“Anggun!” panggil seseorang dari kejauhan.
Anggun menolehkan kepala ke sumber suara dan ternyata Rico sudah datang ke kampusnya. Semua mahasiswi berteriak melihat Rico yang keluar dari mobil dengan menggunakan kaca mata hitam.
Sengaja sebelum menemui Anggun, dia merapikan diri di dalam mobil agar terlihat lebih tampan daripada pria yang sedang berbincang dengan Anggun. Rico pun melangkahkan kaki ke arah Anggun sembari membuka kaca mata hitamnya.
“Anggun, kamu sedang berbicara dengan siapa?” tanya Rico dengan posesif.
“Perkenalkan ini—”
Belum selesai Anggun melanjutkan perkataannya dosen killer itu sudah mengulurkan tangannya kepada Rico untuk berjabat tangan.
“Saya Vino Dosennya Anggun. Anda?” tanya Vino dengan tegas.
Deg! Tiba-tiba jantung Anggun berdegup kencang pasalnya dia takut Rico mengatakan yang sebenarnya.
“Saya Rico, Kakaknya Anggun,” sahutnya tanpa membalas jabatan tangan Vino.
“Hu…h,” Anggun membuang napasnya karena lega.
“Owh iya, kamu tadi mau mengatakan apa kepada saya, Anggun?” tanya Vino.
“Aku hanya mau bilang, jika aku tidak bisa menemani bapak makan siang karena Mas Rico mau mengunjungiku sekalian makan siang di kantin,” sahut Anggun kepada Rico.
“Tidak masalah, bagaimana jika kita makan siang bersama di kantin. Mari Pak Rico!” ajak Vino mempersilakan dengan sopan.
Mereka bertiga melangkahkan kaki ke arah kantin dan menjadi pusat perhatian mahasiswa dan mahasiswi di kampus tersebut. Dua pria tampan dan seorang wanita cantik. Anggun seperti nyonya muda yang sedang dikawal oleh dua bodyguard yang tampan dan bertubuh tinggi tegap.
Mereka tiba di kantin dan duduk di meja yang telah di sediakan.
“Owh iya, Mas Rico dan Pak Vino mau makan apa? Biar saya yang pesankan!” Anggun menawarkan.
“Pesananku samakan saja denganmu, Anggun” tutur Vino.
“Aku juga,” sahut Rico yang tidak mau kalah.
“What? Aku mau pesan seblak, apa kalian yakin mau makan menu yang sama denganku?” tanya Anggun memastikan.
“Yakin!” sahut Rico dan Vino bersamaan.
“Akh, iya. Baiklah!” ucap Anggun dengan tersenyum licik.
‘Waktunya pembalasan dendamku terhadap kalian. Ini benar-benar hari keburuntunganku,’ tutur Anggun dalam hati.
“Bu aku pesan seblak lada sehah level paling tinggi ekstra pedas buatkan dua porsi untuk kedua bapak itu. Dan seblakku level satu saja, Ya Bu! Enggak pakai lama!” tutur Anggun kepada penjual seblak.
“Minumnya apa, Neng?” tanya Ibu penjual seblak.
Anggun berpikir sejenak. Kali ini dia akan berbaik hati, “Two sweet iced teas and white water, Bu!”
“Maksudnya Neng?” tanya Ibu penjual seblak.
“Ikh Si Ibu, dua es teh manis dan satu air putih alias air mineral,” sahut Anggun.
“Siap Neng, Ibu buatkan sekarang pesanannya.”
“Cepat, Ya Bu, Engga pakai ngetem harus lancar jaya seperti jalan tol.”
“Siap Neng, laksanakan.”
Entah kenapa, Anggun seperti melihat persaingan di antara mereka berdua. Anggun pun menghampiri mereka yang sedang saling memberikan tatapan dingin satu sama lain.
“Permisi, princess mau duduk,” canda Anggun untuk mencairkan suasana. Namun, ternyata apa yang dilakukannya sia-sia. Mereka malah melihat Anggun dengan tatapan tajam. Karena ketakutan Anggun pun menundukkan kepalanya. ‘Sebentar lagi kalian akan tahu rasa, berani-beraninya mereka melototin aku seperti ini. Harga diriku jatuh?’ tuturnya dalam hati.
“Anggun sekarang menjadi asistenku, jadi dia pulang akan sedikit terlambat ke rumah,” tutur Vino membuka percakapan.
“Tidak bisa, dia harus pulang tepat waktu. Dia anak gadis tidak boleh pulang terlambat apalagi harus pulang malam,” sahut Rico.
“Mulai besok, aku yang akan menjemput dan mengantarkannya pulang,” jawab Vino tidak mau kalah.
“Aku, sudah diberi kepercayaan sepenuhnya oleh orang tua Anggun. Dan aku harus bertanggung jawab.”
“Kamu bukan suaminya, jadi Anggun berhak menentukan keputusannya.”
Anggun membelalak mendengarkan penuturan dosen killernya itu. Dan dia melihat ke arah Rico, raut wajah suaminya itu sudah tidak bersahabat.
“Anggun jadi bagaimana?” tanya sang dosen killer.
“Heuh, kok aku?” tanya Anggun bingung menjawab pertanyaan dosennya itu. Anggun berpikir sejenak dan dia mendapatkan ide brilian. “Begini saja biar adil, Mas Rico mengantarkan aku ke kampus dan Pak Vino mengantarkan aku pulang ke rumah jika aku pulang telat.”
“Aku yang akan menjemputmu,” tutur Rico dengan tegas.
Vino hanya tersenyum smirk kepada Rico, pasalnya sifat Rico tidak berubah dari zaman kuliah. Dia tetap tidak mau kalah.
“Sebentar, dari perbincangan kalian. Sepertinya kalian sudah mengenal lama?”
“Tidak!” sahut mereka bersamaan dengan nada tinggi.
“Tidak sudi aku kenal dengan dia, yang mengkhianati sahabatnya demi seorang wanita,” tutur Vino.
“Heuh?” ucap Anggun yang semakin bingung.
“Ucapan kamu yang tidak masuk akal. Buktinya perkataanmu sampai sekarang tidak terbukti sama sekali. Aku masih bersamanya hingga saat ini,” tutur Rico kepada Vino.
“Owh, kamu masih bersama Nisa. Jadi, biarkan Anggun bersamaku! Lagi pula kamu bukan kekasih ataupun suaminya. Jadi kamu tidak berhak melarang Anggun dekat dengan siapapun?” sahut Vino.
Anggun bingung dengan perkataan dosen dan suaminya. ‘Sebenarnya apa yang terjadi diantara mereka?’ tanyanya dalam hati.
“Akhirnya makanan yang ditunggu-tunggu datang juga,” ujar Anggun.
“Ini pesanannya, Pak, Neng” tutur sang ibu penjual seblak.
Anggun memakannya lebih dulu dan menikmati seblak tersebut tanpa ada sedikit pun rasa pedas.
“Anggun, makanan apa ini?” tanya Rico.
“My favorite food,” sahut Anggun singkat.
Vino pun melahap makanan tersebut, kemudian dia melihat ke arah Anggun.
“Anggun ini rasanya enak sekali,” ucap Vino sembari tersenyum manis tetapi dengan mata yang berkaca-kaca karena menahan rasa pedas. Kemudian dia melihat ke arah Rico yang masih ragu untuk memakan makanan tersebut.“Kenapa? tidak berani memakannya?” tantang Vino kepada Rico.
Rico pun melahap seblak tersebut, kemudian dia melihat ke arah Anggun dengan tatapan membunuh dan napas memburu.
“Ini perbuatan adikmu,” tutur Vino yang kemudian memberikan tatapan tajam kearah Anggun.
Anggun menelan salivanya dengan kasar dan menundukkan kepalanya, ‘Mampus aku!’ ucapnya dalam hati.
“Anggun coba buka mulutnya, baru kali aku menyuapi seorang wanita,” tutur Vino memberikan satu sendok seblak ekstra pedas ke arah mulut Anggun.
“Ini juga satu suapan dari Mas. Bukti bahwa Mas sangat menyayangimu!”
Tiba-tiba wajah Anggun pucat pada saat kedua pria tersebut menyodorkan sendok yang berisi seblak ekstra pedas. ‘Senjata makan tuan, Ya Tuhan tolong aku!’ tutur Anggun dalam hati.
Tiba-tiba datang seorang mahasiswa bertubuh tinggi dan berparas tak kalah tampan dengan Rico dan Vino.
“Sayang, ayo ikut denganku!” ajak pria tersebut sembari memegang tangan Anggun.
Anggun mengernyitkan keningnya, pasalnya dia tidak mengenal pria yang memegang tangannya itu. Anggun menarik kembali tangannya dari genggaman pria asing.
“Si-siapa kamu?” tanya Anggun bingung.
Pria itu mengusap puncak kepala Anggun kemudian memegang pipinya dengan lembut.
“Maafkan aku, Sayang. Aku memang salah, aku sadar bahwa aku telah salah paham.”
Anggun memiringkan wajahnya sambil termangu. Dia semakin tidak mengerti maksud perkataan pria asing tersebut. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya, kemudian melihat ke arah kedua pria yang sedari tadi memandang dengan tatapan curiga.
“Sebentar, Mas Rico dan Pak Vino jangan salah paham, aku sungguh tidak mengenalnya.”
Anggun kemudian melihat ke arah pria asing tersebut dan bertanya kembali. Hei, kamu siapa?”
Pria tersebut kemudian mengecup kening Anggun begitu dalam. “Haaa…h,” Anggun membulatkan matanya dan membuka mulutnya dengan lebar karena terkejut oleh prilaku pria tersebut, ‘Mati aku, mati aku, mati aku, Ya Tuhan siapa pria ini?’
Anggun kemudian melihat lagi ke arah suaminya, ‘Celaka, gawat ini urusannya!’
“Sayang, percayalah kepadaku! Kamu harus ikut denganku. Aku akan menjelaskan sesuatu kepadamu!” tutur pria tersebut dengan serius.
“Apasih, kamu salah orang!” sahut Anggun sembari mendorong pria tersebut.
“Lepaskan dia!” bentak Rico kepada pria tersebut.
"Siapa anda berani-beraninya melarang saya? Maaf Anggun adalah kekasih saya, jadi saya berhak membawanya dari kalian berdua," tutur pria asing tersebut."Kamu hanya kekasihnya sedangkan saya—”Belum menyelesaikan ucapannya, Anggun memotong perkataan Rico."Dia adalah kakakku, jadi Mas Rico lebih berhak terhadapku. Ayo, Mas!" ajak Anggun sembari memegang tangan Rico dengan posesif.Rico pun melambaikan tangannya dan tersenyum mengejek kepada dua orang pria yang sedari tadi ingin mencuri perhatian Anggun.Pada saat tangan Rico dipegang sangat erat oleh Anggun, bibirnya tak berhenti tersenyum. Dia tidak menyangka bahwa Anggun akan memilihnya. Jiwa yang sedang diselimuti amarah perlahan berangsur mereda.Anggun membawa Rico masuk ke dalam mobil. "Mas dengankan aku! demi Tuhan aku tidak memiliki hubungan apapun dengan pria barusan maupun dengan pria la
“Aduh!” teriak Anggun dari dalam mobil. Anggun mengerem mendadak dan kemudian menolehkan kepalanya ke arah Rico. “Kamu apa-apaan sih, Mas? Kepalaku difitrahin tahu. Enak saja main toyor kepala orang sembarangan.” Anggun tidak terima diperlakukan seperti itu oleh Rico, dia pun keluar dari mobil dengan mata yang berkaca-kaca.***“Mau kemana kamu?” tanya Rico menyusul Anggun keluar dari mobil.Anggun tidak meghiraukan perkataan Rico, dia terus melangkahkan kakinya dengan cepat. Dia sangat kesal dan sakit hati dengan tingkah laku Rico yang memperlakukannya sangat kasar. Dari kecil dia sangat di manja oleh kedua orang tuanya sedangkan oleh seorang Rico dia diperlakukan semena-mena.“Berhenti!” bentak Rico.Anggun pun menghentikan langkahnya dengan berderai air mata. Dan, Rico berjalan dengan cepat untuk menghampiri Anggun. Dia membalikk
Anggun hanya tersenyum sinis mendengar pernyataan Rico. Perkataan Rico memang benar tetapi terdengar konyol olehnya. Dia beranjak dari kursinya dan pergi ke dapur sembari membawa piring kotor. Setelah mencuci piring, Anggun tidak melihat keberadaan pria yang sangat menyebalkan itu di meja makan. Dia lantas masuk ke dalam kamarnya dan betapa terkejutnya ketika Rico sudah berada di tempat tidurnya.“Sayang, sini! Ini aku sedang video call dengan mamah,” ujar Rico kepada Anggun.***Anggun mendekat ke arah Rico dan kemudian duduk di tempat tidur di samping suaminya. Awalnya dia tidak percaya bahwa Rico sedang melakukan video call dengan mertuanya. Namun, setelah dia lihat ternyata perkataan Rico benar.“Hai, Ma!” sapa Anggun ramah kepada mertuanya.“Sayang, bagaimana keadaanmu? Apakah sudah ada tanda-tanda kehadiran cucu Mamah di rahimmu?” tanya sang mertua.
~Keesokan harinya~Rico dan Nisa sudah berada di meja makan sedang menikmati sarapan pagi. Anggun datang dengan membawa koper dan berpakaian casual style menggunakan celana dan jaket jeans dipadukan dengan kaos, topi dan sepatu sneaker berwarna putih. Rambut yang dikuncir seperti ekor kuda dan make up natural menambah kesan fresh pada wajah cantik Anggun.Rico tidak berkedip saat melihat Anggun. Nisa mengetahui hal itu dan kemudian mengambil perhatian Rico.“Sayang, lihatlah aku!” titah Nisa kepada Rico.Rico pun melihat ke arah Nisa kemudian tanpa aba-aba Nisa lantas mencumbu bibir Rico. Sejujurnya Rico tidak enak kepada Anggun hanya saja dia tidak mungkin menolak ciuman Nisa yang membuat darahnya berdesir.“Heuh,” tutur Anggun bergidik melihat adegan mereka. Akan tetapi, dia sama sekali tidak menghiraukan apa yang sedang pasangan suami istri siri itu lak
“Ikh dengarkan dulu, pria yang semalam terlintas di pikiranku itu adalah kamu, Mas!” jawabnya polos.Wajah yang muram durja mendadak berubah menjadi berbinar, bisa terlihat aura bahagia di wajah Rico. Pipinya merah merona sembari dihiasi senyuman manis di bibir merah jambu itu.“Kamu, pasti lapar. Aku ambilkan makan dulu, ya!” tutur Rico sembari senyum-senyum dan kemudian keluar dari kamar.‘Itu Mas Rico kenapa, ya? senyum-senyum sendiri. Aku kan memikirkan dia karena aku sangat kesal padanya sebab dia telah menciumku tanpa izin dariku?’***Tak lama Rico masuk kembali ke dalam kamar. Ada perubahan drastis dari sikap Rico kepada Anggun. Dia menjadi lebih perhatian dan bersikap sangat lembut kepada istrinya yang sedang sakit.“Sayang, makan dulu!” titah Rico sembari menyuapi bubur ke mulut Anggun.
“Ma, sakit sekali. Bagaimana jika aku tidak bisa memberi Mama cucu gara-gara, Anggun!” tutur Rico mengadu kepada mamanya.“Sayang, aku obati, Ya! Apanya yang sakit?” tanya Anggun pura-pura perhatian, dia tidak mau kena marah sang mama mertua.“Ma, sepertinya ini harus di cek dulu oleh Anggun, apakah masih berfungsi atau tidak?” ujar Rico dengan sengaja membuat Anggun serba salah.“Heuh,” Anggun melongo mendengar perkataan Rico.“Anggun, sepertinya kamu harus memastikan keadaan Rico. Mamah keluar kamar dulu,” tutur Risa sembari meninggalkan Anggun dan Rico di dalam kamar.Rico pun mendekati Anggun sembari menggigit bibirnya. “Sayang, cepatlah! tunggu apa lagi.”“Eh … eh … sana pergi, kamu jangan macam-macam, Mas.”Wajah Anggun tampak pucat kar
“Mama sudah tidur, jangan berteriak seperti anak kecil. Kamu jangan khawatir aku tidak akan memperlakukanmu dengan kasar. Aku akan melakukannya dengan lembut,” ujar Rico yang kemudian meraup bibir Anggun dengan rakus.Air mata Anggun keluar dari ujung kedua matanya. Sedang Rico tidak memperdulikan itu, dia terus mencumbui bibir istrinya itu dengan mesra dan tangannya mulai masuk ke dalam kaos yang Anggun pakai. Dia mengangkat penyangga aset kembar Anggun dan kemudian jarinya itu memainkan benda yang masih kenyal dengan lembut.“Mas kamu gila, jangan lakukan itu kepadaku,” tutur Anggun sembari menangis dengan menggerak-gerakan kakinya.“Malam ini kamu tidak akan lepas dariku, Istriku,” tutur Rico.Pada saat Rico akan mencicipi aset Anggun yang putih, bersih dan kenyal. Tiba-tiba telepon genggam Rico berdering tiada henti.“Shit,” ump
~Di dalam kamar~“Apa maksudmu mengirim foto-foto dan video ke Nisa. Apa kamu ingin kami bertengkar dan bercerai? Jika itu keinginanmu, usahamu akan sia-sia. Aku tidak menyangka jika kamu wanita picik. Apabila kamu cemburu kepada Karin, mengapa harus bawa-bawa Nisa?” tanya Rico mengintimidasi.***“Heuh.” Anggun terpengarah dengan perkataan Rico. Dia tidak menyangka bahwa ada manusia yang percaya dirinya tingkat dewa. Anggun bernapas dengan kasar dan menatap malas ke arah Rico.“Mas, sebentar-sebentar! Apa aku tidak salah mendengar? Aku seorang Anggun, wanita populer di kampus dengan tingkat IQ genius, harus cemburu kepada wanita seperti Karin! Kepada Nisa saja istri sirimu aku sama sekali tidak cemburu apalagi Karin. Aku hanya akan cemburu kepada wanita baik-baik dan berakhlak. Dan dengarkan baik-baik, kamu tidak pantas aku cemburui karena kamu bukan pria yang aku cinta
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad