"Siapa anda berani-beraninya melarang saya? Maaf Anggun adalah kekasih saya, jadi saya berhak membawanya dari kalian berdua," tutur pria asing tersebut.
"Kamu hanya kekasihnya sedangkan saya—”
Belum menyelesaikan ucapannya, Anggun memotong perkataan Rico.
"Dia adalah kakakku, jadi Mas Rico lebih berhak terhadapku. Ayo, Mas!" ajak Anggun sembari memegang tangan Rico dengan posesif.
Rico pun melambaikan tangannya dan tersenyum mengejek kepada dua orang pria yang sedari tadi ingin mencuri perhatian Anggun.
Pada saat tangan Rico dipegang sangat erat oleh Anggun, bibirnya tak berhenti tersenyum. Dia tidak menyangka bahwa Anggun akan memilihnya. Jiwa yang sedang diselimuti amarah perlahan berangsur mereda.
Anggun membawa Rico masuk ke dalam mobil. "Mas dengankan aku! demi Tuhan aku tidak memiliki hubungan apapun dengan pria barusan maupun dengan pria lainnya. Bahkan namanya saja aku tidak tahu," papar Anggun.
"Tapi dia tahu namamu, dan memanggilmu dengan sebutan sayang. Sudah begitu, kamu mau saja dicium olehnya. Sedangkan aku, suamimu yang syah di mata hukum dan agama tidak boleh menyentuhmu sama sekali."
"Itu semua di luar sepengetahuanku, Mas!" tutur Anggun menjelaskan.
"Ternyata kamu yang selama ini berselingkuh, aku akan menagatakannya kepada kedua orang tuamu," ujar Rico memutar balikkan fakta.
"Jangan bicara macam-macam kepada kedua orang tuaku! Lalu sekarang apa maumu, Mas?" tanya Anggun.
"Aku hanya ingin keadilan," ujar Rico.
"Heuh, keadilan seperti apa yang kamu inginkan?" tanya Anggun yang mulai merasakan tidak enak hati.
"Aku suamimu tapi dia yang pertama menciummu?" tutur Rico pura-pura merajuk.
"Itu hanya sebuah kecupan di kening, Mas Rico."
"Ingat, walaupun kita tidak saling mencintai tapi aku suamimu yang syah. Lebih berhak atasmu dari pada pria tadi.”
"Iya-iya tidak usah diingatkan terus bahwa aku itu istrimu, aku juga tahu, kok! Lalu keadilan apa yang kamu mau dariku?" tanya Anggun dengan serius.
"Aku mau seperti pria itu, yang bisa menciummu kapan saja, dimana saja pada saat kita sedang berdua," sahut Rico.
"Ti-tidak bisa begitu, kita sudah menandatangani perjanjian," ucap Anggun terbata-bata.
"Aku tidak akan menyentuhmu jika kamu belum siap atau menerimaku. Tapi jika kamu yang menginginkannya aku bersedia dengan ikhlas menyerahkan seluruh tubuhku kepadamu. Hanya sekarang aku sedang meminta keadilan sebagai suami, dosa jika kamu tidak adil!" kilah Rico kepada Anggun.
"Perasaan kamu selalu bawa-bawa dosa terus jika berbicara denganku. Aku tidak bisa menerima keadilan yang kamu inginkan!" tutur Anggun dengan tegas.
"Baiklah aku akan video call mamamu dan bilang bahwa kamu telah berselingkuh juga berciuman di depan kedua mataku," tuturnya sembari mengeluarkan telepon genggang dari saku jasnya.
"Terserah! Lakukan apapun yang membuatmu bahagia, Mas!" Anggun menantang balik suaminya.
Rico pun menyalakan telepon genggamnya dan melakukan video call dengan mertuanya.
"Hallo Nak Rico!" Sapa Mama Anggun di video call.
Mendengar suara mamanya, mata Anggun membelalak dan kemudian menyapa singkat lalu memutuskan video call tersebut.
“Oke-oke, untuk kali ini keadilan yang kamu inginkan akan aku kabulkan. Tapi tidak usah bicara macam-macam kepada kedua orang tuaku,” tutur Anggun sembari mengusap-ngusap dadanya karena tidak menyangka bahwa Rico ternyata akan berbuat nekad.
“Ayo!” ajak Rico.
“Kemana?” tanya Anggun.
“Cium aku!” titah Rico sembari memejamkan matanya.
‘Ya Tuhan, Bagaimana ini? aku tidak mau melakukannya!’ ucapnya dalam hati.
Cup!
Anggun mengecup singkat kening Rico dengan cepat. Ada seulas senyum bahagia dari bibir Rico yang berwarna merah muda itu.
“Hai wanita suci, bukan cium seperti itu yang aku inginkan. Oke, aku ajari, Ya!” tutur Rico sembari memajukan wajahnya ke wajah Anggun.
Anggun menutup matanya dan melipat bibirnya ke dalam mulut agar Rico tidak bisa mencium bibirnya yang masih suci. Pada saat Rico hampir meraih bibir ranum Anggun, telepon genggamnya berbunyi.
“Haish, shit!” umpat Rico sembari melihat telepon genggamnya.
“Yes!” ucap Anggun sembari tertawa kegirangan dan mengangkat lengannya.
“Jangan senang dulu, lain kali kamu tidak akan lolos,’ tutur Rico mendelikkan matanya kepada Anggun.
“Ya Sayang, ada apa?” tanya Rico kepada istri sirinya.
“Rapat akan segera dimulai, kamu dimana?” tanya Nisa yang sedang merasa cemas.
“Di jalan, sepuluh menit lagi aku akan segera sampai!” sahut Rico.
“Oke baiklah, hati-hati!”
“Iya Sayang terima kasih, Muach!” tutur Rico sengaja ingin membuat Anggun cemburu tetapi ternyata usahanya sia-sia. Anggun tetap cuek bebek tidak ada rasa cemburu di raut wajahnya yang cantik.
Anggun membuka pintu mobil dan pamit kepada Rico.
“Mau kemana kamu?” tanya Rico.
“Mau menemui dosenku lah, aku masih ada kuliah!” sahut Anggun.
“Tidak boleh, kamu ikut denganku ke kantor!” titahnya sembari menarik tangan Anggun kembali masuk ke dalam mobil.
Dengan terpaksa Anggun pun mengikuti suaminya ke kantor. Setiba di kantor semua menunduk hormat kepada Anggun dan Rico. Anggun pun menyapa mereka dengan ramah. Semua karyawan merasa kagum kepada kecantikan Anggun dan keramahannya.
“Mas Rico, boleh aku ke kantin kantormu? Aku lapar!” tutur Anggun dengan wajah memelas.
“Tidak boleh, kamu makan di dalam ruanganku saja!” titah Rico.
“Baiklah!” sahut Anggun dengan lemas dan pasrah.
Setiba di ruangan, Anggun bertemu dengan Nisa. Nisa pun memeluk Anggun dan sangat erat.
“Woow, ternyata seleramu kepada wanita juga, Nisa. Aku wanita normal!” tutur Anggun merasa risih dan berusaha melepaskan pelukan Nisa di tubuhnya.
“Hahaha, kamu sangat lucu, Anggun,” ucap Nisa sembari melepaskan pelukannya.
‘Lucu-lucu jidatmu peang,’ ucap Anggun dalam hati.
“Mas aku lapar! Kamu mau membuat aku mati kelaparan? Biar jadi duda secepatnya!” ketus Anggun kepada Rico.
Rico pun memesan makan siang untuk Anggun setelah itu dia meninggalkan Anggun sendirian di ruangannya karena harus menghadiri rapat bersama dewan direksi.
Setelah beberapa jam, Rico dan Nisa kembali ke ruangan dan mereka melihat Anggun yang tertidur di sofa. Rico menatap lekat istrinya itu, ‘Kamu sangat cantik,’ tutur Rico dalam hati.
“Sayang, sebelum pulang kita ke mall dulu membeli bahan-bahan makanan untuk makan malam. Kebetulan beberapa asisten rumah tangga aku pecat karena mereka senang sekali bergibah. Jadi, hanya ada Bi Darmi, beberapa tukang kebun, dan Security. Hanya mereka yang bisa aku percaya karena aku takut jika terlalu banyak orang asing di rumah, maka pernikahan siri kita akan terbongkar dan terdengar oleh kedua orang tuaku.”
“Baiklah, Sayang!” sahut Nisa. “Kita bangunkan saja Anggun!”
“Jangan! Dia tampak kelelahan. Dia pasti kurang tidur karena semalam kami sempat bertengar hebat.”
“Lalu, bagaimana? Tidak mungkin kita tinggalkan dia di kantor!” tanya Nisa.
“Aku akan menggendongnya!”
“Baiklah, biar tasnya aku yang bawakan!” tutur Nisa menawarkan diri.
Rico membawa Anggun dengan Ala bride style di temani oleh Nisa ke dalam mobil. Dia menidurkannya di jok mobil belakang dengan sangat hati-hati karena dia takut Anggun terbangun dari tidur. Akhirnya setelah tiga puluh menit perjalanan dari kantor mereka tiba di salah satu pusat perbelanjaan. Rico dengan sengaja mengerem mobil dengan agak kasar agar Anggun terbangun dari tidur. Walaupun tidak tega harga diri tetap nomor satu. Dia tidak mau membangunkan Anggun dengan lembut karena takut jika Anggun menjadi besar kepala.
Dugh!
“Aw,” rintih Anggun sembari memegang kepalanya karena terbentur jok depan. “Bisa enggak sih, mengerem itu lembut sedikit. Kepalaku jadi pusing ‘kan!” ketus Anggun kepada Rico.
“Rico kamu sih, kasian ‘kan Anggun!” tutur Nisa membela Anggun.
Rico tidak membalas ucapan Anggun dan Nisa. Dia hanya tersenyum smirk ke arah mereka.
***
Mereka sudah berada di dalam Mall untuk membeli bahan-bahan makanan dan Anggun di minta Rico untuk membawa troli yang berisi belanjaan yang mereka beli.
Setelah selesai Anggun pun dikerjai oleh Rico untuk membawa semua belanjaan yang telah mereka beli ke dalam bagasi mobil.
“Ini kuncinya, kamu yang menyetir aku lelah!” tutur Rico sembari melempar kunci kepada Anggun.
“Kamu jangan seperti itu sama Anggun!” tutur Nisa.
“Dia adalah Nyonya Rico jadi harus kuat lahir batin!” ucapnya sembari masuk ke dalam mobil.
“Nyonya Rico? Memangnya siapa yang mau jadi istrimu?” ketus Anggun sembari masuk ke dalam mobil dan menduduki kursi depan.
Ketika akan memarkirkan mobilnya, tiba-tiba datang sesosok pria tampan menghampir Anggun.
“Neng. mau saya bantu!” tawar tukang parkir.
“Owh iya Mas, boleh!” tutur Anggun.
Tukang parkir itu pun melihat kondisi jalan takutnya ada orang yang sedang berjalan.
“Ganteng banget, Mas!” teriak Anggun.
“Iya, Neng?” tanya tukang parkir.
“Mendung banget, Mas,” kilah Anggun.
“Owh, iya Neng. Emang mau hujan,” sahut si tulang parkir.
“Pacaran, yuk akh!” ajak Anggun.
“Kenapa, Neng?” tanya tukang parkir lagi.
“Tolong parkirin, Ya!” sanggah Anggun.
“Owh, siap Neng!” Tukang parkir tersebut membantu Anggun memakirkan mobil dari arah luar.
“I love You!” tutur Anggun kepada tukang parkir tersebut.
“Ada apa, Neng!” tanyanya lagi.
“Nuwun sewu, Mas!” dalih Anggun sembari tertawa dan memberikan selembar uang seratus ribu.
“Waduh, ini kebanyakan Neng!”
“Tidak apa-apa, Mas! Itu hanya sekedar untuk membeli cilok Mang Dadang.”
“Terima kasih, Neng!”
Nisa pun ikut tertawa karena tingkah Anggun yang lucu dan polos sedangkan Rico tampak marah dan emosi. Karena kesal, Rico menoyor kepala Anggun dengan kencang dari jok belakang.
“Aduh!” teriak Anggun dari dalam mobil. Anggun mengerem mendadak dan kemudian menolehkan kepalanya ke arah Rico. “Kamu apa-apaan sih, Mas? Kepalaku difitrahin tahu. Enak saja main toyor kepala orang sembarangan.” Anggun tidak terima diperlakukan seperti itu oleh Rico, dia pun keluar dari mobil dengan mata berkaca-kaca.
“Aduh!” teriak Anggun dari dalam mobil. Anggun mengerem mendadak dan kemudian menolehkan kepalanya ke arah Rico. “Kamu apa-apaan sih, Mas? Kepalaku difitrahin tahu. Enak saja main toyor kepala orang sembarangan.” Anggun tidak terima diperlakukan seperti itu oleh Rico, dia pun keluar dari mobil dengan mata yang berkaca-kaca.***“Mau kemana kamu?” tanya Rico menyusul Anggun keluar dari mobil.Anggun tidak meghiraukan perkataan Rico, dia terus melangkahkan kakinya dengan cepat. Dia sangat kesal dan sakit hati dengan tingkah laku Rico yang memperlakukannya sangat kasar. Dari kecil dia sangat di manja oleh kedua orang tuanya sedangkan oleh seorang Rico dia diperlakukan semena-mena.“Berhenti!” bentak Rico.Anggun pun menghentikan langkahnya dengan berderai air mata. Dan, Rico berjalan dengan cepat untuk menghampiri Anggun. Dia membalikk
Anggun hanya tersenyum sinis mendengar pernyataan Rico. Perkataan Rico memang benar tetapi terdengar konyol olehnya. Dia beranjak dari kursinya dan pergi ke dapur sembari membawa piring kotor. Setelah mencuci piring, Anggun tidak melihat keberadaan pria yang sangat menyebalkan itu di meja makan. Dia lantas masuk ke dalam kamarnya dan betapa terkejutnya ketika Rico sudah berada di tempat tidurnya.“Sayang, sini! Ini aku sedang video call dengan mamah,” ujar Rico kepada Anggun.***Anggun mendekat ke arah Rico dan kemudian duduk di tempat tidur di samping suaminya. Awalnya dia tidak percaya bahwa Rico sedang melakukan video call dengan mertuanya. Namun, setelah dia lihat ternyata perkataan Rico benar.“Hai, Ma!” sapa Anggun ramah kepada mertuanya.“Sayang, bagaimana keadaanmu? Apakah sudah ada tanda-tanda kehadiran cucu Mamah di rahimmu?” tanya sang mertua.
~Keesokan harinya~Rico dan Nisa sudah berada di meja makan sedang menikmati sarapan pagi. Anggun datang dengan membawa koper dan berpakaian casual style menggunakan celana dan jaket jeans dipadukan dengan kaos, topi dan sepatu sneaker berwarna putih. Rambut yang dikuncir seperti ekor kuda dan make up natural menambah kesan fresh pada wajah cantik Anggun.Rico tidak berkedip saat melihat Anggun. Nisa mengetahui hal itu dan kemudian mengambil perhatian Rico.“Sayang, lihatlah aku!” titah Nisa kepada Rico.Rico pun melihat ke arah Nisa kemudian tanpa aba-aba Nisa lantas mencumbu bibir Rico. Sejujurnya Rico tidak enak kepada Anggun hanya saja dia tidak mungkin menolak ciuman Nisa yang membuat darahnya berdesir.“Heuh,” tutur Anggun bergidik melihat adegan mereka. Akan tetapi, dia sama sekali tidak menghiraukan apa yang sedang pasangan suami istri siri itu lak
“Ikh dengarkan dulu, pria yang semalam terlintas di pikiranku itu adalah kamu, Mas!” jawabnya polos.Wajah yang muram durja mendadak berubah menjadi berbinar, bisa terlihat aura bahagia di wajah Rico. Pipinya merah merona sembari dihiasi senyuman manis di bibir merah jambu itu.“Kamu, pasti lapar. Aku ambilkan makan dulu, ya!” tutur Rico sembari senyum-senyum dan kemudian keluar dari kamar.‘Itu Mas Rico kenapa, ya? senyum-senyum sendiri. Aku kan memikirkan dia karena aku sangat kesal padanya sebab dia telah menciumku tanpa izin dariku?’***Tak lama Rico masuk kembali ke dalam kamar. Ada perubahan drastis dari sikap Rico kepada Anggun. Dia menjadi lebih perhatian dan bersikap sangat lembut kepada istrinya yang sedang sakit.“Sayang, makan dulu!” titah Rico sembari menyuapi bubur ke mulut Anggun.
“Ma, sakit sekali. Bagaimana jika aku tidak bisa memberi Mama cucu gara-gara, Anggun!” tutur Rico mengadu kepada mamanya.“Sayang, aku obati, Ya! Apanya yang sakit?” tanya Anggun pura-pura perhatian, dia tidak mau kena marah sang mama mertua.“Ma, sepertinya ini harus di cek dulu oleh Anggun, apakah masih berfungsi atau tidak?” ujar Rico dengan sengaja membuat Anggun serba salah.“Heuh,” Anggun melongo mendengar perkataan Rico.“Anggun, sepertinya kamu harus memastikan keadaan Rico. Mamah keluar kamar dulu,” tutur Risa sembari meninggalkan Anggun dan Rico di dalam kamar.Rico pun mendekati Anggun sembari menggigit bibirnya. “Sayang, cepatlah! tunggu apa lagi.”“Eh … eh … sana pergi, kamu jangan macam-macam, Mas.”Wajah Anggun tampak pucat kar
“Mama sudah tidur, jangan berteriak seperti anak kecil. Kamu jangan khawatir aku tidak akan memperlakukanmu dengan kasar. Aku akan melakukannya dengan lembut,” ujar Rico yang kemudian meraup bibir Anggun dengan rakus.Air mata Anggun keluar dari ujung kedua matanya. Sedang Rico tidak memperdulikan itu, dia terus mencumbui bibir istrinya itu dengan mesra dan tangannya mulai masuk ke dalam kaos yang Anggun pakai. Dia mengangkat penyangga aset kembar Anggun dan kemudian jarinya itu memainkan benda yang masih kenyal dengan lembut.“Mas kamu gila, jangan lakukan itu kepadaku,” tutur Anggun sembari menangis dengan menggerak-gerakan kakinya.“Malam ini kamu tidak akan lepas dariku, Istriku,” tutur Rico.Pada saat Rico akan mencicipi aset Anggun yang putih, bersih dan kenyal. Tiba-tiba telepon genggam Rico berdering tiada henti.“Shit,” ump
~Di dalam kamar~“Apa maksudmu mengirim foto-foto dan video ke Nisa. Apa kamu ingin kami bertengkar dan bercerai? Jika itu keinginanmu, usahamu akan sia-sia. Aku tidak menyangka jika kamu wanita picik. Apabila kamu cemburu kepada Karin, mengapa harus bawa-bawa Nisa?” tanya Rico mengintimidasi.***“Heuh.” Anggun terpengarah dengan perkataan Rico. Dia tidak menyangka bahwa ada manusia yang percaya dirinya tingkat dewa. Anggun bernapas dengan kasar dan menatap malas ke arah Rico.“Mas, sebentar-sebentar! Apa aku tidak salah mendengar? Aku seorang Anggun, wanita populer di kampus dengan tingkat IQ genius, harus cemburu kepada wanita seperti Karin! Kepada Nisa saja istri sirimu aku sama sekali tidak cemburu apalagi Karin. Aku hanya akan cemburu kepada wanita baik-baik dan berakhlak. Dan dengarkan baik-baik, kamu tidak pantas aku cemburui karena kamu bukan pria yang aku cinta
~Di ruang makan~Kini semua anggota keluarga sudah berkumpul di meja makan untuk makan siang.“Rico, Anggun. Besok Kakek akan mengadakan rapat dengan seluruh dewan direksi di kantor pusat jadi Kakek akan ikut dengan kalian ke Jakarta. Dan, selama di Jakarta Kakek akan tinggal di rumah kalian.”“Apa?” sahut Rico dan Anggun bersamaan.“Kakek, biar aku saja yang mewakili rapat dengan dewan direksi. Kakek harus banyak beristirahat. Aku tidak mau kakek kenapa-napa!” bujuk Rico.“Kenapa? kamu tidak suka jika Kakek tinggal di rumahmu?” tanya sang kakek.***“Bu-bukan begitu, Kek,” sahut Rico terbata-bata.“Apakah kalian menyembunyikan sesuatu?” tanya sang kakek penuh curiga.“Ti-tidak,” sahut Rico dan Anggun bersamaan.“Ka
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad