berderai air mata.
Anggun berpikir ternyata dia adalah orang ketiga dalam hubungan pernikahan ini dan parahnya lagi Rico menikah dengannya hanya karena warisan. 'Cih, hidupku jadi seperti drama korea begini,' tuturnya dalam hati. "Oke, Lalu jika kamu mencintai Mas Rico, kenapa kamu mengizinkan dia menikah lagi?"
“Itu karena aku memiliki kekurangan, Mama Rico tidak menyutujui kami bersama karena aku yang tidak sempurna.”
Anggun mengernyitkan dahinya karena dia tidak mengerti maksud dari perkataan Nisa. Dia langsung melihat postur tubuh wanita yang berada di hadapannya itu. Apabila dilihat dari fisik, Nisa memiliki tubuh yang bagus dan wajah yang bisa dikatakan cantik walaupun masih lebih cantik dirinya ketimbang Nisa. (Masih sempat-sempatnya Anggun sombong walaupun hanya dalam hati).
“Maksudmu?” tanya Anggun penasaran.
“Aku mengalami Sindrom MRKH yaitu sindrom Mayer Rokitansky Kuster Hauser. Sindrom ini terjadi pada sistem reproduksi seorang wanita. Kondisi ini menyebabkan organ intim, serviks, dan rahim tidak berkembang sebagaimana mestinya pada seorang wanita, atau bahkan ada yang tidak ada sama sekali meskipun kondisi alat kelamin dari luarnya terlihat normal. Maka dari itu, wanita yang mengalami sindrom MRKH ini biasanya tidak mengalami menstruasi karena tidak punya rahim. Dan apa kamu tahu, jika wanita yang tidak memiliki rahim akan bagaimana? Dia tidak akan bisa hamil dan memberikan keturunan,” papar Nisa menjelaskan.
Anggun sungguh terkejut dengan apa yang terjadi pada istri siri suaminya itu. Namun, egonya berkata lain. Dia tetap tidak mau jika apa yang menjadi miliknya menjadi milik orang lain. Dan dia pun tidak mau menjadi orang ketiga dalam hubungan Rico dan Nisa. ‘Akh, tidak-tidak aku tidak mau jadi Pelakor,” ucapnya dalam hati.
“Hah,” desah kasar dari mulut Anggun. “Mungkin ini adalah hal tersulit bagimu, tetapi aku tetap tidak bisa berada di tengah-tengah kalian. Maaf aku egois, karena aku pun ingin bahagia dengan pria yang aku cintai. Dan aku tidak mau berbagi suami dengan wanita lain. Tenang, kamu jangan khawatir, Nisa. Aku yang mundur, aku akan segera menceraikan Rico, dan semoga kalian bahagia, permisi!” tuturnya sembari melangkah kaki keluar dari pintu ruang kerja Rico.
“Cepat kamu kejar dia, Rico. Jika dia menceraikanmu, semua akan terbongkar. Dan pastinya orang tuamu akan memisahkan kita berdua. Aku tidak mau berpisah denganmu Rico. Aku sangat mencintaimu,” ujar Nisa dengan ratapan sedih.
Tanpa berpikir panjang Rico mengambil jas dan tas kerjanya kemudian menyusul Anggun pulang ke rumah.
***
Setiba di rumah Anggun langsung pergi ke kamarnya dan mengemasi semua pakaian ke dalam koper. Tak lama Rico pun tiba di rumah dan melangkahkan kaki ke tempat peristirahatan Anggun.
“Anggun, aku tidak akan menceraikanmu. Kamu akan selalu menjadi istriku.”
Anggun menolehkan kepalanya ke sumber suara. “Ck, seenaknya saja kamu bilang, kamu tidak akan menceraikanku,” decak Anggun malas. “Aku tidak terima kamu memperlakukan aku seperti ini, Mas. Wanita mana yang rela dan tidak sakit hati jika suaminya mencintai dan memiliki istri siri.”
“Aku tahu, kenapa kamu berkata seperti itu? Kamu sedang cemburu, Anggun. Jangan mengingkari hatimu, jawablah dengan jujur! Apa kamu mencintaiku?” tanya Rico dengan nada mengejek.
“Apa mencintaimu? Apa aku tidak salah mendengar? Jangan bermimpi kamu, Mas. Aku tidak akan pernah mencintaimu seumur hidupku,” sahut Anggun.“Bagus kalau begitu, lalu kenapa kamu ingin bercerai?” tanya Rico mengintimidasi.“Kenapa kamu ingin bercerai?” ucap Anggun sebal. “Halooo … aku tidak mau menjadi seorang pelakor yang menjadi orang ketiga di pernikahanmu dengan Nisa. Bahkan, aku adalah korban dari kebohongan kalian!” ketus Anggun dengan kesal.“Oke, kita akan bercerai setelah aku menerima seluruh harta warisanku. Keturunan bukan masalah bagiku, aku bisa mengadopsi seorang anak. Yang penting aku bisa bersama dengan wanita yang aku cintai.”“Hahaha, kamu memang memanfaatkanku untuk kepentinganmu sendiri. Enak saja, memangnya aku akan menerima begitu saja perkataanmu.”“Apa yang kamu inginkan?&
“Aku tidak akan menyesal kehilangan semua hartaku. Lagi pula, kita belum menandatangani surat perjanjian tersebut. Aku suamimu dan berkewajiban memberikan nafkah batin kepadamu. Aku mau meminta hakku malam ini kepadamu, Istriku!”***“Mas, Mas, woi Mas nyebut!” tutur Anggun dengan wajah tegang karena takut.“Nyebut apa, Sayang!” bisik Rico dicampur desahan di telinga Anggun.“Mama …,” teriak Anggun dengan mata berkaca-kaca. “Ampun Mas, cepatlah bangun dari tubuhku. Badanmu itu berat sekali,” racaunya sembari meronta-meronta agar terbebas dari kurungan tubuh Rico.Rico menahan kedua lengan Anggun dengan kencang, kemudian dia memajukan wajahnya untuk meraih bibir ranum wanita yang berada di bawahnya itu.Mata Anggun membulat dan tanpa aba-aba dia meniup mata Rico dengan kencang. “Pait, pai
Anggun menghampiri Rico, dan tak sengaja mata Rico membelalak melihat puncak dada Anggun yang tercetak dengan jelas di daster yang sedang dikenakan oleh istrinya itu.Plak! Tiba-tiba pipi Rico terasa perih oleh tamparan Anggun.“Kenapa kamu menaparku?” tanya Rico heran.***“Ups, ada nyamuk hinggap di pipimu, Suamiku,” tutur Anggun sembari mendelikkan matanya.Anggun pun pergi ke dapur untuk menyimpan dan mencuci piring kotor yang telah mereka gunakan. Namun, sembari membersihkan piring tersebut dia berkeluh kesah karena kesal.“Anggun, masakanmu bau busuk takut aku sakit perut jika memakannya, tahu-tahu satu piring penuh habis. Sudah gitu, matanya nakal harus di colok pakai koas. Berani sekali dia melihat aset kembar berharga milikku. Kenapa juga aku harus lupa tidak menggunakan bra? Rugi aku!” tutur Anggun bermonolog pada
Setiba di kantor, Nisa sudah menyambutnya dengan senyuman manis yang menentramkan kalbu. Rico pun membalas senyuman itu sembari mengecup kening Nisa dengan penuh cinta dan kasih sayang.“Selamat pagi, Sayang. Bagaimana persoalanmu dengan Anggun?” tanya Nisa dengan tatapan nanar dan penuh ke khawatiran.“Semua sudah selesai, aman!” sahut Rico sembari memeluk Nisa.“Syukurlah, aku semalaman tidak bisa tidur. Aku teringat kepadamu dan Anggun. Kita juga tidak bisa menyalahkan dia, karena dia tidak tahu apa-apa. Dan wajar saja apabila dia kecewa atau marah kepada kita,” papar Nisa menjelaskan.“Tidak, dia tidak marah. Dia mengerti bahkan kamu mulai hari ini bisa tinggal di rumahku. Dan apabila ada teman-temannya datang ke rumah, kita harus berpura-pura menjadi kakak dan kakak iparnya. Dia tidak mau kita berdua berpisah, untuk sementara waktu dia masih bisa bermain
“Anggun!” panggil seseorang dari kejauhan.Anggun menolehkan kepala ke sumber suara dan ternyata Rico sudah datang ke kampusnya. Semua mahasiswi berteriak melihat Rico yang keluar dari mobil dengan menggunakan kaca mata hitam.Sengaja sebelum menemui Anggun, dia merapikan diri di dalam mobil agar terlihat lebih tampan daripada pria yang sedang berbincang dengan Anggun. Rico pun melangkahkan kaki ke arah Anggun sembari membuka kaca mata hitamnya.“Anggun, kamu sedang berbicara dengan siapa?” tanya Rico dengan posesif.“Perkenalkan ini—”Belum selesai Anggun melanjutkan perkataannya dosen killer itu sudah mengulurkan tangannya kepada Rico untuk berjabat tangan.“Saya Vino Dosennya Anggun. Anda?” tanya Vino dengan tegas.Deg! Tiba-tiba jantung Anggun berdegup kencang pasalnya dia takut Ri
"Siapa anda berani-beraninya melarang saya? Maaf Anggun adalah kekasih saya, jadi saya berhak membawanya dari kalian berdua," tutur pria asing tersebut."Kamu hanya kekasihnya sedangkan saya—”Belum menyelesaikan ucapannya, Anggun memotong perkataan Rico."Dia adalah kakakku, jadi Mas Rico lebih berhak terhadapku. Ayo, Mas!" ajak Anggun sembari memegang tangan Rico dengan posesif.Rico pun melambaikan tangannya dan tersenyum mengejek kepada dua orang pria yang sedari tadi ingin mencuri perhatian Anggun.Pada saat tangan Rico dipegang sangat erat oleh Anggun, bibirnya tak berhenti tersenyum. Dia tidak menyangka bahwa Anggun akan memilihnya. Jiwa yang sedang diselimuti amarah perlahan berangsur mereda.Anggun membawa Rico masuk ke dalam mobil. "Mas dengankan aku! demi Tuhan aku tidak memiliki hubungan apapun dengan pria barusan maupun dengan pria la
“Aduh!” teriak Anggun dari dalam mobil. Anggun mengerem mendadak dan kemudian menolehkan kepalanya ke arah Rico. “Kamu apa-apaan sih, Mas? Kepalaku difitrahin tahu. Enak saja main toyor kepala orang sembarangan.” Anggun tidak terima diperlakukan seperti itu oleh Rico, dia pun keluar dari mobil dengan mata yang berkaca-kaca.***“Mau kemana kamu?” tanya Rico menyusul Anggun keluar dari mobil.Anggun tidak meghiraukan perkataan Rico, dia terus melangkahkan kakinya dengan cepat. Dia sangat kesal dan sakit hati dengan tingkah laku Rico yang memperlakukannya sangat kasar. Dari kecil dia sangat di manja oleh kedua orang tuanya sedangkan oleh seorang Rico dia diperlakukan semena-mena.“Berhenti!” bentak Rico.Anggun pun menghentikan langkahnya dengan berderai air mata. Dan, Rico berjalan dengan cepat untuk menghampiri Anggun. Dia membalikk
Anggun hanya tersenyum sinis mendengar pernyataan Rico. Perkataan Rico memang benar tetapi terdengar konyol olehnya. Dia beranjak dari kursinya dan pergi ke dapur sembari membawa piring kotor. Setelah mencuci piring, Anggun tidak melihat keberadaan pria yang sangat menyebalkan itu di meja makan. Dia lantas masuk ke dalam kamarnya dan betapa terkejutnya ketika Rico sudah berada di tempat tidurnya.“Sayang, sini! Ini aku sedang video call dengan mamah,” ujar Rico kepada Anggun.***Anggun mendekat ke arah Rico dan kemudian duduk di tempat tidur di samping suaminya. Awalnya dia tidak percaya bahwa Rico sedang melakukan video call dengan mertuanya. Namun, setelah dia lihat ternyata perkataan Rico benar.“Hai, Ma!” sapa Anggun ramah kepada mertuanya.“Sayang, bagaimana keadaanmu? Apakah sudah ada tanda-tanda kehadiran cucu Mamah di rahimmu?” tanya sang mertua.
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad