“Aduh!” teriak Anggun dari dalam mobil. Anggun mengerem mendadak dan kemudian menolehkan kepalanya ke arah Rico. “Kamu apa-apaan sih, Mas? Kepalaku difitrahin tahu. Enak saja main toyor kepala orang sembarangan.” Anggun tidak terima diperlakukan seperti itu oleh Rico, dia pun keluar dari mobil dengan mata yang berkaca-kaca.
***
“Mau kemana kamu?” tanya Rico menyusul Anggun keluar dari mobil.
Anggun tidak meghiraukan perkataan Rico, dia terus melangkahkan kakinya dengan cepat. Dia sangat kesal dan sakit hati dengan tingkah laku Rico yang memperlakukannya sangat kasar. Dari kecil dia sangat di manja oleh kedua orang tuanya sedangkan oleh seorang Rico dia diperlakukan semena-mena.
“Berhenti!” bentak Rico.
Anggun pun menghentikan langkahnya dengan berderai air mata. Dan, Rico berjalan dengan cepat untuk menghampiri Anggun. Dia membalikkan tubuh Anggun dengan lembut, dan kini Anggun sudah menghadap ke arahnya dengan wajah tertunduk.
Tangannya memegang dagu Anggun lalu mengangkat wajah cantik itu untuk melihat dirinya. Dan betapa terkesiap ketika melihat sang istri sedang terisak menangis oleh perbuatannya. Tanpa aba-aba dia menarik Anggun ke dadanya yang bidang. Akan tetapi wanita yang sedang merajuk itu memberontak dan berusaha melepaskan diri dari pelukan suaminya. Sayang, usaha Anggun tidak berhasil karena Rico mendekapnya sangat erat.
“Menangislah, keluarkan semua rasa kesalmu kepadaku. Jika kamu belum puas maka belahlah dadaku!” titah Rico kepada Anggun.
“Huaaa…,” teriak Anggun sembari menangis dan memukul-mukul dada Rico dengan kepalan tangannya.
“Maafkan aku!” bisik Rico di telinga Anggun.
Anggun tidak menjawab, jujur saja dia masih marah kepada pria yang sedang memeluknya.
Rico melepaskan pelukannya dan kemudian mengucap air mata Anggun dengan dengan menggunakan ibu jari. Dia pun menggandeng tangan Anggun dan kemudian membawanya masuk ke dalam mobil.
Mereka sudah berada di dalam mobil, kini Rico yang menyetir. Anggun masih tetap diam membisu. Dan sepanjang perjalanan dia memalingkan wajahnya dari Rico dan melihat kearah jendela.
Di sisi lain Nisa duduk seorang diri di jok belakang. Tangannya mengepal erat karena melihat Rico memeluk Anggun. Dia lebih senang ketika Rico bersikap kasar kepada Anggun daripada harus melihat Rico begitu peduli kepada wanita yang menjadi istri syah suaminya.
‘Rico hanya milikku, tidak ada yang boleh memilikinya selain aku. Dia tidak boleh mencintai wanita lain selain aku,’ tutur Nisa dalam hati.
Nisa mulai merasakan cemburu dan tidak rela jika Rico memberikan perhatiannya kepada Anggun. Dia berniat dalam hati jika dirinya harus lebih unggul dari Anggun dan takkan memberi celah sedikitpun kepada mereka untuk berduaan. Dia mulai khawatir jika Rico akan meninggalkannya dan lebih memilih Anggun.
Mereka bertiga sudah tiba di kediaman Rico. Anggun keluar mobil lebih dulu dan masuk ke dalam rumah. Dia masih tidak menghiraukan Rico bahkan untuk melihat wajah suaminya itu dia sangat malas. Anggun langsung masuk ke dalam kamarnya, dia membersihkan diri kemudian karena merasa lelah dia pun tertidur.
Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB dan kini Rico dan Nisa sudah berada di meja makan. Tidak ada tanda-tanda Anggun akan turun untuk makan malam.
Nisa sudah memegang perut karena cacing di perutnya sudah menagih untuk diberi makan. Rico melihat hal itu dan karena kasian kepada istri sirinya, maka Rico mengajak Nisa untuk makan lebih dulu. Sungguh Rico sangat tidak berselera, dia hanya menyentuh sedikit makanannya karena pikirannya terus tertuju kepada Anggun.
“Sepertinya, Anggun masih marah kepadaku!” tutur Rico membuka percakapan.
“Kamu terlalu berlebihan kepadanya. Walaupun kamu tidak mencintainya bukan berarti kamu bisa bersikap kasar seperti itu kepadanya. Apa kamu cemburu pada saat Anggun menggoda tukang parkir di mall tadi?”
“Tidak, aku hanya tidak suka dia berulah genit seperti itu. Dia sepertinya tidak menganggapku sebagai suami,” sahut rico kepada Nisa.
“Kenapa kamu tadi memeluk Anggun bahkan terlihat sangat perduli terhadapnya?” tanya Nisa lagi penasaran.
“Apa kamu cemburu?” Rico balik bertanya.
“Tentu saja, aku sangat cemburu. Aku tidak menyukai jika kamu bersikap sangat manis kepadanya!” tutur Nisa dengan jujur.
“Dia sama sepertimu, dia juga istriku. Aku harus bersikap adil kepadanya apalagi dia memegang rahasia kita. Kita harus memperlakukannya dengan baik, jika tidak aku takut dia mengadu kepada kedua orang tuaku,” kilah Rico memberi pengertian kepada Nisa.
“Baiklah, aku mengerti!” sahut Nisa sembari memegang tangan Rico.
“Aku hanya akan mencintaimu, hanya kamu yang ada di dalam hatiku. Untuk apa aku tetap bersama Anggun jika bukan karena aku sangat mencintaimu dan ingin mempertahankanmu di sisiku,” ujar Rico.
“Sayang, aku menginginkannya,” tutur Nisa kepada Rico.
“Ayo, dengan senang hati!” sahut Rico.
Rico pun menggendong Nisa ala bridestyle ke kamarnya. Rico memandang Nisa dengan penuh cinta, dalam hati dia berkata, ‘Junior, mulai malam ini kamu tidak akan berteman lagi dengan jari-jariku.’
Rico menidurkan Nisa di ranjangnya dan mulai mengecup mesra bibir Nisa dengan rakus. Dia memainkan lingualnya ke dalam rongga mulut istrinya itu dengan lincah. Nisa begitu menyukai permainan Rico yang membuat jiwanya melambung tinggi dan dia pun mengikuti alur yang diciptakan oleh sang suami. Setelah mereka saling menstimulasi akhirnya mereka pun melakukan penyatuan diri. Rasanya seperti ada aliran listrik yang menjalar cepat hingga ke ubun-ubun. Suara desahan saling bersahutan di antara mereka berdua.
***
Anggun terbangun dari tidurnya karena mendengar suara desahan Rico dan Nisa dari kamarnya. Kebetulan kamar dia terletak di samping kamar Rico, jadi suara mereka yang sedang bercinta begitu jelas di indra pendengarannya.
“Heuh, kalian menodai pendengaranku,” monolognya kepada diri sendiri.
Ada suara bergemuruh di dalam perut Anggun. Dia teringat bahwa belum makan malam karena tertidur pulas sehabis membersihkan diri. Dari pada dia mendengarkan suara-suara menyeramkan, pikirnya. Lebih baik dia pergi ke dapur dan membuat makanan untuk mengisi perutnya yang sedang kelaparan.
Rico dan Nisa pun telah selesai melakukan hubungan suami istri. Nisa sangat kelelahan sehingga dia langsung tertidur pulas. Tak sengaja Rico mencium aroma masakan yang memanjakan indra penciumannya. Walaupun dia sangat lelah karena selesai bercinta, tetapi tubuhnya mengajak dia untuk bangkit dan mencari sumber aroma masakan tersebut.
Setelah tiba di dapur ternyata dia tahu sumber aroma itu berasal dari masakan Anggun. Dia tersenyum dan berjalan mengendap perlahan-lahan menghampiri Anggun yang sedang meniup kuah di sendok sayur yang berbahan alumunium. Ketika Anggun akan menyeruput kuah ramen yang dia buat tiba-tiba Rico menyambar sendok sayur tersebut.
“Ehmm, ini enak sekali. Aku mau satu mangkok, ya! aku tunggu di di meja makan, cup!” tutur Rico sembari mengecup pipi Anggun.
Anggun melongo sembari mengerjap-ngerjapkan matanya. Dia masih terkejut oleh Rico yang datang secara tiba-tiba dan mencium pipinya. Tanpa banyak berdebat, dan dia pun sudah sangat lapar, kemudian Anggun menyiapkan dua mangkuk mie ramen untuknya dan untuk suaminya yang sangat menyebalkan.
Anggun menghidangkan mie ramen buatannya kepada sang suami. Tanpa basa-basi Rico langsung melahap mie tersebut hingga habis tak tersisa.
“Istriku ternyata pintar memasak juga. Terima kasih istriku atas sarapan dan makan malamnya,” tutur Rico membujuk Anggun yang masih terlihat merajuk kepadanya.
Anggun masih enggan menjawab perkataan Rico, dia masih khusyuk menikmati mie ramen buatannya.
“Anggun, aku tidak suka jika kamu bersikap dingin kepadaku seperti itu. Aku mengakui bahwa perbuatanku kepadamu itu keterlaluan, tapi kamu juga harus menghargaiku sebagai suami. Kamu menggoda pria lain di hadapanku. Jika itu terjadi di posisimu, apa yang akan kamu lakukan?” tanya Rico.
Anggun menghentikan aktivitas makannya kemudian melihat ke arah Rico dengan tatapan tajam.
“Oke aku jawab pertanyaanmu, Mas. Apa yang aku lakukan jika kamu menggoda wanita lain di hadapanku? Dan jawabanku adalah aku tidak peduli, paham!” sahutnya dengan nada tegas.
“Tetapi aku suamimu, aku tidak terima jika kamu menggoda lelaki lain baik di hadapanku maupun di belakangku. Lebih baik kamu menggodaku saja!” tutur Rico spontan.
“Kamu ingin aku menggodamu? Jangan mimpi!” sahut Anggun dengan ketus.
“Tapi kamu akan mendapatkan pahala jika kamu menggodaku apalagi sampai kita melakukan begituan. Apabila kamu menggoda pria lain, yang kamu dapatkan hanyalah dosa, kamu enggak mau ‘kan masuk neraka hanya karena menggoda pria lain,” tutur Rico menakut-nakuti sembari meyakinkan istrinya dengan tatapan lekat.
Anggun hanya tersenyum sinis mendengar pernyataan Rico. Perkataan Rico memang benar tetapi terdengar konyol olehnya. Dia beranjak dari kursinya dan pergi ke dapur sembari membawa piring kotor. Setelah mencuci piring, Anggun tidak melihat keberadaan pria yang sangat menyebalkan itu di meja makan. Dia lantas masuk ke dalam kamarnya dan betapa terkejutnya ketika Rico sudah ada berada di tempat tidurnya.
“Sayang, sini! Ini aku sedang video call dengan mamah,” ujar Rico kepada Anggun.
Anggun hanya tersenyum sinis mendengar pernyataan Rico. Perkataan Rico memang benar tetapi terdengar konyol olehnya. Dia beranjak dari kursinya dan pergi ke dapur sembari membawa piring kotor. Setelah mencuci piring, Anggun tidak melihat keberadaan pria yang sangat menyebalkan itu di meja makan. Dia lantas masuk ke dalam kamarnya dan betapa terkejutnya ketika Rico sudah berada di tempat tidurnya.“Sayang, sini! Ini aku sedang video call dengan mamah,” ujar Rico kepada Anggun.***Anggun mendekat ke arah Rico dan kemudian duduk di tempat tidur di samping suaminya. Awalnya dia tidak percaya bahwa Rico sedang melakukan video call dengan mertuanya. Namun, setelah dia lihat ternyata perkataan Rico benar.“Hai, Ma!” sapa Anggun ramah kepada mertuanya.“Sayang, bagaimana keadaanmu? Apakah sudah ada tanda-tanda kehadiran cucu Mamah di rahimmu?” tanya sang mertua.
~Keesokan harinya~Rico dan Nisa sudah berada di meja makan sedang menikmati sarapan pagi. Anggun datang dengan membawa koper dan berpakaian casual style menggunakan celana dan jaket jeans dipadukan dengan kaos, topi dan sepatu sneaker berwarna putih. Rambut yang dikuncir seperti ekor kuda dan make up natural menambah kesan fresh pada wajah cantik Anggun.Rico tidak berkedip saat melihat Anggun. Nisa mengetahui hal itu dan kemudian mengambil perhatian Rico.“Sayang, lihatlah aku!” titah Nisa kepada Rico.Rico pun melihat ke arah Nisa kemudian tanpa aba-aba Nisa lantas mencumbu bibir Rico. Sejujurnya Rico tidak enak kepada Anggun hanya saja dia tidak mungkin menolak ciuman Nisa yang membuat darahnya berdesir.“Heuh,” tutur Anggun bergidik melihat adegan mereka. Akan tetapi, dia sama sekali tidak menghiraukan apa yang sedang pasangan suami istri siri itu lak
“Ikh dengarkan dulu, pria yang semalam terlintas di pikiranku itu adalah kamu, Mas!” jawabnya polos.Wajah yang muram durja mendadak berubah menjadi berbinar, bisa terlihat aura bahagia di wajah Rico. Pipinya merah merona sembari dihiasi senyuman manis di bibir merah jambu itu.“Kamu, pasti lapar. Aku ambilkan makan dulu, ya!” tutur Rico sembari senyum-senyum dan kemudian keluar dari kamar.‘Itu Mas Rico kenapa, ya? senyum-senyum sendiri. Aku kan memikirkan dia karena aku sangat kesal padanya sebab dia telah menciumku tanpa izin dariku?’***Tak lama Rico masuk kembali ke dalam kamar. Ada perubahan drastis dari sikap Rico kepada Anggun. Dia menjadi lebih perhatian dan bersikap sangat lembut kepada istrinya yang sedang sakit.“Sayang, makan dulu!” titah Rico sembari menyuapi bubur ke mulut Anggun.
“Ma, sakit sekali. Bagaimana jika aku tidak bisa memberi Mama cucu gara-gara, Anggun!” tutur Rico mengadu kepada mamanya.“Sayang, aku obati, Ya! Apanya yang sakit?” tanya Anggun pura-pura perhatian, dia tidak mau kena marah sang mama mertua.“Ma, sepertinya ini harus di cek dulu oleh Anggun, apakah masih berfungsi atau tidak?” ujar Rico dengan sengaja membuat Anggun serba salah.“Heuh,” Anggun melongo mendengar perkataan Rico.“Anggun, sepertinya kamu harus memastikan keadaan Rico. Mamah keluar kamar dulu,” tutur Risa sembari meninggalkan Anggun dan Rico di dalam kamar.Rico pun mendekati Anggun sembari menggigit bibirnya. “Sayang, cepatlah! tunggu apa lagi.”“Eh … eh … sana pergi, kamu jangan macam-macam, Mas.”Wajah Anggun tampak pucat kar
“Mama sudah tidur, jangan berteriak seperti anak kecil. Kamu jangan khawatir aku tidak akan memperlakukanmu dengan kasar. Aku akan melakukannya dengan lembut,” ujar Rico yang kemudian meraup bibir Anggun dengan rakus.Air mata Anggun keluar dari ujung kedua matanya. Sedang Rico tidak memperdulikan itu, dia terus mencumbui bibir istrinya itu dengan mesra dan tangannya mulai masuk ke dalam kaos yang Anggun pakai. Dia mengangkat penyangga aset kembar Anggun dan kemudian jarinya itu memainkan benda yang masih kenyal dengan lembut.“Mas kamu gila, jangan lakukan itu kepadaku,” tutur Anggun sembari menangis dengan menggerak-gerakan kakinya.“Malam ini kamu tidak akan lepas dariku, Istriku,” tutur Rico.Pada saat Rico akan mencicipi aset Anggun yang putih, bersih dan kenyal. Tiba-tiba telepon genggam Rico berdering tiada henti.“Shit,” ump
~Di dalam kamar~“Apa maksudmu mengirim foto-foto dan video ke Nisa. Apa kamu ingin kami bertengkar dan bercerai? Jika itu keinginanmu, usahamu akan sia-sia. Aku tidak menyangka jika kamu wanita picik. Apabila kamu cemburu kepada Karin, mengapa harus bawa-bawa Nisa?” tanya Rico mengintimidasi.***“Heuh.” Anggun terpengarah dengan perkataan Rico. Dia tidak menyangka bahwa ada manusia yang percaya dirinya tingkat dewa. Anggun bernapas dengan kasar dan menatap malas ke arah Rico.“Mas, sebentar-sebentar! Apa aku tidak salah mendengar? Aku seorang Anggun, wanita populer di kampus dengan tingkat IQ genius, harus cemburu kepada wanita seperti Karin! Kepada Nisa saja istri sirimu aku sama sekali tidak cemburu apalagi Karin. Aku hanya akan cemburu kepada wanita baik-baik dan berakhlak. Dan dengarkan baik-baik, kamu tidak pantas aku cemburui karena kamu bukan pria yang aku cinta
~Di ruang makan~Kini semua anggota keluarga sudah berkumpul di meja makan untuk makan siang.“Rico, Anggun. Besok Kakek akan mengadakan rapat dengan seluruh dewan direksi di kantor pusat jadi Kakek akan ikut dengan kalian ke Jakarta. Dan, selama di Jakarta Kakek akan tinggal di rumah kalian.”“Apa?” sahut Rico dan Anggun bersamaan.“Kakek, biar aku saja yang mewakili rapat dengan dewan direksi. Kakek harus banyak beristirahat. Aku tidak mau kakek kenapa-napa!” bujuk Rico.“Kenapa? kamu tidak suka jika Kakek tinggal di rumahmu?” tanya sang kakek.***“Bu-bukan begitu, Kek,” sahut Rico terbata-bata.“Apakah kalian menyembunyikan sesuatu?” tanya sang kakek penuh curiga.“Ti-tidak,” sahut Rico dan Anggun bersamaan.“Ka
Setelah beberapa menit, Anggun kembali masuk dengan membawa es batu dan handuk kecil.“Duduklah!” titah Anggun kepada Rico.Rico menuruti perkataan sang istri. Anggun pun mengompres memar-memar di wajah Rico dengan telaten dan lembut.Rico tak henti melihat wajah Anggun yang cantik dan menggemaskan. Di balik wajah yang feminim terdapat jiwa yang maskulin. Dia semakin penasaran dengan istrinya itu. Selain genius, cantik, pintar memasak ternyata dia juga bisa bela diri. Sungguh wanita sempurna. Diam-diam Rico mulai mengagumi istrinya itu. ‘Lalu apa kekurangannya?’ tanya Rico dalam hati. ‘Mungkin kekurangannya adalah mendapatkan suami brengsek sepertiku. Aku semakin tidak rela melepaskanmu untuk pria lain. Aku tidak akan pernah menceraikanmu, Anggun. Aku akan membuatmu mencintaiku. Tunggu saja tanggal mainnya!’ racau Rico dalam hati.“Bagaimana Nisa?” tany
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad